Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRINSIP DASAR PERILAKU

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Modifikasi Perilaku

Dosen Pengampu: Dedi Mulia, S. Pi, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :

Saarah Dharmawan 2287170019

Abdul Mukti 2287170021

Lusiana 2287170022

Endriani Rahayu 2287170046

Riqqah Nidhakhatani 2287170047

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Prinsip Dasar Perilaku”.

Makalah ini kami susun dengan seoptimal mungkin untuk memenuhi tugas mata kuliah
Modifikasi Perilaku, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat dan informasi
tentang prosedur pengukuhan positif dan negatif serta prinsip-prinsipnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
usaha kita.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Serang, Februari 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Konsep Prosedur Pengukuhan Positif...................................................................................3

B. Prinsip-Prinsip Prosedur Pengukuhan Positif.......................................................................3

C. Contoh Implementasi Pengukuhan Positif............................................................................5

D. Konsep Pengukuhan Negatif................................................................................................8

E. Prinsip-Prinsip Prosedur Pengukuhan Negatif.....................................................................9

F. Contoh Implementasi Pengukuhan Negatif........................................................................10

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12

A. Kesimpulan.........................................................................................................................12

B. Saran...................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku merupakan suatu bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
individu dalam kehidupan sehari-harinya baik yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak, seperti : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, menangis, membaca, dan
sebagainnya. Pada dasarnya perilaku yang dimiliki oleh manusia dipengaruhi oleh faktor
inyernal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang diwariskan oleh orangtua,
sedangkan faktor eksternal dapat berupa stimulus-stimulus yan didapatkan dari
lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Sehingga menyebabkan setiap orang memiliki perilaku yang berbeda-beda sebagai akibat
dari kedua faktor tersebut.
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai etika, kekuasaan, persuasi, dan atau genetik.
Perubahan bisa terjadi setiap saat dan merupakan proses yang dinamik serta serta tidak
dapat dielakkan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada oranglain. Modifikasi
perilaku menunjukan kepada teknik mengubah perilaku, seperti mengubah perilaku dan
reaksi seseorang terhadap suatu stimulus melalui penguatan perilaku adaptif dan atau
penghilangan perilaku mal adaptif melalui (Wikipedia, 2013). Modifikasi perilaku
menganut anggapan bahwa sebagai perilaku tak adaptif atau gejala-gejala kelainan
sampai tingkat tertentu merupakan hasil proses belajar. Cara-cara pengubahan
disesuaikan dengan perilaku sasaran, situasi dan kondis, serta interaksi klien dengan
lingkungan (Soekadji, dalam Hadits, 1997, hlm.67). perilaku sebagai hasil proses belajar
menyatakan sebagian besar perilaku tak adaptif atau simtom-simtom kelainan sampai
tingkat tertentu diperoleh sebagai hasil proses belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep prosedur pengukuhan positif ?
2. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengukuhan positif ?
3. Contoh implementasi pengukuhan positif ?

1
4. Apa yang dimaksud dengan prosedur pengukuhan negatif ?
5. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengukuhan negatif ?
6. Contoh implementasi pengukuhan negatif ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep prosedur pengukuhan positif
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengukuhan positif
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan implementasi pengukuhan positif
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prosedur pengukuhan negatif
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip Pengukuhan Negatif
6. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Implementasi Pengukuhan Negatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Konsep Prosedur Pengukuhan Positif
Kata “pengukuhan positif” (positive reinforcer) sering disinomimkan dengan kata
“hadiah” (reward) (Martin dan Pear, 1992). Pengukuhan positif adalah suatu
peristiwa yang dihadirkan dengan segara yang mengikuti perilaku, yang
menyebabkan perilaku tersebut meningkat frekuensinya. Sekali kejadian yang telah
ditentukan fungsinya sebagai pengukuh positif untuk individu tertentu pada situasi
tertentu, peristiwa dapat digunakan untuk memperkuat perilaku individu lain pada
situasi pengukuh positif untuk memperkuat perilaku individu lain pada situasi yang
lain. Secara prinsip, pengukuh positif menyatakan bahwa jika dalam suatu kemudian
yang diikuti dengan segera oleh pengukuh positif, maka orang itu akan cenderung
mengulanginya untuk melakukan hal yang sama pada situasi yang cenderung sama.
Soetarlinah Sukadji (1983) menyatakan bahwa bila suatu stimulus (benda atau
kejadian) dihadirkan/ terjadi sebagai akibat/ konsekuensi suatu perilaku, dan bila
karenanya keseringan munculnya perilaku tersebut meningkat/ terpelihara, maka
peristiwa tersebut disebut pengukuhan positif (positive reinforcement).
Kedua pendapat di atas saling melengkapi, sehingga bila dibuat rumusan
sederhana “pengukuhan positif adalah sesuatu dapat berupa benda, atau peristiwa
yang dihadirkan dengan segara sebagai akibat dari suatu perilaku, dan dengannya
perilaku tersebut meningkan frekuensi kemunculannya.1
B. Prinsip-Prinsip Prosedur Pengukuhan Positif
Prinsip umum dalam pemberian pengukuhan adalah kesegeraan, maksudnya,
bahwa bila perilaku yang telah diinginkan telah muncul dan akan diperihara atau
ditingkatkan maka segeralah diikuti dengan pemberian pengukuhan positif. Bila ini
dilakukan, maka frekuensi, besaran, dan kualitas perilaku tersebut akan dapat
dipertahankan.

1
Jumarin, Tingkah Laku Manusia dan Pengubahannya (Yogyakarta: Talenta,2005) hal. 35.

4
Selain prinsip umum tersebut, sejalan dengan prosedur pengukuhan positif,
Martin dan Pear (1992) menyarankan prinsip-prinsip prosedur pengukuhan positif.
Prosedur ini ditawarkan pada orangtua, guru perawat, pekerja dengan retardasi
mental, dan lainnya yang melaksanakan pengukuhan positif untuk meningkatkan
terjadinya perilaku tertentu. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Menyeleksi perilaku yang akan ditingkatkan
Seperti yang telah disinggung pada bab terdahulu, perilaku yang diseleksi seharusnya
perilaku yang khusus, misalnya “tersenyum” daripada perilaku yang umum, misalnya
“bersosialisasi”
b. Menyeleksi pengukuh
1. Jika memungkinkan pengukuh yang dipilih hendaknya pengukuh yang kuat dengan
rambu-rambu:
a. Telah tersedia,
b. Dapat disajikan dengan segera mengikuti perilaku yang diinginkan
c. Dapat digunakan lagi tanpa menyebabkan kejenuhan segera
d. Tidak membutuhkan hubungan waktu yang besar untuk mengolah (jika ini
membutuhkan setengah jam untuk mengolah pengukuhan, ini berarti akan
mempersingkat waktu latihan.
2. Menggunkan beberapa pengukuhan secara feasible dan kapan pengukuhan tersebut
digunakan sesuai prosedur yang ditetapkan.
c. Menggunkaan pengukuhan positif
1. Menceritakan kepada individu tentang rencana sebelum latihan dimulai
2. Memberi pengukuhan dengan segera yang meliputi perilaku yang diinginkan.
3. Menjelaskan perilaku yang diinginkan pada individu ketika pengukuh sedang
diberikan (contoh, kamu membersihkan kamarmu dengan sangat indah)
4. Menggunkan banyak pujian dan kontak fisik. Untuk menghindari rasa jenuh, macam
frase yang kamu gunakan sebagai pengukuh sosial. Jangan selalu mengatakan “ini
bagus untukmu. (beberapa contoh frase “sangat cantik” “itu besar”, “tepat”, “hebat”).

5
C. Contoh Implementasi Pengukuhan Positif
Agar pengukuhan positif dapat dilakukan secara efektif, perlu diperhatikan beberapa
syarat:

a. Menyajikan Pengukuh Seketika

Penyajian pengukuhan seketika setelah tindakan/perilaku berlangsung lebih


efektif daripada penyajian tertunda. Salah satu alasan utamanya adalah perilaku tadi
belum disisipi oleh perilaku lain pada saat mendapatkan pengukuh. Akibatnya efek
pengukuh tidak terbagi dengan perilaku lain dan orang mengetahui perilaku yang
dikukuhkan.

Dalam beberapa hal pengukuh yang tertunda tetap dapat tetap efektif. Bagi orang
dewasa normal yang tidak terlalu bodoh, toleransi terhadap penundaan pengukuh telah
berkembang. Efektifitas penundan ini disebabkan dijembatani dengan isyarat atau janji
bahwa pengukuh akan menyusul kemudian.

b. Memilih Pengukuh Yang Tepat

Tidak semua imbalan menjadi pengukuh yang positif. Kebanyakan Orang mengira
bahwa stimulus yang memenuhi kebutuhan biologis(makanan, istirahat, air, seks, dll)
adalah pengukuh yang efektif. Hal ini tidak sepenuhnya benar, banyak variabel yang
berpengaruh. Oleh karena itu, pengukuh yang dipilih harus terbukti efektif bagi subyek
tertentu dalam situasi tertentu.

1. Makanan sebagai Pengukuh.


Penggunaan makanan sebagai pengukuh positif ialah kemungkinan kekenyangan.
menyebabkan pengukuh ini tidak efektif. Karena itu hendaknya sambil mempersiapkan
gantinya, makanan dipasangkan dengan pujian dapat menjadi pengukuh bersyarat.
2. Benda sebagai Pengukuh

3. Benda yang dapat ditukar sebagai Pengukuh

4. Aktivitas atau acara sebagai Pengukuh

6
5. Tindakan sosial sebagai Pengukuh

c. Mengatur Kondisi Situasional

Tidak semua perilaku perlu diulang setiap waktu. Banyak perilaku yang telah
dibentuk, dipelihara, atau ditingkatkan, hanya cocok dilaksanakan pada kondisi
situasional. Agar perilaku yang mendapat pengukuhan berulang pada saat dan tempet
yang tepat, perlu diatur kondisi situasional pemberian pengukuh. Bila yang diharapkan
perilaku yang diskriminatif (ialah yang membedakan waktu dan tempat), maka
pengukuhan diberikan pada tempat/saat yang diinginkan.

Misalnya, Lia mendapat pengukuh berupa pakaian boneka bila ia siap pukul 06.30
dan bila hari itu bukan hari libur. Agar kondisi situasional ini efektif, maka perlu
didukung oleh komunikasi yang jelas dan subyek diminta untuk memperhatikan
kondisi situasional ini.

d. Menentukan Kuantitas Pengukuh

Keputusan mengenai kuantitas pengukuh ialah banyaknya pengukuh yang akan


diberikan setiap kali, tergantung pada beberapa pertimbangan. Misalnya pertimbangan
macam pengukuh dan keadaan deprivasinya serta pertimbangan usaha yang harus
dilakukan untuk mendapatkan satu kali pengukuhan.

Mengingat adanya kejenuhan/kekenyangan apabila yang digunakan adalah


makanan, maka perlu dicoba dan diamati efeknya. Berapa lama tidak makan
sebelumnya, dan berapa banyak makanan dengan kuantitas tersebut masih tetap efektif
harus dicobakan.

Bila menggunakan pengukuh sosial, deprivasi (berapa lama pengukuh tidak


diperoleh) dan kejenuhan karena pengukuhan ini, tidak menimbulkan masalah.
Senyum atau ucapan “terima kasih, ya” tetap dapat efektif meskipun diperoleh
berulang-ulang.

7
Menggunakan pengukuh isyarat,perlu memperhatikan jumlah yang harus
diperoleh untuk dapat digantikan dengan mengukuh idaman. Bila jumlah tidak
mungkin terjangkau maka pengukuhan ini tidak efektif.demikian juga dengan
penggunaan pengukuh bersyarat juga harus diikuti pengukuh tak bersyarat. Kejenuhan
akan timbul jika pengukuh bersyarat diberikan terlalu banyak dibandingkan pengukuh
tak bersyarat.

e. Memilih Kualitas/Kebaruan Pengukuh

Apabila dibanding-bandingkan, orang lebih menyukai sesuatu yang berkualitas


tinggi atau sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru cenderung menghilangkan kebosanan
segingga dapat menjadi pengukuh yang kuat. Sebaliknya, sesuatu yang baru juga dapat
menimbulkan keraguan atau ketakutan sehingga tidak efektif sebagai pengukuh.
Kualitas pengukuh yang tidak sesuai dengan harapan penerima menyebabkan
efektifitasnya menuruun, bahkan tidak efektif sama sekali.

Pengukuh sosial juga tidak cukup kuat (misalnya anggukan sedikit, senyum
kecil); dapat terlalu kuat (anggukan yang terlalu mantap atau senyum meringis yang
terlalu lebar). Demikian juga oran yang terlalu membuat pengukuhan sosial akan
membuat orang lain risau, dan pengukuh yang diberikan akan menjadi rendah nilainya.

f. Memberikan sampel pengukuh

Telah disebutkan bahwa pengukuh yang baru atau belum dikenal tidak efektif
karena menimbulkan keraguan atau ketakutan. Karena itu kadang-kadang perlu
diperkenalkan terlebih dahulu dengan memberikan sampel (diberi kesempatan untuk
mencicipi). Bila subyek telah merasakan nikmatnya pengukuh, stimulus itu dapat
mulai dicobakan sebagai pengukuh.

g. Menanggulangi Pengaruh Saingan

8
Manusia hidup dalam alam kompleks. Banyak pengukuh maupun hukuman yang
menimpa perilaku-perilaku seseorang yang berupa reaksi-reaksi dari lingkungan
maupun diri sendiri. Beberapa reaksi lebih kuat dari reaksi yang lain, beberapa saling
bersaing sehingga menimbulkan konflik.

h. Mengatur Jadwal

Jadwal pemberian pengukuh ialah aturan yang dianut oleh pemberi pengukuh
dalam menentukan di antara sekian kali suatu perilaku timbul. Kapan, atau yang mana
yang akan mendapat pengukuh. Ada beberapa macam jadwal yang dibagi menjadi dua
kelompok besar:

1. Jadwal pengukuh terus-menerus (continuous reinforcement schedule atau CRS)

Yaitu pengukuhan diberikan secara terus-menerus setiap kali perilaku sasaran


timbul.

2. Jadwal Pengukuhan berselang atau jadwal pengukhan berselang (intermittent


reinforcement schedule atau IRS atau partial schedule)

Yaitu pengukuh diberikan tidak terus-menerus setiap kali perilaku sasaran timbul.
Jadi hanya sebagian saja yang mendapat pengukuh.

Efek kedua jadwal ini berbeda. Jadwal pengukuhan terus-menerus memperkuat perilaku
dengan cepat, tetapi perilaku akan cepat pula terhapus bila pemberian pengukuh dihentikan.
Jadwal pengukuhan berselang dapat dengan cepat atau lambat mengubah perilaku, tetapi jadwal
pengukuhan berselang cenderung lebih dapat mempertahankan perilaku yang dikukuhkan.

i. Menanggulangi Kontrol Kontra

Kontrol kontra ialah kontrol atau pengaruh yang sadar atau tidak dilakukan oleh
subjek terhadap orang yang member pengukuhan (atau hukuman). Kontrol kontra ini

9
dapat dilakukan secara sadar oleh orang-orang yang memahami prinsip-prisip
psikologi belajar, atau oleh orang-orang yang dari pengalaman merasakan bahwa ada
cara untuk melakukan kontrol kontra.

D. Konsep Pengukuhan Negatif


Pada pengukuhan positif, penyajian penguat akan meningkatkan kemungkinan berulangnya
perilaku. Sebaliknya pada pengukuhan negatif, meningkatnya kemungkinan berulangnya
perilaku disebabkan terhindarnya dari, atau dihilangkannnya, stimulus yang tidak menyenangkan
(aversive stimulus) sebagai konsekuensi perilaku tersebut. Jadi, suatu perilaku mendapat
pengukuhan negatif bila perilaku itu meningkat atau terpelihara karena berasosiasi dengan
hilangnya atau berkurangnya suatu stimulus.

