Oleh :
Afab Fabiansa 23030224042/Fisika 2023
Lovian Nadiva Nur Haur Latifah 23030224101/Fisika 2023
Tania Wahyuningsih 23030224005/Fisika 2023
Faizah Khoirun Nisa 23030224075/Fisika 2023
Setyawati 23030224115/Fisika 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Memahami Misinformasi dan Hoax" dengan tepat waktu.
Penyusunan masalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Umum Literasi Digital. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
para pembaca dan juga bagi penulis agar mereka tahu betapa pentingnya
memahami berita yang ada pada era digitalisasi ini dan dapat terhindar dari berita
hoax yang beredar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alan Utama Danu S.Pd.,
M.Sd., Mi. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Literasi Digital. Tak lupa juga
pemulis ucapkan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada makalah ini,
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap saran dan kritik
yang sekiranya membangun yang dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................4
2.1 Penyebaran Berita Palsu dan Berita Benar Tidak Dipengaruhi 100% oleh
Tekonologi...................................................................................................4
2.2 Alasan Platform-platform Media Sosial Tetap Membiarkan Penyebaran
Berita Palsu..................................................................................................6
2.3 Peralihan Penyebaran Informasi Di Era Digitalisasi Modern......................6
2.4 Pentingnya Double Checking Informasi yang Didapat................................7
2.5 Gaya Penulis Dalam Membawakan Berita Mempengaruhi Tingkat
Kepahaman Pembaca...................................................................................8
2.6 Dampak Misinformasi dan Berita Palsu serta Cara Mengurangi Resiko
Akibat Dampak Negatif yang Timbul..........................................................9
2.7 Macam-macam Media yang Digunakan Untuk Menyebarkan Berita Palsu
11
2.8 Pengaruh Informasi Online Terhadap Dunia Nyata.........................................12
BAB III
PENUTUP..............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
LAMPIRAN...........................................................................................................18
Diskusi kelompok 11 melalui Zoom Meeting Tanggal 18 Februari 2024.............18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Bagaimana cara mengurangi terjadinya penyebaran berita palsu?
5. Apakah pembawaan narasi penulis berita mempengaruhi tingkat kepahaman
pembaca?
6. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh penyebaran berita palsu?
7. Apa saja macam-macam media yang digunakan untuk menyebarkan berita
palsu?
8. Bagaimana pengaruh informasi online terhadap dunia nyata?
2
6. Mengedukasi dan memberikan arahan praktis kepada pembaca untuk dapat
mengenali berita tersebut kebenarannya terjamin atau tidak.
3
BAB II
Hoax merupakan sebuah isu atau informasi palsu yang dibuat dan disebarkan
oleh seseorang atau kelompok dengan maksud dan tujuan tertentu. Informasi hoax
ini muncul seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini. Informasi
hoax biasanya disebarkan oleh orang yang membuat informasi namun tidak
menutup kemungkinan orang lain yang tanpa sengaja menyebarkan informasi
tersebut karena kurangnya pemahaman.(Rifauddin and Halida, 2018)
2.1 Penyebaran Berita Palsu dan Berita Benar Tidak Dipengaruhi 100%
oleh Tekonologi
Pada 23 April 2013, Associated Press mengirimkan tweet palsu tentang
dua ledakan di Gedung Putih dan cedera Barack Obama. Tweet ini viral dan
mengakibatkan kekacauan, termasuk kerugian ekonomi hingga 140 miliar
dolar dalam satu hari. Dakwaan jaksa khusus Amerika Serikat terhadap
perusahaan Rusia dan individu Rusia terkait campur tangan pemilihan 2016.
Internet Research Agency, cabang bayangan Kremlin, menyebarkan
disinformasi selama pemilihan presiden AS. Studi Oxford menunjukkan
sepertiga informasi pemilihan Swedia di media sosial palsu. Kampanye
disinformasi dapat menyebabkan "propaganda genosida," seperti terhadap
Rohingya di Burma, yang berujung pada pembunuhan massa di India. Perlu
dipelajari lebih lanjut.
Studi terbaru kami di "Science" mengungkap bahwa berita palsu menyebar
lebih cepat, dalam, dan luas daripada kebenaran, terutama berita politik.
Meskipun penyebar berita palsu memiliki sedikit pengikut dan kredibilitas,
berita palsu jauh lebih mungkin di-retweet daripada kebenaran. Hipotesis
kebaruan kami menunjukkan bahwa kejutan dan kebaruan berperan dalam
menyebarluaskan berita palsu, sementara berita benar cenderung
menimbulkan antisipasi, kegembiraan, dan kepercayaan. Kejutan
memengaruhi perilaku berbagi informasi.
Studi kami menunjukkan bahwa meskipun bot mempercepat penyebaran
berita palsu online, mereka juga mempercepat penyebaran berita benar
4
dengan tingkat yang hampir sama. Ini menunjukkan bahwa bot tidak
bertanggung jawab atas perbedaan penyebaran antara kebenaran dan
ketidakbenaran secara online. Tanggung jawab atas penyebaran informasi
palsu atau benar tetap pada manusia.
Teknologi generative adversarial networks dan demokratisasi kecerdasan
buatan memungkinkan munculnya gelombang besar media sintetis yang
sangat meyakinkan. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran video dan audio
palsu yang sulit dibedakan dari yang asli. Contoh kasus di Gedung Putih
menunjukkan bagaimana teknologi ini digunakan untuk tujuan manipulatif
dan politis. Perlu kehati-hatian dan kecerdasan dalam menghadapi tantangan
informasi palsu yang semakin canggih ini.
Penting untuk memahami bahwa teknologi seperti algoritma dan
pembelajaran mesin dapat membantu dalam mengatasi berita palsu, namun
manusia harus tetap berperan dalam pengambilan keputusan terkait dengan
kebenaran dan ketidakbenaran informasi. Di balik setiap solusi teknologi,
terdapat pertanyaan etis dan filosofis yang mendasar tentang bagaimana kita
mendefinisikan kebenaran, siapa yang memiliki kekuatan untuk
menentukannya, dan bagaimana kita dapat membedakan informasi yang valid
dari yang tidak valid. Teknologi sendiri bukanlah solusi mutlak, namun etika
dan filsafat memainkan peran penting dalam hal ini.
Dengan munculnya berita palsu dalam bentuk video dan audio palsu, kita
dihadapkan pada tantangan yang serius dalam membedakan antara realitas
dan manipulasi. Penting untuk waspada dan mempertahankan kebenaran
melawan misinformasi dengan menggunakan teknologi, kebijakan, dan yang
terpenting, tanggung jawab individu dalam pengambilan keputusan, perilaku,
dan tindakan. Dengan pendekatan yang holistik dan kesadaran yang kuat
terhadap isu ini, kita dapat bergerak maju dalam melawan penyebaran berita
palsu. (Ted, 2020)
5
2.2 Alasan Platform-platform Media Sosial Tetap Membiarkan Penyebaran
Berita Palsu
Seiring penyebaran misinformasi dalam berita palsu terus cepat di internet,
realitas kita semakin dibentuk oleh informasi palsu. Banyak orang tidak tahu
perbedaan antara sesuatu yang nyata dan sesuatu yang diciptakan untuk
menipu mereka.. Internet seharusnya membuat kita lebih cerdas, tetapi
bagaimana seseorang sampai pada titik ini dan apa yang mendorong
penyebaran misinformasi, terutama sejak beberapa tahun terakhir banyak
dibicarakan tentang melindungi diri dari misinformasi, dan sepertinya tidak
membuat perbedaan. Beberapa contoh berita palsu beredar misal nya anti-
vaksin di mana ada wabah cacar besar-besaran di beberapa negara karena
orang tidak divaksinasi. CDC menyalahkan informasi palsu online tentang
anti-vaksinasi. Ada juga contoh di mana ada apotek online palsu, iklan palsu
tentang mereka, dan orang-orang membeli obat-obatan yang buruk dan
kesehatan mereka terpengaruh.
6
dampak negatif dari media digital, dimana yang dahulunya hanya menerima
beberapa lembar kertas yang di lemparkan di depan pintu untuk mendapatkan
suatu informasi, bahkan ketika tidak membaca sedikitpun manusia
merasalakan akan ketertinggalannya pada informasi.
Mentransformasikan informasi dalam bentuk media digital dengan
berkurangnya pengawasan akan kebenarannya membuat tidak ada waktunya
pembaca dalam menyaring fakta. Lebih dari jutaan suatu informasi beredar
dalam hitungan 365 hari dalam setahun, 7 hari dalam seminggu hingga 24
jam dalam sehari, bahkan setiap detik. Adanya hal demikian menjadikan
kebenaran perlahan mundur jauh ke belakang, hilang nya kesadaran dalam
memeriksa suatu informasi dengan menancapnya sumber sumber tanpa
diketahui kebenarannya.
Salah satu contoh tentang tersebarnya berita Covid-19, Sama sekali
manusia pribumi tidak kekurangan informasi akan hal ini, setiap detik dengan
jutaan berita dari media sosial, dari yang awalnya berita ini di anggap mainan
saja, hingga tak sadarnya akan dampak hal yang besar di bumi. Adanya
informasi dari berita tersebut adalah salah satu contoh dari kurang nya
informasi yang di saring dengan fakta. (Talks, 2021)
7
melibatkan angka yang dibesar-besarkan atau kata-kata yang di lebih-
lebihkan perlu di waspadai akan keberadannya, dan perlu adanya
pemeriksaan ulang pada situs lain dalam laporan keaslian berita tersebut. Jika
tidak ada situs lain yang demikian sudah dinyatakan bahwa berita ini
merupakan berita palsu.
Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi kita untuk memiliki literasi
media yang baik. Keterampilan memahami, menilai, dan memverifikasi
sumber informasi sangat penting agar kita bisa memilah informasi yang benar
dan akurat. Literasi media bukan hanya tentang penggunaan teknologi, tetapi
juga tentang memahami informasi dengan kritis. (Public, 2020)
Berita palsu tidak hanya datang secara online namun juga dapat melalui
antar mulut, maka dari itu penting hal nya dalam memverifikasi dengan orang
dewasa akan kebenarannya, mungkin saja orang memberikan berita tersebut
tidak memikirkan ulang, namun sebagai penerima berita bisa lebih
memikirkan dengan benar, dengan menyebarkan berita palsu dapat membuat
perbedaan dalam suatu tindakan, maka dari itu harus perlu di waspadai dalam
menyebarkan suatu berita. (Learn, 2021)
8
terbesar kesalahpahaman ini adalah kesederhanaan naratifnya. Dalam banyak
cara, peta ini memenuhi keinginan kita tentang cerita dunia sekitar kita--
sesuatu yang tidak selalu ada dalam sains yang terkadang berantakan.
Contohnya, bahkan jumlah rasa yang kita punya lebih rumit dibanding karya
Hänig. Umami-- atau gurih-- sekarang dianggap rasa dasar kelima, dan masih
banyak perdebatan tentang adanya rasa lain seperti lemak, alkali, logam, dan
air.(Ed, 2021)
2.6 Dampak Misinformasi dan Berita Palsu serta Cara Mengurangi Resiko
Akibat Dampak Negatif yang Timbul
Dalam era yang semakin terhubung secara global melalui internet, ada
masalah serius terkait penyebaran berita palsu dan informasi yang tidak
benar. Kecepatan serta kemudahan menyebarkan informasi di berbagai
platform online menciptakan lingkungan di mana informasi yang tidak benar
dapat dengan cepat menyebar, mengguncangkan landasan pemahaman dan
persepsi masyarakat. Terutama, media sosial menjadi wadah utama di mana
berita palsu dapat menjangkau audiens yang lebih luas tanpa adanya
mekanisme verifikasi yang memadai.
Dalam konteks ini, dampak dari misinformasi, bukan hanya pada tingkat
pengetahuan yang terpengaruh, tetapi juga pandangan orang tentang dunia.
Orang sering membangun pandangan mereka berdasarkan informasi yang
salah, sehingga menciptakan pemahaman yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran berita palsu bukan hanya
ancaman terhadap fakta, tetapi juga dapat mengubah cara kita melihat dunia.
Sebagai contoh, kita bisa melihat peran media seperti Infowars dalam
menyebarkan teori konspirasi terkait sebuah penembakan. Dengan
menyebarkan informasi yang tidak terbukti, media semacam itu tidak hanya
meragukan fakta yang sudah terverifikasi, tetapi juga dapat memecah
masyarakat dengan mempengaruhi keyakinan dan pandangan orang.(Public,
2020)
Internet seharusnya menjadi kekuatan demokratisasi dalam pemilihan,
dialog, dan di seluruh dunia. Namun, yang kita lihat sekarang adalah
sebaliknya. Beberapa pelaku jahat yang berkuasa memanfaatkan keterbukaan
9
internet dan menciptakan peluang untuk menipu orang, baik dengan
menciptakan berita palsu atau membuat botnets untuk menyebarkan berita
palsu. Seperti yang terjadi saat ini yang menyebabkan banyak kebingungan.
Orang tidak tahu apakah video yang mereka tonton nyata, atau apakah suara
yang mereka dengar telah dimanipulasi krisis nyata terjadi di dunia nyata
karena berita palsu, iklan palsu, dan pengaruh palsu. Dan ini adalah masalah
besar. Terlihat bagaimana misinformasi ini telah membentuk ulang
masyarakat dengan berbicara tentang beberapa hal yang sangat spesifik,
seperti mendorong berita, kekuatan pengaruh palsu.(News, 2020) Selain itu
adanya keterkaitan yang erat antara fake news dan politik, terutama di
lingkungan yang sangat partisan, mencerminkan dinamika kompleks di mana
informasi dapat digunakan sebagai alat kekuasaan atau pengaruh politik.
peristiwa ini seringkali muncul dalam situasi di mana berita palsu atau
disinformasi disebarkan untuk mendukung atau merugikan kelompok politik
tertentu.(Standard, 2023)
Ada lima jalur yang bisa diikuti untuk menanggulangi masalah informasi
palsu. Pertama, melalui pelabelan informasi untuk memberikan informasi
tentang keaslian dan sumbernya. Namun, tantangannya adalah menentukan
siapa yang berwenang menentukan kebenaran. Kedua, dengan mengubah
insentif ekonomi di balik penyebaran berita palsu. Ketiga, melalui regulasi,
namun perlu berhati-hati agar tidak disalahgunakan untuk menekan opini
minoritas. Keempat, dengan mendorong transparansi dari platform media
sosial tentang algoritma dan data yang mereka gunakan. Namun, ini juga
menimbulkan tantangan terkait keamanan data. Kelima, dengan
mempertimbangkan pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang informasi
palsu. Setiap jalur memiliki harapan dan tantangan tersendiri yang perlu
diatasi secara bijaksana.
Dalam merespon tantangan penyebaran misinformasi, pentingnya literasi
media sebagai solusi yang sangat penting. Kemampuan untuk memahami,
menilai, dan memverifikasi sumber informasi menjadi keterampilan kritis
yang diperlukan agar kita bisa memilah informasi yang benar dan akurat.
10
Literasi media bukan hanya sebatas penggunaan media saja, tetapi juga
tentang membentuk pemahaman kritis terhadap informasi yang diterima.
Peran kemajuan teknologi, khususnya melalui internet dan media sosial,
memiliki peran penting dalam penyebaran misinformasi. Keterhubungan yang
cepat melalui media sosial meningkatkan risiko penyebaran informasi yang
salah secara viral. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menyadari
bahwa teknologi memberikan koneksi global, juga membawa tantangan baru
dalam memastikan akurasi dan keandalan informasi yang dikonsumsi serta
disebarkan. Dalam menghadapi hal ini, langkah-langkah untuk meningkatkan
literasi media dan kesadaran akan risiko misinformasi menjadi kunci dalam
membentuk masyarakat yang lebih kritis dan terinformasi. (Public, 2020)
11
dapat memperkuat keyakinan dan pandangan politik tertentu, bahkan jika
informasinya tidak akurat dan para ahli memperingatkan tentang risiko
menggunakan istilah "fake news" karena dapat menyebabkan definisi yang
terlalu sempit, terutama karena fokusnya yang terlalu kuat pada konteks
politik. Penggunaan istilah alternatif seperti "misinformasi" atau "false
information" diusulkan untuk mencakup berbagai bentuk disinformasi, tidak
hanya terbatas pada konteks politik, melainkan juga mencakup isu-isu
lingkungan, kesehatan, dan ekonomi. Dengan memperluas definisi ini, dapat
lebih efektif untuk menanggapi tantangan misinformasi yang mencakup
berbagai sektor masyarakat.
Salah satunya di India, misinformasi sering kali menyebar melalui gambar
dan video yang disertai teks kabur, terutama melalui platform WhatsApp.
Studi kasus mencakup video yang salah menggambarkan pilot Angkatan
Udara India yang ditangkap oleh Pakistan dan video yang diedit secara
menyesatkan terkait dengan Arvind Kejriwal, Ketua Menteri Delhi. Para ahli
menekankan pentingnya kewaspadaan dan pertanyaan kritis terhadap
informasi yang dibagikan secara online sebagai langkah pencegahan utama
untuk mengatasi penyebaran misinformasi yang lebih luas di masyarakat.
Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kecerdasan
digital menjadi kunci dalam menghadapi tantangan kompleks yang muncul
dari fenomena misinformasi.(Standard, 2023)
I.T. adalah singkatan dari teknologi informasi.” I.T. mencakup semua hal
yang terkait dengan komputer, internet, dan teknologi lainnya.
F.Y.I. adalah singkatan dari “untuk informasi Anda.” Ketika seseorang
memberimu informasi tambahan, mereka mungkin mengatakan “F.Y.I.”
12
Informasi dapat memiliki nilai atau manfaat tertentu tergantung pada
konteks dan tujuan penggunaannya. Ada informasi yang sangat bernilai untuk
pengambilan keputusan atau pengetahuan umum, sementara ada juga
informasi yang mungkin kurang relevan atau bahkan merugikan jika
disampaikan tanpa pertimbangan yang biasanya disebut "Too Much
Information" (T.M.I.) yang menyoroti batasan dalam berbagi informasi,
khususnya ketika informasi tersebut terlalu pribadi atau tidak pantas. Ini
menciptakan kesadaran akan batas-batas keintiman yang seharusnya dihormati
dalam berbagi informasi.
Samantha Bradshaw, seorang peneliti dari Universitas Oxford,
memberikan wawasan mendalam mengenai bahaya berita palsu (fake news).
Dalam penjelasannya, ia menyoroti seriusnya dampak berita palsu ketika
menyebar dari dunia online ke dunia offline, mengubahnya dari sekadar isu
online menjadi ancaman yang meresahkan di masyarakat nyata. Dengan
menggunakan contoh tragis di india, Bradshaw menggambarkan betapa
berbahayanya penyebaran informasi palsu, bahkan hingga mengancam nyawa.
Kasus kematian yang terjadi akibat berita palsu menunjukkan bahwa risiko ini
bukan hanya ancaman abstrak, melainkan memiliki dampak langsung yang
dapat merenggut nyawa. Dalam dunia kesehatan, ada bahaya yang timbul
karena informasi yang salah tentang vaksin. Sayangnya, anak-anak sering
menjadi korban karena orang tua mereka menolak memberikan vaksin.
Penolakan ini seringkali dipicu oleh informasi palsu yang beredar.
Oleh sebab itu pentingnya kesadaran masyarakat terhadap dampak medis
dari berita palsu, karena masalah ini bukan hanya informasi biasa melainkan
juga menyangkut kehidupan kita dan juga Kejadian tragis di Meksiko, di mana
berita palsu di media sosial menjadi pemicu pembunuhan dua pria yang tidak
bersalah, karena bahaya penyebaran informasi palsu di era digital dan
konsekuensi serius yang bisa berujung pada kehilangan nyawa. Pernyataan ini
mengungkap kesalahan persepsi masyarakat dapat dimanfaatkan oleh
penyebaran berita palsu yang mengakibatkan keputusan tragis dan kurangnya
verifikasi informasi menjadi salah satu sorotan ketika menyebarkan berita
13
tanpa memastikan kebenarannya, dan mencerminkan perlunya melibatkan
praktik verifikasi sebagai langkah kritis sebelum informasi disebarluaskan.
Dengan mengedepankan konsep “double-sourcing” dan memastikan
kebenaran informasi dari dua sumber independen kita dapat mencegah
penyebaran berita palsu. Reha Kansara, seorang produser yang diwawancarai,
menekankan tanggung jawab bersama dalam memastikan keakuratan
informasi, menggambarkan bahwa melibatkan masyarakat sebagai konsumen
informasi yang cerdas dan kritis adalah kunci dalam meredakan ancaman
berita palsu.(English, 2021)
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyebaran berita palsu lebih cepat daripada berita benar diakibatkan
adanya perkembangan teknologi, namun peran teknologi sendiri tidak
100% mempengaruhi dalam penyebarannya Penyebaran informasi palsu
dapat cepat diakibatkan tetap pada manusia.
2. Platform media social tidak menindaklanjuti penyebaran berita palsu
dikarenakan untuk menjaga integritas suatu platform agar tetap bersih dan
aman label suatu platform.
3. Peralihan penyebaran informasi saat ini yaitu, dikerankan masa sekarang
merupakan masa era digitalisasi sehingga penyebaran inormasi sudah
menggunakan teknologi sehingga mengubah pembaca aktif menjadi
pembaca pasif.
4. Cara mengurangi berita palsu yaitu dengan membaca berita dari awal
sampai akhir dan memastikan penulis beserta tanggal berita diterbitkan
dengan jelas.
5. Pembawaan narasi penulis berita mempengaruhi tingkat kepahaman
pembaca dikarenakan, ketika gaya penulis berita persuasiv untuk
mengajak pembaca berpihak pada kelompok tertentu, pembaca akan
terpengaruh.
6. Dampak yang diakibatkan oleh penyebaran berita palsu :
Mengubah cara pandang seseorang terhadap dunia.
Seseorang cenderung lebih memerhatikan dunia maya dan menolak
adanya kebenran pada dunia nyata.
Menyebabkan kebingungan di masyarakat.
Digunakan sebagai alat kekuasaan dalam politik.
7. Macam-macam media yang digunakan untuk penyebaran informasi palsu :
Artikel
Koran/Surat Kabar/Majalah
Televisi
Radio
15
Media Sosial
Percakapan sehari-hari
8. Pengaruh informasi yang didapat secara online terhadap dunia nyata yaitu
ketika pihak penulis berita memberikan informasi terlalu berlebihan dan
pribadi mengakibatkan orang yang bersangkutan tersinggung, dan hal ini
membuat pihak yang dijadikan objek berita serta pembaca berita hidupnya
terpengaruh.
3.2 Saran
1. Sebagai pembaca diharapkan bijak dalam memilah informasi baik secara
digital maupun non-digital.
2. Sebagai pembuat berita diperlukan kejujuran dalam membuat berita untuk
mengurangi penyebaran berita palsu dan misinformasi.
3. Sebagai pemerintah diharapkan lebih bijak lagi dalam memanfaatkan
media berita untuk tidak mengeksploitasi kekuasaan demi urusan
kelompok tertentu.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ed, T. (2021) Why People Fall for Information. Amerika Serikat. Available at:
https://youtu.be/hz6GULbowAk?si=kGlQgzcKHtjt3RFD.
English, B.L. (2021) Fake News: Fact & Fiction- Episode 3: Information or
Disinformation? Inggris Raya. Available at:
https://youtu.be/OLu4AcRaK_o?si=BKg6SgnEnGgDQDxu.
Learn, S. and (2021) What is Fake News? Tips for Spotting Them. Amerika
Serikat. Available at: https://youtu.be/D0Cd9-eJ-No?feature=shared.
News, C. (2020) How ‘Fake News’ and Information Online is Changing Society.
Amerika Serikat. Available at: https://www.youtube.com/watch?
v=irHP3znqwq8.
Public, C. (2020) Fake: Searching for Truth in The Age of Misinformation.
Amerika Serikat. Available at: https://youtu.be/PMv4Mbdf9HA?
si=bA0XdJh4qpvRFjsh.
Rifauddin, M. and Halida, A.N. (2018) ‘Waspada Cybreme dan Informasi Hoax
Pada Media Sosial Facebook’, Khizanah Al-Hikmah, 6(2), pp. 98–111.
Standard, B. (2023) What Are New Age Fake News and Misinformation? India.
Available at: https://youtu.be/7fmsvbNwFug?si=Ii4_faTobXC0bgTu.
Talks, Ted. (2021) Misinformation the Media and the role You’re Playing in Both.
Amerika Serikat. Available at: https://www.youtube.com/watch?
v=7byH2HQoJxE.
Ted (2020) How We Can Protect Truth in The Age of Misinformation. Amerika
Serikat. Available at: https://www.youtube.com/watch?si=-
yzfmVfgWshp3YG9&v=-7ORAKULel4&feature=youtu.be.
17
LAMPIRAN
18