Disusun Oleh:
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................................2
KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................................2
2.1.2 Ketinggian...............................................................................................................2
2.1.3 Koordinat.................................................................................................................3
2.2. Ekologi..........................................................................................................................4
2.3 Ekosistem.......................................................................................................................4
2.4 Vegetasi...........................................................................................................................4
2.5.1 Definisi....................................................................................................................5
2.6 Metode........................................................................................................................8
BAB III...................................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.......................................................................................................20
BAB IV..................................................................................................................................21
4.2 Pembahasan..................................................................................................................22
BAB V....................................................................................................................................26
PENUTUP..............................................................................................................................26
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................26
5.2 Saran.............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
LAMPIRAN PERHITUNGAN..............................................................................................30
Kerapatan relatif.................................................................................................................30
LAMPIRAN FOTO................................................................................................................34
Langkah kerja.....................................................................................................................34
Kuadrat...............................................................................................................................35
Spesies Tanaman.....................................................................................................................39
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada pembelajaran mata kuliah Biologi Umum ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui vegetasi apa yang menjadi penyusun komunitas yang ada di lingkungan
sekitar kampus dan mengetahui informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu ekosistem. Untuk menganalisis suatu vegetasi dibutuhkan data-data tentang
jenis spesies tumbuhan untuk menentukan indeks nilai penting dari komunitas yang di
teliti tersebut. Indeks nilai penting yang diteliti dalam penelitian ini adalah kerapatan,
frekuensi, dan dominasi dengan menggunakan metode penelitian kuadrat sampling
(sampel kuadrat). Oleh karena itu pada praktikum ini praktikan diminta untuk
mengamati vegetasi yang ada pada lahan hijau dekat parkiran Foodcourt UNESA dan
juga dapat menganalisis vegetasinya sesuai data kuantitatif yang telah didapatkan
ketika praktikum.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui vegetasi penyusun komunitas yang diamati.
2. Menghitung kerapatan, kerimbunan, frekuensi, dan nilai penting untuk analisis
vegetasi.
3. Terampil menggunakan metode kuadrat.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.2 Ketinggian
Kampus Universitas Negeri Surabaya yang terletak di Jalan Ketintang ,
Ketintang, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya, Jawa Timur memiliki
luas lahan 22 hektar sekitar 4 hektar area hutan unesa di ubah dengan
2
memadukan tiga konsep yaitu rekreasi, edukasi, dan juga konservasi.
Pembangunan hutan UNESA sendiri dilakukan sejak tahun 2019
(Informasi,2020).
Kampus Unesa Ketintang terletak di bagian selatan Surabaya, di
dataran rendah tepi pantai dengan topografi relatif datar. Kampus ini
memiliki lahan hijau yang luas, berada antara ketinggian 100-200 meter di
atas permukaan laut (Kustini,2020).
2.1.3 Koordinat
Koordinat kampus UNESA wilayah Ketintang adalah 7° 18' 53.388'' S
112° 43' 35.436'' E. Kota Surabaya memiliki rata-rata ketinggian 2-6
meter di atas permukaan laut. Lahan hijau ini memberikan dampak positif
bagi lingkungan kampus, seperti iklim yang sejuk, tanah yang subur,
vegetasi yang beragam, dan keberadaan fauna. Potensi pengembangan
agroforestri, ekowisata, dan kesehatan lingkungan juga dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar (Kustini, 2020).
3
2.2. Ekologi
Ekologi tumbuhan melibatkan dua aspek, yaitu ekologi sebagai ilmu dan
tumbuhan sebagai objek kajiannya. Ekologi berasal dari kata "oikos" yang berarti
rumah, dan "logos" yang berarti ilmu. Tumbuhan, sebagai organisme hidup
eukariota multiseluler dari Kingdom Plantae, mencakup berbagai kelompok
seperti tumbuhan berbunga, Lycopodopsida, Gymnospermae, paku-pakuan, lumut,
dan sejumlah alga hijau (Melfa, 2020).
Secara umum, ekologi tumbuhan mengacu pada studi tentang interaksi timbal
balik antara tumbuhan dan lingkungannya. Sebagai cabang ilmu ekologi, ekologi
tumbuhan memfokuskan pada interaksi tumbuhan dengan lingkungan hidupnya,
yang melibatkan berbagai proses dan fenomena alam. Meskipun ekologi
tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan alam telah berkembang baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, namun relatif masih tergolong baru (Melfa, 2020).
Sebagai bagian dari ilmu biologi, ekologi merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dengan
demikian, ekologi tumbuhan sebagai cabang ilmu ekologi memiliki fokus khusus
pada interaksi antara tumbuhan dengan lingkungan hidupnya serta berbagai proses
alam yang terlibat (Melfa, 2020).
2.3 Ekosistem
Ekosistem adalah suatu wilayah alam yang mencakup unsur-unsur hayati
(organisme) dan unsur-unsur non-hayati (zat-zat tak hidup), di mana terjadi
hubungan timbal balik antara unsur-unsur tersebut. Konsep ekosistem merupakan
konsep yang luas, dengan fokus utama pada hubungan wajib, ketergantungan, dan
hubungan sebab akibat antara komponen-komponen yang membentuk satuan-
satuan fungsional. Ekosistem dianggap sebagai tingkat organisasi biologis yang
paling cocok untuk analisis system (Iswandi,2012).
2.4 Vegetasi
Vegetasi mengacu pada komunitas atau kumpulan dari beberapa/keseluruhan
kelompok spesies tumbuhan yang hidup dan berkembangbiak disuatu area yang
sama dengan memperhatikan ruang dan waktu. Sedangkan suatu komunitas yakni
4
kelompok tumbuhan dari berbagai jenis yang saling berinteraksi satu sama lain
dengan habitat yang sama (Inggita, 2020).
Dalam suatu vegetasi tumbuhan yang terlibat hanyalah tumbuhan jika
komponen biotik dan biotik diintregasikan ke dalam suatu vegetasi, maka akan
terbentuk suatu ekosistem (Farhan,2019).
Vegetasi memiliki dampak positif pada keseimbangan ekosistem secara
keseluruhan. Fungsinya termasuk mengatur keseimbangan CO2 dan O2 dalam
udara, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah, serta mengatur tata air
tanah (Miftahur,2019).
Dalam vegetasi faktor penyusun yang ada saling mempengaruhi. Seperti,
keadaaan sekitar dan unsur-unsur penunjang yang dapat mempengaruhi
kelestarian vegetasi baik faktor biotik maupun abiotik.
Vegetasi tumbuhan terbagi menjadi dua jenis yaitu, vegetasi tumbuhan yang
bernaung dan vegetai tumbuhan terbuka. Untuk menganalisis suatu vegetasi
dibutuhkan data-data tentang jenis spesies tumbuhan untuk menentukan indeks
nilai penting dari komunitas yang di teliti tersebut seperti kerapatan, dominasi,
kerimbunan, dan frekuensi.
Frekuensi merupakan salah satu parameter vegetasi yang dapat menunjukkan
pola distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem atau memperlihatkan
pola distribusi tumbuhan. Sehingga frekuensi tersebut sangat di pengaruhi oleh :
2.5.1 Definisi
Analisis vegetasi adalah metode untuk mempelajari susunan dan
komposisi tumbuhan dalam suatu area. Data spesies tumbuhan digunakan
untuk menghasilkan informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
komunitas tumbuhan, termasuk indeks nilai penting (Miftahur, 2019).
Analisis vegetasi digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan untuk mempelajari tegakan
hutan yaitu pohon dan tegakan tumbuhan bawah seperti padang
rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar (Miftahur, 2019).
5
Terdapat tiga parameter vegetasi yang umum diukur dalam analisis
vegetasi. Analisis vegetasi dilakukan dengan mengukur ketiga parameter
atau minimal dua parameter. Parameter-parameter vegetasi tersebut
diantaranya (Inggita,2020) :
1. Kerapatan/ kepadatan/ densitas (density)
Jumlah individu dalam satuan luas tertentu. Densitas
merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya jenis.
Densitas dinyatakan sebagai jumlah dari individu tersebut (Annisa,
2019).
Densitas suatu spesies menunjukan jumlah individu spesies
dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran
mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Rumus
untuk menentukan densitas yaitu :
6
3. Frekuensi (frequency)
Proporsi jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu
dengan jumlah total spesies. Frekuensi dapat dinyatakan dalam
pecahan ataupun persen dari jumlah perjumpaan total. Frekuensi erat
kaitannya dengan tingkat penyebaran suatu spesies dalam lokasi
sampling. Semakin tinggi frekuensi suatu spesies maka sebarannya
semakin luas dan menyebar.
Frekuensi merupakan salah satu parameter vegetasi yang dapat
menunjukkan pola distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dala
ekosistem atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Sehingga
frekuensi tersebut sangat di pengaruhi oleh (Annisa,2019) :
1. Semakin luas petak yang diteliti, semakin banyak tumbuhan
yang dapat diidentifikasi di dalamnya. Luas area tempat
pengambilan contoh komunitas tumbuhan sangat bervariasi
tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi.
2. Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di dalam petak atau
penyebarannya yang merata akan meningkatkan frekuensi
observasi.
3. Ukuran jenis tumbuhan juga mempengaruhi frekuensi
observasi, di mana tumbuhan dengan tajuk yang sempit
cenderung memiliki peluang lebih besar untuk diidentifikasi
dan dihitung.
7
2.6 Metode
Metode yang digunakan untuk mengambil data dapat berupa metode petak
(plot) dan metode tanpa petak (plotless). Metode sampling tanpa petak atau plotless
adalah suatu sampling tanpa menggunakan unit area/plot. Metode plotless terdiri dari
metode intersep titik (point intercept) yang biasa digunakan untuk analisis vegetasi
herba, dan metode jarak yang umum digunakan untuk analisis vegetasi pohon
berkayu (Inggita,2020).
8
2.6.2 Metode Jarak
Beberapa jenis metode jarak sering digunakan oleh peneliti dalam studi
vegetasi dan populasi. Metode jarak dilakukan dengan melakukan pencuplikan dari
titik-titik yang ditentukan secara acak atau sistematis tanpa plot. Metode jarak yang
paling efisien adalah metode kuadarat berpusat titik (point centered quarter).
Pengukuran jarak dilakukan dari titik sampling ke pohon terdekat dalam empat
kuadran sehingga dihasilkan empat pengukuran. Metode ini digunakan untuk
menganalisis pohon dengan sebaran acak dan tinggi lebih dari 2 meter. Keuntungan
metode ini adalah menghemat waktu yang banyak karena tidak perlu membuat plot
atau petak.
Analisis vegetasi dengan metode jarak dapat ditentukan empat parameter
sekaligus yaitu jenis spesies, kerapatan, frekuensi, dan dominansi. Kerapatan atau
jumlah individu suatu spesies dapat ditentukan dengan mengukur jarak antar individu
atau jarak antara titik sampling dengan individu tumbuhan. Hasil pengukuran jarak
tersebut dikonversikan ke dalam unit dua dimensi/area dengan cara mengkuadratkan
jarak tersebut.
Frekuensi suatu spesies diperoleh dengan membagi jumlah titik sampling
ditemukannya spesies tersebut dengan jumlah total titik sampling. Selain itu, juga
dilakukan pengukuran diameter pohon dari keempat pohon yang diamati tersebut.
Pengukuran diameter pohon bertujuan untuk mengetahui basal area suatu spesies atau
dominansi.
9
2.6.3 Metode Plot atau Petak
Metode paling umum untuk analisis vegetasi. Metode ini menggunakan area
sampling dua dimensi dengan ukuran sembarang baik berbentuk persegi, persegi
panjang, mapupun bundar. Ukuran plot petak persegi /kuadrat disesuaikan dengan
bentuk pertumbuhan seperti pohon, perdu, herba ataupun pohon dewasa, tiang,
pancang, atau semai. Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan ukuran plot petak
20x20 m atau 10x10 m, bebas ingin memilih ukuran berapa, sesuai keperluan saja.
Penerapan metode plot pada lokasi penelitian dapat dilakukan secara acak ataupun
dikombinasikan dalam satu petak dapat menganalisis beberapa bentuk pertumbuhan.
Gambar 2.4 Penentuan titik sampling acak (kiri), sistematik (tengah), semi
acak (kanan)
(Inggita,2020)
Sumber lain mengatakan metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada 4
macam yaitu :
11
Kerapatan Mutlak (KM): jumlah individu jenis gulma tertentu
dalam petak contoh
Kerapatan Nisbih (KN): kerapatan mutlak jenis gulma tertentu
dibagi total kerapatan mutlak semua jenis gulma
Dominansi Mutlak (DM): tingkat penutupan, luas basal, bobot
kering, atau volume jenis gulma tertentu dalam petak contoh
Frekuensi Mutlak (FM): jumlah petak contoh yang memuat
jenis gulma tertentu
Frekuensi Nisbih (FN): frekuensi mutlak jenis gulma tertentu
dibagi total frekuensi mutlak semua jenis gulma
Nilai Penting (NP): jumlah nilai semua peubah nisbih yang
digunakan
SDR: nilai penting dibagi jumlah peubah nisbih
NP dan SDR dapat dihitung berdasarkan dua atau tiga peubah di atas,
misalnya dominansi dengan frekuensi, kerapatan dengan frekuensi, atau
dominansi, kerapatan, dan frekuensi. Makin banyak peubah yang digunakan
makin mendekati nilai kebenaran yang akan diduga.
13
2.8 Tanaman yang Didapat Ketika Praktikum
2. Kelembapan
Substansi anorganik yangpaling dibutuhkan tanaman adalah air,
sumberairpun punberasaldari tanah dan juga dan juga curah huja,hujan sangat
penting karena curah hujan dapat mempengaruhi kelembapan dalam tanah
kelembapan udara pun juga dapat menjadi tolak ukur dalamkelembapan tanah
dan juga dapat mempengaruhi laju kehilangan airdalam dau melalui
transpirasi. Tanaman herba umumnya tumbuh subur pada tanah dengan
kelembapan sedang hingga tinggi. Mereka biasanya tidak tahan terhadap
kondisi tanah yang terlalu kering atau tergenang air secara berkepanjangan.
3. Intensitas cahaya
Salah satu factor lingkungan yang berperan sebagaitenaga pengendali
utama dalam suatu ekosistem adalah intensitas cahaya, intesitas cahaya
terbesar di daerah tropis da menurun dengan meningkatnya garis lintang
4. Curah hujan
Hubungan interlasiantara air dan udara bergantung pada penyebaran curah
hujan. Pada gunung yang tinggi, maksimum curah hujan mencapai beberapa
tempat sepanjang lereng ketinggian. Udara yang ada menjadi menurun
kelembabannya untuk memberi kesempatan terjadinya hujan dielevasi yang
lebih tinggi. Pola curah hujan dipengaruhi oleh udara yang ada dan barrier
pegunungan.
16
Besarnya curah hujan di dunia bervariasi menurut zone dan iklim.
Besarnya curah hujan menentukan kondisi geograis dan vegetasi pada setiap
zone (Melfa, 2020).
5. pH tanah
pH tanah basa biasa terjadi pada tanah beriklim panas sedangkan
kebalikannya pH tanah asam biasa terjadi pada tanah pada daerah sejuk, iklim
merupakan salah satu factor yang terpenting dalam mempengaruhi pH tanah
peran iklim adalah mempengaruhi penguraian dan erosi bebatuan factor lain
yang mempengaruhi juga terdapat pada jenis bebatuan karena akan
mempengaruhi siklus nutrisi kimia. Tanaman herba biasanya tumbuh baik
pada tanah dengan rentang pH netral hingga sedikit asam. Rentang pH tanah
yang ideal untuk tanaman herba umumnya berkisar antara 5,5 hingga 7,5.
6. Topografi
Terdapat beberapa factor topografi yaitu ketinggian, kemiringan lereng
dan lapisan geologi tanah, ketinggian dapat menyebabkan perbedaan iklim
seperti angin, suhu lebih rendah, dengan kelembapan ekstrim serta curah
hujan.
Sumber lain mengatakan, faktor biotik yang memiliki pengaruh sangat besar
terhadap vegetasi adalah (Sri, 2021) :
1. Pertumbuhan Populasi
a. Kompetisi
Persaingan terhadap berbagai sumber tidak akan terjadi apabila sumber
sumber tersebut persediaannya cukup untuk seluruh spesies. Interaksi
yang bersifat persaingan seringkali melibatkan ruangan, pakan, unsur
hara, sinar matahari dan sebagainya. Persaingan antar jenis dapat
berakibat dalam penyesuaian keseimbangan dua jenis satu dengan
lainnya, atau memaksa yang satunya untuk menempati tempat lain untuk
menggunakan pakan lain.
Populasi merupakan salah satu penyusun ekosistem. Dalam suatu
ekosistem selalu terdapat populasi yang mendominasi. Sifat inilah
terkadang dapat menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem. Sifat ini
sangat erat hubungannya dengan invasi.
b. Simbiosis
Simbisosis berasal dari bahasa yunani , syn yang berarti “bersama” dan
bios yang berarti “hidup”. Sehingga dapat diartikan interaksi atau
hubungan yang sangat erat antara makhluk hidup berbeda jenis dalam
suatu tempat dan waktu tertentu. Hubungan yang terjadi dapat saling
menguntungkan satu sama lain atau bahkan dapat saling merugikan.
c. Alelopati
Alelopati sebenarnya dapat digolongkan ke dalam salah satu
bentuk simbiosis amensalisme. Dimana satu pihak dirugikan dan pihak
yang merugikan tidak diuntungkan maupun dirugikan.
18
Kelembaban penting peranannya dalam mengubah efek dari suhu, pada
lingkungan daratan terjadi interaksi antara suhu dan kelembaban yang sangat
erat hingga dianggap sebagai bagian yang sangat penting dari kondisi cuaca
dan iklim. Temperatur memberikan efek membatasi pertumbuhan organisme
apabila keadaan kelembaban ekstrim tinggi atau rendah, akan tetapi
kelembaban memberikan efek lebih kritis terhadap organisme pada suhu yang
ekstrim tinggi atau ekstrim rendah.
b. Intensitas Cahaya dan Suhu
Suhu dan intensitas cahaya merupakan salah satu faktor fisik lingkungan
yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan vegetasi. Intesitas cahaya
dan suhu mempunyai hubungan yang cukup erat dengan tajuk hutan. Semakin
tinggi intensitas cahaya matahari yang menembus tajuk hutan maka suhu udara
dalam area hutan tersebut semakin tinggi, hal ini juga berkaitan dengan
keterbukaan kanopi hutan. Tinggi rendahnya intensitas cahaya matahari yang
diterima oleh lantai hutan akan berpengaruh pada kelembapan tanah,
sedangkan kelembapan tanah akan mempengaruhi pula kehadiran dan
kepadatan vegetasi.
c. pH Tanah
Faktor pembatas bagi kehidupan organisme baik flora maupun fauna. pH
tanah dapat menjadikan organisme mengalami kehidupan yang tidak sempurna
atau bahkan akan mati pada kondisi pH yang terlalu asam atau terlalu basa.
Nilai pH dapat berubah-ubah disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
berupa introduksi bahan-bahan tertentu ke dalam tanah sebagai akibat dari
aktivitas alam yang berupa hujan, letusan gunung berapi, pasang surut dan
sebagainya.
d. Bahan Organik Tanah
Bahan bahan organik tanah adalah sisa-sisa bahan tanaman, hewan dan
mikroorganisme yang telah mengalami pelapukan dan penghancuran karena
aktifitas fauna dan mikroorganisme yang hidup dalam tanah. bahan organik
tanah merupakan bahan yang penting bagi tanah, baik secara fisik, kimia
maupun biologi. Bahan organik juga memegang peran sangat penting dalam
menyimpan dan mendaur unsur hara makro maupun mikro, sebelum unsur-
unsur hara makro dan mikro dapat diserap oleh tanaman.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
20
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 Data kerapatan relatif vegetasi herba lahan hijau UNESA ketintang
Plot Ke- Kerapatan
No Nama Tumbuhan Jumlah
1 2 3 4 5 Relatif
1 Cyperus triflora 21 7 45 36 26 135 0,237
2 Stenaphrum secundatum 8 7 10 6 22 53 0,093
3 Evolvulus nummularius 78 106 30 20 8 242 0,424
4 Alternanthera Philoxeroides 9 0 0 3 0 12 0,021
5 Eclipta protrasta 0 0 9 0 36 45 0,079
6 Arachis hypogeae 0 0 0 14 3 17 0,03
7 Paspalum dilatatum poir 0 0 0 0 66 66 0,116
4.1.2 Data kerimbunan relatif vegetasi herba lahan hijau UNESA ketintang
Plot Ke- Dominasi
No Nama Tumbuhan Jumlah
1 2 3 4 5 Mutlak Relatif
1 Cyperus esculentus 21 7 45 36 26 135 0,037 0,103
2 Stenaphrum secundatum 8 7 10 6 22 53 0,094 0,263
3 Evolvulus nummularius 78 106 30 20 8 242 0,021 0,059
4 Alternanthera Philoxeroides 9 0 0 3 0 12 0,16 0,447
5 Eclipta protrasta 0 0 9 0 36 45 0,04 0,112
6 Arachis hypogeae 0 0 0 14 3 17 0,118 0,33
7 Paspalum dilatatum poir 0 0 0 0 66 66 0,015 0,042
4.1.3 Data Frekuensi relatif vegetasi herba lahan hijau UNESA ketintang
Plot Ke- Frekuensi
No Nama Tumbuhan Jumlah
1 2 3 4 5 Relatif
1 Cyperus esculentus 21 7 45 36 26 135 1
2 Stenaphrum secundatum 8 7 10 6 22 53 1
3 Evolvulus nummularius 78 106 30 20 8 242 1
4 Alternanthera Philoxeroides 9 0 0 3 0 12 0,4
5 Eclipta protrasta 0 0 9 0 36 45 0,4
6 Arachis hypogeae 0 0 0 14 3 17 0,4
7 Paspalum dilatatum poir 0 0 0 0 66 66 0,2
4.1.4 Data Indeks Nilai penting vegetasi herba lahan hijau UNESA ketintang
21
Kerapatan Dominasi Frekuensi Indeks nilai
No Nama Tumbuhan
Relatif Relatif relatif penting
1 Cyperus esculentus 0,237 0,103 1 1,34
2 Stenaphrum secundatum 0,093 0,263 1 1,356
3 Evolvulus nummularius 0,424 0,059 1 1,483
4 Alternanthera philoxeroides 0,021 0,447 0,4 0,868
5 Eclipta protrasta 0,079 0,112 0,4 0,591
6 Arachis hypogeae 0,03 0,33 0,4 0,76
7 Paspalum dilatatum poir 0,116 0,042 0,2 0,358
4.2 Pembahasan
Analisis vegetasi adalah metode untuk mempelajari susunan dan bentuk
vegetasi tumbuh-tumbuhan seperti tegakan hutan, tegakan tumbuhan, dan
tegakan herba. Data spesies tumbuhan digunakan untuk menghasilkan
informasi kuantitatif tentang komposisi komunitas tumbuhan seperti Indeks
Nilai Penting.
Tujuan diadakan analisis vegetasi sendiri ialah untuk memahami
komposisi, struktur, dan distribusi tumbuhan di suatu area dan juga
mengetahui keragaman spesies, kelimpahan relatif, dan interaksi antara
tumbuhan dan lingkungan yang kita amati.
Pada percobaan yang dilakukan ini, praktikan mendapatkan tujuh spesies
tanaman diantaranya Cyperus escelentus L. dengan jumlah inividu 135,
Stenotaphrum secundatum dengan jumlah individu 53, Evolvulus numularius
dengan jumlah individu 242, Althernantera philoxiroides dengan jumlah
individu 12, Eclipta protrasta dengan jumlah individu 45, Arachis hypogaea
L. dengan jumlah individu 17, dan Paspalum dilatatum dengan jumlah
individu 66. Beberapa jenis tanaman tersebut didapatkan dengan cara
memasangkan lima plot kuadrat berbentuk persegi yang telah dibuat ke lahan
hijau.
22
Setelah diamati, vegetasi yang ada pada lahan hijau tersebut merupakan
Vegetasi Herba dikarenakan pada lahan tersebut dominan tumbuhan herba atau
tumbuhan berumur pendek seperti rumput dan semak yang biasanya memiliki
batang lunak dan tidak berkayu. Tumbuhan herba umumnya tumbuh subur di
musim hujan dan mengering di musim kemarau. Memang di lahan hijau
tersebut tumbuh beberapa pohon mangga, namun di dalam lahan tersebut
rumput mendominasi komposisi vegetasi yang ada pada lahan hijau tersebut
sehingga vegetasi pada lahan hijau tersebut merupakan Vegetasi Herba.
Faktor yang memengaruhi lahan tersebut didominasi oleh tanaman
herba yaitu karena tanah pada lahan tersebut tidak kekurangan air dan air tidak
menggenang begitu lama di lahan tersebut. Tanaman herba umumnya lebih
cocok hidup di tanah yang kelembapannya sedang sampai tinggi dan memiliki
pH sekitar 5,5-7,5. Pada praktikum ini kami mendapat pH rata-rata yaitu 7,4
dan kelembapan rata-rata 7,8, hal ini sesuai dengan pernyataan yang
mengatakan apabila tanaman herba tumbuh subur di tanah yang lembab dan
pH yang sedikit asam atau netral dan juga didapat suhu rata-rata 30°C, pH
tanah rata-rata 7,8, dan kelembapan tanah rata-rata 7,4.
Namun tetap saja kembali ke masing-masing spesies seperti tanaman
Evolvulus numularius yang memiliki jumlah paling banyak pada praktikum
ini, dikarenakan tanaman ini hidup subur di tanah dengan pH netral yaitu 7
dan tanah yang lembab tetapi tidak tergenang air, bisa dilihat Evolvulus
numularius ditemukan banyak pada plot ke-1, 2, 3, dan 4, lalu pada plot ke-5
hanya ditemukan 8 Evolvulu numularius karena pada plot tersebut terdapat
genangan air di tengah plot hanya saja tertutup oleh kerimbunan tanaman lain
seperti Eclipta protrasta.
Pada praktikum ini praktikan menganaliss vegetasi dengan menghitung
kerapatan, dominansi, dan frekuensi untuk mengetahui nilai INP. Kerapatan
relative paling tinggi yaitu tumbuhan Evolvulus numularius dengan nilai
kerapatan relatif 0,424 per 500 cm2 sedangkan yang paling rendah adalah
tanaman Althemantera piloxeroides dengan nilai 0,021 per 500 cm2.
Maknanya ppada lokasi tersebut tanaman Evolvulus numularius jumlah
individualnya lebih banyak disbanding tanaman lain karena tanaman tersebut
23
cocok hidup di wilayah iklim hangat hingga sedang dan memiliki suhu harian
yang relatif stabil.
Dominasi relative paling tinggi yaitu tumbuhan Althemantera
piloxeroides dengan nilai 0,447 sedangkan yang paling rendah adalah tanaman
Paspulum dilatatum dengan nilai 0,042. Walaupun tanaman Althemantera
piloxeroides penyebarannya tidak merata dan jumlah individualnya sedikit
namun tumbuhan ini paling berpengaruh dan unggul dalam komunitas.
Althemantera piloxeroidesl memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada
Evolvulus dilatatum dalam memperebutkan sumber daya seperti air, nutrisi,
dan cahaya matahari dan juga memiliki interaksi ekologis dengan organisme
lainlebih baik daripada tanaman lain di wilayah tersebut.
Frekuensi relative paling tinggi yaitu pada tanaman Cyperus
escelentus, Stenotaphrum secundatum, dan Evolvus numularius dengan nilai 1.
Sedangkan frekuensi relative paling rendah yaitu tanman Paspulum dilatum
dengan nilai 0,2. Maknanya tanaman dengan frekuensi relative tinggi tersebut
memiliki tingkat penyebaran dalam ekosistem tinggi dan pola penyebarannya
merata karena di kelima plotnya tanaman Cyperus escelentus, Stenotaphrum
secundatum, dan Evolvus numularius ada semua. Semakin tinggi nilai
frekuensi maka semakin luas persebaran pertumbuhannya.
Data Indeks Nilai Penting dari semua tanaman pada percobaan ini yang
palaing tinggi yaitu tanaman Evolvulus numularius dengan nilai 1,483
sedangkan yang paling rendah yaitu tanman Paspulum dilatatum dengan nilai
0,358. Semakin tinggi jumlah jenis yang terdapat pada suatu komunitas maka
semakin tinggi indeks keanekaragaman tersebut. Hal ini sesuai dengan
praktikum yang telah dilakukan bahwa jumlah inividu yang paling banyak
diantara ketujuh spesies yang ditemukan yaitu Evolvulus numularius dengan
jumlah individu 242. Indeks Nilai Penting ini menyatakan bahwa Evolvulus
numularius ternyata paling penting dalam komunitas vegetasi herba pada
lahan hijau yang diamati diantara ketujuh tanamn yang ditemukan.
Analisis vegtasi bukan hanya dipengaruhi oleh suhu lingkungan, pH tanah,
dan kelembapan tanah, namun juga ada beberapa factor biotik dan abiotic.
Faktor biotik yang memengaruhi seperti manusia, hewan, adaptasi tumbuhan.
Faktor abiotiknya seperti iklim, air, dan intensitas cahaya. Beberapa hal
24
tersebut saling berkaitan satu sama lain dan tidak lepas dengan interaksi antar
makhluk hidup dan lingkungan.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Vegetasi yang diamati yaitu vegetasi herba. Mendapatkan tujuh spesies
tanaman diantaranya Cyperus escelentus L. dengan jumlah inividu 135,
Stenotaphrum secundatum dengan jumlah individu 53, Evolvulus numularius
dengan jumlah individu 242, Althernantera philoxiroides dengan jumlah
individu 12, Eclipta protrasta dengan jumlah individu 45, Arachis hypogaea
L. dengan jumlah individu 17, dan Paspalum dilatatum dengan jumlah
individu 66.
Pada percobaan ini kerapatan relative paling tinggi yaitu tumbuhan
Evolvulus numularius dengan nilai 0,424 sedangkan yang paling rendah
adalah tanaman Althemantera piloxeroides dengan nilai 0,021.
Dominasi relative paling tinggi yaitu tumbuhan Althemantera
piloxeroides dengan nilai 0,447 sedangkan yang paling rendah adalah tanaman
Paspulu dilatum dengan nilai 0,042.
Frekuensi relative paling tinggi yaitu pada tanaman Cyperus escelntus,
Stenotaphrum secundatum, dan Evolvus numularius dengan nilai 1. Sedangkan
frekuensi relative paling rendah yaitu tanman Paspulum dilatum dengan nilai
0,2.
Data Indeks Nilai Penting semua tanaman pada percobaan ini yang
plaing tinggi yaitu tanaman Evolvulus numularius dengan nilai 1,483
sedangkan yang paling rendah yaitu tanman PAspulum dilatum dengan nilai
0,358.
Suhu rata-rata 30°C, pH tanah rata-rata 7,8, dan kelembapan tanah
rata-rata 7,4. Sesuai dengan tanaman herba yang lebih cocok hidup di tanah
yang kelembapannya sedang sampai tinggi dan memiliki pH sekitar 5,5-7,5.
5.2 Saran
1. Ketika menganalisis jenis tumbuhan diharapkan lebih hati-hati ketika
menggunakan aplikasi Plant Net, dikarenakan tanaman yang diidentifikasi
terlihat mirip-mirip.
26
2. Lebih berhati-hati dalam menghitung jumlah tiap spesiesnya karena harus
berdasarkan akarnya.
3. Saat mengidentifikasi tanaman ketika tanamannya rimbun, perlu dibuka
tanamannya, karena terkadang ada beberapa jenis tumbuhan yang masih
sembunyi.
4. Disarankan ketika menempatkan plot memiilih lahan yang banyak
tanamannya.
DAFTAR PUSTAKA
27
Annisa, D. P., Nur F., & Dita A,. (2019). Penyebaran Vegetasi Semak, Herba,
Dan Pohon Dengan Metode Kuadrat Di Taman Pancasila. Universitas Negeri
Jakarta.
Famella, B., P., N. (2019). Keanekaragaman Vegetasi Riparian Sungai Panjang
Bagian Hilir di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Departemen
Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro : Semarang
Farhan, M. (2019). Analisis Vegetasi. Jurusan Biologi UNM : Makassar.
Farida Hariani, Erlita. (2016). PEMBERIAN MIKORIZA DAN SLUDGE UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis
hypogaea L)
I Made Sarawijana & I Made Saka Wijaya (2021). Komposisi Floristik Vegetasi
Di Kawasan Hilir Sungai Unda, Kabupaten Klungkung, Bali. Universitas
Udayana Bali : Bali
Informasi, Media Komunikasi (2020). UNESA Media komunikasi dan Informasi.
Official Unesa : Surabaya.
Iram M. Iqbal., Asad S. (2020). Evolvulus nummularius (L.) L. (Convolvulaceae):
a new alien plant record for Pakistan. BioInvasions Records
Iswandi, U., (2012). Ekologi dan Ilmu Lingkungan. UNP Press.
Maria, H., (2020). Alternatif Ruang Terbuka Hijau Untuk Pemukiman Bantaran
Sungai Kawasan Perkotaan. Mb UnivPress : Jakarta.
Melfa, A., H., (2020). Ekologi Tumbuhan. PRODI BIOLOGI FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA
UTARA : MEDAN
Miftahur, R., F., Ridhoyatul A., & Nur Aisyah. (2019). Analisis Vegetasi
Tumbuhan Di Resort Pattunuang-Karaenta Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung (pp. 14-16).. Jurusan Biologi FMIPA UNM Kampus UNM
Parangtambung Jalan Malengkeri Raya MAKASSAR
28
Taha Bazine, Sahane F., A. (2020). TIGER NUT (CYPERUS ESCULENTUS);
MORPHOLOGY, PRODUCTS, USES AND HEALTH BENEFITS. Ondokuz
Mayis University, Faculty of Agriculture, Department of Field Corps, 55139,
Samsun, Turkey : BSJournals.
Sri, W., Achyani, & Handoko S. (2021). FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK YANG
MENDUKUNG KERAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI
KAWASAN HUTAN GISTING PERMAI KABUPATEN TANGGAMUS
LAMPUNG. Universitas Muhammadiyah Metro.
Ufiza, S., Salmiati, & Ramadhan, H. (2018). Analisis Vegetasi Tumbuhan Dengan
Metode Kuadrat pada Habitus Herba di Kawasan Pegunungan Deudappulo
Nasi Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018.
29
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Kerapatan relatif
Kerapatan relatif =
1. Cyperus esculentus L
.= =0,237
= =0,093
= =0,424
30
4. Alternanthera Philoxeroides (Mart) Griseb.
= =0,021
= =0,079
6. Arachis Hypogaea L.
= =0,030
31
= =0,116
B. Nilai relatif
Dominasi Mutlak =
Nilai relatif =
1. Cyperus esculentus L
32
2. Stenaphrum secundatum (walter) kuntze.
33
5. Eclipta Prostrata (L.)L.
6. Arachis Hypogaea L.
34
Dominasi mutlak = =0,015
C. Data Frekuensi
Data frekuensi =
1. Cyperus esculentus L
= =1
= =1
35
= =1
= = 0,4
= = 0,4
6. Arachis Hypogaea L.
= = 0,4
36
7. Paspalum dilatatum poir.
= = 0,2
1. Cyperus esculentus L
37
2. Stenaphrum secundatum (walter) kuntze.
38
=
6. Arachis Hypogaea L.
39
LAMPIRAN FOTO
Langkah kerja
GAMBAR KET
40
Memasang kelima plot ke lahan
hijau.
Kuadrat
Kuadrat 1
41
Kuadrat 2
Kuadrat 3
Kuadrat 4
42
Kuadrat 5
Pada kuadrat 1
Pada kuadrat 2
43
Pada kuadrat 3
Pada kuadrat 4
44
Pada kuadrat 5
Spesies Tanaman
NAMA
GAMBAR PLAN NET GAMBAR ASLI
TUMBUHAN
Cyperus
escelentus
Stenotaphtum
secundatum
45
Evolvulus
numularius
Althernantera
philoxiroides
46
Eclipta
protrasta
47
Arachis
hypogeae
Paspalum
dilatum
48
49
50
51
52
53
54
55