Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PSIKOLOGI DUNIA MAYA

“COGNITIVE FACTORS IN ONLINE BEHAVIOUR ”

Oleh:

Rahma Widya Sari (18011077)

Welin Yolanda (17011322)

Dosen Pengampu :

Ridayanna Primanita , S.Psi., M.Psi., Psikolog

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb, puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH


SWT, karena dapat menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas psikologi dunia maya tentang faktor kognitif dalam
perilaku online.

Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas psikologi
dunia maya tentang faktor kognitif dalam perilaku online. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ridayanna Primanita , S.Psi., M.Psi.,
Psikolog karena sudah memberikan wawasan serta pandangan mengenai makalah
ini serta memberikan kesempatan penulis untuk menyusun dan membahas tentang
faktor kognitif dalam perilaku online melalui makalah ini

Akhirnya penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, menerima kritik dan saran agar
penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat.

Bukittinggi, 20 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 4

A. Jadi, berapa banyak bola golf di bulan………………………... 4


B. Google tahu…………………………………………………… 5
C. Apa yang dimaksud dengan interaksi online dan kognisi yang
Berkembang……………………………………………………. 6
D. Mungkinkah internet meningkatkan cara berfikir kita ?............. 7
E. Membaca dan internet…………………………………………. 9
F. Belajar di lingkungan online…………………………………… 10
G. Perhatian dan internet………………………………………….. 12
H. Gagasan Multitasking dan Perhatian Parsial terus menerus …... 13
I. Dapatkah kami menjamin bahwa kami memperhatikan
semuanya secara online? ………………………………………. 14
J. Memahami dampak perhatian dalam tugas online ……………. 15
K. Bagaimana dengan interupsi? ………………………………... 16

BAB III PENUTUP............................................................................. 17

A. Kesimpulan............................................................................... 17
B. Saran......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Internet telah menjadi fitur utama dalam kehidupan sehari-hari pada saat ini.
Banyak individu yang melakukan aktivitas secara online seperti belanja online,
mengobrol online, melakukan bisnis online, kencan online dan mencari informasi
online. kegiatan ini telah menjadi hal yang sangat biasa dalam kehidupan sehari-
hari sehingga banyak dari kita menerima begitu saja kemudahan dalam mencapai
tujuan dan keinginannya.
Kunci dari interaksi online ini adalah proses kognitif, yang mana proses
kognitif ini mengatur aspek-aspek seperti pembelajaran, memori, perhatian dan
pemecahan masalah. Proses inilah yang memungkinkan individu untuk
memanipulasi aspek kunci dari lingkungan digital tempat individu tersebut
berada.
Focus makalah ini adalah eksplorasi penelitian yang menyoroti
kemungkinan kerugian interaksi individu di internet. Ini bisa dalam bentuk proses
perhatian yang salah, gangguan dan masalah terkait dengan ingatan dan
pengkodean memori. Proses ini sangat penting untuk kehidupan kita sehari-hari,
namun kebanyakan dari kita menerima begitu saja, terutama ketika proses itu
bekerja dengan baik untuk sebagian besar. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat
memepelajari keterampilan baru dan memperoleh fakta serta informasi baru dan
kita juga bias memperhatikan berbagai hal dalam satu waktu. Namum ada kalanya
kita lupa atau sulit mempelajari keterampilan baru, pemecahan masalah, atau
perhatian kita yang teralihkan dari tujuan-tujuan kita pada saat ini.
Permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah sejauh mana kehidupan
online kita berfungsi untuk membantu kegagalan serupa dalam proses kognitif.
Kami mungkin berasumsi bahwa jika diberikan halaman web sederhana, kami
dapat dengan mudah memperhatikan informasi yang terkandung di dalamnya

1
(Varakin, Levin & Fidler, 2004). Asumsi ini merupakan penyederhanaan yang
berlebihan tentang cara manusia berinteraksi dengan lingkungan digital online.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka pokok permasalahan yang akan dibahas
adalah:
a) Jadi, berapa banyak bola golf di bulan?
b) Apa yang dimaksud google tahu?
c) Apa yang dimaksud dengan interaksi online dan kognisi yang
berkembang?
d) Mungkinkah internet meningkatkan cara berfikir kita ?
e) Apa yang di maksud dengan membaca dan internet?
f) Apa yang dimaksud dengan belajar di lingkungan online?
g) Apa yang dimaksud dengan perhatian dan internet?
h) Apa yang dimaksud dengan Gagasan Multitasking dan Perhatian
Parsial terus menerus ?
i) Dapatkah kami menjamin bahwa kami memperhatikan semuanya
secara online?
j) Apa yang dimaksud dengan memahami dampak perhatian dalam
tugas online
k) Bagaimana dengan interupsi?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai adalah :
a) Mengetahui berapa banyak bola golf di bulan
b) Menetahui Apa yang dimaksud google tahu
c) Mengetahui interaksi online dan kognisi yang berkembang
d) Mengetahui internet meningkatkan cara berfikir kita
e) Mengetahui membaca dan internet
f) Mengetahui belajar di lingkungan online
g) Mengetahui perhatian dan internet

