Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Akuntabilitas

Menurut Halim (2014:83) akuntabilitas adalah kewajiban untuk

memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan

tindakan seseorang/badan hukum atau pimpinan suatu organisasi kepada pihak

yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban. Akuntabilitas Publik yaitu mempertanggungjawabkan

pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada

entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

Asas akuntabilitas merupakan asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan

penyelenggaraan negara dan hasil akhirnya harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi (Tiwinarni, 2017:18).

Suatu entitas dikatakan akuntabilitas ketika entitas tersebut mampu

menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusan-keputusan yang telah

diambil, memungkinkan pihak di luar organisasi me-review informasi tersebut,

dan adanya tindakan korektif jika diperlukan. Sistem birokrasi pemerintah yang

dapat dinilai secara objektif oleh masyarakat akan dinilai dari sistem yang

akuntabel. Selain itu, Akuntabilitas Publik menjadi upaya pemerintah dalam

menyelenggarakan pemerintahan ke arah yang lebih baik (Astuty, 2013).

Akuntabilitas merupakan istilah yang melekat dalam kajian tata

pemerintahan (Governance). Akuntabilitas memiliki beberapa makna yang

8
9

terminologinya sering dikaitkan dengan beberapa konsep seperti answerability,

responsibility, liability dan terminologi lain yang berkaitan dengan harapan

pemberi mandat dengan pelaksana mandat (Wibisono, 2018:6). Mardiasmo

(2016:46) akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan

bertanggungjawab atas keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui media

pertanggungjawaban yang dikerjakan secara berkala.

Berdasarkan beberapa kajian teoritis menurut para ahli dapat disimpulkan

bahwa akuntabilitas merupakan istilah yang terkait dengan tata kelola

pemerintahan sebenarnya agak terlalu luas untuk dapat didefinisikan. Akan tetapi

hal ini sering dapat digambarkan sebagai hubungan antara yang menyangkut saat

sekarang ataupun masa depan, antar individu, kelompok sebagai sebuah

pertanggungjawaban kepentingan merupakan sebuah kewajiban untuk

memberitahukan, menjelaskan terhadap tiap-tiap tindakan dan keputusannya agar

dapat disetujui maupun ditolak atau dapat diberikan hukuman bilamana

diketemukan adanya penyalahgunaan kewenangan.

2.1.1.1 Macam-Macam Akuntabilitas

Secara garis besar mengenai penjelasan akuntabilitas dapat diambil

kesimpulan bahwa akuntabilitas adalah merupakan pertanggungjawaban oleh

lembaga yang diberi wewenang dalam mengelola sumber daya publik. Menurut

Ulum (2015:42) tipe akuntabilitas dibeda menjadi dua bagian yaitu:

1. Akuntabilitas Internal
Akuntabilitas yang berlaku untuk setiap tingkatan organisasi
internal penyelenggaraan pemerintah Negara termasuk juga pemerintah
yang mana masing-masing pejabat atau pengurus publik baik individu
ataupun kelompok secara tingkatan wajib untuk mempertanggung
10

jawabkan kepada atasannya langsung tentang perkembangan kinerja


aktivitas secara periodik ataupun sewaktu-waktu jika dibutuhkan.
2. Akuntabilitas Eksternal
Akuntabilitas yang menempel kepada setiap lembaga Negara
sebagai suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua amanat
yang sudah diterima dan dilakukan maupun perkembagan untuk
dikomunikasikan kepada pihak eksternal lingkungannya.

Menurut Supriatna (2015:102) akuntabilitas dapat dibedakan atas:

democratic accountability, professional accountability, dan legal accountability,

dengan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Democratic Accountability
Akuntabilitas demokratis merupakan gabungan antara
administrative dan politic accountabiilty. Menggambarkan pemerintah
yang akuntabel atas kinerja dan semua kegiatannya kepada pemimpin
politik. Pada negara-negara demokratis, menteri pada parlemen.
Penyelenggaraan pelayanan publik akuntabel kepada menteri/pimpinan
instansi masing-masing. Dalam kontek ini pelaksanaan akuntabel
dilakukan secara berjenjang dari pimpinan bawah ke pimpinan tingkat
tinggi secara hierarki yaitu Presiden pada MPR.
2. Professional Accountability
Dalam akuntabilitas profesional, pada umumnya para pakar,
profesional dan teknokrat melaksanakan tugas-tugasnya berdasarkan
norma-norma dan standar profesinya untuk menentukan public interest
atau kepentingan masyarakat.
3. Legal Accountability
Berdasarkan kategori akuntabilitas legal (hukum), pelaksana
ketentuan hukum disesuaikan dengan kepentingan public goods dan public
service yang merupakan tuntutan (demand) masyarakat (costumer).
Dengan akuntabilitas hukum, setiap petugas pelayanan publik dapat
diajukan ke pengadilan apabila mereka gagal dan bersalah dalam
melaksanakan tugasnya sebagaimana diharapkan masyarakat. Kesalahan
dan kegagalan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat akan
terlihat pada laporan akuntabilitas legal.

Berdasarkan beberapa kajian teoritis menurut para ahli dapat disimpulkan

bahwa terdapat beberapa tipe akuntabilitas diantaranya akuntabilitas internal,

akuntabilitas eksternal, akuntabilitas demokratis, akuntabilitas propesional dan

kategori akuntabilitas legal (hukum).


11

2.1.1.2 Akuntabilitas Publik

Pengertian akuntabilitas publik adalah suatu laporan yang dilakukan oleh

instansi untuk memberikan informasi, pertanggungjawaban, menyajikan,

melaporkan dan mengungkapan segala aktivitas kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan

kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Basri, 2016:48).

Akuntabilitas publik adalah akuntabilitas publik adalah kewajiban-kewajiban dari

individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya publik

dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang

menyangkut pertanggungjawaban pegawai pemerintah kepada publik yang

menjadi konsumen layanannya. Akuntabilitas publik adalah kewajiban agen untuk

mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan

kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pihak

pemberi mandat (principal) (Bastian, 2016:48).

Dalam konteks politik, secara singkat accountability mencakup harapan

atau asumsi prilaku hubungan antara pemberi mandat dan penerima mandat,

sedangkan dalam konsep yang lebih luas accountability memungkinkan adanya

negative feedback setelah keputusan atau tindakan diambil, sehingga

accountability memiliki fungsi yang amat penting untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan fasilitas, sarana, dan anggaran publik oleh suatu institusi14

Akuntabilitas tidak hanya dimaknai dari konteks politik. Dalam konteks kebijakan

pun dapat dilihat bagaimana mandat itu dilaksanakan untuk memenuhi aspirasi

politik masyarakat. Segala hal yang meliputi cara pilihan kebijakan ditetapkan,

cara kebijakan dilaksanakan dan didelegasikan, bagaimana kewenangan


12

diberikan, dan bagaimana program dilaksanakan adalah sepenuhnya berdasarkan

pada konteks-tualitas politik. Jika pemahamannya seperti itu maka konsep ini

tidak lain merupakan konsekuensi politik dari akuntabilitas, Wibisono (2018:6).

Berdasarkan beberapa kajian teoritis menurut para ahli dapat disimpulkan

bahwa akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk

memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak yang

memberikan amanah.

2.1.1.3 Faktor—Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Publik

Menurut Mardiasmo (2016:19), akuntabilitas dibagi menjadi 2, adalah

sebagai berikut:

a. Akuntabilitas Vertikal
Akuntabilitas vertikal merupakan suatu pertanggungjawaban segala
aktivitas yang telah dilakukan kepada tingkatan yang lebih tinggi.
b. Akuntabilitas Horizontal
Akuntabilitas horizontal merupakan pertanggungjawaban atas
segala kegiatan yang dilakukan yang tingkatannya sejajar. Tingkatan
akuntabilitas dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
1. Accountability For Probability and Legality
Accountability For probability berkaitan dengan penghindaran
terhadap kejahatan jabatan khususnya untuk meyakinkan bahwa dana
telah digunakan dengan benar dan dengan cara yang benar. Sementara
Accountability for legality menekankan bahwa kekuasaan yang
diberikan oleh undang-undang tidak melampaui batas.
2. Process Accountability
Berkaitan dengan apakah terdapat prosedur-prosedur yang
memadai yang diterapkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas
tertentu, serta usaha untuk meyakinkan apakah aktivitas tertentu
dilakukan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Performance Accountability
Menekankan pada kinerja dari suatu entitas yang disampaikan
kepada publik.
4. Programme Accountability
Menekankan pada program dari suatu entitas yang disampaikan
pada publik.
13

5. Policy Accountability
Menekankan pada kebijakan dari suatu entitas yang
disampaikan kepada publik.

Di dalam tata kelola pemerintah yang baik terhadap pengelolaan keuangan

daerah tidak bisa dipisahkan dari prinsip-prinsip akuntabilitas publik karena

akuntabilitas publik adalah suatu pertanggungjawaban atas kegiatannya didalam

pengelolaan keuangan daerah. Prinsip-prinsip akuntabilitas publik pada

pemerintahan yang baik dalam mengelola keuangan daerah tersebut diantaranya

(Basri, 2016:50) :

1. Transparansi adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan,


pelaksanaan, anggaran daerah. Transparansi juga memberikan arti bahwa
anggota masyarakat memiliki hak untuk mengetahui proses anggaran
karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
2. Akuntabilitas berarti dari perencanaan, pelaporan benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.
3. Value for money berarti telah ditetapkan tiga prisnsip didalam proses
penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Berdasarkan beberapa kajian teoritis menurut para ahli dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas publik seperti akuntabilitas

vertikal, horizontal dan bersifat transparansi, perencanaan dan pelaporan serta

ekonomis, efisien dan efektivitas`

2.1.2 Pengelolaan Dana Desa


2.1.2.1 Pengertian Pengelolaan Dana Desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa Dana Desa merupakan dana yang bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa

yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah,


14

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat. Dana desa yang diperoleh oleh desa akan digunakan untuk

Penyelenggaraan Pemerintah, Pelaksanaan Pembangunan, Pembinaan

Kemasyarakatan, dan Pemberdayaan Masyarakat..

Menurut Rosalinda (2014:5) Desa sebagai bagian dari sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diakui otonominya dan

Kepala Desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan pendelegasian

dari pemerintahan ataupun pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan

pemerintah tertentu. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat.

Desa memiliki peran yang penting, khususnya dalam pelaksanaan tugas

didalam pelayanan publik. Desentralisasi kewenangan yang lebih besar disertai

dengan pembiayaan dan bantuan sarana dan prasarana yang memadai mutlak

diperlukan guna penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa. Dengan

diterbitkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, posisi

pemerintahan desa semakin menjadi kuat. Kehadiran Undang-Undang tentang

desa tersebut disamping merupakan penguatan status desa sebagai pemerintahan

masyarakat, sekaligus juga sebagai basis untuk memajukan masyarakat dan

pemberdayaan masyarakat desa. Untuk itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan

yaitu pembentukan Alokasi Dana Desa sebagai perwujudan dari desentralisasi

keuangan menuju desa yang mandiri.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menjelaskan


15

dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran

pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana Desa, selanjutnya

disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam

anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana

Alokasi Khusus.

Alokasi Dana Desa (ADD) direvisi dari Dana Alokasi Umum (DAU)

dengan beberapa proporsisi tambahan. Sumber Alokasi Dana Desa tersebut

berasal dari APBN sebesar 25% atau yang disebut dana perimbangan yang

dibagikan kepada daerah yang dinamakan dengan dana alokasi umum, dari dana

aloksi umum tersebut kemudian kabupaten memberikan kepada desa sebesar 10%

yang kemudian dinamakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam rangka otonomi

daerah yakni memberikan kepercayaan kepada desa untuk mengurus rumah

tangganya sesuai dengan kebutuhan desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

desa untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa tersebut, Tahir (2018:9).

Berdasarkan beberapa kajian teoritis menurut para ahli dapat disimpulkan

bahwa dana desa merupakan bagian dari dana perimbagan keuangan pusat dan

daerah yang diterima oleh daerah/kabupaten untuk desa paling sedikit 10 persen

yang pembagiannya untuk desa secara proporsional dalam anggaran pendapatan

dan belanja daerah setelah dikurang dana alokasi khusus. Maka intinya, alokasi

dana desa adalah bagian keuangan desa yang diperoleh dari hasil bagi hasil pajak

daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
16

diterima oleh kabupaten/kota untuk desa yang dibagikan secara proporsional.

2.1.2.2 Tujuan Pengelolaan Dana Desa


Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan

kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan

masyarakat. Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan perolehan bagian Keuangan

Desa dari kabupaten yang penyalurannya melalui kas Desa, Darmiasih, et al.

(2015:8). Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan ADD, yaitu :

1. Terdapat 8 Tujuan ADD yang bila disimpulkan secara umum ADD


bertujuan peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun
non fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk
pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya.
2. Azas dan prinsip pengelolaan ADD yaitu transparan, akuntabel, dan
partisipatif. Hal ini berarti ADD harus dikelola dengan mengedepankan
keterbukaan, dilaksanakan secara bertanggungjawab, dan juga harus
melibatkan peran serta aktif segenap masyarakat setempat.
3. ADD merupakan bagian yang integral (satu kesatuan/tidak terpisahkan)
dari APBDes mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban,
dan pelaporannya.
4. Penggunaan ADD ditetapkan sebesar 30% untuk belanja aparatur dan
operasional Desa dan sebesar 70% untuk belanja pemberdayaan
masyarakat.
5. Meskipun pertangungjawaban ADD integral dengan APBDes, namun
tetap diperlukan pelaporan atas kegiatan – kegiatan yang dibiayai dari
anggaran ADD secara berkala (bulanan) dan laporan hasil akhir
penggunaan ADD. Laporan ini terpisah dari pertanggungjawaban
APBDes,hal ini sebagai bentuk pengendalian dan monitoring serta bahan
evaluasi bagi Pemda.
6. Untuk pembinaan dan pengawasan pengelolaan ADD dibentuk Tim
Fasilitasi Kabupaten/Kota dan Tim Pendamping Kecamatan dengan
kewajiban sesuai tingkatan dan wewenangnya. Pembiayaan untuk Tim
dimaksud dianggarkan dalam APBD dan diluar untuk anggaran ADD
17

Untuk mewujudkan tujuan peraturan perundangan tersebut, dana transfer

haruslah dikelola dengan tahapan yang sesuai Pasal 93 Peraturan Pemerintah

Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Untuk melaksanakan

ketentuan pasal tersebut, dalam Bab V Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dijelaskan bahwa:

1. Perencanaan pengelolaan keuangan desa dalam bentuk APBDesa

berdasarkan RPJMDesa dan RKDesa tahun berkenaan disusun oleh

Sekertaris Desa dan disampaikan kepada Kepala Desa yang kemudian

dibahas bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa untuk disepakati

bersama dalam musyawarah yang melibatkan masyarakat paling lambat

bulan oktober tahun berjalan.

2. Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, penerimaan dan pengeluaran

desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakn melalui

rekening desa yang harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Serta

pelaksanaan kegiatan dengan dokumen Rencana Anggaran Biaya yang

mengharuskan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran.

3. Penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa, dengan kewajiban mencatat

setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap

akhir bulan secara tertib dan menyampaikan laporan

pertanggungjawabannya kepada Kepala Desa.

4. Pelaporan pelaksanaan APBDesa di sampaikan Kepala Desa kepada

Bupati berupa laporan semeter pertama paling lambat akhir bulan Juli
18

tahun berjalan dan laporan semester akhir tahun paling lambat akhir bulan

Januari tahun berikutnya.

5. Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari

pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan melampirkan format

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa, format

Laporan Kekayaan Milik Desa, dan format Laporan Pemerintahan dan

Pemerintah Daerah yang masuk ke desa yang harus diinformasikan kepada

masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi.

Berdasarkan beberapa kajian teoritis menurut para ahli dapat disimpulkan

bahwa tujuan pengelolaan dana desa merupakan untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat dengan berbagai bidang pembangunan, pemberdayaan

dan lainnya serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan

mempertanggungjawabkan dengan transparan dan efektif.

2.1.2.3 Hubungan Akuntabilitas Publik dengan Pengelolaan Dana Desa

Faktor penting lainnya sebagai stimulus yang mampu mengubah dan

memperlancar roda pembangunan ekonomi pinggiran di desa adalah keberadaan

dan pemanfaatan dana desa. Program desa akan berjalan sesuai target waktu dan

sesuai harapan apabila didukung oleh dana desa yang akan memperlancar proses

pembangunan di desa. Dana desa diprioritaskan manfaatnya untuk membiayai

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa, kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan, yang

dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

menjelaskan desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
19

lain,selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

bataswilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintah,kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,

hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Akuntabilitas merupakan istilah yang melekat dalam kajian tata

pemerintahan (governance). Akuntabilitas memiliki beberapa makna yang

terminologinya sering dikaitkan dengan beberapa konsep seperti answerability,

responsibility, liability dan terminologi lain yang berkaitan dengan harapan

pemberi mandat dengan pelaksana mandat.

Dalam konteks politik, secara singkat accountability mencakup harapan atau

asumsi prilaku hubungan antara pemberi mandat dan penerima mandat, sedangkan

dalam konsep yang lebih luas accountability memungkinkan adanya negative

feedback setelah keputusan atau tindakan diambil, sehingga accountability

memiliki fungsi yang amat penting untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan

fasilitas, sarana, dan anggaran publik oleh suatu institusi14 Akuntabilitas tidak

hanya dimaknai dari konteks politik. Dalam konteks kebijakan pun dapat dilihat

bagaimana mandat itu dilaksanakan untuk memenuhi aspirasi politik masyarakat.

Segala hal yang meliputi cara pilihan kebijakan ditetapkan, cara kebijakan

dilaksanakan dan didelegasikan, bagaimana kewenangan diberikan, dan

bagaimana program dilaksanakan adalah sepenuhnya berdasarkan pada konteks-

tualitas politik. Jika pemahamannya seperti itu maka konsep ini tidak lain

merupakan konsekuensi politik dari akuntabilitas.


20

2.2 Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian sebelumnya yang mendukung dengan penelitian ini

adalah diantara penelitian yang telah dilakukan oleh Nurodin (2017) dengan judul

Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di

Kecamatan Surade. Dari hasil analisis pengolahan data bahwa thitung > ttabel (5,494

> 2,017) sehingga H1 diterima, maka berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa transparansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan desa. Terdapat

pengaruh akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan desa, hal ini terbukti

berdasarkan hasil analisis pengolahan data bahwa thitung > ttabel (6,207>2,017)

sehingga H2 diterima. Secara simultan Transparansi dan Akuntabilitas

berpengaruh terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di Kecamatan Surade.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Prayudi (2017) dengan judul

Pengaruh Akuntabilitas Publik, Kemampuan Kerja Dan Pengawasan Terhadap

Kinerja Aparatur Pemerintah Desa (Studi Empiris Pada Desa Se-Kecamatan

Seririt). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 141 pegawai yang bekerja

pada Kantor Desa se-Kecamatan Seririt. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan metode survey menggunakan kuesioner. Alat analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yang diolah dengan

menggunakan bantuan SPSS versi 24. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

akuntabilitas publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur

pemerintah desa se-Kecamatan Seririt, kemampuan kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja aparatur pemerintah desa se-Kecamatan Seririt,

pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur


21

pemerintah desa se-Kecamatan Seririt, Akuntabilitas publik, kemampuan kerja

dan pengawasan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

kinerja aparatur pemerintah desa se-Kecamatan Seririt.

Wibisono (2018) dengan judul Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

sebagai Upaya Pencegahan Korupsi Pengelolaan Dana Desa. Belum kompetennya

penggunaan dana desa juga menjadi sebab terjaidnya kasus penyalahgunaan dan

korupsi dana desa. Penelitian ini berfokus mengenai aspek akuntablitas serta

pengawasan dana desa dengan menggunakan studi pustaka. Hasil penelitian ini

menghasilkan model ideal akuntabilitas penggunaan dana desa mulai dari

pengawasan hingga penggunaan sehingga diharapkan desa agar lebih maksimal

dalam menggunakan dana desa untuk pembangunan. Asas Akuntabel secara tidak

langsung menuntut Kepala Desa secara jabatannya mempertanggungjawabkan

dan melaporkan pelaksanaan APB Desa secara tertib, kepada masyarakat maupun

kepada jajaran pemerintahan di atasnya, sesuai peraturan perundang-undangan.

Penelitian dari Agustinus (2018) dengan judul penelitian Pengaruh

Akuntabilitas Publik Terhadap Pengelolaan Dana Desa Di Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Akuntabilitas Publik

berpengaruh terhadap Pengelolaan Dana Desa. Faktor-faktor yang mempengaruhi

akuntabilitas publik yaitu: SDM pegawai; dan Sosialisasi penyaluran dana desa.

Adapun dampak pengelolaan dana desa, yaitu biaya langsung yang dikeluarkan

untuk membiayai program. Kehidupan ekonomi dalam hal ini terjadi distorsi

penghasilan, dan nilai tambah, sikap publik, dalam hal ini menurunnya dukungan,

dan partisipasi masyarakat pada pemerintah, sehingga masyarakat tidak percaya


22

lagi kepada pemerintah desa dan lembaga dan sistem social dalam hal ini

menurunnya kesadaran kolektif masyarakat dan; solidaritas sosial.

Dewi (2019) dengan judul Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada

Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. Penelitian dilakukan di 14 desa se-

Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Responden dalam penelitian ini

sebanyak 140 orang yang ditentukan menggunakan metode non-probability

sampling yaitu purposive sampling. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner.

Teknik analisis data menggunakan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian

menunjukkan kompetensi, kepemimpinan, dan partisipasi berpengaruh positif

pada akuntabilitas pengelolaan dana desa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi kompetensi, kepemimpinan, dan partisipasi maka akuntabilitas pengelolaan

dana desa akan semakin tinggi. Pemerintah desa se-Kecamatan Abang harus

meningkatkan kompetensi yang dimiliki melalui pelatihan, bimbingan,

penguasaan teknologi informasi, dan meningkatkan kerjasama antar perangkat

desa.

Untuk melihat persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya

dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut

ini:
23

Tabel 2.1
Matrik perbedaan dan persamaan dengan penelitian sebelumnya
Judul dan Metode
No Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
Nama Peneliti penelitian

1 Pengaruh  Penelitian  Lokasi  Variabel Dari hasil analisis


Transparansi kuantitati penelitian penelitian pengolahan data bahwa thitung
Dan dan analisis  Populasi  Teknik > ttabel (5,494 > 2,017)
Akuntabilitas regresi linier dan sampel pengumpulan sehingga H1 diterima, maka
Terhadap berganda data berdasarkan hal tersebut
Pengelolaan  Teknik analisis dapat disimpulkan bahwa
Keuangan data transparansi berpengaruh
Desa di terhadap pengelolaan
Kecamatan keuangan desa. Terdapat
Surade pengaruh akuntabilitas
(Nurodin, terhadap pengelolaan
2017) keuangan desa, hal ini
terbukti berdasarkan hasil
analisis pengolahan data
bahwa thitung > ttabel
(6,207>2,017) sehingga H2
diterima. Secara simultan
Transparansi dan
Akuntabilitas berpengaruh
terhadap Pengelolaan
Keuangan Desa di
Kecamatan Surade.
2. Pengaruh  Penelitian  Lokasi  Variabel Hasil penelitian ini
Akuntabilitas kuantitati penelitian penelitian menunjukkan bahwa
Publik, dan analisis  Populasi  Teknik akuntabilitas publik
Kemampuan regresi linier dan sampel pengumpulan berpengaruh positif dan
Kerja Dan berganda data signifikan terhadap kinerja
Pengawasan  Teknik analisis aparatur pemerintah desa se-
Terhadap data Kecamatan Seririt,
Kinerja kemampuan kerja
Aparatur berpengaruh positif dan
Pemerintah signifikan terhadap kinerja
Desa (Studi aparatur pemerintah desa se-
Empiris Pada Kecamatan Seririt,
Desa Se- pengawasan berpengaruh
Kecamatan positif dan signifikan
Seririt) terhadap kinerja aparatur
(Prayudi, pemerintah desa se-
2017) Kecamatan Seririt,
Akuntabilitas publik,
kemampuan kerja dan
pengawasan secara bersama-
sama berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja
aparatur pemerintah desa se-
Kecamatan Seririt.
24

Tabel 2.1. Lanjutan

Judul dan Metode


No Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
Nama Peneliti penelitian

3 Akuntabilitas  Penelitian  Lokasi  Variabel Hasil penelitian ini


Pengelolaan kualitatif penelitian penelitian menghasilkan model ideal
Dana Desa  Populasi  Teknik akuntabilitas penggunaan dana
sebagai Upaya dan sampel pengumpulan desa mulai dari pengawasan
Pencegahan data hingga penggunaan sehingga
Korupsi  Teknik analisis diharapkan desa agar lebih
Pengelolaan data maksimal dalam menggunakan
Dana Desa dana desa untuk
(Wibisono, pembangunan. Asas Akuntabel
2018) secara tidak langsung
menuntut Kepala Desa secara
jabatannya mempertanggung
jawabkan dan melaporkan
pelaksanaan APB Desa secara
tertib, kepada masyarakat
maupun kepada jajaran
pemerintahan di atasnya,
sesuai peraturan perundang-
undangan.
4 Pengaruh  Penelitian  Lokasi  Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Akuntabilitas kuantitatif penelitian penelitian bahwa Akuntabilitas Publik
Publik dan analisis  Populasi  Teknik berpengaruh terhadap
Terhadap regresi linier dan sampel pengumpulan Pengelolaan Dana Desa. .
Pengelolaan sederhana data Faktor-faktor yang
Dana Desa Di  Teknik analisis mempengaruhi akuntabilitas
Kecamatan data publik yaitu: SDM pegawai;
Anggeraja dan Sosialisasi penyaluran
Kabupaten dana desa. Adapun dampak
Enrekang pengelolaan dana desa, yaitu
(Agustinus, biaya langsung yang
2018) dikeluarkan untuk membiayai
program.
5 Faktor-Faktor  Penelitian  Lokasi  Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Yang kuantitatif penelitian penelitian kompetensi, kepemimpinan,
Berpengaruh dan analisis  Populasi  Teknik dan partisipasi berpengaruh
Pada regresi linier dan sampel pengumpulan positif pada akuntabilitas
Akuntabilitas berganda data pengelolaan dana desa.
Pengelolaan  Teknik analisis Hal ini menunjukkan bahwa
Dana Desa data semakin tinggi kompetensi,
(Dewi, 2019) kepemimpinan, dan partisipasi
maka akuntabilitas
pengelolaan dana desa akan
semakin tinggi.
Sumber: Data diolah (2019)
25

2.3 Kerangka Pemikiran

Akuntabilitas publik merupakan komponen penting pada Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong Kota Banda Aceh dan menjadi dasar

bagi kegiatan instansi pemerintah Aceh. Akuntabilitas publikal yang efektif dapat

membantu organisasi menjaga aset pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Gampong Kota Banda Aceh, menjamin tersedianya pelaporan keuangan yang

dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan instansi pemerintah Aceh terhadap

ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi

risiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati-hatian.

Terselenggaranya akuntabilitas publikal Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Gampong Kota Banda Aceh yang handal dan efektif menjadi tanggung jawab dari

pengurus dan para pejabat.

Pengelolaan Dana Desa merupakan hal yang tidak terpisahkan dari APBG,

pengelolaan ini berawal dari perencanaan,yang nantinya akan di bahas di forum

Musyawarah Rencana Pembangunan Desa, dimana seluruh lapisan masyarakat

diikutsertakan untuk mewujudkan pembangunan partisipasif dan sebagai

penampung aspirasi-aspirasi dari masyarakat. Dan untuk menjadikan acua untuk

menyusun RKPDes dan APBDes untuk ditetapkan dalam Peraturan Desa sebagai

pedoman pembangunan di desa. Setelah dana desa di terima maka dana desa

nantinya akan di kelola oleh pemerintah desa beserta perangkat yang melibatkan

masyarakat setempat mulai dari perencanaanya yaitu dalam kegiatan di wajibkan

untuk menghadirkan seluruh masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

Gambar 2.1 berikut ini:


26

Akuntabilitas Publik Pengelolaan Dana Desa


(X) (Y)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Data diolah (2019)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian sebelumnya maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah di duga akuntabilitas publik berpengaruh terhadap

pengelolaan dana desa di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

Anda mungkin juga menyukai