Oleh:
Dosen Pengampu :
JURUSAN PSIKOLOGI
2021
KATA PENGANTAR
Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas psikologi
dunia maya tentang faktor kognitif dalam perilaku online. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ridayanna Primanita , S.Psi., M.Psi.,
Psikolog karena sudah memberikan wawasan serta pandangan mengenai makalah
ini serta memberikan kesempatan penulis untuk menyusun dan membahas tentang
faktor kognitif dalam perilaku online melalui makalah ini
Akhirnya penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, menerima kritik dan saran agar
penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 4
A. Kesimpulan............................................................................... 17
B. Saran......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Internet telah menjadi fitur utama dalam kehidupan sehari-hari pada saat ini.
Banyak individu yang melakukan aktivitas secara online seperti belanja online,
mengobrol online, melakukan bisnis online, kencan online dan mencari informasi
online. kegiatan ini telah menjadi hal yang sangat biasa dalam kehidupan sehari-
hari sehingga banyak dari kita menerima begitu saja kemudahan dalam mencapai
tujuan dan keinginannya.
Kunci dari interaksi online ini adalah proses kognitif, yang mana proses
kognitif ini mengatur aspek-aspek seperti pembelajaran, memori, perhatian dan
pemecahan masalah. Proses inilah yang memungkinkan individu untuk
memanipulasi aspek kunci dari lingkungan digital tempat individu tersebut
berada.
Focus makalah ini adalah eksplorasi penelitian yang menyoroti
kemungkinan kerugian interaksi individu di internet. Ini bisa dalam bentuk proses
perhatian yang salah, gangguan dan masalah terkait dengan ingatan dan
pengkodean memori. Proses ini sangat penting untuk kehidupan kita sehari-hari,
namun kebanyakan dari kita menerima begitu saja, terutama ketika proses itu
bekerja dengan baik untuk sebagian besar. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat
memepelajari keterampilan baru dan memperoleh fakta serta informasi baru dan
kita juga bias memperhatikan berbagai hal dalam satu waktu. Namum ada kalanya
kita lupa atau sulit mempelajari keterampilan baru, pemecahan masalah, atau
perhatian kita yang teralihkan dari tujuan-tujuan kita pada saat ini.
Permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah sejauh mana kehidupan
online kita berfungsi untuk membantu kegagalan serupa dalam proses kognitif.
Kami mungkin berasumsi bahwa jika diberikan halaman web sederhana, kami
dapat dengan mudah memperhatikan informasi yang terkandung di dalamnya
1
(Varakin, Levin & Fidler, 2004). Asumsi ini merupakan penyederhanaan yang
berlebihan tentang cara manusia berinteraksi dengan lingkungan digital online.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka pokok permasalahan yang akan dibahas
adalah:
a) Jadi, berapa banyak bola golf di bulan?
b) Apa yang dimaksud google tahu?
c) Apa yang dimaksud dengan interaksi online dan kognisi yang
berkembang?
d) Mungkinkah internet meningkatkan cara berfikir kita ?
e) Apa yang di maksud dengan membaca dan internet?
f) Apa yang dimaksud dengan belajar di lingkungan online?
g) Apa yang dimaksud dengan perhatian dan internet?
h) Apa yang dimaksud dengan Gagasan Multitasking dan Perhatian
Parsial terus menerus ?
i) Dapatkah kami menjamin bahwa kami memperhatikan semuanya
secara online?
j) Apa yang dimaksud dengan memahami dampak perhatian dalam
tugas online
k) Bagaimana dengan interupsi?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai adalah :
a) Mengetahui berapa banyak bola golf di bulan
b) Menetahui Apa yang dimaksud google tahu
c) Mengetahui interaksi online dan kognisi yang berkembang
d) Mengetahui internet meningkatkan cara berfikir kita
e) Mengetahui membaca dan internet
f) Mengetahui belajar di lingkungan online
g) Mengetahui perhatian dan internet
2
h) Mengetahui Gagasan Multitasking dan Perhatian Parsial terus
menerus
i) Mengetahui maksud dari memperhatikan semuanya secara online
j) Mengetahui dampak perhatian dalam tugas online
k) Mengetahui interupsi
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Google Tahu
Pada contoh sebelumnya untuk mencari menjawab pertanyaan melibatkan
pengertian memori transaktif. Ini adalah istilah yang diambil dari ranah kognisi
social dan menggambarkan cara dimana aspek memori diturunkan ke elemen
dalam lingkungan terdekat (Sparrow, Liu, & Wegner, 2011).