Bila dikuranginya atau dihilangkannya suatu stimulus menyebabkan perilaku meningkat atau
terpelihara, maka stimulus ini disebut pengukuhan negatif. Seperti pada pengukuhan positif,
pengukuhan negatif ditentukan oleh efek berulangnya perilaku yang diikuti.

Kehadiran pengukuhan negatif sering terjadi pada kehidupan manusia pada umumnya.
Manusia belajar berbagai perilaku karena dalam pengalaman hidupnya perilaku-perilaku ini
dikuatkan oleh hilangnya atau berkurangnya stimulus aversif. Orang meletakkan tangannya
mendatar pada dahi, ternyata silau matahari berkurang, maka perilaku meletakkan tangan di dahi
ini cenderung berulang bila silau. Orang “masuk angin”, sekali mencoba menggosok dengan
balsam cap Elang, ternyata sembuh. Perilaku menggosok dengan balsam ini cenderung berulang
bila ia “masuk angin”. Ini semua proses pengukuhan negatif.

Pengukuhan negatif juga bermacam-macam bentuknya. Segala hal yang tidak menyenangkan
secara potensial dapat menjadi pengukuhan negatif. Deprivasi atau kekurangan serta ketiadaan
sarana/ prasarana/ benda-benda pemenuhan berbagai kebutuhan, secara potensial dapat menjadi
pengukuh negatif. Penguat negatif yang berbentuk social misalnya dicemberuti, dipelototi,
dicemoohkan, disindir, diomeli, diancam. Misalnya diomeli terus-menerus sampai perilaku
sasaran timbul.

10
Perilaku anak sering sekali bersifat pengukuhan negatif bagi orangtuanya. Misalnya, anak
menangis keras-keras, baru berhenti bila mendapat perhatian dari ibunya. Perhatian dari ibunya
akan berulang bila anak menangis. Bayi pada umumnya, menangis pada setiap bangun tidur,
tangis dan kerewelan anak berhenti kalau ayahnya menggertak, maka perilaku menggertak ini
akan berulang pada ayah.

E. Prinsip-Prinsip Prosedur Pengukuhan Negatif


Prinsip-prinsip prosedur pengukuhan negatif relatif sama dengan pengukuhan positif.
Prinsip-prinsip tersebut adalah :

a. Menghadirkan dengan segera pengukuh negatif. Dalam kasus “masuk angin”,


pemilihan minyak gosok dan segera mmenggosokkan ke tubuh merupakan perilaku
yang segera dihadirkan untuk segera menghilangkan masuk angina tersebut.
b. Menentukan perilaku yang akan di dukung untuk dihilangkan. Dari contoh di atas,
rasa masuk angin merupakan stimulus yang segera dihilangkan.
c. Menyeleksi pengukuh yang akan dipakai.
d. Menggunakan pengukuhan negatif.

Dalam penerapan modifikasi perilaku, proses paling disarankan ialah menggunakan


pengukuhan positif. Bila ini gagal atau tidak mencukupi, baru menggunakan pengukuhan negatif,
dan sifatnya hendaknya sementara. Karena itu, penggunaan pengukuhan negatif harus
dikombinasikan dengan pengukuhan positif penggantinya.

F. Contoh Implementasi Pengukuhan Negatif


Tidak berbeda dengan penggunaan pengukuhan positif, penggunaan pengukuhan negatif
juga memerlukan banyak pertimbangan, bahkan mungkin lebih banyak, sebab adanya efek
samping negatif yang mungkin ditimbulkan oleh pengukuhan negatif. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan tidak berbeda dengan penggunaan pengukuhan positif, seperti: pemilihan
kuantitas dan kualitas pengukuh, tidak tertundanya penghilangan/ penguranganefek aversif
segera setelah perilaku timbul, jadwal penyajian dan sebagainya.

11
Banyak kelemahan yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan penguatan negatif. Kelemahan-
kelemahan tersebut antara lain :

a. Harus disajikan pengukuhan negatif yang berupa stimulus aversif, sering kali tidak
menyenangkan bagi penyajian sendiri. Dalam hal ini mungkin penyaji tidak suka
memakainya, atau tidak sampai hati. Misalnya : “ngomel” tidak semua orang suka
ngomel.
b. Bila penyajian pengukuhan positif berulang kali dapat menimbulkan kejenuhan atau
kekenyangan, penyajian pengukuhan negatif berulang kali dapat menghilangkan daya
aversifnya. (terlalu sering diomeli, maka telinga terbiasa menutup dari dalam, atau
dianggap angin lalu saja).
c. Reaksi terhadap pengukuhan negatif tidak selalu berupa perilaku sasaan. Berbagai
alternatif perilaku dapat timbul, sebab tujuannya adalah menghidari stimulus aversif yang
mengenainya. Reaksi tersebut dapat berupa agresi atau emosi yang tidak konstruktif
terhadap pemberi pengukuh maupun terhadap lingkungan dimana stimul aversif
disajikan.
Contih reaksi agresi :
Ibu mengkritik terus-terusan dengan haapan anaknya mau ganti pakaian yang lebih
rapih. Si anak tetap tidak mau mengganti pakaian, malah dia marah dan membentak
ibunnya.
Contoh Reaksi Perilaku lain :
Ibu tati banyak memberikan pengarahan (yang oleh tati dirasakan aversif) waktu tati
membantu menata meja. Reaksi tati bukan ia menjadi terampil, tetapi ia tidak lagi suka
membantu ibunya menata meja.
d. Bila pengukuhan negatif dipakai disekolah, maka pada anak akan tertanam asosiasi
disekolah, maka pada anak akan tertanam asosiasi sekolah dengan hal-hal yang aversif.
Pengukuhan negatif dapat membentuk hubungan antara penerima dengan pemberi, dan
antara penerima dengan lingkungan menjadi jelek.
e. Usaha menghindari stimulus aversif dapat menimbulkan kecemasan, yang bila
keterlaluan dapat sampai kepenyimpangan perilaku yang lebih parah (seperti neurotis,
psikosomatis, dan lain-lain.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pengukuhan positif, penyajian penguat akan meningkatkan
kemungkinan berulangnya perilaku. Sebaliknya pada pengukuhan negatif,
meningkatnya kemungkinan berulangnya perilaku disebabkan terhindarnya dari,
atau dihilangkannnya, stimulus yang tidak menyenangkan (aversive stimulus)
sebagai konsekuensi perilaku tersebut. Jadi, suatu perilaku mendapat pengukuhan
negatif bila perilaku itu meningkat atau terpelihara karena berasosiasi dengan
hilangnya atau berkurangnya suatu stimulus.
Bila dikuranginya atau dihilangkannya suatu stimulus menyebabkan
perilaku meningkat atau terpelihara, maka stimulus ini disebut pengukuhan
negatif. Seperti pada pengukuhan positif, pengukuhan negatif ditentukan oleh
efek berulangnya perilaku yang diikuti.

B. Saran
Berdasarkan materi di atas maka penulis memberikan saran kepada guru
dan pembaca Dalam penerapan modifikasi perilaku, proses paling disarankan
ialah menggunakan pengukuhan positif. Bila ini gagal atau tidak mencukupi, baru
menggunakan pengukuhan negatif, dan sifatnya hendaknya sementara. Karena itu,
penggunaan pengukuhan negatif harus dikombinasikan dengan pengukuhan
positif penggantinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Jumarin, 2005. Tingkah Laku Manusia dan Pengubahannya. Yogyakarta : Talenta.


Purwanto, Edi. 2012. Modifikasi perilaku; Alternatif penanganan Anak Berkebutuhan
Khusus. Jakarta: Pustaka Belajar

14

Anda mungkin juga menyukai