BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................. 4
D. TUJUAN ..................................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................ 7
4. EVALUASI................................................................................................................... 18
Puji Syukur kehadirat Tuhan YME karena dengan berkash, dan izinnya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Penyuluhan Masyarakat untuk Penanganan
Berita Bohong”. Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan seleksi Mahasiswa
Berprestasi 2019, juga berdasarkan masalah yang sangat penting untuk segera diselesaikan saat
ini.
Di era modern saat ini, informasi tersebar dengan sangat mudahnya. Cukup melalui
gawai pintar yang kita miliki, kita sudah dapat mengakses berbagai informasi yang kita
butuhkan. Namun, seiring dengan datangnya kemajuan tersebut, timbul masalah baru yang
sangat krusial yaitu penyebaran hoaks atau berita bohong, yang tentunya dapat tersebar dengan
sangat mudah.
Penulis
Meidiani Elsandra Pratiwi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memasuki era digital, dimana informasi dapat dengan mudah kita akses melalui
berbagai media, membuat berbagai informasi yang tidak relevan menjadi konsumsi
publik. Seiring dengan berkembangnya zaman yang membuat akses penyebaran
informasi menjadi lebih mudah, justru membuat penyebaran dan akses berita bohong
semakin masif.
“Wabah” Hoaks Nasional menjadi suatu permasalahan yang sangat penting
untuk segera ditanggulangi. Penyebaran hoaks secara masif dapat menyebabkan
perpecahan, intoleransi dan berkurangnya kemurnian intelektual yang tentunya dapat
menghambat proses perkembangan dan pembangunan nasional. Hoaks yang saat ini
sudah berkembang menjadi penyakit sosial, menimbulkan berbagai akibat yang perlu
di tanggulangani bersama. Dengan maraknya penebaran hoaks, fakta yang ada sudah
sulit untuk dipercaya, karena masyarakat masih minim pengetahuan dalam
membedakan berita yang kredibel dan tidan kredibel.
Beredarnya hoax saat ini sudah sangat meresahkan bagi kehidupan
bermasyarakat. Kadiv Humas Polri bahkan menjadikan hoax sebagai penyakit
masyarakat baru yang sangat meresahkan. “Hoax saat ini termasuk salah satu penyakit
sosial masyarakat selain penyakit sosial masyarakat yang sudah ada yaitu judi,
minuman keras, narkoba, tawuran, kejahatan kriminal, sex bebas”. Ujar Kadiv Humas
Polri Irjen. Pol. Drs. Boy Rafli Amar M.H
Menurut hasil survey dari Masyarakat Telematika Indonesia, 44.30% responden
menerima berita bohong setiap harinya. Berita bohong paling banyak disebarkan
melalui sosial media, yang mana konten yang disebarkan sebesar 92.40% isinya
merupakan berita bohong. Sedangkan saluran aplikasi chatting, menyebarkan konten
berita bohong sebanyak 62.80%. Penyebab utama dari penyebaran berita bohong adalah
untuk menggiring opini publik pada berita yang disebarkan tersebut. Kurangnya
kemampuan masyarakat dalam memproses informasi dan mengklarifikasi kebenaran
informasi yang didapatkan, menjadi salah satu penyebab mudahnya penyebaran berita
bohong. Penyebab lain dari masifnya penyebaran berita bohong adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat untuk dapat membedakan berita bohong dan berita yang
relevan. Masyarakat perlu diedukasi agar mampu memproses informasi dan
membuktikan informasi tersebut dapat dipercaya dan aman untuk disebarkan.
Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengedukasi masyarakat agar tidak
mudah termakan berita bohong apalagi menyebarkannya.
Salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi penyebaran hoax telah
diatur dalam Undang Undang Inforamsi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 19
tahun 2016. Pada pasal 40 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah memfasilitasi
pemanfaaan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang- undangan. Pasal 2b menyebutkan bahwa: dalam melakukan pencaegahan
dimaksud pada ayat (2a), pemerintah berwenang melakukan pemutusan akses dan/atau
memerintahkan kepada penyelenggara sistem elektronik untuk melakukan pemutusan
akses terhadap informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar hukum.
Berbagai gerakan untuk mencegah penyebaran hoaks telah banyak dilakukan.
Seperti yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika Indonesia yang menggalakan
Relawan Anti Hoax guna membentuk teladan bagi masyarakat untuk lebih hati- hati
dalam menyebarkan informasi yang mereka dapatkan.
Namun, tindakan lebih lanjut untuk meminimalisir dampak dari penyebaran
hoaks masih minim sekali, belum tersedianya edukasi untuk masyarakat dalam
memangani hoaks merupakan satu tugas penting untuk kita semua, agar kita dapat
terhindar dari dampak- dampak yang ditimbulkan oleh penyebaran hoaks.
Perlu ditekankan bahwa penebar hoax dapat berasal dari berbagai kalangan
tanpa memandang latar belakang pendidikan, sosial maupun ekonomi. Maka dari itu,
diperlukan edukasi khusus mengenai cara memproses informasi untuk mencegah
penebaran hoax. Edukasi ini harus mampu menjangkau seluruh kalangan masyarakat,
agar penebaran hoax dapat berkurang secara signifikan.
B. IDENTIFKASI MASALAH
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Robert Nares, hoaks adalah “kabar bohong yang dibuat untuk melucu”
atau sengaja membingungkan penerima informasi dengan maksud bercanda. Hoaks
dapat diartikan sebagai informasi yang direkayasa, baik dengan cara memutatbalikkan
fakta atau pun mengaburkan informasi, sehingga pesan yang benar tidak dapat diterima
seseorang.
Dalam cambridge dictionary, kata hoaks sendiri berarti tipuan atau lelucon.
Kegiatan menipu, rencana menipu, trik menipu juga dapat disebut dengan hoaks. Hoaks
merupakan rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual”
sebagai kebenaran. (Silverman, 2015). Fake news atau berita bohong sebagai berita
palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki
agenda politik tertentu. (Werme, 2016)
Berita bohong atau yang biasa disebut dengan hoaks merupakan suatu informasi
yang sengaja dibuat untuk menyesatkan, memberikan informasi palsu dalam rangka
menggiring opini publik. Hoaks tidak mempunyai landasan faktual yang jelas,
diproduksi oleh berbagai media yang tidak melakukan riset ataupun mengklarifikasi
kebenaran.
2. PENGERTIAN MITIGASI
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :
e. Konten Tiruan
Informasi ini seolah- olah berasal dari seseorang atau lembaga yang sah
namun sesungguhnya palsu. Inforasi dengan konten tiruan ini biasanya sangat cepat
dipercayai seseorang yant tidak teliti menelisik sumber informasinya. Contoh,
konten tiruan yang sempat beredar adalah selebaran tentang penculikan anak yang
disertai logo Kepolisian RI atau undian berhadiah yang mengatasnamakan
perusahaan tertentu.
g. Konten Palsu
Konten palsu adalah informasi yang sama sekali tidak benar dan 100%
sengaja dibuat oleh oknum yang tidak bertanggungjawab untuk menipu dan
merugikan pihak lain. Salah satu bentuk konten palsu atau konten yang dibuat- buat
adalah kebohongan Ratna Sarumpaet yang mengaku dihajar orang- orang yang
tidak bertanggungjawab. Berita tersebut didukung foto dengan konten yang salah;
foto wajahnya yang lebam dengn konteks yang sama sekali berbeda.
5. MEMASTIKAN KREDIBILITAS SUMBER INFORMASI
a. Definisi Kredibilitas
Kredibilitas memiliki dua komponen utama yaitu, kepercayaan dan
keahlian, yang keduanya memiliki komponen objektif dan subyektif. Kepercayaan
lebih didasarkan pada faktor subyektif, tetapi dapat mencakup pengukuran objektif
seperti standar yang ditetapkan. Keahlian dapat dirasakan secara subyektif, tetapi
juga mencakup karakteristik yang relatif objektif dari sumber atau pesan (mis.,
Kredensial, sertifikasi, atau kualitas informasi). Komponen kredibilitas sekunder
meliputi dinamisme sumber (karisma) dan daya tarik. (Flanagin& Metzer. 2008)
2) Teliti para penulisnya. Sebuah sumber memiliki kredibilitas lebih tinggi apabila
ditulis oleh seseorang yang memiliki gelar atau kualifikasi dalam bidang yang
dimaksud. Apabila tidak ada penulis atau organisasi yang dicantumkan
namanya, suatu sumber sebaiknya tidak dianggap sebagai berkredibilitas tinggi.
3) Periksa tanggal penerbitan. Cari tahu tanggal penerbitan atau revisi sumber
Anda. Hal ini penting untuk mencari relevansi dari berita yang akan diakses,
karena dunia pengetahuan berkembang begitu pesat, kita harus bisa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan tersebut. (Petterson. 2015)
4) Periksa penerbitnya. Institusi yang menampung suatu informasi dapat memberi
tahu pembaca sangat banyak mengenai tingkat kredibilitas suatu informasi.
Sebagai contoh, kita bisa lebih merasa nyaman untuk memercayai informasi
yang ditemukan di dalam The New York Times atau The Washington Post—
dua surat kabar dengan rekam jejak integritas jurnalistik yang telah terbukti dan
penarikan publik atas kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan—daripada
informasi yang ditemukan dari sumber seperti Infowars yang meski memiliki
banyak pembaca, sering kali menerbitkan informasi yang jelas tidak benar dan
menyesatkan. Penerbit yang kredibilitasnya dapat dipercaya yaitu penerbit yang
memiliki struktur organisasi yang jelas, dinaungi badan hukum, dan
mencantumkan sumber informasi yang diproduksinya.
5) Bacalah informasi secara menyeluruh. Banyak media- media yang
menyuguhkan judul berita yang sangat sensasional sehingga mengundang
perdebatan dari berbagai pihak, padahal jika ditelisik lebih dalam, isi dari berita
yang disajikan tidak sesuai dengan judulnya. Kita perlu membaca secara
menyeluruh berita yang kita terima, sehingga kita dapat menyimpulkan berita
tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan. Teliti juga dokumen pendukung
suatu berita seperti data statistik dan foto. Seringkali berita yang benar
dibumbui dengan data yang keliru, sehingga berita tersebut termasuk kedalam
berita bohong.
6. PENYULUHAN MASYARAKAT
RENCANA PELAKSANAAN
1. ANALISIS KEBUTUHAN
Mitigasi yang perlu dilakukan untuk penanganan “Wabah” Hoax Nasional ialah
menghilangkan faktor stimulant yang didominasi isu sosial politik& sara. Mudahkan
akses ke sumber- sumber yang dapat dijadikan referensi serta meningkatkan literasi
masyarakat melalui peran serta pemerintah, pemuka masyarakat dan komunitas. Untuk
melaksanakannya, langkah yang paling tepat adalah dengan melakukan edukasi kepada
masyarakat.
Penyuluhan masyarakat diperlukan untuk mengarahkan masyarakat agar lebih
mampu untuk mengolah informasi yang diterimanya dengan kritis dan dapat memilah
informasi tersebut kedalam informasi yang kredibilitasnya tinggi.
c. Kesenjangan
Pemerintah belum memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan edukasi
mengenai penanganan hoax, sehingga masyrakat tidak tahu cara yang benar
untuk menangani hoax.
c. Tujuan Umum
Setelah mengikuti rangkaian penyuluhan, secara berkelompok peserta dapat
mengaplikasikan langkah- langkah untuk memastikan kredibilitas sumber
informasi.
d. Tujuan Khusus
1. Peserta dapat menjelaskan pengertian dari berita bohong (hoaks)
2. Peserta menjabarkan jenis- jenis misinformasi dan disinformasi
3. Peserta mengaplikasikan langkah- langkah memastikan kredibilitas sumber
informasi.
e. Indikator
1.1 Peserta mampu menjelaskan definisi dari berita bohong atau hoaks
1.2 Peserta mampu memberikan contoh dari berita bohong atau hoaks
1.1 Peserta mampu menjelaskan jenis- jenis misinformasi dan disinformasi
1.2 Perserta mampu memberikan contoh dari jenis- jenis misinformasi dan
disinformasi
3.1 Peserta mampu menjabarkan langkah- langkah untuk memastikan kredibilitas
sumber informasi
3.2 Peserta mampu menjalankan langkah- langkah untuk memastikan kredibilitas
sumber informasi pada saat menerima berita dari suatu media sosial
3.3 Peserta dapat menyimpulkan berita yang didapatnya kedalam berita yang
kredibel atau tidak kredibel.
f. Metode
- Diskusi dan Tanya Jawab
- Kelompok Kooperatif (Jigsaw)
TAHAPAN PELAKSANAAN
- Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai berita bohong,
jenis- jenis misinformasi dan disinformasi, langkah- langkah memastikan
kredibilitas sumber informasi, serta bahaya yang dapat disebabkan oleh
penyebaran berita bohong.
- Kegiatan ini dilakukan secara klasikal, dimana maksimal 40 orang peserta
mendapatkan pengetahuan didalam kelas, dengan metode diskusi dan
tanya jawab. Dengan waktu 30 menit untuk setiap materi.
- Membuat kelompok kecil beranggotakan tujuh peserta, yang mana setiap
peserta akan memastikan dia memahami satu jenis misinformasi dan
disinformasi beserta contohnya, untuk selanjutnya dibagikan kedalam
kelompoknya. Sehingga, seluruh peserta mendapatkan pemahaman yang
jelas mengenai jenis- jenis misinformasi dan disinformasi.
4. EVALUASI
Ireton, C & Julie Posetti. (2018). Jurnalism, ‘Fake News’ & Disinformation: Handbook for
Jurnalism Education and Training.
Keraf, Gorys (2009): Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Flanagin and Metzger (2008). Digital media and youth: Unparalleled opportunity and
unprecedented responsibility. In M. Metzger, & A. Flanagin (Editors), Digital media,
youth, and credibility. Cambridge: The MIT Press
Hawkins dan Van den Ban. (1999). Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta