Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM


PEMBELAJARAN

Oleh :

IRWATI NIM. C789202101046


SALSA BILA AULIA NIM. C789202101075

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI


SEMESTER II

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM DOMPU
TAHUN AKADEMIK
2021-2022

1
DAFTAR ISI

COVER.........…………………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

KATA PENGANTAR...............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang...........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5

C. Tuhuan ………………………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Menurut E.R. Guthrie…………………………….…………………..6


B. Teori belajar Menurut B.F. Skinner…………………………………………………7
C. Teori belajar Menurut C.L. Hull…………………………………………………….8
D. Aplikasi Behavioristik dalam Pembelajaran…………………………………………9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,

Segala puji bagi Allah SWT., Tuhan  yang selalu melimpahkan rahmat taufiq dan hidayah. Yang
Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Yang selalu memberikan petunjuk dan pertolongan kepada
hamba-hamba-Nya  yang mau mendekatkan diri. Ia Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.,
para keluarga, sahabat, pengikutnya dan siapa saja yang mencintainya.

makalah ini sangat penting untuk dikembangkan terutama untuk proses dalam pembelajaran dan
digunakan untuk panduan memudahkan belajar.

Selain itu, ini  merupakan salah satu bagian penting  dari upaya-upaya   dalam melakukan
peningkatan pengetahuan tentang Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya Dalam
Pembelajaran. Diharapkan juga bisa mempermudah pemahaman tentang materi serta informasi.
Oleh karena itu, dengan ini diharapkan dapat memberikan penjelasan secukupnya.

Akhirnya,  mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembelajaran. Semoga Allah SWT,
senantiasa menunjukkan  jalan yang lurus dan melimpahkan berkah serta ridha-Nya. Aamiin

Dompu, April 2022

Penyususun,

IRWATI

SALSA BILA AULIA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Belajar dan pembelajaran merupakan topik yang tetap menarik ketika mengkaji ilmu-
ilmu perilaku. Bagaimana sebenarnya proses belajar itu dapat berlangsung dan
bagaimana pembelajaran seharusnya dilakukan, ini mrupkan hal yang menarik bagi
pendidik, guru, orangtua, konselor, dan orang-orang yang bergerak dalam pengelolaan
perilaku. Jika belajar merupakan suatu kegiatan yang bersifat rumit dan kompleks, maka
pembelajaran menjadi lebih kompleks dan rumit karena tujuan pembelajaran adalah
unruk memacu ( merangsang ) dan memicu ( menumbuhkan ) terjadi kegiatan belajar.
Dengan demikian, hasil belajar merupakan tujuan dan pembelajaran dari sarana untuk
mencapai tujuan tersebut.

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dan tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hana sekedar
memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun, bagaimana
belibatkan individu secara aktif membuat ataupun revisi hasil belajar yang diterimannya
menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat bagi pribadinya.

Pembelajaran merupakan suatu system yang membantu individu belajar bereintraksi


dengan sumber belajar dan lingkungan. Teori adalah seperangkt azaz yang tersusun
tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat
preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat di
pejari, dianalisis dan di uji kebenarannya.

Teori belajar adalah suatu teori yang disalamnya terdapat tata cara pengaplikasian serta
kegiatan-kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan meatode
pembelajaran akan dilaksanakan di kelas maupun diluar kelas. Teori belajar selalu
beratolak dari sudut pandang psikologi belajar. Untuk itu dalam pembahasan ini

4
penyusun akan mengulas mengenai teori belajar behavioristic menurut parah ahli an
aplikasinya dalm pembelajaran.

2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Teori Belajar Menurut E.R. Guthrie?
2. Apakah yang dimaksud dengan Teori belajar Menurut B.F. Skinner?
3. Apakah yang dimaksud dengan Teori belajar Menurut C.L. Hull?
4. Bagaimana Aplikasi Behavioristik dalam Pembelajaran?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui Teori Belajar Menurut E.R. Guthrie


2. Untuk mengetahui Teori belajar Menurut B.F. Skinner
3. Untuk mengetahui Teori belajar Menurut C.L. Hull
4. Untuk mengetahui Aplikasi Behavioristik dalam Pembelajaran

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Teori Belajar Menurut Edwan Ray Guthrie


Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkaian
tingkah laku yang terdiri atas unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respns-respons
dari stimulus sebelumnya dan kemudian unit respons tersebut menjadi stimulus yang
kemudian akan menimbulkan respons bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikian
seterusnya sehingga merupakan deretan tingkah laku yang terus-menerus. Jadi, proses
terbentuknya rangkaian tingkah laku tersebut terjadi dengan kondisioning melalui proses
asosiasi antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku lainnya menjadi
semakin kuat. Prinsip belajar pembentukan tingkah laku ini disebut “law of Association”.

Menurut Guthrie, untuk memperbaiki tingkah laku yang tidak baik harus dilihat dari
rentetan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan atau
mengganti unit tingkah laku yang tidak baik dengan tingkah laku yang seharusnya.    