Kapasitas untuk menyimpan informasi secara eksternal bukanlah sesuatu hal
yang baru atau berbeda. Ketika struktur grup atau hubungan transfer informasi
berkembang, akan ada penciptaan memori transaktif. Memori social ini
mencangkup tidak hanya jumlah dari semua memori yang kita miliki sebagai
individu tetapi juga pengetahuan komulatif yang dimiliki kelompok secara
keseluruhan dalam kaitannya dengan ingatan khusus mereka sendiri. Jika kita
tidak tahu informasinya, kita mungin tahu orang lain mengetahu informasi
tersebut (Wegner, Giuliano & Hertel, 1985, Wegner, 1987, Sparrow et al, 2011).
Aspek penting dari penelitian yang dilakukan oleh Sparrow et al (2011)
adalah apakah eksplorasi mesin pencari yang kita gunakan saat ini telah menjadi
anggota memori social saat ini. Penelitian menyimpulkan bahwa kita memang
melepaskan sebagian dari memori transaktif ke mesin pencari dengan keyakinan
bahwa internet akan mengetahui jawaban atas pertanyaan apapun yang kami
ajukan.sebagai akibatnya kita hanya mengingat sumber-sumber informasi itu. Jadi
daripada memiliki informasi factual yang tertanam dalam ingatan jangka panjang
kita, kita hanya memiliki ingatan procedural yang memberi tahu kemana kita haus
pergi jika kita perlu menemukan informasi yang serupa lagi. Sisi negative yang
pada proses ini adalah seperti yang dikatakan oleh Sparrow et al (2011), yang
menunjukan bahwa untuk mengetahui apapun yang diketahui google berarti kita
harus selalu terhubung dengannya dengan cara tertentu dengan konsekuensi
bahwa pemutusan hubungan dengan google mengakibatkan hilangnya sumber
daya ini. Ada hubungan terkait kemajuan teknologi dengan dampaknya pada
individu serta proses yang mengatur interaksi individu dengan dunia. Penting bagi
kita untuk tidak menerima pekembangan ini begitu saja, kita perlu mengetahui
bagaimana perkembangan tersebut mempengaruhi proses yang menentukan
kognitif diri kita.
5
C. Interaksi Online dan Kognisi yang Berkembang
Internet merupakan alat yang brilian, dengan menggunakan internet
memungkinkan kita untuk mencari, menjelajah, tweet, mengobrol dan bermain
dengan berbagai cara. Interaksi manusia dengan computer telah menyoroti cara-
cara kita berinteraksi dengan teknologi, menggunakan internet tidak sama dengan
menggunakan computer. Terlibat dalam aktivitas dunia maya menempatkan
berbagai tuntutan kognitif pada individu dibandingkan dengan hanya
menggunakan computer (Johnson, 2006). Perbedaan utama antara pengguna
internet dan penggunaan computer adalah konektivitas yang kita miliki saat
menggunakan. Johnson dan Johnson (2008), mencatat bahwa internet berfungsi
untuk menhubungan kita keseluruh dunia dari berbagai bentuk media, yang
semuanya dapat kita gunakan untuk berinteraksi. Sendangkan menggunakan
computer non-jaringan adalah pengalaman statis yang dibatasi oleh batasan
perangkat lunak yang diinstal dan perangkat yang terhubung seperti mouse,
keyboard dan monitor. Interaksi yang dilakukan berada dalam isolasi dan tidak
diatur oleh kekuasaan eksternal apapun. Setelah computer itu terhubung keinternet
barulah sesuatu yang berbeda terjadi dan beban kognitif yang dialami meningkat
(Johnson & Johnson, 2008).
Tarpley (2001), mengemukakan bahwa kompleksitas penggunaan internet
berbeda dengan bentuk interaksi media yang lebih konvensial. Jika kita mambaca
buku atau koran, menonton TV dan mendengarkan radio kita sebagian besar
adalah konsumen yang pasif. Dalam konteks internet kita beralih dari konsumen
pasif menjadi konsumen aktif. Kita dapat bermain game, berinteraksi dengan
materi dan media, berkomunikasi secara real time dan meninggalkan pesan untuk
orang lain. Mekanisme kognitif yang mendasari proses kognitif ini berarti bahwa
cara utama untuk berinteraksi dengan lingkungan kita, terutama yang berbasis
internet, telah beralih dari sebagian besar verbal ke visual (Subrahmanyam,
Greenfield & Gross, 2001). Padahal sebelumnya kita akan berbicara atau
mengobrol dan sekarang kita bias melihat, mengetik, dan mengklik untuk
memanipulasi elemen pada layar yang berada di depan kita.
6
D. Mungkinkah Internet Meningkatkan cara berfikir kita?
Dalam upaya awal untuk mengeksplorasi bagaimana penggunaan Internet
memengaruhi kemampuan kognitif kita Johnson dan Johnson (2008) menyelidiki
perbedaan dalam keterampilan penalaran antara orang-orang yang melaporkan
sering online versus mereka yang jarang menggunakan Internet. Temuan
menunjukkan bahwa pengguna yang sering online berbeda dari rekan mereka
yang tidak terlalu sering online dalam aspek kognisi, yaitu penalaran non-verbal.
Pengertian penalaran non-verbal berkaitan dengan sesuatu yang disebut dengan
kecerdasan visual (Subrahmanyam et al., 2001). Aspek kognisi ini mengharuskan
individu untuk memanipulasi aspek ruang masalah menggunakan mekanisme
visual misalnya, ukuran, perbedaan, identifikasi hubungan antar objek, mengingat
atau mengenali urutan. Mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu terlibat
dalam aktivitas online menunjukkan keuntungan yang jelas dalam bentuk
penigkatan penalaran.
Penelitian lebih lanjut telah menyoroti hubungan potensial antara
penggunaan situs jejaring sosial (SNS) dan dampaknya pada kemampuan kognitif.
Dalam penelitian awal oleh Kirschner dan Karpinski (2010), disarankan bahwa
ada hubungan yang merugikan antara nilai tes akademik dan seringnya
menggunakan situs jejaring sosial (dalam contoh penelitian ini, Facebook).
Banyak pengguna Facebook sering melaporkan menghabiskan sedikit waktu
untuk belajar dan keterampilan manajemen waktu yang buruk terkait dengan
kecenderungan mereka untuk menggunakan Facebook sebagai alat untuk
menunda-nunda.
Ada saran bahwa mungkin tautan ke kinerja akademis yang buruk dan
penggunaan Facebook dapat memanfaatkan sifat kepribadian yang mendasari
untuk distractibility daripada menunjukkan hubungan aktual antara jejaring sosial
dan pencapaian akademis yang rendah (Alloway, Horton, Alloway, & Dawson,
2013). Penelitian lebih lanjut oleh Junco (2012) mengeksplorasi ide ini dan
menyoroti dikotomi sesuai dengan tugas yang dilakukan di Facebook serta
dampak terkait pada ukuran objektif pencapaian akademik. Sebagian besar
penelitian ini dilakukan di Amerika, ukuran objektif yang digunakan untuk
7
pencapaian akademis adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Para siswa yang
terlibat dalam aspek pemantauan sosial (berbagi tautan atau membaca pembaruan
status teman) mengarah ke skor IPK yang lebih tinggi dibandingkan aktivitas
sosial aktif seperti memposting pembaruan status dan terlibat dalam obrolan pesan
instan. Di sini, momok multitasking mungkin bertanggung jawab atas perbedaan
tersebut, khususnya di mana kegiatan belajar dan mereka yang terlibat di SNSS
memiliki persilangan yang signifikan. Di mana ada tingkat kesamaan yang tinggi
antara belajar dan aktivitas jejaring sosial, persaingan untuk sumber daya kognitif
yang terbatas akan terjadi. Ini dapat memberikan situasi di mana informasi yang
dipelajari tidak disimpan dalam memori sama sekali, atau hubungan yang dibuat
antara konsep membingungkan dengan materi dari aktivitas jejaring sosial. Jelas
proses seperti itu dapat berdampak jelas pada skor IPK yang lebih rendah,
terutama di mana tautan ke informasi dan konsep utama diperlukan (Junco, 2012).
Alloway dkk. (2013) mengeksplorasi pertanyaan menarik terkait dengan
penggunaan SNSS dan kaitannya dengan peningkatan kemampuan kognitif. Para
penulis mengajukan berbagai pertanyaan penelitian dengan pertanyaan utama
menanyakan apakah keterlibatan dengan berbagai jenis jejaring sosial memiliki
dampak langsung pada keterampilan kognitif dan pencapaian akademis. Hasilnya
menunjukkan perbedaan skor yang signifikan pada ukuran memori kerja,
kemampuan verbal, dan ejaan pada peserta yang menggunakan Facebook selama
satu tahun atau lebih dibandingkan dengan mereka yang jarang menggunakan
Facebook. Penulis menyarankan penjelasan yang mungkin untuk perbaikan yang
berkaitan dengan kesamaan proses kognitif yang digunakan dalam kedua tugas
tersebut. Dalam aktivitas Facebook yang khas, sebagian besar individu akan
masuk dan dihadapkan pada sejumlah besar informasi terperinci yang harus
mereka akses, proses, dan manipulasi. Mereka juga harus menentukan
(menggunakan proses pengambilan keputusan kognitif yang kompleks) seberapa
relevan informasi yang diakses bagi mereka sebelum menjalankan sejumlah
proses berdasarkan hasil dari proses pengambilan keputusan ini. Proses seperti itu
secara jelas terkait dengan aktivitas yang terkait dengan fungsi memori kerja,
termasuk aspek perhatian visual, pengkodean verbal, dan pengambilan keputusan.
8
Alasan yang diajukan untuk efek positif Facebook pada ejaan dan kemampuan
verbal berkaitan dengan efek pelatihan, dengan individu secara teratur terlibat
dalam membaca posting atau mengomentari pembaruan status yang memiliki
lebih banyak latihan dalam komunikasi verbal. Manfaat seperti itu terlihat ketika
dibandingkan dengan skor pada konsep yang berhubungan dengan matematika,
yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara keterlibatan tinggi
dan rendah dalam aktivitas jejaring sosial, dengan tugas-tugas seperti itu
umumnya tidak ditampilkan di situs-situs seperti Facebook (Alloway et al., 2013).
9
Carr (2010) menyoroti perbedaan utama antara pemrosesan teks online dan
offline. Mangen, (2008), Carr, (2010), mengemukakan bahwa proses kognitif
membaca offline melibatkan dua indra penting yaitu, haptic (sentuhan) dan
penglihatan. Menurut Mangen (2008), Carr (2010), membaca adalah proses
multisensori di mana kita harus membangun hubungan relatif antara konteks di
mana teks diperkenalkan dengan konten (pemahaman). Membaca juga
membutuhkan serangkaian proses visual-spasial yang akan membantu kita
melacak di mana kita berada dalam teks sambil memandu kita melalui rute yang
telah ditentukan sebelumnya di seluruh halaman. Sebaliknya, membaca hypertext
membuka cara baru bagi materi yang akan dinavigasi serta mengubah jumlah
perhatian yang kami curahkan untuk setiap informasi baru (Carr, 2010).
Kecenderungan individu untuk tersesat dalam serangkaian hyperlink yang
mengikuti satu sama lain dapat menjadi kemungkinan yang nyata, terutama jika
individu tersebut memiliki kemampuan tingkat rendah dalam menjelajahi Internet.
Penggunaan hyperlink tidak ada bedanya dengan membaca buku teks lalu mencari
referensi di bagian belakang buku, atau membaca daftar isi, lalu berpindah ke
halaman yang diperlukan. Perbedaan dengan hypertext terkait dengan kemudahan
dan kecepatan informasi tersebut dipilih, diakses, dipindai, dan kemudian dilewati
(Carr, 2010).
10
mekanisme di mana informasi ditransfer dari penyimpanan sementara (memori
jangka pendek) ke skema yang terletak di penyimpanan yang lebih permanen
(memori jangka panjang) yang penuh dengan kendala. Dalam analogi yang
digunakan oleh Carr (2010), proses pemindahan materi dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang mirip dengan 'mengisi bak mandi dengan bidal'
(Carr, 2010).
Sweller (1994) dan Carr (2010) menganggap ini sebagai masalah utama
yang berkaitan dengan beban kognitif. Pengertian beban kognitif telah digunakan
sebagai ukuran obyektif untuk mengeksplorasi seberapa banyak informasi dan
materi yang dapat kita hadiri dan kemudian disandikan dengan mentransfernya
dari memori jangka pendek ke jangka panjang. Gagasan terkait kelebihan kognitif
adalah situasi di mana kita memiliki lebih banyak informasi yang masuk dari
lingkungan yang tidak dipenuhi atau dipertahankan oleh kapasitas kita untuk
mentransfer informasi ini ke dalam skema yang terdapat dalam memori jangka
panjang. Jika kita memiliki situasi di mana materi hilang dan tidak dikodekan, ini
jelas akan melemahkan pembentukan memori yang menyebabkan retensi dan
pembelajaran yang lebih buruk (Carr, 2010).
Jadi apa hubungannya ini dengan kognisi, Internet, dan kita? Bagi
kebanyakan dari kita, kita membaca dengan kecepatan kita sendiri ketika diberi
buku atau artikel tertulis di dunia offline. Ini adalah proses yang mengontrol cara
di mana materi ditransfer dari memori jangka pendek ke jangka panjang, dan jika
kita menemukan diri kita tidak mengingat informasi atau kita sedikit tersesat,
kemudian kita dapat membaca kembali materi atau mengambil lebih banyak
waktu untuk mencerna informasi. Dalam konteks Internet, proses ini sedikit
berbeda dalam hal kecepatan penyampaian materi dan banyaknya sumber yang
melaluinya informasi dapat disajikan.
11
bertujuan untuk mendemonstrasikan hal ini dengan membandingkan kinerja dari
dua kelompok, mereka yang berpengalaman dalam penggunaan dan mereka yang
kurang berpengalaman menggunakan Internet. Dalam penelitian oleh Small et al.
(2009) kedua kelompok melakukan berbagai tugas mulai dari membaca teks linier
sederhana hingga melakukan aktivitas pencarian berbasis Internet yang lebih
mendalam.
Sifat perhatian dalam istilah kognisi dilihat sebagai dasar dari sistem
pemrosesan informasi disamping aspek-aspek lainnya seperti memori dan
pemecah masalah. Perhatian dalam konteks perilaku dan aktivitas online memilki
peran penting untuk dimainkan, perhatian dalam penggunaan internet bertindak
sebagai filter dan fokus.
12
H. Gagasan Multitasking Dan Perhatian Parsial Terus Menerus
13
pada informasi yang relevan dengan tugas dalam menghadapi gangguan. MMT
yang lebih rendah tampaknya menunjukkan tingkat kontrol perhatian endogen
yang lebih kuat yang memungkinkan fokus yang lebih jelas pada satu tugas.
Mereka yang didefinisikan sebagai MMT tinggi tampaknya didorong untuk
rangsangan di luar tujuan tugas saat ini (Aston-Jones & Cohen, 2005).
Mengubah kebutaan
14
Kebutaan inattentional
15
berantakan, atau situs web yang dirancang dengan buruk yang memiliki beberapa
ikon tanpa tautan ke relevansi atau fungsi tugas.
Mark, Gudith, dan Klocke (2008) mencatat bahwa individu yang diinterupsi
sering kali mengkompensasi beban kerja secara bersamaan dengan meningkatkan
kecepatan mereka melakukan sesuatu. Ini memiliki efek sisa meningkatkan
tingkat stres, frustrasi, tekanan waktu dan upaya yang dirasakan secara
keseluruhan dalam melakukan aktivitas. Seringkali, interupsi yang berisi
informasi yang sangat konsisten dengan tugas yang sedang dilakukan dan dapat
menghasilkan efek fasilitasi yang jelas.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan seperti terlibat dalam jejaring sosial dapat memiliki efek positif
pada aspek kognisi tertentu. Fasilitasi ini diasumsikan terjadi sebagai hasil
dari 'pelatihan' dalam proses yang terkait dengan proses kognitif yang
mendasarinya.
17
sebagai individu kita kehilangan aspek-aspek kunci dari lingkungan online
kita.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini saya berharap pembaca menjadi bertambah
informasi tentang faktor kognitif dalam perilaku online. Dan semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai sumber bagi penulis lain dalam pembuatan makalah
nya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19