Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Jiddan

NIM : 5213421086

Literasi sudah menjadi bagian dari kehidupan dan perkembangan manusia, dari zaman prasejarah
hingga era digital seperti sekarang ini. Perkembangan penggunaan teknologi, informasi, dan
komunikasi dunia digital telah memberikan berbagai dampak dalam kehidupan manusia sehari-
hari.

Perkembangan internet merupakan perwujudan literasi digital, yakni penggunaan perangkat


teknologi, informasi dan komunikasi dalam mengakses, mengaryakan, hingga mendistribusikan
informasi. Literasi dapat diartikan sebagai pemahaman dan keterampilan menulis, membaca,
berhitung, dan disiplin ilmu lainnya.

Setiap individu tentunya perlu memahami bahwa literasi digital adalah salah satu hal penting.
Mengapa literasi digital penting? Alasannya, karena dengan adanya pemahaman dan penerapan
literasi digital akan membuat individu dapat berpartisipasi di era dunia modern sekarang ini.

Literasi digital akan menciptakan sebuah tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan
yang kritis-kreatif, sehingga mereka tidak akan mudah tertipu yang berbasis digital seperti menjadi
korban informasi hoaks.
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat
komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi,
dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka
membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Dikutip dari buku Peran Literasi
Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi, literasi digital merupakan pengetahuan
serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan
internet dan lain sebagainya. Adapun dari Seri Buku Literasi Digital Kerangka Literasi Digital
Indonesia, literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengkomunikasikan
konten atau informasi dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.
Dikutip dari buku Literasi Digital karya Janner Simarmata, dkk, berikut adalah beberapa manfaat
dari adanya literasi digital:
Memperoleh dan memperluas informasi secara cepat dan up to date (terbaru). Contohnya, jika kita
ingin mengetahui jadwal keberangkatan kereta, kita tidak perlu lagi harus mengunjungi stasiunnya.
Informasi jadwal keberangkatan kereta dapat dengan mudah kita akses menggunakan aplikasi,
maupun melalui situs web di internet.

Memperkaya keterampilan. Penggunaan internet di era digital ini mampu membuat seseorang
belajar dan melatih keterampilan. Misalnya, apabila kita ingin membuat kue dengan menggunakan
teknik-teknik tertentu, kita dapat dengan melihat tutorialnya melalui YouTube.
Mampu menghemat waktu. Siapapun dapat mencari referensi di internet kapan saja dan di mana
saja, hal itu membuktikan bahwa adanya literasi digital mampu menghemat penggunaan waktu.
Memperluas jaringan. Dalam hal ini seseorang dapat mencari dan menambah teman baru dari
berbagai wilayah, maupun negara lain di belahan dunia ini melalui media sosial. Contohnya,
pemakaian aplikasi facebook, twitter, dan lain-lain.

Belajar lebih efisien dan cepat, artinya kita dapat mencari dan belajar sesuatu tertentu dengan
menggunakan aplikasi dan situs di internet, sesuai dengan apa yang kita cari. Contohnya,
penggunaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara daring dalam menemukan arti sebuah
kata.

Menghemat biaya. Banyaknya portal-portal gratis di internet juga dapat menghemat biaya,
sehingga kita tidak perlu mengeluarkan biaya lebih dalam mencari dan menikmati sesuatunya.
Lebih ramah lingkungan. Contohnya bisa kita lihat dalam penggunaan surat elektronik atau e-mail
di internet untuk mengirim atau menerima pesan, sehingga memungkinkan dalam menghemat
penggunaan kertas.
Mampu membuat keputusan yang lebih baik. Banyaknya informasi di internet, membantu kita
dalam mencari tahu serta membandingkan sesuatu.
Terdapat beberapa kompetensi yang dimiliki oleh seseorang yang telah mampu melakukan literasi
digital di antaranya yaitu:
1. Dapat melakukan pencarian di internet (internet searching).
Seseorang yang memiliki kemampuan literasi digital dapat menggunakan internet melalui search
engine untuk mendapatkan berbagai informasi.
2. Memiliki pandu arah (hypertextual navigation).
Pengguna internet dituntut untuk memahami panduan arah seperti cara kerja web yang akan
diakses meliputi http, html, url, dan sebagainya.
3. Evaluasi konten informasi (content evaluation).
Kompetensi ini dilakukan untuk para pengguna internet agar memiliki kemampuan evaluasi dan
berpikir kritis.
4. Penyusunan pengetahuan (knowledge assembly).
Kemampuan penyusunan dari penemuan suatu informasi yang dijadikan sebagai ilmu pengetahuan
untuk kepentingan tertentu.
Literasi harus direvolusi untuk mencerdaskan masyarakat milenial. Perlu juga percepatan program
akselerasi literasi dengan beberapa langkah. Pertama, pemahaman paradigma literasi tidak hanya
membaca dan bahan bacaan bukan hanya manual, melainkan juga digital. Literasi tidak sekadar
membaca dan menulis, namun juga keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber
pengetahuan berbentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Kedua, pemenuhan akses internet di semua wilayah. Meski di ini kita berada di “benua maya”,
namun masih banyak wilayah di Indonesia yang belum bisa mengakses Internet. Dengan
menyediakan akses Internet, maka literasi digital akan semakin mudah. Suatu tempat yang tidak
ada perpustakaannya juga bisa diganti e-library.
Ketiga, implementasi konsep literasi di semua lembaga pendidikan. Kemendikbud (2017:2)
merumuskan gerakan literasi secara komprehensif. Yaitu literasi dasar (basic literacy), literasi
perpustakaan (library literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology
literacy) dan literasi visual (visual literacy).
Selama ini, yang mendapat akses pengetahuan literasi hanya pelajar, mahasiswa, guru, dosen,
petugas perpustakaan dan lainnya. Maka gerakan literasi yang digagas Kemendikbud harus
didukung. Mulai dari gerakan literasi dalam keluarga, sekolah dan gerakan literasi nasional.
Keempat, menumbuhkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan, kebenaran dan fakta. Hal itu tentu
harus terwujud dalam kegiatan membaca yang diimbangi validasi, baik membaca digital maupun
manual.
Kelima, masyarakat harus mengubah gaya hidupnya yang berawal dari budaya lisan, menjadi
budaya baca. Rata-rata masyarakat tidak membaca karena faktor kesibukan mencari nafkah, tidak
suka membaca, dan tidak adanya bahan bacaan.
Bahkan, mereka tidak tahu bahan bacaan berkualitas itu seperti apa. Di sinilah perlu adanya
edukasi literasi kepada masyarakat secara luas. Harus ada budaya baca yang diciptakan keluarga
dan kelompok masyarakat daripada “ngobrol doang” yang tak ada gunanya.
Maraknya media sosial dan video yang diunggah secara daring harus membuat pengguna semakin
cerdas dalam memamahami dan mengolah informasi sehingga tidak terjadi penyampaian berita
bohong (hoax) kepada penerima informasi. Bahkan pada anak-anak tingkat sekolah dasar -pun,
perlu memahami tentang pentingnya literasi digital dalam kehidupan sehari-hari agar mereka dapat
menyerap informasi dengan lebih cerdas.
Maraknya penggunaan media sosial juga harus diiriingi dengan kemampuan literasi, penggunaan
media sosial seperti Facebook, Instagram dan Youtube masuk dalam jajaran 3 besar aplikasi yang
paling banyak diakses.
Literasi digital khususnya yang hendak diimplementasikan kepada anak-anak, harus mendapatkan
pendampingan dari orang tua. Di Youtube, anak-anak dapat mengakses informasi apa saja di
dunia, mulai dari konten anak-anak bahkan dewasa. Sehingga media sosial mempunyai dampak
positif dan negatif.
Dampak poisitfnya yaitu mampu menambah wawasan, pengetahuan dan membuat anak berfikir
kreatif. Namun disamping itu, media sosial juga memiliki dampak negatif antara lain banyak
tayangan tidak sesuai usia anak, dan anak akan lebih banyak menghabiskan waktu online dari pada
belajar dan mengerjakan tugas sekolah.
Keluarga merupakan benteng pertama dalam literasi digital untuk anak Anda, karena mereka
memerlukan pendampingan orang tua dalam mengolah dan menyampaikan informasi. Sehingga
mereka tidak salah dalam menerima dan menyampaikan informasi yang diterima lewat media
sosial.

Anda mungkin juga menyukai