Selain dengan cara diatas, Guthrie menyarankan tiga metode untuk mengubah tingkah
laku yaitu:

 Metode respons bertentangan (Incompatible Respons Method). Cara mengubah tingkah


laku dengan jalan memberikan stimulus yang dapat menimbulkan reaksi yang berlawanan
drngan reaksi yang akan dihilangkan.
 Metode membosankkan (Exhaustion Method). Contoh, anak kecil suka menghisap rokok.
Mereka disuruh merokok terus sampai bosan dan setelah bosan, mereka akan berhenti
merokok dengan sendirinya.
 Metode mengubah lingkungan (Change of Enviromental Method). Contoh, anak bosan
belajar, maka lingkungan belajarnya dapat diubah-ubah sehingga ada suasana lain dan
memungkinkan mereka senang belajar.

6
2. Teori belajar Menurut Burrhus Frederic Skinner
B.F. Skinner terkenal dengan teori Pengkondisian operan (operant conditioning), yaitu
suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi perilaku menghasilkan berbagai
kemungkinan terjadinya perilaku tersebut. Penggunakaan
frekuensi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku itulah
yang disebut dengan pengondisian operan ( Slavin, 1996). Prinsip teori skinner ini adalah
hukum akibat, penguatan, dan konsekuensi.
1.      Penguatan (reinforcement),
Penguatan adalah suatu konsekuensi yang meningkatkan peluang terjadinya suatu
perilaku. Menurut skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan perilaku
diperlukan penguatan (reirforcement). Ada dua jenis penguatan, yaitu: penguatan positif
dan penguatan negative (Santrock 2008).
            Penguatan positif (positive reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari
suatu respons akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung
penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh stimulus
menyenangkan.
            Penguatan negatif (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari
suatu respons akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang tidak
menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat
karena diikuti stimulus yang tidak menyenangkan.
2. Hukuman (Punishment),
Respons yang diberi konsekuensi yang tidak menyenangkan atau menyakitkan akan
membuat seseorang tertekan. Contoh seorang siswa yang tidak mengerjakan PR tidak
dibolehkan bermain bersama teman-temannya saat jam istirahat sebagai bentuk
hukuman.Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran
seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran
yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.Pandangan teori ini bahwa

7
belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju
atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi
dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses
belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung
teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan
pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative
reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.Skinner
lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak
sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan
(sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada,
sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama
menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan
kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus
ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan
kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar
untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan
dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya
bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah,
sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

3. Teori belajar Menurut Clark Reonald Hull


Bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena
itu, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut
Hull kenutuhan di konsepkan sebagai dorongan, stimulus hamper selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis. Kebutuhan atau keadaan terdorong ( oleh motivasi, tujuan, maksud,
aspirasi, dam ambisi ) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebeelum suatu respon
dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Metode yang digunakan merupakan
metode matematika, deduktif, dan dapat di tes atau di uji. Teori dari Hull sebearnya atidak
jauh beda dengan teroi belajar lainnya. Beberapa persamaan teori belajar Hull dengan teori
belajar sebelumnya adalah :

8
1. Berdasarkan asosiasi S-R
2, Berdasarkan cara melanngsungkan hidup
3. Berdasarkan kebutuhan biologis dan pemenuhannya
4. Orientasinya kepada teori Pavlov.

Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman dan ketedailan teorinya, ditunjang hasil-hasil
eksperimen yang cermat dan intens. Teori Hull yang sistematus ini mneghasilkan banyak
sekali penelitian dan dirujuk serta dikembangkan oleh para ahli behavioristic lainnya.
Walaupun demikian Hull juga mendapatkan banyak kritikkan di antaranya :
1. Teorinya di anggap kompleks dan sulit di mengerti.
Dalam setiap penelituannya Hull selalu mengembangkan system yang rumit dang sangat
bergantug pada matematika dan elaboras
2. Idenya tentang proses internal dianggap abstrak dan sulit dibuktikan melalui eksperimen
empiris.
3. Partikularistik, usaha untuk menggeneralisasi hasil eksperimen secara berlebihan.

4. Aplikasi Teroi Behavioristic Dalam Pembelajaran


Untuk mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik pembelajaran, perlu dipahami
terlebih dulu mengenai prinsip belajar menurut teori behaviorisme (Mukminan, 1997).
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Teori ini beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan
tingkah laku. Seseorang dikatakan belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukan perubahan tingkah laku tertentu.
2.      Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi karena
hubungan stimulus dan respons., sedangkan proses yang terjadi antara stimulus dan
respons, yang tidak dapat diamati itu tidak penting.
Perlunya Reinforcement untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. Respons akan
semakin kuat jika reinforcement (baik positif maupn negative) ditambah.
 Penekanan proses belajar menurut teori behaviorisme ini adalah hubungan stimulus dan
respons. Dengan demikian, agar pembelajaran di kelas menjadi efektif, hendaknya gguru
perlu memerhatikan hal-hal berikut:

9
1.      Guru hendaknya memilih jenis stimulus yang tepat untuk diberikan kepada peserta
didik agar dapat memberikan respons yang diharapkan.
2.      Guru hendaknya menentukan jenis respons yang harus dimunculkan oleh peserta
didik.
3.      Guru perlu memberikan reward yang tepat untuk meningkatkan perilaku yang
diharapkan muncul dari peserta didik.
4.      Guru hendaknya segera memberikan umpan balik secara langsung, sehingga si
belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum.
      Metode yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran antara lain: ceramah,
demonstrasi, dimana aktivitas ada  pada guru sedangkan peserta didik pasif menerima
sesuai yang diberikan guru.
1.      Meningkatkan perilaku yang diinginkan
Enam strategi pengondisian operan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku yang
diinginkan, yaitu:
a.       Memilih penguat yang efektif
Guru harus mampu menemukan penguat mana yang berhasil paling baik untuk setiap
peserta didiknya, yaitu membedakan setiap individu dalam menggunakan penguat tertentu.
b.      Membuat penguat menjadi b ergantung pada tepat waktu
Agar penguat efektif, guru harus memberikan penguat secara tepat waktu dan segera
mungkin setelah anak menampilkan perhilaku tertentu yang diharapkan.
c.       Pilih jadwal terbaik untuk penguatan
Guru harus memilih jadwal penguatan terbaik sesuai dengan tuntutan perilaku peserta didik
yang diharapkan guru.
d.      Pertimbangkan untuk membuat kontrak
Analisis perilaku terapan menyarankan bahwa kontrak kelas seharusnya merupakan hasil
masukan dari guru maupun peserta didik. Pembuatan kontrak melibatkan pembuatan
ketergantungan penguatan secara tertulis.
e.       Gunakan penguatan negative secara efektif
Penguatan negative, meningkatkan frekuensi respons dengan menghilangkan stimulus yang
tidak disukai. Contoh: stimulus guru yang sering mengkritik jawaban serta pertanyaan

10
peserta didik harus dihilangkan agar frekuensi bertanya dan frekuensi menjawab semakin
meningkat.
f.       Gunakan arahan dan pembentukan
Arahan merupakan stimulus ditambahkan sebelum terjadinya kemungkinan peningkatan
respons yang diinginkan. Jika arahan belum mampu membuat peserta didik menampilkan
perilaku yang diharapakan, guru perlu membantu dengan pembentukan.
2.      Mengurangi perilaku yang tidak diinginkan
Ada  beberapa langkah yang dapat digunakan guru untuk mengurangi perilaku peserta
didik yang tidak diinginkan (Alberto & Troutman dalam Santrock, 2008) :

a.       Gunakan penguatan Diferensial


Gdalam penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku yang tidak sesuai dengan apa
yang dilakukan anak tersebut. Contoh: guru dapat memperkuat peserta didik untuk
melakukan aktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan computer dari pada computer
hanya dipakai untuk memainkan game.
b.      Gunakan penguatan Positif
Tanpa disengaja guru memberikan penguatan positif yang justru membuat perilaku peserta
didik yang tidak diharapkan semakin terpelihara. Dengan demikian, guru harus segera
menghentikan penguatan positif tersebut agar perilaku yag tidak diharapkan menurun atau
hilang dan guru memberikan peguatan positif lagi setelah perilaku yang diharapkan
muncul.
c.       Hilangkan stimulus yang diinginkan
Jika memberikan penguatan tetap tidak berhasil meingkatkan respons diharapkan,
penghilangan stimulus yang diinginkan harus dilakukan oleh guru, dengan cara time-out
dan respons-cost. Time out adalah penghentian penguatan positif terhadap seseorang untuk
sementara, yaitu hamper sama dengan penghentian penguatan, yang berbeda adalah waktu
penghilangan penguatan positif lebih lama sampai terbentuk lagi perilaku yang diinginkan.
d.      Biaya respons (Respons cost)
Adalah menjauhkan atau mengambil penguatan-penguatan positif dari seseorang, seperti
peserta didik kehilangan hak istimewa tertentu. Biasanya biaya respons melibatkan
sejumlah sanksi atau denda.

11
e.       Hadirkan stimulus yang tidak disukai (Hukuman)
Jenis stimulus yang tidak disukai dan paling umum digunakan guru adalah teguran verbal
serta disertai dengan kerutan dahi atau kontak mata. Tindakan ini lebih efektif digunakan
ketika guru berada dekat dengan peserta didik.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan maslah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan bahwa Teori behavioristik
merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.

Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme, pengkondisian, penguatan, dan
Operant conditioning. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.

B. Saran

Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
efektif, lalu menerapkan metode dan  teori yang tepat, sehingga proses belajar mengajar berjalan
dengan baik. Oleh karena itu sebagai calon pendidik (guru) hendaknya kita mempelajari teori-
teori pembelajaran yang ada, agar kita mampu menemukan kecocokan dalam metode mengajar
yang tepat.

13
DAFTAR ISI

Budinungsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Pakar Raya.

Karwono. Mularsih, Heni. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukminan. 1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP

14

Anda mungkin juga menyukai