2
h) Mengetahui Gagasan Multitasking dan Perhatian Parsial terus
menerus
i) Mengetahui maksud dari memperhatikan semuanya secara online
j) Mengetahui dampak perhatian dalam tugas online
k) Mengetahui interupsi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jadi, Berapa Banyak Bola Golf di Bulan?


Penelitian yang dilakukan oleh Ybarra, Winkielman, Yeh, Burnstein dan
Kavanagh (2010), mereka telah menemukan bahwa aspek interaksi social
sebenarnya bermanfaat untuk aspek fungsi kognitif kita seperti control eksekutif,
proses penyeluruh yang mengatur apa yang kita perhatikan dan kapan. Ada juga
pencarian actual untuk informasi itu sendiri, yang membangun pembelajaran dan
meningkatkan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Proses pencarian
informasi bukan hanya tentang sepotong informasi itu sendiri, sematik atau
factual, melainkan ini juga tentang aspek biografi otomatis dari pencarian, apa
yang kita lakukan, bagaimana dan dimana kita menemukan informasi tersebut.
Mekanisme yang digunakan oleh seseorang untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan telah berubah. Alat yang dapat kita gunakan untuk mencari
informasi telah semakin canggih. Dalam salah satu kuliah tentang memori, topik
pengetahuan umum muncul dan terdapat pertanyaantentang berapa banyak bola
golf yang sebenarnya ada di bulan? Awalnya banyak mahasiswa yang meragukan
dan menolak pertanyaan itu sebagai tipuan menunjukkan bahwa memang tidak
ada bola golf di bulan. Saat diskusi berlanjut, salah satu mahasiswa meneriaki
jawaban atas pertanyaan ini, saat ditelusuri dari mana mahasiswa ini mendapatkan
jawaban ternyata mahasiswa ini menggunakan smartphone yang terhubung ke
internet. Akses informasi yang hampir instan ini membawa perubahan kedalam
hubungan kita, tidak hanya dengan informasi tersebut, tetapi juga dengan
teknologi yang mengatur interaksi kita. Selain itu, hubungan ini berkembang
dengan cepat dengan penelitian yang telah menunjukan dampak dunia maya pada
proses kognitif yang kita gunakan untuk mengelola situasi seperti pertanyaan
tentang bola golf. Aspek-aspek seperti perhatian, memori, membaca, dan
pemecahan masalah atau pengambilan keputusan adalah semua proses kognitif
dasar yang baru kita pahami di dunia offline.

4
B. Google Tahu
Pada contoh sebelumnya untuk mencari menjawab pertanyaan melibatkan
pengertian memori transaktif. Ini adalah istilah yang diambil dari ranah kognisi
social dan menggambarkan cara dimana aspek memori diturunkan ke elemen
dalam lingkungan terdekat (Sparrow, Liu, & Wegner, 2011).
Kapasitas untuk menyimpan informasi secara eksternal bukanlah sesuatu hal
yang baru atau berbeda. Ketika struktur grup atau hubungan transfer informasi
berkembang, akan ada penciptaan memori transaktif. Memori social ini
mencangkup tidak hanya jumlah dari semua memori yang kita miliki sebagai
individu tetapi juga pengetahuan komulatif yang dimiliki kelompok secara
keseluruhan dalam kaitannya dengan ingatan khusus mereka sendiri. Jika kita
tidak tahu informasinya, kita mungin tahu orang lain mengetahu informasi
tersebut (Wegner, Giuliano & Hertel, 1985, Wegner, 1987, Sparrow et al, 2011).
Aspek penting dari penelitian yang dilakukan oleh Sparrow et al (2011)
adalah apakah eksplorasi mesin pencari yang kita gunakan saat ini telah menjadi
anggota memori social saat ini. Penelitian menyimpulkan bahwa kita memang
melepaskan sebagian dari memori transaktif ke mesin pencari dengan keyakinan
bahwa internet akan mengetahui jawaban atas pertanyaan apapun yang kami
ajukan.sebagai akibatnya kita hanya mengingat sumber-sumber informasi itu. Jadi
daripada memiliki informasi factual yang tertanam dalam ingatan jangka panjang
kita, kita hanya memiliki ingatan procedural yang memberi tahu kemana kita haus
pergi jika kita perlu menemukan informasi yang serupa lagi. Sisi negative yang
pada proses ini adalah seperti yang dikatakan oleh Sparrow et al (2011), yang
menunjukan bahwa untuk mengetahui apapun yang diketahui google berarti kita
harus selalu terhubung dengannya dengan cara tertentu dengan konsekuensi
bahwa pemutusan hubungan dengan google mengakibatkan hilangnya sumber
daya ini. Ada hubungan terkait kemajuan teknologi dengan dampaknya pada
individu serta proses yang mengatur interaksi individu dengan dunia. Penting bagi
kita untuk tidak menerima pekembangan ini begitu saja, kita perlu mengetahui
bagaimana perkembangan tersebut mempengaruhi proses yang menentukan
kognitif diri kita.

5
C. Interaksi Online dan Kognisi yang Berkembang
Internet merupakan alat yang brilian, dengan menggunakan internet
memungkinkan kita untuk mencari, menjelajah, tweet, mengobrol dan bermain
dengan berbagai cara. Interaksi manusia dengan computer telah menyoroti cara-
cara kita berinteraksi dengan teknologi, menggunakan internet tidak sama dengan
menggunakan computer. Terlibat dalam aktivitas dunia maya menempatkan
berbagai tuntutan kognitif pada individu dibandingkan dengan hanya
menggunakan computer (Johnson, 2006). Perbedaan utama antara pengguna
internet dan penggunaan computer adalah konektivitas yang kita miliki saat
menggunakan. Johnson dan Johnson (2008), mencatat bahwa internet berfungsi
untuk menhubungan kita keseluruh dunia dari berbagai bentuk media, yang
semuanya dapat kita gunakan untuk berinteraksi. Sendangkan menggunakan
computer non-jaringan adalah pengalaman statis yang dibatasi oleh batasan
perangkat lunak yang diinstal dan perangkat yang terhubung seperti mouse,
keyboard dan monitor. Interaksi yang dilakukan berada dalam isolasi dan tidak
diatur oleh kekuasaan eksternal apapun. Setelah computer itu terhubung keinternet
barulah sesuatu yang berbeda terjadi dan beban kognitif yang dialami meningkat
(Johnson & Johnson, 2008).
Tarpley (2001), mengemukakan bahwa kompleksitas penggunaan internet
berbeda dengan bentuk interaksi media yang lebih konvensial. Jika kita mambaca
buku atau koran, menonton TV dan mendengarkan radio kita sebagian besar
adalah konsumen yang pasif. Dalam konteks internet kita beralih dari konsumen
pasif menjadi konsumen aktif. Kita dapat bermain game, berinteraksi dengan
materi dan media, berkomunikasi secara real time dan meninggalkan pesan untuk
orang lain. Mekanisme kognitif yang mendasari proses kognitif ini berarti bahwa
cara utama untuk berinteraksi dengan lingkungan kita, terutama yang berbasis
internet, telah beralih dari sebagian besar verbal ke visual (Subrahmanyam,
Greenfield & Gross, 2001). Padahal sebelumnya kita akan berbicara atau
mengobrol dan sekarang kita bias melihat, mengetik, dan mengklik untuk
memanipulasi elemen pada layar yang berada di depan kita.

6
D. Mungkinkah Internet Meningkatkan cara berfikir kita?
Dalam upaya awal untuk mengeksplorasi bagaimana penggunaan Internet
memengaruhi kemampuan kognitif kita Johnson dan Johnson (2008) menyelidiki
perbedaan dalam keterampilan penalaran antara orang-orang yang melaporkan
sering online versus mereka yang jarang menggunakan Internet. Temuan
menunjukkan bahwa pengguna yang sering online berbeda dari rekan mereka
yang tidak terlalu sering online dalam aspek kognisi, yaitu penalaran non-verbal.
Pengertian penalaran non-verbal berkaitan dengan sesuatu yang disebut dengan
kecerdasan visual (Subrahmanyam et al., 2001). Aspek kognisi ini mengharuskan
individu untuk memanipulasi aspek ruang masalah menggunakan mekanisme
visual misalnya, ukuran, perbedaan, identifikasi hubungan antar objek, mengingat
atau mengenali urutan. Mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu terlibat
dalam aktivitas online menunjukkan keuntungan yang jelas dalam bentuk
penigkatan penalaran.
Penelitian lebih lanjut telah menyoroti hubungan potensial antara
penggunaan situs jejaring sosial (SNS) dan dampaknya pada kemampuan kognitif.
Dalam penelitian awal oleh Kirschner dan Karpinski (2010), disarankan bahwa
ada hubungan yang merugikan antara nilai tes akademik dan seringnya
menggunakan situs jejaring sosial (dalam contoh penelitian ini, Facebook).
Banyak pengguna Facebook sering melaporkan menghabiskan sedikit waktu
untuk belajar dan keterampilan manajemen waktu yang buruk terkait dengan
kecenderungan mereka untuk menggunakan Facebook sebagai alat untuk
menunda-nunda.
Ada saran bahwa mungkin tautan ke kinerja akademis yang buruk dan
penggunaan Facebook dapat memanfaatkan sifat kepribadian yang mendasari
untuk distractibility daripada menunjukkan hubungan aktual antara jejaring sosial
dan pencapaian akademis yang rendah (Alloway, Horton, Alloway, & Dawson,
2013). Penelitian lebih lanjut oleh Junco (2012) mengeksplorasi ide ini dan
menyoroti dikotomi sesuai dengan tugas yang dilakukan di Facebook serta
dampak terkait pada ukuran objektif pencapaian akademik. Sebagian besar
penelitian ini dilakukan di Amerika, ukuran objektif yang digunakan untuk

7
pencapaian akademis adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Para siswa yang
terlibat dalam aspek pemantauan sosial (berbagi tautan atau membaca pembaruan
status teman) mengarah ke skor IPK yang lebih tinggi dibandingkan aktivitas
sosial aktif seperti memposting pembaruan status dan terlibat dalam obrolan pesan
instan. Di sini, momok multitasking mungkin bertanggung jawab atas perbedaan
tersebut, khususnya di mana kegiatan belajar dan mereka yang terlibat di SNSS
memiliki persilangan yang signifikan. Di mana ada tingkat kesamaan yang tinggi
antara belajar dan aktivitas jejaring sosial, persaingan untuk sumber daya kognitif
yang terbatas akan terjadi. Ini dapat memberikan situasi di mana informasi yang
dipelajari tidak disimpan dalam memori sama sekali, atau hubungan yang dibuat
antara konsep membingungkan dengan materi dari aktivitas jejaring sosial. Jelas
proses seperti itu dapat berdampak jelas pada skor IPK yang lebih rendah,
terutama di mana tautan ke informasi dan konsep utama diperlukan (Junco, 2012).
Alloway dkk. (2013) mengeksplorasi pertanyaan menarik terkait dengan
penggunaan SNSS dan kaitannya dengan peningkatan kemampuan kognitif. Para
penulis mengajukan berbagai pertanyaan penelitian dengan pertanyaan utama
menanyakan apakah keterlibatan dengan berbagai jenis jejaring sosial memiliki
dampak langsung pada keterampilan kognitif dan pencapaian akademis. Hasilnya
menunjukkan perbedaan skor yang signifikan pada ukuran memori kerja,
kemampuan verbal, dan ejaan pada peserta yang menggunakan Facebook selama
satu tahun atau lebih dibandingkan dengan mereka yang jarang menggunakan
Facebook. Penulis menyarankan penjelasan yang mungkin untuk perbaikan yang
berkaitan dengan kesamaan proses kognitif yang digunakan dalam kedua tugas
tersebut. Dalam aktivitas Facebook yang khas, sebagian besar individu akan
masuk dan dihadapkan pada sejumlah besar informasi terperinci yang harus
mereka akses, proses, dan manipulasi. Mereka juga harus menentukan
(menggunakan proses pengambilan keputusan kognitif yang kompleks) seberapa
relevan informasi yang diakses bagi mereka sebelum menjalankan sejumlah
proses berdasarkan hasil dari proses pengambilan keputusan ini. Proses seperti itu
secara jelas terkait dengan aktivitas yang terkait dengan fungsi memori kerja,
termasuk aspek perhatian visual, pengkodean verbal, dan pengambilan keputusan.

8
Alasan yang diajukan untuk efek positif Facebook pada ejaan dan kemampuan
verbal berkaitan dengan efek pelatihan, dengan individu secara teratur terlibat
dalam membaca posting atau mengomentari pembaruan status yang memiliki
lebih banyak latihan dalam komunikasi verbal. Manfaat seperti itu terlihat ketika
dibandingkan dengan skor pada konsep yang berhubungan dengan matematika,
yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara keterlibatan tinggi
dan rendah dalam aktivitas jejaring sosial, dengan tugas-tugas seperti itu
umumnya tidak ditampilkan di situs-situs seperti Facebook (Alloway et al., 2013).

E. Membaca dan Internet

Bagi kebanyakan manusia, membaca adalah proses otomatis yang


membutuhkan sedikit usaha sadar. Dalam kebanyakan kasus, kita akan berasumsi
bahwa segala bentuk teks, baik online maupun offline memerlukan tingkat
pemrosesan kognitif yang sama. Namun, penelitian menunjukkan bahwa asumsi
ini keliru. Hypertext adalah mekanisme yang umum digunakan untuk menyajikan
teks elektronik dan cukup sering digunakan dalam berbagai konteks mulai dari e-
reading hingga teks berbasis web. Hal yang membedakan hypertext dari offline
tradisional adalah hypertext berisi tautan aktif (atau hyperlink) yang disematkan di
dalam teks. Tautan ini memungkinkan pengguna untuk mengakses berbagai
macam informasi dari teks saat ini yang mereka baca (Destefano & LeFevre,
2007).

Destefano dan LeFevre (2007) dan Smart (2010), menunjukkan bahwa


peningkatan pengalaman yang ditawarkan oleh hypertext dapat meningkatkan
beban kognitif yang kita alami sebagai perbandingan ke teks offline. Penggunaan
hyperlink adalah alat yang hebat yang memberi pengguna keuntungan
menghubungkan pembaca dengan sejumlah besar informasi lebih lanjut.
Fungsionalitas ini mungkin ada harganya, dan seperti yang dicatat oleh Carr
(2010), penggunaan hyperlink mendorong kita untuk menjauh dari tempat
menarik awal dan menjadi sasaran informasi tambahan.

9
Carr (2010) menyoroti perbedaan utama antara pemrosesan teks online dan
offline. Mangen, (2008), Carr, (2010), mengemukakan bahwa proses kognitif
membaca offline melibatkan dua indra penting yaitu, haptic (sentuhan) dan
penglihatan. Menurut Mangen (2008), Carr (2010), membaca adalah proses
multisensori di mana kita harus membangun hubungan relatif antara konteks di
mana teks diperkenalkan dengan konten (pemahaman). Membaca juga
membutuhkan serangkaian proses visual-spasial yang akan membantu kita
melacak di mana kita berada dalam teks sambil memandu kita melalui rute yang
telah ditentukan sebelumnya di seluruh halaman. Sebaliknya, membaca hypertext
membuka cara baru bagi materi yang akan dinavigasi serta mengubah jumlah
perhatian yang kami curahkan untuk setiap informasi baru (Carr, 2010).
Kecenderungan individu untuk tersesat dalam serangkaian hyperlink yang
mengikuti satu sama lain dapat menjadi kemungkinan yang nyata, terutama jika
individu tersebut memiliki kemampuan tingkat rendah dalam menjelajahi Internet.
Penggunaan hyperlink tidak ada bedanya dengan membaca buku teks lalu mencari
referensi di bagian belakang buku, atau membaca daftar isi, lalu berpindah ke
halaman yang diperlukan. Perbedaan dengan hypertext terkait dengan kemudahan
dan kecepatan informasi tersebut dipilih, diakses, dipindai, dan kemudian dilewati
(Carr, 2010).

F. Belajar di Lingkungan Online

Sweller (1994) menyoroti gagasan bahwa aspek pembelajaran melibatkan


konstruksi dari apa yang kita sebut skema. Skema, istilah yang awalnya
digunakan oleh Bartlett (1932), dapat dianggap sebagai 'skrip aktif online yang
berfungsi untuk menyimpan potongan informasi yang dikelompokkan bersama di
sekitar topik atau subjek tertentu. Misalnya, memiliki skema yang berkaitan
dengan topik liburan yang dapat mencakup cara kita mendefinisikan liburan, apa
yang perlu kita lakukan saat liburan, pengalaman liburan kita sebelumnya, dan
sebagainya. Proses transfer informasi ke dalam format yang lebih panjang dan
tahan lama ini memungkinkan kita untuk membangun pengalaman di dunia nyata.
Bagaimanapun proses ini tidak pernah sejelas yang kita asumsikan dan

10
mekanisme di mana informasi ditransfer dari penyimpanan sementara (memori
jangka pendek) ke skema yang terletak di penyimpanan yang lebih permanen
(memori jangka panjang) yang penuh dengan kendala. Dalam analogi yang
digunakan oleh Carr (2010), proses pemindahan materi dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang mirip dengan 'mengisi bak mandi dengan bidal'
(Carr, 2010).

Sweller (1994) dan Carr (2010) menganggap ini sebagai masalah utama
yang berkaitan dengan beban kognitif. Pengertian beban kognitif telah digunakan
sebagai ukuran obyektif untuk mengeksplorasi seberapa banyak informasi dan
materi yang dapat kita hadiri dan kemudian disandikan dengan mentransfernya
dari memori jangka pendek ke jangka panjang. Gagasan terkait kelebihan kognitif
adalah situasi di mana kita memiliki lebih banyak informasi yang masuk dari
lingkungan yang tidak dipenuhi atau dipertahankan oleh kapasitas kita untuk
mentransfer informasi ini ke dalam skema yang terdapat dalam memori jangka
panjang. Jika kita memiliki situasi di mana materi hilang dan tidak dikodekan, ini
jelas akan melemahkan pembentukan memori yang menyebabkan retensi dan
pembelajaran yang lebih buruk (Carr, 2010).

Jadi apa hubungannya ini dengan kognisi, Internet, dan kita? Bagi
kebanyakan dari kita, kita membaca dengan kecepatan kita sendiri ketika diberi
buku atau artikel tertulis di dunia offline. Ini adalah proses yang mengontrol cara
di mana materi ditransfer dari memori jangka pendek ke jangka panjang, dan jika
kita menemukan diri kita tidak mengingat informasi atau kita sedikit tersesat,
kemudian kita dapat membaca kembali materi atau mengambil lebih banyak
waktu untuk mencerna informasi. Dalam konteks Internet, proses ini sedikit
berbeda dalam hal kecepatan penyampaian materi dan banyaknya sumber yang
melaluinya informasi dapat disajikan.

Small, Moody, Siddarth, dan Bookheimer (2009) membuat saran bahwa


penggunaan Internet, atau lebih khusus lagi tindakan pencarian di Internet, dapat
menyebabkan perubahan yang terukur dalam tingkat aktivasi otak. Para peneliti

11
bertujuan untuk mendemonstrasikan hal ini dengan membandingkan kinerja dari
dua kelompok, mereka yang berpengalaman dalam penggunaan dan mereka yang
kurang berpengalaman menggunakan Internet. Dalam penelitian oleh Small et al.
(2009) kedua kelompok melakukan berbagai tugas mulai dari membaca teks linier
sederhana hingga melakukan aktivitas pencarian berbasis Internet yang lebih
mendalam.

Penemuan ini cukup mengejutkan, dan dengan jelas menunjukkan bahwa


pengalaman menggunakan Internet berdampak pada aktivasi otak. Dalam hal
membaca teks berbasis linier standar, kedua kelompok tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Kedua kelompok berbeda secara signifikan dalam hal
pola aktivasi otak saat terlibat dalam aktivitas pencarian berbasis Internet. Selama
aktivitas ini, para peserta yang paham Internet mendemonstrasikan peningkatan
pola aktivasi di area otak yang terkait dengan pengambilan keputusan dan
kemampuan kami untuk mengintegrasikan aspek informasi kompleks untuk
mensintesiskan tujuan dan sasaran. Peserta yang naif internet tidak menunjukkan
aktivitas seperti itu di area otak ini. Meskipun penulis penelitian ini sangat
berhati-hati saat menafsirkan hasil, sarannya adalah bahwa proses sebenarnya dari
pencarian di Internet melibatkan lebih banyak otak daripada proses sederhana
membaca teks linier. Bagaimana aktivitas semacam itu meluas ke proses kognitif
aktual yang terlibat dalam sifat pencarian Internet masih belum diketahui, tetapi
dalam penelitian ini kami memiliki bukti kuat bahwa aktivitas di Internet
melibatkan lebih banyak otak dari pada sekadar membaca.

G. Perhatian dan Internet.

Sifat perhatian dalam istilah kognisi dilihat sebagai dasar dari sistem
pemrosesan informasi disamping aspek-aspek lainnya seperti memori dan
pemecah masalah. Perhatian dalam konteks perilaku dan aktivitas online memilki
peran penting untuk dimainkan, perhatian dalam penggunaan internet bertindak
sebagai filter dan fokus.

12
H. Gagasan Multitasking Dan Perhatian Parsial Terus Menerus

Menurut Linda Stone (2009) definisi perhatian parsial menggambrakan


keadaan terlibat dalam berbagai kegiatan tetapi tidak pernah sepenuhnya
mengabdikan fokus ke salah satu dari mereka (lindastone. net / qa / continuous-
partial-attention). Prores perhatian tersebut berbeda dengan pengertian
multitakasking karena setiap tugas memiliki tujuan yang langsung dan relevan.

Nass, dan Wagner (2009) menyelidiki kemungkinan bahwa ada perbedaan


yang berbeda dalam proses kognitif antara mereka yang sering melakukan
multitasking media dan mereka yang tidak. Gagasan multitasking media telah
dicatat sebagai aktivitas yang lebih umum di kelompok usia yang telah disebut
'digital natives', biasanya antara usia 8-18 (Rideout, Roberts, & Foehr, 2005).
Ophir dkk. (2009) menyarankan bahwa mereka yang terlibat dalam multitasking
media yang lebih intens dan lebih sering lebih memperhatikan rangsangan yang
tidak relevan yang muncul dalam lingkungan visual langsung mereka serta
representasi memori yang dihasilkan. Hasil dari studi ini menunjukkan beberapa
poin penting, yang menunjukkan bahwa perbedaan memang ada pada mereka
yang lebih banyak terlibat dalam multitasking media online dibandingkan dengan
mereka yang tidak. Orang-orang yang diklasifikasikan sebagai sering
menggunakan media multitasking terlihat mendekati pemrosesan informasi
dengan cara yang berbeda dengan mereka yang lebih jarang terlibat dalam
aktivitas ini.

Mereka yang disebut multitasker media berat (MMT) tampaknya memiliki


kesulitan yang lebih besar dalam menyaring rangsangan tidak relevan yang
disajikan kepada mereka dan cenderung mengabaikan informasi tidak relevan
yang masuk ke memori sebagai hasilnya. Seringkali multitasker media tampaknya
kurang efektif dalam mencegah peralihan antara tugas yang relevan ke tugas yang
tidak relevan. Ini jelas ditunjukkan karena MMT yang berat mudah terganggu
oleh berbagai aliran informasi dibandingkan mereka yang MMT yang jarang.
Kelompok MMT yang jarang menunjukkan alokasi perhatian yang lebih efektif

13
pada informasi yang relevan dengan tugas dalam menghadapi gangguan. MMT
yang lebih rendah tampaknya menunjukkan tingkat kontrol perhatian endogen
yang lebih kuat yang memungkinkan fokus yang lebih jelas pada satu tugas.
Mereka yang didefinisikan sebagai MMT tinggi tampaknya didorong untuk
rangsangan di luar tujuan tugas saat ini (Aston-Jones & Cohen, 2005).

I. Dapatkah Kami Menjamin Bahwa Kami Memperhatikan Semuanya


Secara Online?

Interaksi berbasis web adalah pengalaman visual yang dibatasi secara


spasial yang dibatasi oleh parameter layar dan informasi yang terkandung di
dalamnya. Asumsi yang salah adalah karena lingkungan yang membatasi ini kita
dapat memperhatikan semua yang terkandung didalamnya. Literarur penelitian
yang terkait dengan perhatian menyoroti adanya dua aspek yang menarik dari
sistem pemrosesan perangkat lunak, dua aspek tersebut merupakan kebutaan
perubahaan dan kebutaan kurang perhatian.

 Mengubah kebutaan

Gagasan tentang kebutaan perubahan pertama kali diperkenalkan oleh


Rensink, O'Regan, dan Clark, (1997) untuk menggambarkan kekhasan sistem
perhatian kita di mana kita gagal untuk melihat perubahan yang berbeda dalam
materi visual yang disajikan kepada kita. Penelitian menunjukkan bahwa individu
sering gagal untuk melihat perubahan yang cukup unik dan nyata. Kecenderungan
umum adalah sekitar 75% peserta gagal untuk memperhatikan perubahan tersebut,
bahkan dalam contoh di mana satu-satunya aktor dalam film pendek berubah dari
satu orang ke orang lain (Levin & Simons, 1997, Jensen, Yao, Street, & Simons ,
2011). Penelitian juga menunjukkan bahwa individu masih dapat memusatkan
perhatian langsung pada objek yang telah berubah atau sedang berubah tetapi
masih gagal untuk memperhatikan perubahan tersebut terjadi (Jensen et al., 2011).
kebutaan terhadap perubahan dapat berdampak pada cara kita melihat informasi
secara online.

14
 Kebutaan inattentional

Benway (1999} menyelidiki kegagalan pengguna untuk menghadiri aspek


penting dari laman web yang berisi bagian penting dari informasi yang relevan
dengan tugas. Karyawan didorong untuk mendaftar ke kursus pelatihan melalui
spanduk berdesain cerah yang ditempatkan di bagian atas layar. Dalam
wawancara lanjutan ternyata para karyawan berhasil menavigasi ke halaman web
yang berisi spanduk dengan tautan ke halaman pendaftaran yang relevan untuk
kursus pelatihan, tetapi gagal untuk benar-benar membacanya. Benway (1999)
kemudian meniru fenomena ini dalam sebuah studi empiris, mendefinisikannya
sebagai kebutaan spanduk. Ini dioperasionalkan sebagai kurangnya perhatian
terhadap iklan atau spanduk yang menonjol yang berisi informasi terkait tugas.

J. Memahami Dampak Perhatian Dalam Tugas Online

Varakin dkk. (2004) menyajikan serangkaian 'hipotesis' teoritis, yang dapat


dikaitkan dengan mengapa fenomena seperti kebutaan kurang perhatian dan
kebutaan perubahan memiliki dampak langsung pada pemrosesan informasi di
lingkungan visual online. Ilusi bandwidth visual (IVB) menyatakan bahwa ada
ketidaksesuaian besar antara apa yang sebenarnya kita lihat dan apa yang menurut
kita seharusnya kita lihat. Aspek kebutaan inattentional dan kebutaan perubahan
berhubungan langsung dengan aspek terlalu percaya diri dalam sistem perhatian
kita.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan terhadap ketidakpedulian dan


kebutaan perubahan hampir pasti akan menghalangi tugas yang berhubungan
dengan pencarian sederhana jika informasi terletak di area yang tidak diharapkan,
atau di mana ada daya tarik kuat dari materi yang disajikan dalam konteks tertentu
misalnya , iklan pop-up, notifikasi email, dan sebagainya. Ada beberapa aspek
dari lingkungan visual berbasis komputer yang semuanya dapat berfungsi untuk
menciptakan kegagalan perhatian dalam hal ini. Ini termasuk jendela tugas yang
tumpang tindih, halaman web yang dimuat secara perlahan, layar yang

15
berantakan, atau situs web yang dirancang dengan buruk yang memiliki beberapa
ikon tanpa tautan ke relevansi atau fungsi tugas.

K. Bagaimana Dengan Interupsi?

Mark, Gudith, dan Klocke (2008) mencatat bahwa individu yang diinterupsi
sering kali mengkompensasi beban kerja secara bersamaan dengan meningkatkan
kecepatan mereka melakukan sesuatu. Ini memiliki efek sisa meningkatkan
tingkat stres, frustrasi, tekanan waktu dan upaya yang dirasakan secara
keseluruhan dalam melakukan aktivitas. Seringkali, interupsi yang berisi
informasi yang sangat konsisten dengan tugas yang sedang dilakukan dan dapat
menghasilkan efek fasilitasi yang jelas.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggunaan Internet masih merupakan perkembangan yang relatif baru


dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan dan akan membutuhkan waktu
untuk mengeksplorasi bagaimana Internet dan teknologi terkait berdampak dan
dipengaruhi pada proses kognitif. Generasi digital native saat ini, individu yang
telah menggunakan internet sejak usia dini, akan mengembangkan kemampuan
kognitif mereka bersamaan dengan kemajuan teknologi utama. Penting bagi kita
untuk memahami bagaimana proses ini dipengaruhi lebih lanjut, terutama ketika
menghadapi dunia online dapat berdampak buruk pada kognisi kita.

Aspek kunci yang dibahas di sini adalah:

 Fenomena memori transaktif telah ditetapkan sebelumnya sebagai bagian


dari grup sosial offline. Penelitian sekarang telah menunjukkan bahwa
Internet, terutama situs web dan mesin pencari, sekarang menjadi bagian
dari kelompok sosial tersebut. Individu sekarang cenderung tidak mengingat
informasi faktual yang mereka dapatkan, tetapi lebih dari itu mereka telah
mengambil informasi itu.

 Kegiatan seperti terlibat dalam jejaring sosial dapat memiliki efek positif
pada aspek kognisi tertentu. Fasilitasi ini diasumsikan terjadi sebagai hasil
dari 'pelatihan' dalam proses yang terkait dengan proses kognitif yang
mendasarinya.

 Penelitian telah menyoroti bahwa dua fenomena yang didokumentasikan


dengan baik di dunia offline ditransfer dengan baik ke dunia online.
Kebutaan perubahan dan kebutaan tanpa perhatian menunjukkan bahwa

17
sebagai individu kita kehilangan aspek-aspek kunci dari lingkungan online
kita.

 Penggunaan hypertext sebagai media penyajian informasi dapat memiliki


dampak residual pada seberapa banyak beban kognitif yang kita alami saat
membaca materi secara online.

 Perhatian di lingkungan online secara langsung dipengaruhi oleh seberapa


banyak informasi yang kita terima. Gagasan tentang perhatian parsial terus-
menerus berarti bahwa individu sekarang terus-menerus menjadi sasaran
informasi tanpa waktu henti.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini saya berharap pembaca menjadi bertambah
informasi tentang faktor kognitif dalam perilaku online. Dan semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai sumber bagi penulis lain dalam pembuatan makalah
nya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Attril, A. (1015). Cyberpsychology. Oxford University Press: United Kingdom

19

Anda mungkin juga menyukai