Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KECEMASAN

Fasilitator

Oleh:

Kelompok 1

Ratih Dian Ayu D.R (0118075)

Susmita (0118084)

Yenti Ratna Sari (0118088)

Aini Novita Sari (0118102)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2019/2020
Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai kopi dari makalah ini bisa kami reproduksi jika makalah yang di
kumpulkan hilang atau rusak.

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah ditulis kan dalam referensi,serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah
ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto, 17 Maret 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun tugas ini dalam bentuk makalah yang berjudul
“ KECEMASAN ”

Dalam penulisan ini, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mohon pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini sehingga lebih
sempurna di masa yang akan datang.

Semoga tugas ini dapat bermanfaat di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Atas segala perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. DEFINISI
2. RENTANG RESPON ANSIETAS.
3. TINGKAT ANSIETAS
4. PENGKAJIAN
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan
Sundeen,1990,hal75).
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan
gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic
(SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan
satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas
pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, 
berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit
konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman pengertian ansietas ?
2. Bagaimana tingkat ansietas ?
3. Bagaimana Asuhan keperawatan ansientas ?

TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian ansietas ?
2. Untuk mengetahui tingkat ansietas ?
3. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan ansientas?
BAB II

PEMBAHASAN

A.    DEFINISI.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan
Sundeen,1990,hal75).
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan
gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic
(SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan
satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas
pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, 
berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit
konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1.      konsentrasi dan perhatian berkurang;
2.      harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3.      gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4.      pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5.      gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6.      tidur terganggu;
7.      nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis
dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya
biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan
gejalanya dibanding ansietas, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat
dengan stres kehidupan.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1.      Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi
bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2.      Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap
lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
3.      Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4.      Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung
terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada
tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

B.     RENTANG RESPON ANSIETAS.


Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).

C.     TINGKAT ANSIETAS.


Tingkat ansietas sebagai berikut:
1.      Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi
bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2.      Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap
lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
3.      Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4.      Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung
terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada
tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
BAB III

ASUHA KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN.
1.      Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a.       Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan
superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang.
Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b.      Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan
dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c.       Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini
bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d.      Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu
keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi.
e.       Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini
mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
2.      Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a.       Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan
datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b.      Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan
fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3.      Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan
secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat
kecemasan.

Sistem Tubuh Respons


Ø  Kardiovaskuler        Palpitasi.
       Jantung berdebar.
       Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
       Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Ø  Pernafasan        Napas epat.
       Pernapasan dangkal.
       Rasa tertekan pada dada.
       Pembengkakan pada tenggorokan.
       Rasa tercekik.
       Terengah-engah.
Ø  Neuromuskular        Peningkatan reflek.

       Reaksi kejutan.


       Insomnia.
       Ketakutan.
       Gelisah.
       Wajah tegang.
       Kelemahan secara umum.
       Gerakan lambat.
       Gerakan yang janggal.
Ø  Gastrointestinal        Kehilangan nafsu makan.

       Menolak makan.


       Perasaan dangkal.
       Rasa tidak nyaman pada abdominal.
       Rasa terbakar pada jantung.
       Nausea.
       Diare.
Ø  Perkemihan        Tidak dapat menahan kencing.

       Sering kencing.


Ø  Kulit        Rasa terbakar pada mukosa.
       Berkeringat banyak pada telapak tangan.
       Gatal-gatal.
       Perasaan panas atau dingin pada kulit.
       Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Respons
Ø  Perilaku        Gelisah.
       Ketegangan fisik.
       Tremor.
       Gugup.
       Bicara cepat.
       Tidak ada koordinasi.
       Kecenderungan untuk celaka.
       Menarik diri.
       Menghindar.
       Terhambat melakukan aktifitas.
Ø  Kognitif        Gangguan perhatian.
       Konsentrasi hilang.
       Pelupa.
       Salah tafsir.
       Adanya bloking pada pikiran.
       Menurunnya lahan persepsi.
       Kreatif dan produktif menurun.
       Bingung.
       Khawatir yang berlebihan.
       Hilang menilai objektifitas.
       Takut akan kehilangan kendali.
       Takut yang berlebihan.
Ø  Afektif        Mudah terganggu.
       Tidak sabar.
       Gelisah.
       Tegang.
       Nerveus.
       Ketakutan.
       Alarm.
       Tremor.
       Gugup.
       Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


4.      Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil.
5.      Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering
ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a.       Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b.      Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika
berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka
mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan
untuk mengatasi ansietas :
a.       Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman
stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1)      Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2)      Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara
psikologis.
3)      Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan
kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b.      Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan
ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1)     Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas
menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2)      Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3)      Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral
atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4)     Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5)      Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6)      Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
7)      Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar
(pembentukan superego)
8)      Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau
pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9)      Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan.
Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah
rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11)  Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-
keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12)  Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila
keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau
bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme ego yang lainnya.
14)  Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan
analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau
komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
B.     DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1.      Penyelesaian kerusakan.
2.      Kecemasan.
3.      Pola napas tidak efektif.
4.      Koping individu tidak efektif.
5.      Diam.
6.      Gangguan pembagian bidang energi.
7.      Ketakutan.
8.      Inkontinensial.
9.      Stres.
10.  Cedera resiko terhadap......
11.  Perubahan nutrisi.
12.  Respon pasca trauma.
13.  Ketidakberdayaan.
14.  Gangguan harga diri.
15.  Gangguan pola tidur.
16.  Isolasi sosial.
17.  Perubahan proses berfikir.
18.  Gangguan eliminasi urine.

C.     INTERVENSI.
Ø  Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Ø  Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
•         Membina hubungan saling percaya.
•         Melakukan aktifitas sehari-hari.
•         Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
•         Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
•         Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
•         Klien terlindung dari bahaya.
1.      Ansietas Ringan.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas ringan adalah a)      Tidak nyaman. a)      Gerakan tidak tenang.
ansietas normal dimana b)      Gelisah. b)      Perhatikan tanda
motivasi individu pada c)      Insomnia ringan. peningkatan ansietas.
keseharian dalam batas d)     Perubahan nafsu makan c)      Bantu klien menyalurkan
kemampuan untuk ringan. energi secara konstruktif.
melakukan dan e)      Peka. d)     Gunakan obat bila perlu.
memecahkan masalah f)       Pengulangan pertanyaan.e)      Dorong pemecahan
meningkat. g)      Perilaku mencari masalah.
perhatian. f)       Berikan informasi akurat
h)      Peningkatan dan fuktual.
kewaspadaan. g)      Sadari penggunaan
i)        Peningkatan persepsi mekanisme pertahanan.
pemecahan masalah. h)      Bantu dalam
j)        Mudah marah. mengidentifikasi
keterampilan koping yang
berhasil.
i)        Pertahankan cara yang
tenang dan tidak terburu.
j)        Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi.

2.      Ansietas Sedang.


Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang adalah a)      Perkembangan dari a)      Pertahankan sikap tidak
cemas yang ansietas ringan. tergesa-gesa, tenang bila
mempengaruhi b)      Perhatian terpilih dari berurusan dengan pasien.
pengetahuan baru dengan lingkungan. b)      Bicara dengan sikap
penyempitan lapangan c)      Konsentrasi hanya pada tenang, tegas meyakinkan.
persepsi sehngga individu tugas-tugas individu. c)      Gunakan kalimat yang
kehilangan pegangan d)     Suara bergetar. pendek dan sederhana.
tetapi dapat mengikuti e)      Ketidaknyamanan jumlahd)     Hindari menjadi cemas,
pengarahan orang lain. waktu yang digunakan. marah, dan melawan.
f)       Takipnea. e)      Dengarkan pasien.
g)      Takikardia. f)       Berikan kontak fisik
h)      Perubahan dalam nada dengan menyentuh lengan
suara. dan tangan pasien.
i)        Gemetaran. g)      Anjurkan pasien
j)        Peningkatan ketegangan menggunakan tehnik
otot. relaksasi.
k)      Menggigit kuku, h)      Ajak pasien untuk
memukul-mukulkan jari, mengungkapkan
menggoyangkan kaki dan perasaannya.
mengetukkan jari kaki. i)        Bantu pasien mengenali
dan menamai ansietasnya

3.      Ansietas Berat.


Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas berat a)      Perasaan terancam. a)      Isolasi pasien dalam
lapangan persepsi b)      Ketegangan otot yang lingkungan yang aman
menjadi sangat menurun. berlebihan. dan tenang.
Individu cenderung c)      Diaforesis. b)      Biarkan perawatan dan
memikirkan hal yang d)     Perubahan pernapasan. kontak sering sampai
sangat kecil saja dan e)      Napas panjang. konstan.
mengabaikan hal yang f)       Hiperventilasi. c)      Berikan obat-obatan
lain. Individu tidak g)      Dispnea. pasien melakukan hal
mampu berfikir realistis h)      Pusing. untuk dirinya sendiri.
dan membutuhkan banyak
i)        Perubahan
d)     Observasi adanya tanda-
pengarahan, untuk dapat gastrointestinalis. tanda peningkatan
memusatkan pada daerahj)        Mual muntah. agitasi.
lain. k)      Rasa terbakar pada ulu
e)      Jangan mennyentuh
hati. pasien tanpa permisi.
l)        Sendawa. f)       Yakinkan pasien bahwa
m)    Anoreksia. dia aman.
n)      Diare atau konstipasi. g)      Kaji keamanan dalam
o)      Perubahan kardivaskuler. lingkungan sekitarnya.
p)      Takikardia.
q)      Palpitasi.
r)       Rasa tidak nyaman pada
prekokardia.
s)       Berkurangnya jarak
persepsi secara berat.
t)       Ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi.
u)      Rasa terbakar.
v)      Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan.
w)    Aktivitas yang tidak
berguna.
x)      Bermusuhan.

4.      Panik.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah tingkat dimana a)      Hiperaktif / imobilitasi a)      Tetap bersama pasien ;
individu berada pada berat. minta bantuan.
bahaya terhadap diri b)      Rasa terisolasi yang b)      Jika mungkin hilangkan
sendiri dan orang lain ekstrim. beberapa stressor fisik dan
serta dapat menjadi diamc)      Kehilangan desintegrasi psikologisdari lingkungan.
atau menyerang dengan kepribadian. c)      Bicara dengan tenang,
cara kacau. d)     Sangat goncang dan otot- sikap meyakinkan,
otot tegang. menggunakan nada suara
e)      Ketidakmampuan untuk yang rendah.
berkomunikasi dengan d)     Katakan pada pasien
kalimat yang lengkap. bahwa anda (staf) tidak
f)       Distori persepsi dan akan membahayakan
penilaian yang tidak dirinya sendiri atau orang
realistis terhadap lain.
lingkungan dan ancaman. e)      Isolasikan pasien pada
g)      Perilaku kacau dalam daerah yang aman dan
usaha melarikan diri. nyaman.
h)      Menyerang. f)       Lanjut dengan perawatan
ansietas berat.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.

Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai