Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN
“Upaya Penanggulangan Permasalahan Penyalahgunaan Media Sosial
Dalam Pembentukan Karakter Remaja”

Oleh :

Hidayatul Fadillah

402231010007

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI

2023
DAFTAR ISI

A. JUDUL HALAMAN........................................................................................i
B. LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
C. DAFTAR ISI..................................................................................................iii
D. KATA PENGANTAR....................................................................................iv
E. BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
a. Latar Belakang..........................................................................................1
b. Rumusan Masalah....................................................................................2
c. Tujuan........................................................................................................2
F. BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
a. Permasalahan Dalam Keberagaman
Penggunaan Media Sosial Di
Kalangan Remaja........................................................................................3
b. Dampak Negatif Dan Positif
Penggunaan Media Sosial
Di Kalangan Remaja...................................................................................6
c. Upaya Penyelesaian Masalah Penyalahgunaan
Media Sosial Di Kalangan Remaja............................................................7
G. BAB III PENUTUP.........................................................................................9
a. Kesimpulan................................................................................................9
b. Saran..........................................................................................................9
H. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................11
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaan-Nya, penulis dapat mneyelesaikan makalah ini dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan. Makalah ini merupakan salah satu mata pelajaran dalam ujian
praktik. Dalam makalah ini, penulis mengulas topik permasalahan mengenai media
sosial di kalangan remaja dengan tema utama permasalahan dalam keberagaman dalam
sosial budaya.
Pengulasan topik media sosial di kalangan remaja merupakan bentuk keprihatinan
penulis sebagai generasi muda yang salah menggunakan media sosial. Apalagi, hampir
setiap anak memiliki akses yang mudah dalam penggunaan mdia sosial di tengah situasi
pandemic seperti sekarang ini. berbagai permasalahan seperti lalai mengerjakan tugas,
kesehatan yang buruk, serta kecenderungan anak untuk tidak berinteraksi dengan orang
di rumah. Hal ini tentu menjadi masalah jika dibiarkan terus menerus terjadi di tengah
masyarakat.
Tentunya, dalam penulisan makalah ini, penulis mendapat banyak uluran tangan,
baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, izinkan penulis mengucaplkan limpah
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini dnegan caranya masing-masing. Akhirnya, penulis mengucapkan selamat
membaca kepada semua pembaca budiman.

Tembilahan, Desember 2023


BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Fenomena media sosial banyak dibicarakan. Pembicaraan ini dikaitkan dengan


berbagai kasus yang melibatkan peran media sosial dalam masyarakat, khususnya
kalangan remaja. Secara parsial, media sosial dianggap sebagai penghubung yang baik,
tetapi membawa konflik baru jika tidak dimanfaatkan dengan baik.
Penggunaan alat komunikasi seperti handphone, laptop, computer personal yang
terhubung dalam jaringan internet ternyata membuka peluang untuk mengakses media
sosial dengan mudah. Hal ini juga mendukung penyebaran informasi dalam
berkomunikasi dengan cepat tanpa mempertimbangkan waktu dan jarak pengguna
lainnya. Penggunaan media sosial yang salah tentu mengakibatkan munculnya masalah
terkait penyalahgunaan media sosial sebagai sarana penipuan publik.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII ) pada
tahun 2016 mencatat bahwa dari 132,7 juta penduduk Indonesia yang aktif berinternet,
sebanyak 129,2 juta orang atau sekitar 97,4% menjadikan media sosial sebagai konten
yang paling banyak diakses.1 Hal ini memungkinkan para pengguna internet untuk
mengakses informasi lebih banyak dibandingkan membaca di perpustakaan.
Pada dasarnya, penggunaan media sosial ditujukan untuk kepentingan mencari
informasi dengan lebih mudah dan menjalin komunikasi yang tidak terbatas pada ruang
dan waktu.2 Namun, seiring perkembangannya, tidak sedikit orang menjadikan media
sosial sebagai media kejahatan dengan tidak menggunakannya secara bertanggung
jawab, misalnya penyebaran informasi yang bertujuan menipu publik, atau sarana
komersialisme yang tidak perlu.
Data Direktorat Reserse Kriminal khusus Polda Metro jaya mencatat sebanyak
785 kasus kejahatan siber yang dilakukan pada tahun 2014 , sebanyak 404 kasus di
antaranya adalah kasus penipuan termasuk melalui SMS ( Kompas,9/11/2017;hlm.11 ).
Tidak hanya itu, berdasarkan data Direktur Reserse Kriminal khusus Polda Kombespol,

1
Randi Nogo, dkk, “ Makalah Budaya Membaca Sebagai salah satu Upaya mengidentifikasi Hoaks
di Media Sosial ” ( Dalam seminar ilmiah yang dilakukan di Labuan Bajo, 11 November 2017); hlm. 2.
2
Dalam hal ini, penulis menyempitkan arti pernyataan tidak terbatas pada ruang dan waktu
sebagai proses berkomunikasi dan mencari informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja
selama pengguna masih terhubung dalam jaringan internet. Hal ini dapat dilakukan dalam situasi
apapun, selama pengguna masih mengakses situs-situs yang disediakan para penyedia layanan internet.
Antonius Pujianto menjelaskan bahwa media sosial saat ini digunakan sebagai media
penyebaran isu PSK, khsusunya FB yang dikenal dengan bisnis PSK online. Beliau
mengatakan,” Melalui patroli siber yang dilakukan, pihaknya mencatat bahwa banyak
FB bersifat group rahasia. Proses pemesanan PSK dilakuakn melalui pesan inbox.
Mereka menggunakan motif memasang foto-foto seksi pada accountnya agar menarik
para pelanggan. Kebanyakan pelanggan yang terjerat kasus PSK ini berusia 25-30
tahun” ( Jawa Pos, 30/08/2017; hlm. 10 ).
Berkaca pada realita yang ada, sebagai pelajar, penulis merasa tertarik untuk
membahas lebih jauh tentang kasus-kasus penyalahgunaan media sosial, sehingga
menemukan solusi terbaik untuk mencegah kasus penipuan melalui media sosial yantg
merajalela di sekitar kita.

b. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana upaya
solutif penyalah gunaan media sosial di kalangan remaja.

c. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menambah wawasan pembaca mengenai solusi permassalahan media sosial di
kalangan remaja.
2. Memupuk rasa bertanggungjawab dalam diri seorang remaja saat
menggunakan media sosial.
3. Menyelesaikan salah satu persyaratan ujian praktik mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.
BAB II

PEMBAHASAN
a. Permasalahan Dalam Keberagaman Penggunaan Media Sosial Di Kalangan
Remaja
Berbicara mengenai kasus penipuan melalui media sosial dapat diartikan secara
sempit sebagai hoaks. Menurut Robert Nares ( 1753-1829 ), kata hoaks mulai
ditemukan pada abad ke-18 sebagai perubahan kata hocus yang berarti menipu,
menjatuhkan, dan membingungkan. Emercy ( 2004 ) mendefinisikan hoaks sebagai
tindakan, dokumen atau peninggalan dengan maksud untuk menipu publik. Adapun hal-
hal yang disebarkan melalui media sosial biasanya berupa informasi yang tidak dapat
diklarifikasi kebenarannya. Informasi-informasi tersebut meliputi informasi politik,
ekonomi, sosial, religius, dan etnis yang menyerang pribadi atau sekelompok orang. Hal
ini tentu sangat meresahkan karena menimbulkan konflik di tengah masyarakat3.
Beberapa waktu lalu, salah seorang ASN, Javid Janubasi menjadi korban hoaks di
FB. Berita mengenai viralnya video di FB saat dirinya sedang melakukan pertemuan
bersama walikota Kupang merupakan modus seseorang yang tidak bertanggung jawab.
Berita disebarkan untuk menjatuhkan popularitasnya sebagai pejabat. Pihaknya dituduh
meminta uang kepada walikota dan beberapa kepada kepala dinas untuk menyelesaikan
proyek di beberapa daerah di kota Kupang. Beradasarkan hasil wawancara kepada pihak
kepolisian ( 2/11/2017 ), Jovid mengatakan,” Saya tidak tahu seluk beluk masalah ini.
Setahu saya, waktu itu saya sedang sibuk berbicara dengan Walikota Kupang. Untuk
itu, hari ini saya menemui bapak walikota Kupang agar dapat membantu saya
mengklarifikasi masalah ini ” ( Pos Kupang,4/11/2017; hlm. 11 ).
Selain itu, kasus serupa juga pernah terjadi beberapa bulan lau. Seorang ulama di
Pakistan, Mufti Abdul Qavi dituduh membunuh seorang wanita. Hal ini dipicu setelah
dirinya mengunggah foto di FB bersama dengan korban. Akibatnya Qavi dipecat dari
pekerjaannya sebagai pendakwa ( Pos Kupang, 22/10/2017; hlm. 3 ). Akhir-akhir ini
juga remaja digegerkan dengan permasalahan unfollow massal yang diakukan penyikut
Dayana di Instagram, bahkan menjadi trending twitter beberaoa waktu lalu. Sebagian
besar alasan merujuk pada pernyataaan Dayana yang dapat tenar tanpa bantuan
followers Indonesia.

3
Ibid. hlm.4
Dari dua kasus di atas, penulis dapat menarik kesimpulan sederhana bahwa cyber
bullying menyebabkan kerugian bagi para korban. Kerugian dirasakan secara pribadi
maupun kelompok. Secara perorangan siber mengakibatkan terganggunya mental
korban karena kehilangan kepercayaan masyarakat, tercemarnya nama baik, hancurnya
reputasi, dan kerugian bisnis. Sedangkan, dampak negatif yang dirasakan bersama di
antaranya adalah timbulnya perasaan gelisah karena suatu informasi yang tidak
memiliki sumber yang jelas. Hal ini dapat dirasakan ketika hoaks disebarkan dalam
bentuk pesan berantai. Misalnya, pesan tentang keadaan orang tua yang sedang sekarat,
fenomena kiamat pada tahun 2012 lalu, dan berbagai kasus percintaan yang tragis.
Bahkan, tidak jarang para penyebar hoaks menggunakan informasi keagamaan yang
menyebabkan konflik antar agama.
Menurut David Harley dalam bukunya yang berjudul Common Hoaxes And
Chain Letter (2008), menyebutkan bahwa hoaks memiliki beberapa ciri-ciri
khusus. Pertama, memiliki kharakteristik pesan berantai dengan menyertakan
kalimat ajakan untuk menyebarkan informasi. Kedua, informasi biasanya tidak
disertai dengan waktu dan tempat terjadinya suatu pristiwa. Ketiga, hoaks
biasanya tidak menyertakan batasan informasi diberlakukan. Keempat, organisasi
yang memberikan informasi tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,
atau dengan kata lain adanya kerancuan sumber.4
Hal ini tentu harus segera diatasi dengan solusi yang tepat. Pater Yerem, SVD
dalam Sarasehan Dalam Rangka Hari Pahlawan RI dengan tema Memperkokoh
Semangat Persatuan Dalam Membangun Negeri ( 20/11/2017 ) berpendapat bahwa
menyelesaikan masalah bukan berarti menghilangkan masalah, tetapi berusaha
membentengi diri dengan pengetahuan mengenai sesuatu. Pemberian informasi
sebaiknya dilakukan secara bertahap agar generasi muda dapat memahami sesuatu
dengan baik. Hal ini juga dapat dipadankan dengan kasus penyalahgunaan media sosial.
Pencarian solusi untuk memberantas kasus penipuan media sosial perlu dilakukan,
tetapi bukan dengan cara kita harus menyarankan para pengguna media sosial untuk

4
Berkaitan dengan hal kerancuan sumber, Fr. Aldo dalam Seminar Ilmiah ( 11/11/2017 )
bertemakan hoaks menjelaskan bahwa salah satu cara agar dapat memperhatikan kejelasan sumber
informasi pada SMS hoaks adalah melihat alamat website yang disertakan. Salah satu di antaranya
tertera blog.org. dapat dipastikan hal ini adalah hoaks, karena mengacu pada alamat pribadi. Hal ini
secara tidak langsung menarik minat pengguna handphone untuk menelusurui alamat website tersebut.
Akibatnya, hacker dapat dengan mudah menyebarkan virus pada handphone kita.
berhenti menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi dan pencari indormasi
yang efektif. Sejalan dengan hal ini, berdasarkan proyeksi Kementerian Komunikasi
Dan Informatika, Ahmad Ramli, menjelaskan bahwa pada tahun 2020 penghasilan yang
diperoleh dari para pengguna jejaring sosial mencapai Rp 1700 trilyiun. Hal ini hampir
setara dengan 20% dari total PDB ( Pendapatan Domestik Bruto ) Indonesia ( Kompas,
9/11;11 ). Proyeksi ini, secara implisit menjelaskan bahwa kehadiran media sosial
ternyata memiliki kontribusi yang besar bagi pendapatan negara. Akibatnya, peran
media sosial sangat dibutuhkan dan tidak dapat dihilangkan dari masyarakat Indonesia
sendiri.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Komunikasi Seluruh Indonesia
mencatat Indonesia menggunakan 360 juta nomor telepon seluler porabayar dari 260
juta penduduk Indonesia. Hal ini berarti, diperkirakan pengguna memiliki lebih dari satu
nomor telepon aktif. Hal ini kemudian didukung dengan pernyataan Direktur Jenderal
Penyelenggara POS dan informasi Kementerian Telekomunikasi Indonesia dalam
wawancara yang dilakukan di Jakarta ( 7/11 ), mengungkapkan bahwa tingkat
antusiasme publik setiaphari semakin meningkat. Hingga hari ini, pada pukul 12.00
WIB tercatat jumlah kartu yang teregistrasi mencapai 46.559.400 nomor. Kebanyakan
di antaranya mengisi data registrasi sesuka hati, sehingga mempermudah virus hoaks
masuk tanpa proses penyaringan oleh pihak berwenang ( Kompas, 9/11; 11 ).
b. Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Media Sosial Di Kalangan Remaja
Media sosial memiliki dmpak positif dan negatif. Dampak positif di antaranya
adalah:
1. Kita dapat berkomunikasi dan memperoleh informasi dengan mudah tanpa
mengenal batas waktu dan tempat. Hal ini ddidukung dengan kemampuan
internet yang dapat mengakses selama masih terhubung denga jaringan
internet. Misalnya melakukan panggilan video dengan teman, atau sanak
saudara yang berada di luar daerah, bahkan di luar negeri sekalipun. Selain itu,
informasi yang kita peroleh merupakan informasi yang terbaru karena selalu
di update sehingga menambah pengetahuan baru. Misalnya saat belajar kita
menggunakan aplikasi youtube.
2. Kita dapat menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mengungkapkan
rasa empati dan mendapatkan banyak teman baru. Hal ini dapat membantu
kita dalam berkomunikasi yang baik, dengan tata keramah yang santun
sehingga memperoleh banyak teman.
3. Sarana promosi dan bisnis di kalangan remaja. Hal ini biasanya dilakukan
dengan membuka iklan pada akun Instagram para influenser remaja. Dengan
demikian, akun media sosial dapat digunakan sebagai tempat pekerjaan bagi
para remaja selama di rumah karena mudah dilakukan.
Sementara, dampak negatif yang diperoleh remaja melalui media sosial di
antaranya:
1. Sebagian besar remaja bersikap introvert. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan
remaja yang sedang berjejaring dapat menghabiskan waktu berja-jam tanpa
berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan kata lain, media
sosial membentuk komunitas virtual baru yang dekat dan menjauhkan orang-
orang di sekitar kita.
2. Cyber Bullying dan hoaks merupakan permasalahan yang marak dilakukan
remaja saat berjejaring. Hal ini dikarenakan media sosial memberikan fasilitas
memposting sesuatu baik foto, video, atau kalimat dalam bentuk kolom
komentar dan status. Misalnya pada facebook terdapat kolom “apa yang anda
pikirkan” sebagai kolom status yang akan diposting. Temperame remaja yang
cenderung kurang stabil dapat memicu remaja untuk mengunggah postingan
yang berdasarkan pada subjektivitasnya terhadap sesuatu, menyebarkan hoaks,
atau melakuka pembulian, dan mengumbar permasalahan pribadi.
3. Kasus pornografi sekalipun terdapat syarat pembatasan usia. Hal ini
dikarenakan, remaja saat ini memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga
salah memanfaatkan internet untuk kepuasan yang salah. Akibatnya, secara
tidak langsung pelajar dapat melakukan kekerasan sejak dibi terhadap sesame
maupun lawan jenis.
4. Perilaku komsumtif yang terpengaruhi iklan. Kita tentu menjadi mudah
terpengaruh untuk memiliki barang-barang yang diiklankan oleh idola remaja
sehingga memiliki keinginan untuk mendapatkannya. Selain itu, barang
dengan harga yang murah dan terjangkau biasanya lebih memikat para remaja.

c. Upaya Penyelesaian Masalah Penyalahgunaan Media Sosial Di Kalangan


Remaja
Berdasarkan data Peneliti Institute For Development Of Economics And Finance,
Bhima Yudhistira Adhinegara ( 7/5 ) mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara
dengan tingkat keamanan sibernya terkategori medium. Dalam statistik penggunaan
siber 2016 yang dimuat Kaspersky Scurity, Indonesia berada di peringkat ke-19. Total
pengguna internet di Indonesia sebanyak 32,3% rawan mengalamai kejahatan siber.
Hal ini menunjukan bahwa sektor yang paling rentan terkena serangan siber adalah
sektor jasa keuangan ( 47,48% ), sektor toko online ( 25,76% ), dan sistem pembayaran
elektronik ( 10,17% ), sisanya tergolong aman ( Kompas, Senin, 8 Mei 2017; hlm. 20 ).
Direktur Kebijakan Publik Asosiasi Fintech ( Aftech ) Indonesia, Aji Satria Sulaiman
mengemukan bahwa, “Siber memang marak diperbincangkan. Untuk mengatasinya
perlu ada standardisasi sistem keamanan secara berkala. Tujuannya agar memperkecil
kemungkinan media sosial ditembusi aplikasi perusak ( walware )”.
Dalam buku The Global Achievement Grap, Tony Weger ( 2008 ) menjelaskan
bahwa peserta haru memiliki kecakapan untuk berpikir kritis dalam penyelesaian
masalah. Ada 3 batasan mencari solusi permasalahan yaitu membuat keputusan di
bawah tekanan atau masalah yang terjadi, mengevaluasi dan memberi rangsangan
tertentu untuk situasi tertentu, serta memiliki kemampuan mengatasi masalah segera
ketika pekerjaan tidak berjalan dengan baik. Kemudian, bagaimana cara kita sebagai
pelajar untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis?5
Pertama, kita harus mengedepankan nilai kedisiplinan dalam penggunaan media
sosial. Kedisiplinan dapat dicapai jika pelajar mampu membagi waktu penggunaan alat
komunikasi. Pelajar dapat menggunakan handphone, laptop sebagai media belajar yang
kreatif. Kedua, mewujudkan sikap berani. Pepatah bahasa Indonesia mengatakan bahwa
tidak berani bertanya berarti sesat di jalan. Secara sempit penulis menafsirkan bahwa
pelajar dapat bertanya kepada orang tua atau orang yang lebih tahu jika terjadi
kebingungan saat menggunakan media sosial. Misalnya ketika terdapat konten sara,
segeralah meminta penjelasan kepada orang tua.
Ketiga, menerapkan nilai kerja keras dalam diri. Hal oini dapat dicapai melalui
sikap gemar membaca. Kemampuan membaca siswa doigunakan agar siswa mampu
menemukan dan mengetahui informasi secara tepat, sehingga mampu menghindari diri
dari hoaks. Selai itu, membaca juga menumbuhkan sikap kritis ketika pelajar berusaha
membandingkan sumber-sumber tertentu mengenai suatu masalah. Keempat, adanya
sikap jujur dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, pelajar diharapkan mampu membuka
diri terhadap orang lain mengenai masalah yang tengah dihadapi, sehingga pelajar
menemukan solusi permasalahan melalui pertimbangan orang lain. Jika masalah itu
diciptakan sendiri, maka berlatihlah untuk bertanggungjawab. Misalnya, tidak
mengerjakan pr. Berkatalah jujur kepada guru mengenai alasan mengapa kita tidak
mengerjakan pr. Kelima, memiliki prinsip mandiri. Bagi pelajar, menumbuhkan prinsip
mandiri dapat dilakukan dengan pedoman pertanyaan reflektif berikut: Sampai kapan
kita bergantung pada orang lain? Bagaimana cara terbaik saya untuk
mengaktualisasikan kemampuan saya tanpa menyusahkan orang lain? Jika bukan
saya, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi? Dan perlu disadari bahwa tidak
ada kata terlambat untuk memulai suatu perubahan jika diimbangi dengan usaha.

5
Mengenai solusi berpikir kritis, penulis mengutip point-point umum penjelasan Pater Yerem
tentang upaya penanaman budaya berpikir kritis bagi siswa di sekolah, dalam sarasehan yang dilakukan
pada Senin, 20 November 2017 di Hotekl Pelangi, Labuan Bajo.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Penggunaan media sosial ternyata dapat membentuk komunitas virtual baru. Hal
ini dimungkinkan dengan banyaknya pengguna media sosial di kalangan remaja yang
saling berinteraksi secara daring. Maka dari itu sebagai remaja pengguna media sosial,
sebaiknya dapat menjadikan sarana untuk mencari informasi karena kini kemajuan
teknologi semakin berkembang dengan tidak mengesampingkannya perannyasebagai
pelajar. Sebagai pelajar “komponen dasar lembaga pendidikan” sudah seharusnya
menyadari fenomena ini sejak dini. Hal ini didukung dengan berkembangnya kemajuan
di era globalisasi. Dunia pendidikan juga ikut berkembang luas tanpa batas. Di sisi lain,
kebutuhan tenaga berkompeten meningkat dan setiap tahun membuat batas sesuai
tingkat sumber daya manusianya. Berdasarkan UU No. 12 tahun 2013 pasal 50
menjelaskan tentang kerjasama internasional pendidikan tinggi merupakan proses
interaksi kegiatan akademik yang berperan dalam pergaulan internasional tanpa
kehilangan nilai keindonesiaan. Harapannya, sekolah mampu membentuk masyarakat
Indonesia yang berintelektual, mandiri, mengerti perubahan, dan kemajuan internasional
dengan penerapan nilai budaya Indonesia dalam hubungan internasional. Hal ini harus
disadari bahwa lembaga pendidikan memiliki peran penting untuk membekali pelajar
dengan pengetahuan akan media sosial dengan nilai-nilai kearifan yang ada.

b. Saran
Kita sebagai masyarakat harus bijak dalam bermain media sosial, khususnya di
kalangan remaja sebagai penyumbang terbesar penggunaan media sosial kita harus
berhati – hati dan sopan dalam berbahasa di media sosial agar tidak menyinggung atau
merugikan orang lain maupun pihak lain. Artinya setiap remaja (baca pelajar) tentu
memiliki media sosial sekurang-kurangnya satu akun dapat dimanfaatkan dengan baik
untuk menunjang proses belajar. Rasa ingin tahu yang ada dalam diri seorang remaja
sebaiknya diarahkan ke hal-hal yang positif, sehingga seorang remaja dapat berkembang
menjadi pribadi yang lebih baik.
Komunitas virtual sejatinya baik digunakan sebagai sarana komunikasi
kebudayaan dengan memperhatikan perbedaan yang ada, misalnya budaya mereka
dalam bertutur kata, sharing pengalaman, atau melatih kemampuan berbahasa jika
lawan bicaranya berasal dari luar negeri. Hal penting yang perlu diingat adalah kita
hidup di dunia nyata dengan komunitas dan lingkungan yang dekat dengan kita, dimulai
dari keluarga, lingkungan sepermainan, dan masyarakat umum. Untuk itu, partisipasi
aktif dalam hidup bermasyarakat dapat menjadi pembelajaran yang ideal bagi remaja
karena dapat berinteraksi secara langsung. Misalnya, ungkapan perasaan pada kolom
unggahan facebook yang menyatakan kebijakan dalam belajar, dapat diaplikasikan di
tengah masyarakat dengan aksi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Randi Nogo, dkk, “ Makalah Budaya Membaca Sebagai salah satu Upaya
mengidentifikasi Hoaks di Media Sosial ” ( Dalam seminar ilmiah yang dilakukan
di Labuan Bajo, 11 November 2017); hlm. 2.
2. Makalah Pater Yerem tentang upaya penanaman budaya berpikir kritis bagi siswa
di sekolah, dalam sarasehan yang dilakukan pada Senin, 20 November 2017 di
Hotekl Pelangi, Labuan Bajo.
3. Dampak positif dan negatif penggunaan media sosial (online),
https://www.kompasiana.com/jonathanputeraperdana8420/5d4518aa0d82303a391
ed523/dampak-media-sosial-terhadap-remaja?page=2, diunduh pada Minggu, 28
Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai