Anda di halaman 1dari 11

PAPER

ANALISIS PERBANDINGAN MEDIA SOSIAL, NEWS, HOAX DAN CLIKBAIT NEGARA


INDONESIA – NEGARA SINGAPURA

Disusun untuk Memenuhi Ujian Semester

Mata Kuliah Pemerintah Daerah

Muhammad Ghifari

195010107111119

35

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2021
KATA PENGANTAR
Assalmu’alikum wr.wb
Bismilahirrahmanirrakhim, Alhamdulillahirobbil ‘alamin, dengan  memanjatkan puja dan
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat taufik dan hidayah
Nya saya dapat menyelesaikan paper mata kuliah Hukum Dagang. Tak lupa shalawat serta
salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita harapkan
syafa’atnya  pada hari kiamat kelak, Amin Ya Robbal’alamin.
Peper ini disusun berdasarkan hasil dari reverensi yang relevan, agar nantinya saya
berharap mini paper ini dapat di terima dengan baik di semua kalangan dan dapat member
manfaat kepada pembacanya.
Melalui makalah ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada Muhammad Hasib,
S.H.I., M.H. Selaku dosen pengampu, yang telah membimbing kami selama ini dalam mata
kuliah hukum dagang.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Di dalam pengerjaan mini paper ini, saya sudah berusaha sebaik mungkin, tapi
mungkin dengan segala keterbatasan waktu, kemampuan dan pengetahuan, kami sadar
bahwa mini paper ini masih jauh dari dari sempurna. Maka dari itu saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak sangat saya harapkan demi sempurnanya mini paper ini di
kemudian hari.
Wasalamua’laikum wr.wb

Malang, 14 Desember 2021

                                                             Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................2
BAB III PENUTUP .............................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Media Massa memiliki posisi yang penting dalam kehidupan masyarakat, sehingga
media massa ditempatkan sebagai komunikasi massa yang berperan sebagai komunikator
serta agen of change, menjadi pelopor perubahan dalam lingkungan publik yang dapat
mempengaruhi melalui pesan berupa informasi, hiburan, pendidikan maupun pesan-pesan
lainnya dan dapat dijangkau masyarakat secara luas. Media merupakan sarana komunikasi
bagi masyarakat, yang terletak di antara dua pihak sebagai perantara atau penghubung 1.
Media massa meliputi media cetak, media elektronik dan media online. Media cetak terbagi
menjadi beberapa macam diantaranya seperti koran, majalah, buku, dan sebagainya,
begitupula dengan media elektronik terbagi menjadi dua macam, diantaranya radio dan
televisi, sedangkan media online meliputi media internet seperti website, dan lainnya.2
Media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari teknologiteknologi web
baru berbasis internet yang memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi,
berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah jaringan secara online, sehingga
dapat menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di blog, tweeter, youtube dapat
diproduksi dan dapat dilihat secara langsung oleh jutaan orang secara gratis. Media sosial
tidak memiliki pengawas yang mengawasi berbagai macam media sosial dalam melakukan
interaksi.

Media massa memiliki pengawas misalnya pengawas media penyiaran yang


dikenal dengan sebutan Kemenkominfo yang bertugas mengatur alokasi frekuensi, dan
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dengan berbagai undang-undang yang telah tercantum
dalam buku Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) berfungsi
mengawasi hal-hal mengenai penyiaran terutama isi siaran. Kemudian media cetak yang
diawasi oleh Dewan Pers (pengawas), dan media online (website) diawasi oleh Satuan
Tugas (Satgas) berdasarkan undang-undang yang dibentuk oleh Dewan Pers. Bahkan pada
website jika dilihat dari aspek legalnya harus berbadan hukum atau memiliki izin dari pihak-

1
Risa Agustin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Surabaya: Serba Jaya, 2011), 413.

2
Syarifuddin Yunus, Jurnalistik Terapan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 27
pihak terkait.3 dikarenakan wesbsite berbasis media online lebih ditujukan kepada produk
jurnalisme berupa pemberitaan bukan sekedar informasi.

Media Cetak, News sekian tahun lalu keberadaan koran dianggap segera berakhir.
Jika dapat bertahan setelah adanya televisi, koran dinilai tidak akan banyak berpengaruh
lagi. Pandangan ini memiliki alasan, karena banyak koran di kota-kota besar terpaksa
gulung tikar. Namun sejak 1970-an, koran terbukti mampu bertahan, meskipun prosesnya
memang tidak mudah. Sekalipun sebagian koran terbesar gagal bertahan, koran-koran
yang mampu menyajikan pelayanan baru, khususnya di daerah pinggir kota berhasil
menyelamatkan diri. Majalah, sama halnya dengan koran, majalah juga harus berusaha
keras menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi baru. Majalah yang mampu bertahan
umumnya adalah yang bersifat khusus, misalnya majalah khusus wisata, olahraga, hobi
perahu layar, penggemar acara televisi atau berita-berita ilmiah. Clickbait tidak terjadi begitu
saja, namun merupakan upaya dari penulis/editor untuk membuat judul yang mampu
menarik perhatian dan memanipulasi emosi hingga pembaca tidak mampu melewatkan
judul tersebut. Hal ini terjadi karena ada kesenjangan informasi (information gap) antara
yang hal yang diketahui dan hal yang ingin diketahui oleh pembaca. Loewenstein (1994)
mengemukakan Teori Information Gap yang pada dasarnya menyatakan bahwa setiap kali
kita melihat celah “antara apa yang kita ketahui dan apa yang ingin kita ketahui,”
kesenjangan itu memiliki konsekuensi emosional. Kesenjangan informasi semacam itu
menghasilkan perasaan kehilangan sesuatu. Individu yang ingin tahu termotivasi untuk
mendapatkan informasi yang hilang untuk mengurangi atau menghilangkan perasaan
kekurangan.

Penyebaran berita bohong di Indonesia merupakan suatu perbuatan pidana. Berita


bohong yang sering disebut Hoax berarti tipuan atau lelucon, kegiatan yang seperti menipu,
berbohong, dan menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan fakta. Penyebaran hoax
seringkali dilatarbelakangi oleh ketidakpahaman masyarakat atas kebenaran suatu berita,
dan penyebaran hoax juga dipakai oleh beberapa pihak untuk mendapatkan keuntungan
dari keonaran atau kesesatan didalam masyarakat akibat berita hoax yang dibuat.
Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah bagaimana pengaturan mengenai
media sosial, news, berita bohong (hoaks) dan clikbait di Indonesia dan perbandingan
pengaturan mengenai berita bohong di Indonesia dengan Negara Singapura.

3
Lewanmeru, Ini Peringatan Dewan Pers Bagi Media Online di Indonesia.
PosKupang.com.http://kupang.tribunnews.com./amp/2018/08/29/ini-peringatan-dewan-pers-bagimedia-
online-di-indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

Perubahan teknologi telah mengubah lanskap media di Indonesia. Media online


merupakan situs yang paling banyak diakses oleh pengguna internet Indonesia. Perubahan
dari media cetak ke media online kemudian mengubah cara-cara media dalam kerjakerja
jurnalistik. Salah satu yang paling banyak digunakan adalah penggunaan judul clickbait
dalam pemberitaan media online. Clickbait adalah judul yang bombastis dan memberikan
informasi tidak utuh sehingga membuat pembaca penasaran ingin tahu dengan cara
mengklik tautan berita. Media online menggunakan clickbait karena ada aspek ekonomi
yang mereka kejar. Dengan clickbait pengguna media online akan tergoda untuk masuk
dalam web mereka. Semakin mereka masuk dengan mengklik page view akan membentuk
akumulasi pengunjung. Jika pengunjung yang datang ke media tersebut banyak, maka
pemilik produk barang dan jasa kemungkinan akan berminat untuk beriklan di media atau
web mereka. Cara kerja semacam ini sebenarnya mirip dengan cara kerja media
konvensional. Menaikan oplah atau rating agar pengiklan datang beriklan.

Dalam dunia online yang serba tak terbatas dan kekuasaan sepenuhnya ada di
tangan khalayak cara kerja semacam ini digunakan untuk menjebak khalayak masuk dalam
media mereka dengan menyediakan berita, video mini yang bombastis dan provokatif agar
khalayak singgah. Eksploitasi rasa ingin tahu khalayak yang mereka inginkan. Sebab rasa
ingin tahu tidak pernah berakhir pada manusia. Sifat dasar inilah yang dimanfaatkan. Saya
sudah tahu ini, namun belum tahu yang lain maka bila disuguhkan clickbait rasa ingin tahu
tersebut seakan dipuaskan walau kadang tidak sepenuhnya terjadi. Penyebaran berita
bohong (hoax) merupakan suatu kejahatan yang konvensional. Kejahatan konvensional
adalah suatu kejahatan terhadap jiwa, harta benda, dan kehormatan yang menimbulkan
kerugian baik fisik maupun psikis yang baik dilakukan dengan cara-cara biasa maupun
dimensi baru, yang terjadi di dalam negeri4. Penyebaran berita bohong (hoax) tidak hanya
sekedar menyebarkan berita bohong yang menyesatkan, seringkali ada motif tersendiri
dalam penyebaran hoax yang dapat mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Masyarakat
yang tidak paham mengenai suatu berita sering menyebarkan ulang berita hoax, sehingga
penyebaran hoax semakin cepat. Salah satu Negara di Asia Tenggara yang telah
mengaturHoax sebagai suatu perbuatan pidana adalah Singapura. Hal ini diatur dalam
beberapa undang-undang di Singapura, yaitu :

1. Section 45 of the Telecommunications Act (CHAPTER 323) :


4
Maulida Riani, 2018, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyebaran Berita Bohong di
Sosial Media (Analisis Terhadap UU No. 19 Tahun 2016), Skripsi Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Medan.
“Setiap orang yang mentransmisikan atau menyebabkan ditransmisikannya pesan yang dia
tahu palsu atau palsu akan bersalah karena pelanggaran dan akan bertanggung jawab atas
hukumannya —(a) dalam kasus di mana pesan palsu atau pesan yang dibuat mengandung
referensi apa pun terhadap kehadiran di tempat atau lokasi apa pun dari bom atau benda
lain yang dapat meledak atau menyala, dapat didenda hingga tidak melebihi $ 50.000 atau
penjara

untuk jangka waktu tidak lebih dari 7 tahun atau keduanya; dan (b) dalam kasus lainnya
dapat didenda dengan tidak lebihdari $ 10.000 atau penjara untuk jangka waktu tidak lebih
dari 3 tahun atau keduanya. “Berdasarkan ketentuan diatas, penyebar hoax yang
menyebarkan berita bohong dalam media komunikasi dapat dipidana denda maksimal
$10.000 dan/atau pidana penjara maksimal 3 tahun, sedangkan jika menyangkut tentang
bom maka dapat dipidana denda $50.000 dan/atau pidana penjara maksimal 7 tahun.

2. Regulation 8(1) of the United Nations (Anti-Terrorism Measures) Regulations :

“Tidak ada orang di Singapura dan tidak ada warga Singapura di luar Singapura yang akan
mengkomunikasikan atau menyediakan informasi apa pun yang diketahui atau diyakininya
palsu kepada orang lain dengan maksud untuk mendorongnya atau orang lain pada
keyakinan yang salah bahwa seorang teroris bertindak telah, sedang atau akan
dilaksanakan”Individu yang diyakini bersalah atas pelanggaran ini dapat didenda hingga $
500.000 dan/atau penjara hingga 10 tahun11. Berdasarkan ketentuan diatas, penyebar hoax
yang menyebarkan berita bohong dapat dipidana maksimal $500.000 dan atau pidana
penjara maksimal 10 tahun jika menyebarkan berita yang ia tahu bahwa berita tersebut
salah yang menyangkut mengenai kegiatan terorisme.

3. Section 499 of the Penal Code (CHAPTER 224):

“Siapa pun, dengan kata-kata yang diucapkan atau dimaksudkan untuk dibaca, atau dengan
tanda-tanda, atau dengan representasi yang terlihat, membuat atau menerbitkan setiap
tuduhan tentang siapa pun, yang bermaksud mencelakakan, atau mengetahui atau memiliki
alasan untuk percaya bahwa tuduhan tersebut akan merugikan, reputasi orang tersebut,
dikatakan, kecuali dalam kasus-kasus yang selanjutnya dikecualikan, untuk mencemarkan
nama baik orang itu”.

Perbandingan pengaturan Hoax Sebagai Perbuatan Pidana di Singapura dan


Indonesia

Jenis Hoax Singapura Indonesia


Penyebaran 1.Diatur dalam Section Diatur dalam UU
hoax yang 499 of the Penal No 1 Tahun 1946
dapat menyebabkan Code. Peraturan
keonaran Unsur- unsurnya adalah Hukum Pidana.
dikalangan Setiap orang yang Unsur-unsur
masyarakat menyebarkan berita yang harus
bohong, dan pelaku dipenuhi adalah
menyadari bahwa berita bohong,
berita tersebut dapat menimbulkan
menimbulkan keonaran, dan
kerugian bagi orang pelaku menyadari
lain. atau setidaknya
2. Diatur dalam Section paham bahwa
4 (1) of the Sedition berita bohong
Act. Unsur-unsurnya tersebut dapat
adalah Setiap orang, menyebabkan
mencoba melakukan keonaran di
atau masyarakat.
mempublikasikan
atau menyebarkan
berita bohong yang
dapat menghasut
orang lain .
Penyebaran 1. Diatur dalam section 1. Diatur dalam
hoax di Media 45 of the Pasal 45A UU ITE.
online atau Telecommunications Unsur-unsurnya
Media Act. Unsur-unsurnya adalah Setiap
Komunikasi adalah, Setiap orang, orang, yang
menyebarkan berita menyebarkan
bohong yang mana ia berita bohong dan
tahu bahwa berita menyesatkan,
tersebut tidaklah mengakibatkan
benar. Jika menyangkut kerugian konsumen dalam
mengenai bom, maka transaksi
pidananya lebih elektronik. Tidak
besar. dijelaskan apakah
penyebar hoax
yang tidak
menyadari bahwa
berita yang ia
sebarkan adalah
tidak benar dapat
dipidana atau
tidak. Serta tidak
ada spesifikasi
yang jelas
mengenai frase
“berita bohong
dan
menyesatkan”
Penyebaran Diatur dalam Tidak diatur secara
hoax tentang Regulation 8(1) of the spesifik
terorisme United Nations (Anti-
Terrorism Measures)
Regulations. Unsur-
unsurnya adalah
Setiap orang,
menyebarkan berita
bohong mengenai
terorisme, sedangkan
ia tahu bahwa berita
tersebut salah.
Penyebaran Diatur dalam Section Tidak diatur secara
hoax yang 26 of the Internal spesifik
mengakibatkan Security Act. Unsur-
alarm publik unsurnya adalah
Setiap orang,
membuat laporan
palsu atau berita
bohong,
mengakibatkan
timbulnya alarm
public.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Media memiliki posisi yang penting dalam kehidupan masyarakat. Setiap jenis medi
memiliki khalayak yang setia. Media yang dominan membahas berita sering dimanfaatkan
oleh orang dewasa. Media yang lebih dominan membahas informasi dan hiburan memiliki
posisi yang penting dikalangan ibu-ibu, remaja serta anakanak. Media online memiliki
khalayak yang netral dari kalangan dewasa hingga anak-anak.

Peran media dalam kehidupan sehari-hari yakni sebagai komunikator serta agen of
change dan sarana interaksi. Media memiliki peran yang sangat penting sehingga posisi
media masapun menjadi penting dalam masyarakat. Sebagai bentuk dari pentingnya media
dapat dilihat dari pengaruh yang dirasakan oleh khalayak, mulai dari aspek kognitif, afektif,
hingga konatif dari media massa dan dampak positif negative dari media sosial.

Pengaturan Hoax sebagai suatu perbuatan pidana di Indonesia telah diatur dalam
Undang-Undang No 1 Tentang Peraturan Hukum Pidana dan Undang-Undang ITE.
Pengaturan Hoax di dalam pasal 45A UU ITE memiliki tafsir yang kurang spesifik, hal ini
dikarenakan tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai frase “berita bohong dan menyesatkan”,
padahal ruang lingkup dari berita bohong jika dilihat dari dampaknya yang menyesatkan
sangatlah luas. Ketiadaan definisi dari sejauh apa dampak menyesatkan dapat membuat
timbulnya multitafsir sehingga menyebabkan kekaburan norma.

Pengaturan Hoax sebagai perbuatan pidana di Singapura lebih spesifik


dibandingkan pengaturan Hoax di Indonesia. Singapura sendiri mengatur Hoax dalam 5
(lima) peraturan perundang-undangan, sedangkan Indonesia hanya mengatur didalam 2
(dua) peraturan perundang-undangan. Beberapa pengaturan Hoax yang diatur secara
spesifik di Singapura tetapi tidak diatur secara spesifik di Indonesia adalah hoax mengenai
bom, hoax mengenai kegiatan Terorisme, hoax mengenai fasilitas publik (public alarm).
Pengaturan mengenai hoax melalui media internet atau media komunikasi di Singapura
memuat unsur bahwa sebarkan adalah berita bohong, sedangkan di Indonesia dalam UU
ITE tidak ada unsur tersebut.

Daftar Pustaka

Agustin, Risa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Serba Jaya, 2011.
Amir, Ma’ruf, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta: PT Logos Wacana
Ilmu,1999.

Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan, 2005

Lewanmeru, Ini Peringatan Dewan Pers Bagi Media Online di Indonesia.


PosKupang.com.http://kupang.tribunnews.com./amp/2018/08/29/iniperingatan-
dewan-pers-bagi-media-online-di-indonesia. (29/08/2018)

McLuhan, M., & Quentin Fiore, The Medium is The Massage. New York: Bantam Books,
1967.

McQuail, Denis, Mass Communication Theory. London: Sage Publication, 2000.

Rivers L. W, dkk., Media Massa & Masyarakat Modern. Terjemahan, Massa Media and
Modern Society, Oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna. Jakarta:

Prenada Media Group, 2008.

Yunus, Syarifuddin, Jurnalistik Terapan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010

Zarrella, Dan, The Social Media Marketing Book. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta
Anggota IKAPI, 2010.

Anda mungkin juga menyukai