Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG................................................................................................. 4

B. IDENTIFKASI MASALAH ....................................................................................... 6

C. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 6

D. TUJUAN ..................................................................................................................... 6

BAB II........................................................................................................................................ 7

KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................................. 7

1. DEFINISI BERITA BOHONG (HOAKS) ..................................................................... 7

2. PENGERTIAN MITIGASI ............................................................................................... 7

3. MISINFORMASI, DISINFORMASI DAN MALINFORMASI ...................................... 8

4. JENIS- JENIS MISINFORMASI DAN DISINFORMASI ............................................... 9

5. MEMASTIKAN KREDIBILITAS SUMBER INFORMASI ......................................... 11

6. PENYULUHAN MASYARAKAT ................................................................................ 13

BAB III .................................................................................................................................... 14

RENCANA PELAKSANAAN ................................................................................................ 14

1. ANALISIS KEBUTUHAN .......................................................................................... 14

2. PENYULUHAN MASYARAKAT MENGENAI PENANGANAN BERITA


BOHONG ATAU HOAKS.................................................................................................. 15

3. RANCANGAN PROGRAM PENYULUHAN MASYARAKAT MENGENAI


PENANGANAN BERITA BOHONG ATAU HOAKS ..................................................... 16

TAHAPAN PELAKSANAAN ............................................................................................ 17

4. EVALUASI................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan YME karena dengan berkash, dan izinnya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Penyuluhan Masyarakat untuk Penanganan
Berita Bohong”. Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan seleksi Mahasiswa
Berprestasi 2019, juga berdasarkan masalah yang sangat penting untuk segera diselesaikan saat
ini.

Di era modern saat ini, informasi tersebar dengan sangat mudahnya. Cukup melalui
gawai pintar yang kita miliki, kita sudah dapat mengakses berbagai informasi yang kita
butuhkan. Namun, seiring dengan datangnya kemajuan tersebut, timbul masalah baru yang
sangat krusial yaitu penyebaran hoaks atau berita bohong, yang tentunya dapat tersebar dengan
sangat mudah.

Masyarakat perlu diedukasi untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam


memproses informasi yang diterima, agar penyebaran berita bohong serta akibat yang
ditimbulkannya dapat berkurang secara signifikan dan kemampuan berliterasi masyarakat
semakin meningkat, sehingga negara kita memiliki masyarakat yang sangat bijak dalam
memproses informasi yang diterimanya.

Jakarta, 28 Januari 2019

Penulis
Meidiani Elsandra Pratiwi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Memasuki era digital, dimana informasi dapat dengan mudah kita akses melalui
berbagai media, membuat berbagai informasi yang tidak relevan menjadi konsumsi
publik. Seiring dengan berkembangnya zaman yang membuat akses penyebaran
informasi menjadi lebih mudah, justru membuat penyebaran dan akses berita bohong
semakin masif.
“Wabah” Hoaks Nasional menjadi suatu permasalahan yang sangat penting
untuk segera ditanggulangi. Penyebaran hoaks secara masif dapat menyebabkan
perpecahan, intoleransi dan berkurangnya kemurnian intelektual yang tentunya dapat
menghambat proses perkembangan dan pembangunan nasional. Hoaks yang saat ini
sudah berkembang menjadi penyakit sosial, menimbulkan berbagai akibat yang perlu
di tanggulangani bersama. Dengan maraknya penebaran hoaks, fakta yang ada sudah
sulit untuk dipercaya, karena masyarakat masih minim pengetahuan dalam
membedakan berita yang kredibel dan tidan kredibel.
Beredarnya hoax saat ini sudah sangat meresahkan bagi kehidupan
bermasyarakat. Kadiv Humas Polri bahkan menjadikan hoax sebagai penyakit
masyarakat baru yang sangat meresahkan. “Hoax saat ini termasuk salah satu penyakit
sosial masyarakat selain penyakit sosial masyarakat yang sudah ada yaitu judi,
minuman keras, narkoba, tawuran, kejahatan kriminal, sex bebas”. Ujar Kadiv Humas
Polri Irjen. Pol. Drs. Boy Rafli Amar M.H
Menurut hasil survey dari Masyarakat Telematika Indonesia, 44.30% responden
menerima berita bohong setiap harinya. Berita bohong paling banyak disebarkan
melalui sosial media, yang mana konten yang disebarkan sebesar 92.40% isinya
merupakan berita bohong. Sedangkan saluran aplikasi chatting, menyebarkan konten
berita bohong sebanyak 62.80%. Penyebab utama dari penyebaran berita bohong adalah
untuk menggiring opini publik pada berita yang disebarkan tersebut. Kurangnya
kemampuan masyarakat dalam memproses informasi dan mengklarifikasi kebenaran
informasi yang didapatkan, menjadi salah satu penyebab mudahnya penyebaran berita
bohong. Penyebab lain dari masifnya penyebaran berita bohong adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat untuk dapat membedakan berita bohong dan berita yang
relevan. Masyarakat perlu diedukasi agar mampu memproses informasi dan
membuktikan informasi tersebut dapat dipercaya dan aman untuk disebarkan.
Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengedukasi masyarakat agar tidak
mudah termakan berita bohong apalagi menyebarkannya.
Salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi penyebaran hoax telah
diatur dalam Undang Undang Inforamsi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 19
tahun 2016. Pada pasal 40 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah memfasilitasi
pemanfaaan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang- undangan. Pasal 2b menyebutkan bahwa: dalam melakukan pencaegahan
dimaksud pada ayat (2a), pemerintah berwenang melakukan pemutusan akses dan/atau
memerintahkan kepada penyelenggara sistem elektronik untuk melakukan pemutusan
akses terhadap informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar hukum.
Berbagai gerakan untuk mencegah penyebaran hoaks telah banyak dilakukan.
Seperti yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika Indonesia yang menggalakan
Relawan Anti Hoax guna membentuk teladan bagi masyarakat untuk lebih hati- hati
dalam menyebarkan informasi yang mereka dapatkan.
Namun, tindakan lebih lanjut untuk meminimalisir dampak dari penyebaran
hoaks masih minim sekali, belum tersedianya edukasi untuk masyarakat dalam
memangani hoaks merupakan satu tugas penting untuk kita semua, agar kita dapat
terhindar dari dampak- dampak yang ditimbulkan oleh penyebaran hoaks.
Perlu ditekankan bahwa penebar hoax dapat berasal dari berbagai kalangan
tanpa memandang latar belakang pendidikan, sosial maupun ekonomi. Maka dari itu,
diperlukan edukasi khusus mengenai cara memproses informasi untuk mencegah
penebaran hoax. Edukasi ini harus mampu menjangkau seluruh kalangan masyarakat,
agar penebaran hoax dapat berkurang secara signifikan.
B. IDENTIFKASI MASALAH

1. Maraknya penyebaran berita bohong atau hoaks menjadikannya wabah penyakit


masyarakat yang perlu untuk segera ditanggulanhi.
2. Masyarakat memiliki kemampuan yang rendah dalam mengolah informasi yang
didapatkannya.
3. Kurangnya pengetahuan untuk dapat membedakan berita bohong.
4. Pemerintah belum menyediakan program khusus untuk mencegah penebaran hoax
yang dapat menyentuh seluruh kalangan masyarakat.
5. Perlunya meminimalisir dampak dari penyebaran hoaks.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah yang dijabarkan diatas, rumusan masalah pada


karya tulis ilmiah ini sebagai berikut “Bagaimana cara mengedukasi masyarakat agar
dapat mengolah informasi dan membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan
agar dapat terhindar dari akibat penyebaran hoaks?”

D. TUJUAN

Berdasarkan penjabaran latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan


masalah, penelitian ini secara umum bertujuan untuk “Mengembangkan Program
Mitigasi Penanganan Wabah Hoaks Nasional Melalui Penyuluhan Masyarakat”
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. DEFINISI BERITA BOHONG (HOAKS)

Menurut Robert Nares, hoaks adalah “kabar bohong yang dibuat untuk melucu”
atau sengaja membingungkan penerima informasi dengan maksud bercanda. Hoaks
dapat diartikan sebagai informasi yang direkayasa, baik dengan cara memutatbalikkan
fakta atau pun mengaburkan informasi, sehingga pesan yang benar tidak dapat diterima
seseorang.

Dalam cambridge dictionary, kata hoaks sendiri berarti tipuan atau lelucon.
Kegiatan menipu, rencana menipu, trik menipu juga dapat disebut dengan hoaks. Hoaks
merupakan rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual”
sebagai kebenaran. (Silverman, 2015). Fake news atau berita bohong sebagai berita
palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki
agenda politik tertentu. (Werme, 2016)

Berita bohong atau yang biasa disebut dengan hoaks merupakan suatu informasi
yang sengaja dibuat untuk menyesatkan, memberikan informasi palsu dalam rangka
menggiring opini publik. Hoaks tidak mempunyai landasan faktual yang jelas,
diproduksi oleh berbagai media yang tidak melakukan riset ataupun mengklarifikasi
kebenaran.

2. PENGERTIAN MITIGASI

Menurut Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan


Penanggulangan Bencana, Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana . Mitigasi didefinisikan
sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana, Menurut UU
No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008,
Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6 Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :

a) Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi


penduduk..

b) Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.

c) Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi


serta mengurangi dampak/risiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan
bekerja dengan aman.

3. MISINFORMASI, DISINFORMASI DAN MALINFORMASI

Misinformasi adalah informasi yang tidak benar namun orang yang


menyebarkannya percaya bahwa informasi tersebut benar tanpa bermaksud
membahayakan orang lain.

Disinformasi adalah informasi yang tidak benar dan orang yang


menyebarkannya juga tahu kalau itu tidak benar. Informasi ini merupakan kebohongan
yang sengaja disebarkan untuk menipu, mengancam, bahkan membahayakan pihak
lain.

Malinformasi, merupakan informasi yang benar namun digunakan untuk


mengancam keberadaan seseorang atau sekelompok orang dengan identitas tertentu.
Atau dengan kata lain malinformasi merupakan sejenis hasutan kebencian. Misalnya
hasutan kebenian yang ditujukan untuk suatu ras atau orientasi seksual tertentu.
(Silalahi, Bestari, & Saputra, 2017)
4. JENIS- JENIS MISINFORMASI DAN DISINFORMASI

a. Satire atau Parodi


Satire mengandung arti bahwa suatu ungkapan harus ditafsirkan lain dari
makna permukaannya. (Keraf, 2009:144)
Satire atau Parodi merupakan sindiran yang ditujukan kepada seseorang
atau peristiwa tertentu. Satire atau parodi biasanya dibungkus dengan konteks
humor. Seringkali tidak semua orang memahami konteks dari satire atau parodi
sehingga memungkinkan terjadinya misinformasi.

b. Koneksi yang Salah


Hubungan antar elemen dalam sebuah berita, seperti judul, isi berita,
gambar, maupun keterangan gamabar, tidak saling mendukung satu sama lain. Hal
ini sering kita temukan dalam berita- berita dengan judul yang sensasional.
Seringkali orang- orang hanya membaca judulnya tanpa memahami secara
menyeluruh isi dari berita tersebut.

c. Konten yang Menyesatkan


Pada konten- konten seperti ini, pengguna digiring untuk memiliki
persepsi tertentu tentang sebuah isu atau peristiwa. Konten bisa berupa potongan-
potongan gambar yang disatukan, penggunaan potongan ayat kitab suci, atau bagian
dari hasil penelitian ilmiah untuk mendukung persepsi cerita yang dibuat. Hal- hal
seperti ini sering kita temui dalam iklan-iklan politik, propaganda dan teori
konspirasi.

d. Konten yang Salah


Yang dimaksud dengan konten yang salah adalah ketika informasi benar
disebarkan dengan konteks yang sama sekali berbeda. Misalnya, berita tentang
muslim Rohingya disertai dengan foto yang memprihatinkan keganasan biksu dan
pemerintah Myanmar. Kemudian diketahui bahwa foto tersebut bukanlah foto
terkait peristiwa itu, melainkan foto peristiwa lain: pasca bencana di Cina tahun
2010; aksi protes di Indiah tahun 2012, bahkan kecelakan yang terjadi di Republik
Demokratik Kongo tahun 2010. Jadi, informasi yang tersebar memang berasal dari
peristiwa nyata namun konteks yang berbeda membuat orang lain salah memahami
peristiwa tersebut.

e. Konten Tiruan
Informasi ini seolah- olah berasal dari seseorang atau lembaga yang sah
namun sesungguhnya palsu. Inforasi dengan konten tiruan ini biasanya sangat cepat
dipercayai seseorang yant tidak teliti menelisik sumber informasinya. Contoh,
konten tiruan yang sempat beredar adalah selebaran tentang penculikan anak yang
disertai logo Kepolisian RI atau undian berhadiah yang mengatasnamakan
perusahaan tertentu.

f. Konten yang Dimanipulasi


Konten ini adalah hasil modifikasi dari gambar, video, atau tulisan
sehingga konten itu memiliki makna yang berbeda dari konten aslinya. Terkadang
konten yang dimanipulasi bermaksud sebagai hiburan (misinformasi), misalnya
mengedit gambar sedang berfoto dengan artis terkenal atau di tempat tertentu. Akan
tetapi, konten seperti inii sering juga dipakai untuk memelintir kebenaran atau
bahkan memfitnah orang, lembaga, bahkan identitas kelompok lain (disinformasi).

g. Konten Palsu
Konten palsu adalah informasi yang sama sekali tidak benar dan 100%
sengaja dibuat oleh oknum yang tidak bertanggungjawab untuk menipu dan
merugikan pihak lain. Salah satu bentuk konten palsu atau konten yang dibuat- buat
adalah kebohongan Ratna Sarumpaet yang mengaku dihajar orang- orang yang
tidak bertanggungjawab. Berita tersebut didukung foto dengan konten yang salah;
foto wajahnya yang lebam dengn konteks yang sama sekali berbeda.
5. MEMASTIKAN KREDIBILITAS SUMBER INFORMASI

a. Definisi Kredibilitas
Kredibilitas memiliki dua komponen utama yaitu, kepercayaan dan
keahlian, yang keduanya memiliki komponen objektif dan subyektif. Kepercayaan
lebih didasarkan pada faktor subyektif, tetapi dapat mencakup pengukuran objektif
seperti standar yang ditetapkan. Keahlian dapat dirasakan secara subyektif, tetapi
juga mencakup karakteristik yang relatif objektif dari sumber atau pesan (mis.,
Kredensial, sertifikasi, atau kualitas informasi). Komponen kredibilitas sekunder
meliputi dinamisme sumber (karisma) dan daya tarik. (Flanagin& Metzer. 2008)

Kredibilitas sumber informasi dapat diartikan sebagai keakuratan data yang


ditulis oleh orang yang ahli dibidangnya serta disebarkan oleh media yang
mempunyai susunan redaksi yang jelas, dinaungi badan hukum dan dapat dimintai
pertanggungjawaban.

b. Langkah- Langkah Memastikan Kredibilitas Sumber Informasi

1) Nilailah profesionalisme dari suatu produksi. Secara umum, semakin banyak


waktu dan uang yang diinvestasikan dalam pembuatan dan penerbitan suatu
materi, semakin besar kemungkinannya informasi yang ada di dalamnya dapat
dipercaya. Sebuah situs yang dirancang dengan tidak baik, atau sebuah pamflet,
atau sebuah situs yang dipenuhi oleh iklan-iklan, sering kali bukan merupakan
pertanda adanya seorang individu atau organisasi di balik informasi tersebut
yang berinvestasi dalam menjaga reputasi mereka.
 Cari situs internet maupun sumber cetak yang memiliki tampilan baik
dan profesional.
 Hal ini bukan berarti semua informasi yang dikemas dengan menarik
dapat dipercaya. Templat untuk situs-situs yang didesain dengan baik
tidaklah mahal harganya, dan dapat diperoleh dengan mudah.

2) Teliti para penulisnya. Sebuah sumber memiliki kredibilitas lebih tinggi apabila
ditulis oleh seseorang yang memiliki gelar atau kualifikasi dalam bidang yang
dimaksud. Apabila tidak ada penulis atau organisasi yang dicantumkan
namanya, suatu sumber sebaiknya tidak dianggap sebagai berkredibilitas tinggi.
3) Periksa tanggal penerbitan. Cari tahu tanggal penerbitan atau revisi sumber
Anda. Hal ini penting untuk mencari relevansi dari berita yang akan diakses,
karena dunia pengetahuan berkembang begitu pesat, kita harus bisa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan tersebut. (Petterson. 2015)
4) Periksa penerbitnya. Institusi yang menampung suatu informasi dapat memberi
tahu pembaca sangat banyak mengenai tingkat kredibilitas suatu informasi.
Sebagai contoh, kita bisa lebih merasa nyaman untuk memercayai informasi
yang ditemukan di dalam The New York Times atau The Washington Post—
dua surat kabar dengan rekam jejak integritas jurnalistik yang telah terbukti dan
penarikan publik atas kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan—daripada
informasi yang ditemukan dari sumber seperti Infowars yang meski memiliki
banyak pembaca, sering kali menerbitkan informasi yang jelas tidak benar dan
menyesatkan. Penerbit yang kredibilitasnya dapat dipercaya yaitu penerbit yang
memiliki struktur organisasi yang jelas, dinaungi badan hukum, dan
mencantumkan sumber informasi yang diproduksinya.
5) Bacalah informasi secara menyeluruh. Banyak media- media yang
menyuguhkan judul berita yang sangat sensasional sehingga mengundang
perdebatan dari berbagai pihak, padahal jika ditelisik lebih dalam, isi dari berita
yang disajikan tidak sesuai dengan judulnya. Kita perlu membaca secara
menyeluruh berita yang kita terima, sehingga kita dapat menyimpulkan berita
tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan. Teliti juga dokumen pendukung
suatu berita seperti data statistik dan foto. Seringkali berita yang benar
dibumbui dengan data yang keliru, sehingga berita tersebut termasuk kedalam
berita bohong.
6. PENYULUHAN MASYARAKAT

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan masyarakat agar


mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan
produksi, pendapatan dan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya. (Subejo,
2010)
Menurut A.W Van Den ban dan Hawkins (1999) penyuluhan adalah
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan
tujuan membantu sesamanya, memberikan pendapat sehingga bisa membuat
keputusan yang benar.
Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan dan perubahan perilaku dalam masyarakat untuk
menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri.
BAB III

RENCANA PELAKSANAAN

1. ANALISIS KEBUTUHAN

Mitigasi yang perlu dilakukan untuk penanganan “Wabah” Hoax Nasional ialah
menghilangkan faktor stimulant yang didominasi isu sosial politik& sara. Mudahkan
akses ke sumber- sumber yang dapat dijadikan referensi serta meningkatkan literasi
masyarakat melalui peran serta pemerintah, pemuka masyarakat dan komunitas. Untuk
melaksanakannya, langkah yang paling tepat adalah dengan melakukan edukasi kepada
masyarakat.
Penyuluhan masyarakat diperlukan untuk mengarahkan masyarakat agar lebih
mampu untuk mengolah informasi yang diterimanya dengan kritis dan dapat memilah
informasi tersebut kedalam informasi yang kredibilitasnya tinggi.

a. Keadaan Saat Ini


- Menurut survey dari Daily Social, 73% responden selalu membaca
keseluruhan berita, namun hanya 55% saja yang mencari klarifikasi atas
kebenaran dari berita tersebut, dan dilakukan dengan fast check.
- Menurut survey dari Daily Social, 72% responden selalu menyebarkan
berita yang didaptkannya apabila berita tersebut dianggap penting, bukan
dilihat dari kebenaran dan kredibilitas berita tersebut.
- Menurut survey dari Daily Social, 75% responden merasa kesulitan untuk
mendeteksi hoaks. Saat ini, cara yang umum dilakukan adalah dengan
mencari sumber berita lain dan membandingkannya.
- Menurut survey dari Daily Social, 75% responden menerima hoaks setiap
harinya melalui media sosial dan aplikasi chatting.
- Survey dari Masyarakat Telematika Indonesia mengungkapkan bahwa,
92.40% hoaks disebarkan melalui media sosial seperti facebook, twitter,
dan instagram. Dan 62% dari berita tersebut berbentuk tulisan.
- Belum adanya penyuluhan secara mendalam mengenai penanganan berita
bohong, edukasi dan penyuluhan masyarakat dilakukan secara daring dan
hanya yang tertarik saja yang mengakses informasi tersebut.
b. Kondisi Ideal
- Berita yang bisa disebarkan hanyalah berita yang sumber dan
kredibilitasnya tinggi, berisikan fakta dan ataupun opini yang diberikan
oleh narasumber terpercaya dengan didistribusikan oleh media yang
memiliki reputasi baik, dilindungi oleh badan hukum, dan dapat
bertanggungjawab atas informasi yang disebarkannya.
- Pemerintah bertanggungjawab untuk memberikan edukasi dan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai cara penanganan berita hoax.
- Masyarakat perlu menanggapi informasi secara kritis dan mengetahui
jenis- jenis misinformasi dan disinformasi, agar terhindar dari berita
bohong.

c. Kesenjangan
Pemerintah belum memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan edukasi
mengenai penanganan hoax, sehingga masyrakat tidak tahu cara yang benar
untuk menangani hoax.

2. PENYULUHAN MASYARAKAT MENGENAI PENANGANAN BERITA


BOHONG ATAU HOAKS

Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan dari lingkup terkecil dalam masyarakat


yaitu Rukun Tetangga (RT) penyuluhan dilakukan di setiap RT yang ada, dengan
mewajibkan 75% warga yang dikategorikan sebagai Remaja dan Orangtua. Penyuluhan
dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap penyuluhan teoritis dengan metode ceramah
dan tanya jawab lalu dilanjutkan dengan metode kelompok ahli (jigsaw). Metode
Pembelajaran Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana
pembelajaran melalui pengalaman kelompok kecil siswa yang bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan
pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok.(Senjaya. 2006). Dalam pelaksanaannya, penyuluhan ini perlu bekerjasama
dengan pemerintah serta badan terkait seperti Kementrian Komunikasi dan Informasi
serta relawan anti hoaks dari Masyarakat Telematika Indonesia.
3. RANCANGAN PROGRAM PENYULUHAN MASYARAKAT MENGENAI
PENANGANAN BERITA BOHONG ATAU HOAKS

a. Maksud dan Tujuan


- Mengedukasi masyarakat untuk dapat membedakan berita yang dapat
dipercaya dengan berita bohong, serta memberikan pengetahuan agar
masyarakat dapat memeriksa kredibilitas dari sumber informasi yang
didapatkannya.
- Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memproses informasi.
- Mengurangi akibat penyebaran berita bohong yang dapat merugikan khalayak.
b. Kategori Peserta
- Remaja dan Dewasa (Laki- Laki ataupun Perempuan berusia 16-25 tahun)
- Orangtua (Laki- Laki ataupun perempuan berusia 26-50 tahun)

c. Tujuan Umum
Setelah mengikuti rangkaian penyuluhan, secara berkelompok peserta dapat
mengaplikasikan langkah- langkah untuk memastikan kredibilitas sumber
informasi.

d. Tujuan Khusus
1. Peserta dapat menjelaskan pengertian dari berita bohong (hoaks)
2. Peserta menjabarkan jenis- jenis misinformasi dan disinformasi
3. Peserta mengaplikasikan langkah- langkah memastikan kredibilitas sumber
informasi.
e. Indikator
1.1 Peserta mampu menjelaskan definisi dari berita bohong atau hoaks
1.2 Peserta mampu memberikan contoh dari berita bohong atau hoaks
1.1 Peserta mampu menjelaskan jenis- jenis misinformasi dan disinformasi
1.2 Perserta mampu memberikan contoh dari jenis- jenis misinformasi dan
disinformasi
3.1 Peserta mampu menjabarkan langkah- langkah untuk memastikan kredibilitas
sumber informasi
3.2 Peserta mampu menjalankan langkah- langkah untuk memastikan kredibilitas
sumber informasi pada saat menerima berita dari suatu media sosial
3.3 Peserta dapat menyimpulkan berita yang didapatnya kedalam berita yang
kredibel atau tidak kredibel.

f. Metode
- Diskusi dan Tanya Jawab
- Kelompok Kooperatif (Jigsaw)

g. Media dan Alat yang dibutuhkan


- Proyektor
- Komputer/ Laptop
- Koneksi Internet
- Smartphone
- Media Cetak (Koran, majalah, buku)
- Alat Tulis
h. Materi
- Berita Bohong dan Akibat yang Ditimbulkannya
- Jenis- Jenis Misinformasi dan Disinformasi
- Langkah- Langkah Memastikan Kredibilitas Sumber Informasi

TAHAPAN PELAKSANAAN
- Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai berita bohong,
jenis- jenis misinformasi dan disinformasi, langkah- langkah memastikan
kredibilitas sumber informasi, serta bahaya yang dapat disebabkan oleh
penyebaran berita bohong.
- Kegiatan ini dilakukan secara klasikal, dimana maksimal 40 orang peserta
mendapatkan pengetahuan didalam kelas, dengan metode diskusi dan
tanya jawab. Dengan waktu 30 menit untuk setiap materi.
- Membuat kelompok kecil beranggotakan tujuh peserta, yang mana setiap
peserta akan memastikan dia memahami satu jenis misinformasi dan
disinformasi beserta contohnya, untuk selanjutnya dibagikan kedalam
kelompoknya. Sehingga, seluruh peserta mendapatkan pemahaman yang
jelas mengenai jenis- jenis misinformasi dan disinformasi.

- Dalam kelompok yang telah dibentuk, melakukan langkah- langkah untuk


memastikan kredibilitas sumber informasi. Peserta akan diberikan satu
naskah berita untuk selanjutnya mereka memastikan kebenaran dari berita
tersebut sesuai langkah- langkah yang telah ditetapkan.

4. EVALUASI

Evaluasi untuk Penyuluhan Masyarakat Mengenai Penanganan Berita Bohong


atau Hoaks dilakukan dalam dua tahapan yaitu, evaluasi hasil pembelajaran secara
tertulis yang akan dilakukan setelah pemberian materi, untuk memastikan peserta
memahami materi yang disampaikan. Lalu, dengan evaluasi program menggunakan
evaluasi Kirk Patrick Level 2 untuk memastikan program yang berjalan sudah mampu
mengedukasi masyarakat dalam penanganan hoaks.
DAFTAR PUSTAKA

Silverman, Craig. (2015).Journalism: A Tow/Knight Report."Lies, Damn Lies, and Viral


Content". Columbia Journalism Review (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-
01-25.

Ireton, C & Julie Posetti. (2018). Jurnalism, ‘Fake News’ & Disinformation: Handbook for
Jurnalism Education and Training.

Silalahi, R. R., Bestari, P., & Saputra, W. T. (2017). KARAKTERISTIK STRATEGI


CROWDSOURCING UNTUK MEMBATASI PENYEBARAN HOAKS DI
INDONESIA Studi Kasus: Masyarakat Anti Fitnah Indonesia. MetaCommunication;
Journal Of Communication Studies, 2(2).

Keraf, Gorys (2009): Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Flanagin and Metzger (2008). Digital media and youth: Unparalleled opportunity and
unprecedented responsibility. In M. Metzger, & A. Flanagin (Editors), Digital media,
youth, and credibility. Cambridge: The MIT Press

Petersen, Alexander Michael, et al. (2014). Reputation And Impact In Academic


Careers. PNAS Proceedings Of The National Academy Of Sciences Of The United
States Of America. https://www.pnas.org/content/111/43/15316 diakses tanggal 2019-
01-26.

Wina Senjaya, (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses


Pendidikan, Jakarta : Kencana Prima

Hawkins dan Van den Ban. (1999). Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai