Anda di halaman 1dari 43

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses tumbuh kembang anak terpenting dimulai dari awal kehamilan

sampai usia 1000 hari kehidupan juga pertumbuhan gigi anak juga di mulai

sejak usia kandungan kurang lebih 5-6 minggu. Tumbuhnya gigi di mulai

pada usia 6-8 bulan, lengkap pada usia 2-3 tahun. Setelah anak mendapat ASI

eklusif akan segera mendapat makanan tidak cair, sehingga perlu dibersihkan

giginya meskipun baru tumbuh dua gigi. Akan tetapi sering terlupakan

perawatan pada gigi anak meskipun semua gigi susunya telah tumbuh semua,

Media Litbangkes (2016).

Salah satu fungsi gigi adalah untuk pengunyah makanan, bagi balita

asuapan makanan penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan

anak. Orang tua (ibu) dan anak merupakan satu kesatuan ikatan dimana ibu

merupakan anggota tim kesehatan yang baik untuk melakukan pengawasan

kesehatan. Tidak hanya perana ibu saja, tapi jika anak berada di lingkungan

sekolah, maka guru yang memegang peranan sebagai kunci utama dalam

melakukan pendekatan terhadap anak di lingkungan sekolah dan diharapkan

dapat merubah pola tingkah laku dan kebiasaan dalam menjaga kesehatan

gigi dan mulut anak usia prasekola, Media Litbangkes (2016).

Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum

dan kualitas hidup. Kesehatan mulut berarti terbebas kanker tenggorokan,


2

infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, kehilangan gigi,

dan penyakit lainnya, sehingga terjadi gangguan yang membatasi dalam

menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara dan kesejahteraan psikososial.

Kesehatan gigi menjadi hal yang penting khususnya bagi perkembangan

anak. Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi, WHO, (2012).

Penelitian yang berkaitan dengan karies gigi yang pernah dilakukan yaitu dari

150 responden 97,33% responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai

menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya, namun dalam pelaksanaannya

masih kurang yaitu belum dilaksanakan dengan baik cara menjaga kesehatan

gigi dan mulut anak sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Hal tersebut

dibuktikan dengan 71,33% ibu tidak pernah memeriksakan anak ke dokter

gigi dan hanya 38% ibu yang menyikat gigi anaknya setelah sarapan dan

sebelum tidur serta 14,67% tidak menyikat gigi anak balitanya, Gultom,

(2009). Penelitian lain yang pernah di lakukan di dapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap perilaku menjaga

kesehatan gigi anak usia prasekolah yaitu anak yang memiliki relasi baik dan

nyaman dengan ibunya maka akan harga diri, perkembangan emosional dan

psikososial yang lebih baik, Wahyu, (2013).

Karies gigi secara historis telah dianggap komponen paling penting dari

beban penyakit mulut global. Fasilitasi kesehatan dan penyuluhan pendidikan

kesehatan gigi sudah dilakukan, namun pengetahuan masyarakat mengenai

karies gigi masih rendah. Karies gigi merupakan penyakit pada gigi yang

paling sering ditemui di masyarakat yang merupakan penyakit infeksi yang


3

disebabkan oleh demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya

dengan konsumsi makanan yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat

peran dari bakteri penyebab karies yang terdapat pada golongan streptokokus

mulut yang secara kolektif di sebut streptokokus mutans, Tomasz M,

Karpinski, (2013).

Menurut data survei World Healt Organization tercatat bahwa di seluruh

dunia 60-90% anak mengalami karies gigi, Raharja. S, (2013). Prevelensi

tertinggi karies gigi pada anak-anak di Amerika dan kawasan Eropa, indeks

agak rendah dari Mediterania Timur dan wilayah barat pasifik, sementara

prevalensi terendah adalah Asia Tenggara dan Afrika. Di Amerika Serikat,

prevalensi Early Childhood Caries (ECC) atau karies dini pada anak usia 3-5

tahun sebesar 90,0%. Hasil penelitian di Australia pada tahun 2009 di prolrh

prevalensi ECC pada anak usia 0-4 tahun sebesar 56,1%, sedangkan di

Thailand pada tahun 2004 prevalensi ECC pada anak usia 15-19 bulan

sebesar 82,8%. Penelitian yang di lakukan oleh Schorth R, pada anak usia di

bawah 72 bulan di Canada tahun 2010, prevalensi ECC 53,0%. Prevalensi

ECC pada anak usia 2-5 tahun di Amerika Serikat tahun 2010 adalah 27,5%.

Di Indonesia, hasil Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007, antara lain: prevelensi penduduk yang mempunyai masalah gigi adalah

23,4%, penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya adalah 1,6%,

prevelensi nasional karies aktif adala 43,4%, dan penduduk dengan masalah

gigi-mulut dan menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan

gigi adalah 29,6%. Penderita karies gigi di Indonesia memiliki prevelensi


4

sebesar 50-70% dengan penderita terbesar adalah golongan balita

(Depatermen Kesehatan RI, 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2007 menunjukan bahwa prevelensi masalah gigi dan mulut pada kelompok

umur 1-4 tahun mencapai 6,9% dan yang menerima perawatan 27,4%.

Hingga saat ini prevelensi dan keparahan karies pada anak usia bawah lima

tahun di beberapa negara di dunia cukup tinggi dan cenderung meningkat. Di

kota Samarinda sendiri angka kejadian karies gigi pada tahun 2012 terdapat

5.394 kasus, dan untuk wilayah Samarinda Utara terdapat 367 kasus. Ditahun

2013 angka kejadian karies gigi cukup meningkat drastis yakni 5.916 kasus,

wilayah Samarinda Utara sendiri mengalami peningkatan sebesar 45 kasus

dari 367 kasus menjadi 412 kasus, Data Dinas Kesehatan Kota Samarinda.,

(2012).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di TK Jami’atul

Muttaqin Samarinda pada tanggal 14 Desember 2017, jumlah murid di TK.

Jami’atul muttaqin Samarinda sebanyak 48 Orang. peneliti mewawancarai 20

orang dari 48 wali murid dan didapatkan hasil 15 dari 20 orang yang di

wawancarai mengatakan tidak mengetahui tentang karies gigi.

Semakin meningkatnya angka karies gigi saat ini dipengaruhi oleh salah

satunya faktor perilaku masyarakat. Sebagian besar masyarakat tidak

menyadari pentingnya merawat kesehatan mulut dan gigi. Ketidaktahuan

masyarakat tersebut yang mengakibatkan penurunan produktivitas karena

pengaruh sakit yang di rasakan. Hal ini karena menurunya jaringan

pendukung gigi. Karies gigi ini nantinya menjadi sumber infeksi yang dapat
5

mengakibatkan beberapa penyakit sistemik, Nurhidayat dkk., (2012).

Dampak yang ditimbulkan akibat karies gigi secara ekonomi adalah

semakin lemahnya produktivitas masyarakat. Jika mengalami anak-anak

maka akan menghambat pekembangan anak sehingga akan menurunkan

tingkat kecerdasan anak, yang secara jangka panjang akan berdampak kepada

kualitas hidup masyarakat , Asse, (2010). Dampak lain dari karies gigi

adalah, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah. Karies gigi membuat

anak mengalami kehilangan daya kunyah dan terganggunya pencernaan,

yang mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal, Sinaga, (2013).

Persoalan di atas menjadi bahan pertimbangan pemerintah untuk

melakuan upaya preventif. Berdasarkan Undang-Undang 36 tahun 2009

tentang kesehatan , dalam pasal 93, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan

gigi dan mulut di lakukan untuk memelihara dan meningkatakan drajat

kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegaha

penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau masyarakat yang di lakukan secara

terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Ayat (2) menyatakan bahwa

pelayanan tersebut di lakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan dan di laksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi

perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi

sekolah.
6

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah bagaimana “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies

Gigi Pada Anak Usia Pra Sekolah”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat

pengetahuan ibu tentang karies gigi pada anak usia prasekolah.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi persentase tingkat pengetahuan ibu kategori

tingkat pengetahuan baik.

b. Mengidentifikasi presentase tingkat pengetahuan ibu kategori

tingkat pengetahuan cukup.

c. Mengidentifikasi persentase tingkat pengetahuan ibu kategori

tingkat kurang.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Sebagai proses belajar dan pengalaman untuk memperluas pengetahuan

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi.

b. Bagi Perawat

Sebagai masukan ilmu dan bahan informasi untuk meningkatkan

pengetahuan tentang karies gigi serta sebagai dasar memberipendidikan

kesehatan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan gigi pada anak
7

prasekolah.

c. Bagi responden

Sebagian bahan referensi dari pemeliharaan kesehatan gigi yang telah di

lakukan, sehingga mengarah pada perubahan perilaku menuju perilaku

positif dalam pemeliharaan kesehatan gigi.

d. Bagi instansi Taman Kanak-kanak

Sebagai sumber informasi untuk mengembangkan program kesehatan

gigi dalam upaya mengurangi kejadian karies gigi pada anak

prasekolah.

e. Bagi Akper Yarsi Samarinda

Dengan adanya penelitian ini diharapkan seebagai referensi bahan

penelitian untuk mahasiswa serta menambah kualitas karya ilmiah di

perpustakaan Akper Yarsi Samarinda.


8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata), Notoadmodjo,
(2005).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengatahuannya. Akan tetapi perlu
di takankan, bukan berati seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang
suatu objek mengandung dau aspek, yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahuai maka akan
menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu, Dewi dan
Wawan, (2010).

2.1.2 Proses Perilaku Tau


Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), perilaku
adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati
langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar, sedangkan
sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
proses berurutan, yakni :
9

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti


mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik), dimana individu menaruh perhatian dan
tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan
baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal
ini berarti sikap responden sudah baik lagi.
d. Trial, dimana individu mulai mencoba prilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Pada penelitian
selanjutnya Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003),
menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses
sepeti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yanag positif,
maka perilaku tersebut akan berlansung langgeng (long lasting).
Namun sebaliknya jika peilaku tersebut tidak di dasari oleh sementara
atau tidak berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari btiga
aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sisial yang secara terinci
merupakan reflkeksi darai berabagai gejolak kejiwaan seperti
pengetahuan, motifasi, persepsi, sikap dam sebagai nya yang di
tentukan dan di pengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana
fisik, dan sosiual budaya.

2.1.3 Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu (Notoadmodjo) :
a. Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang di pelajari tahu rangsangan yang telah di terima.
b. Memahami (Comprehention)
10

Memahami diatrikan sebagai suatu kemampuan untuk


menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan
materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi real
(sebenarnya) aplikasi disini dapat di artikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, perinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemapuan untuk menjabarkan materi tau suatau
objek kedalam komponen komponen, tetapi masih adalam suatu
struktur organisasi, dan nasih ada kaintan nnya stu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari pengunaan kata kerja,
seperti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sistesi menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari fomulasi-formulasi
yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri,
atau mengunakan kriteria kriteria yang ada.

2.1.4 Pengetahuan (Notoadmodjo, 2010)


Dari berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi
11

dua yaitu:
a. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah
1. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah di gunakan
oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara
coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”.
Metode ini telah di gunakan oleh orang dalam waktu yang cukup
lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang
pun ini masih sering di gunakan, terutama oleh mereka yang belum
atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan suatu
masalah yang di hadapi. Metode ini telah banyak jasanya, terutama
dalam meletakan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan.
2. Secara kebetulan
Penemuan kebenaran terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh
summers pada tahun 1926.
3. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan
seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan terjadi juga pada masyarakat modern. Para pemegang
otoritas, baik pemimpin pemerintah, maupun ahli ilmu pengetahuan
pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama didalam
penemuan pengetahuan.
4. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik demikian bunyi pepatah. Pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
12

5. Cara Akal Sehat


Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan
teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan itu berkembang, para
orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang
tuanya atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik. Bila
anak nya berbuat salah, misalnya di jewer telinganya atau di cubit.
6. Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah satu kebenaran yang diwahyukan
dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus di terima dan di
yakini oleh para pengikut-pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari kebenaran tersebut rasional atau tidak.
7. Kebenaran Secara Intuitif
Kebeneran secara intuitif diperoleh manusia melalui proses diluar
kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.
8. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
manusia ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan
penalaran dalam memperoleh pengetahuan.
9. Induksi
Induksi dalah proses penarikan kesimpulan yang diambil dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
Proses berfikir induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-
hal yang nyata maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari
hal-hal yang konkret kepada hal-halyang abstrak.
10. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan pertanyaan
umum yang khusus. Arioteles (384-322SM) mengembangkan cara
berfikir deduksi ini kedalam suatu cara yang di sebut “silogisme”.
Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi berlaku bahwa suatu yang
dianggap benar secara umum benar pada kelas tertentu, berlaku juga
kebenarannya pada semua peritiwa yang terjadi pada setiap yang
13

termasuk dalam kelas itu.

b. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah


Cara baru atau moderen dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut
“metode penelitian ilmiah”. Atau lebih populer disebut metode
penelitian (researche methodology). Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan
bahwa memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan
observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap
semua fakta yang berhubungan dengan objek yang di amati.
Pencatatan itu mencakup tiga pokok yakni :
1. Segala suatu yang positif yakni gejala suatu yang muncul pada
saat di lakukan pengamatan.
2. Segala suatu yang negatif yakni segala suatu yang muncul pada
saat pengamatan.
3. Gejala gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala yang
berubah ubah.

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan, Dewi & Wawan,(2010)


a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan di perluka untuk mendapat informasi misal nya hal
hal yang menunjukan kesehatan sehinga dapat meningkat kan kualiats
hidup.menurut YB Mantara yang di kutip Notoadmodjo (2013).
2) Pekerjaan
Thomas yang di kutip oleh Nursalam (2003), Pekerjaan adalah
suatu kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3) Umur
Elisabeth BH yang di kutip Nursalam (2003), usia adalah umur
14

yang dihitung mulai pada saat dilahirkan sampai pada saat ulang
tahun.

b. Faktor Internal
1) Faktor lingkungan
Ann.Mariner yang di kutip dari Nursalam (2003), lingkungan
merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok.
2) Sosial budaya
Sosial budaya yang ada dimasyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerima informasi .

2.1.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan seorang dapat mengetahui dengan menginterprestasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : hasil presentase 76% -100%
b. Cukup : hasil presentase 65% - 75%
c. Kurang : hasil presentase <65%

2.2 Ibu
2.2.1 Pengertian Ibu
Kamus besar bahasa Indonesia (Departermen Pendidikan Nasional,
(2003). ”Ibu” berarti wanita yang melahirkan seorang anak. Wanita itu
adalah : pengurus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan
wanita yang sehat jasmani dan rohani dan serta sosial sangat diperlukan.
Wanita itu adalah makhluk bio-psiko-sosial-cultural dan spiritual yang
utuh dan unik, memmpunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam
sesuai dengan tingkat perkembangannya (Sofyan, 2006).
2.2.2 Peran Ibu
Peran ibu meliputi :
15

a. Peran dan tanggung jawab seorang ibu memelihara dan menjaga


anggota keluarganya.
Hal tersebut terdapat pada firman Allah SWT yang artinya
“kewajiban seorang ibu untuk menyusukan anak-anaknya sempai 2
tahun dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian dengan cara
yang makruf. Sesungguhnya seooarang tidak di bebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya” (QS. Al Baqarah:233).
b. Sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosial.
c. Karena secara khusus kebutuhan efektif dan sosial tidak dipenuhi
oleh ayah. Maka berkembang suatu hubungan persahabatab antara
ibu dan anak-anak. Ibu jauh lebih bersifat tradisional terhadap
mengasuh anak (misalnya dengan suatu penekanan yang lebih besar
pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan, dan disiplin).

2.3 Anak Usia Prasekolah


2.3.1 Pengertian
UNESCO dengan persetujuan negara-negara anggotanya membuat
International Standard Classification of Education (ISCED) dengan 7
klasifikasi penjenjangan mulai dari prasekolah sampai dangan pendidikan
tinggi. Jenjang prasekolah (Level 0) disebut juga sebagai pendidikan usia
dini. Pendidikan usia prasekolah adalah pendidikan bagi anak usia 3-5
tahun. Beberapa negara mulai dari awal (2 tahun) dan beberapa negara lain
mengakhiri lebih lambat (6 tahun). Dinyatakan pula bahwa untuk beberapa
negara pendidikan usia dini termasuk baik pendidikan prasekolah maupun
pendidikan dasar, Harianti, (2003). Anak usia prasekolah adalah anak usia
3-5 tahun saat dimana sebagian besar sistem tubuh telah matur dan stabil
serta dapat menyesuaikan diri dengan stress dan perubahan yang moderat.
Selama periode ini sebagian besar anak sudah menjalani toileting training,
Wong, (2008). Anak usia prasekolah adalah anak berusia 3-6 tahun yang
merupakan sosok individu, makhluk sosial kultural yang sedang
16

mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi


kehidupan selanjutnya dangan sejumlah potensi dan karakteristik tertentu,
Snowman, (2003).
Anak di artikan sseorang yang berusia kurang dari 18 tahun dalam
masa tumbuh kembang daklam kebutuhan khusus,baik kebutuhan fisik
psikologis,sosial dan spiritual, Hidayat, (2005).anak adalah usia 0-14
tahun karna di usia ini cederung menjadi besar (WHO, 2003) dalam
(Nursalam, 2007).
Anak pra sekolah adalah anak-anak yang berusia 3 sampai 6 tahun
mempunyai berbagai macam potensi (Supartini, 2004).

2.2.3 Karakteristik Ciri-Ciri Anak Prasekolah


Kartono (2007), mengemukakan ciri-ciri anak pra sekolah memiliki fisik,
sosial, emosi dan kokniif anak.

a. Ciri Fisik
Penampilan atau gerak-gerik mudah dibedakan dengan anak yang
berada ditahapan sebelumnya anak pra sekolah umumnya sangat
aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya
dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sendiri.
Beri kesempatan pada anak untuk lari, memenjat ,usahan kegiatan
tersebut sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan dan dibawah
pengawasan (Museri, 2006).
b. Ciri Sosial
Anak pra sekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang
sekitarnya. Umumnya pada tahapan ini memiliki satu atau dua
sahabat yang cepat berganti. Meraka umumnya dapat menyesuaikan
diri secara sesuai, meraka mau bermain dengan teman. Sahabat yang
bisa dipilih sama jenis tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat
yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda. Pada usia 4-6 tahun
anak sudah memiliki keterikatan selain dengan orang tua termasuk
17

kakek nenek, sauadara kandung dan termasuk guru sekolah (Museari,


2005).
c. Ciri Emosional
Anak pra sekolah cinderung mengekspresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati, pada anak pra sekolah sering
terjadi.
d. Ciri Kognitif
Anak pra sekolah umumnya sudah tampil bahasa, sebagian dari
mereka senang bicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaiknya anak
diberi kesempatan menjadi pendengar yang baik. Pada usia 2-4 tahun
anak sudah bisa menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang
lain. Anak mampu manampilan pemakian yang egosentik pada 4-7
tahun maka mampu memuat klasifikasi, menjumlahkan dan
menghubungkan objek-objek anak mulai menunjukan proses berfikir,
(anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar tetapi dia tidak dapat
mengatakan asalnya) (Musear, 2006).

2.2.4 Tingkat Perkembangan Anak Usia Prasekolah


Menurut Whally dan Wong (2008), perkembangan anak prasekolah di bagi
atas perkembagan fungsi mental.
a. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan keprbadian terdiri dari perkembangan psikososial,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan mental.
1) Perkembangan Psikososial
Menurut Nursalam (2005) masalah psikososial mengatak krisis yang
terjadi pada pada anak usia 3 dan 6 tahun di sebut “inisiatif versus
rasa bersalah” dimana orang terdekat anak usia pra sekolah adalah
keluarga, anak normal telah menguasai perasaan otonomi, anak
mngembangkan rasa salah ketika oang tua membuat anak merasa
bahwa imajinasinya dan aktifitasnya tidak dapat menoleransi
penindakan kepuasan dalam periode pertama.
18

2) Perkembangan Psikoseksual
Pada tahap ini anak pra sekolah termasuk dimana masa ini genital
menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif (Hidayat, 2005).
3) Perkembangan Mental
Menurut Whalley dan Wong (1998) pada perkembangan kognitif
salah satu tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah
kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah.

2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Menurut Nursalam (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan yaitu keturunan, nutrisi, hubungan, interpersonal, tingkat
sosial ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres pada masa kanak-
kanak dan pengaruh media, pola asuh orang tua.
1. Keturunan
Dalam semua budaya, sikap dan harapan dalam semua jenis budaya
berbeda sesuai dengan jenis kelamin anak (Nursalam, 2005).
2. Nutrisi
Faktor diet mempengaruhi pertumbuhan semua tahap perkembangan.
Selama periode pertumbuhan pranatal yang cepat, nutrisi buruk dapat
mempengaruhu perkembangan dari waktu invlantasi ovum sampai
kelahiran. Selama bayi dan anak-anak, kebutuhan kalori dan protein
lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat periode perkembangan
pascanatal (Soetjiningsih, 2002).
3. Hubungan Interpersonal
Pada masa anak anak hubungan dengan orang terdekat memainkan
peran penting dalam perkembngan, terutama dalam perkembangan
emosi intelektual dan kepribadian (Whalley dan Wong 1998).
4. Tingkat Sosial Ekonomi
Keluarga dengan tingkat perekonomian yang rendah mungkin akan
kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan
untuk memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya
19

nutrisri membantu perkembangan optimal anak (Whalley dan Wong).


5. Penyakit
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu
manifestasi klinis dan sejumlah ganguan herediter, gangguan
pertumbuhan pada anak-anak terlihat pada gangguan skletal, seperti
berbagai bentuk dwarfisme dan sedikitnya satu anomaly kromosom,
gangguan pada pencernaan dan ganguan absorbsi nutrisi tubuh pada
anak akan menyebabkan efek merugikan pada pertumbuhan dan
perkembngan anak (Hidayat, 2005).
6. Bahaya Lingkungan
Agen berbahaya yang sering dikaitkan dengan resiko kesehatan
adalah bahan kimia dan radiasi. Air dan udara serta makanan yang
terkontaminasi dari berbagai sumber telah didokumentasikan dengan
baik. Inhabilasi asap rokok secara pasif oleh anak sangat berbahaya
pada proses perkembangan anak (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
7. Stres Pola Masa Kanak-Kanak
Dari sudut pandang fisiologi dan emosi pada intinya stres adalah
ketidak seimbangan antara tuntutan lingkungn dan sumber koping
individu yang mengandung ekulibrium individu tersebut. Pada anak
akan lebih rentang mengalami stres bila di bandingkan dengan yang
lain. Respon terhadap stresor dapat berupa prilaku, psikologis, atau
fisiologis (Harjaningrum, 2007).
8. Pengaruh Media Massa
Media masa dapat memperluas pengetahuan anak tentang dunia
tempat mereka hidup dan berkontribusi untuk mempersempit
perbedaan antar kelas. Namun media juga besar pengaruhnya
terhadap perkembangan anak, karena anak pada masa kini terpikat
seperti pada dekade lalu. Menurut Chaimniza (2008), faktor
penghambat penyelesaian tugas perkembangan yaitu perkembangan
anak yang mundur, tidak mendapat kesempatan yang cukup dan tidak
mendapat bimbingan dan arahan yang tepat, tidak ada motivasi,
20

kesehatan buruk, cacat tubuh, dan tingkat kecerdasan yang rendah.


9. Pola Asuh Orang Tua
Untuk membantu anak dalam kehidupan kelak, orangtua perlu
mencermati hal-hal yang mendasar yang dibutuhkan anak sebagai
pondasi keberhasilan perkembangan dan pertumbuhan anak bukan
hanya pondasi. Tetapi, hal yang mendasar juga harus diperhatikan
sepeti konsep diri, sikap, rasa tangung jawab, dan motifasi dalam diri
yang tinggi (Chaimniza, 2008).

2.2.6 Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah


1. Perkembangan Fisik
Pada pertumbuhan masa prasekolah pada anak pertumbuhan
fisiknya khususnya berat badan mengalami kenaikan pertahunnya
rata-rata 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi,
dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan,
melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi
badan anak akan bertambah rata-rata 6,75 - 7,5 centimeter setiap
tahunnya (Hidayah, 2005).

2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar
dan halus. Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaaan
sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering
menumbuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan,
keterampilan yang mencangkup pemanfaatan menggunakan alat-alat
untuk menggunakan suatu objek. (Nursalam, 2007).
a. Perkembangan Motorik Kasar
Keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-6 tahun sudah
dapat melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari dengan
lancar, mengembangan kemampuan olahraga seperti meluncur dan
21

berenang anak usia prasekolah dapat mengendarai sepedah roda 3,


menaiki tangga dengan kaki bergantian, berdiri stu kaki selam
beberapa menit, melompat dengan satu kaki, menuruni tangga
dengan kaki bergantian pada usia 4 tahun melopati tali, dan berdiri
seimbang dengan satu kaki dan satu mata tertutup pada usia 5
tahun.
b. Perkembangan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus dapat merekatkan sepatu, dan
membuat jembatan dengan 3 balok, menggambar tanda silang,
mengancing baju sendiri, makan sendiri, dapat makan
menggunakan sendok dan garpu, mengoleskan selai ke roti dengan
mengguanakan pisau, menuangkan air minum kedalam gelas,
mandi sendiri, dan menggunakan gayung saat mandi, dan dapat ke
roilet sendiri, (Muscari, 2005).

3. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah


Perkembangan bahasa mampu menyebutkan emapat gambar,
hingga empat warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung,
menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang dan
aktivitas, meniru berbagai bunyi kata, memahami arti larangan,
berespon terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga
terdekat (Hidayat,2005).
Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat
dengan 3-4 kata dan berbicara terus menerus. Rata-rata usia 4 tahun
mengucapkan 1500 kata, mengatakan cerita yang berlebih lebihan,
dan bernyamyi yang sederhana. Rata-rata usia 5 tahun dapat
mengucapkan 2100 kata, mengtahui 4 warna atau lebih dan dapat
menamakan hari-hari dalam 1 minggu dan bulan (Muacari, 2005).
4. Perkembangan Adaptasi Sosial
Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan
sederhana. Menangis jika dimarahi, membuat permainan sederhana,
22

membuat permainan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan


peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota
keluarga (Hidayat, 2005).

2.4 Konsep Dasar Karies Gigi


2.4.1 Pengertian
Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan
kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses
dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik
secara enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang) yang bila didiamkan
akan menembus email serta dentin dan dapat mengenai bagian pulpa
(Dorland, 2011). Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang
dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena
sejumlah faktor (multiple factors) didalam rongga mulut yang berirentraksi
satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi,
mikroorganisme, substrat, waktu (Chemiawan, 2004).

2.4.2 Patofisiologi Karies Gigi


Karies gigi bisa terjaadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu
gigi, substrat, mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat
makanan misalnya sukrosa dan glukosa yanng dapat diragikan oleh bakteri
tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai di
bawah 5 dalam tempo 3-5 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang
dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi
(Kidd, 2012).
Proses terjadi karies dimulai dengan adanya plak di permukaaan gigi.
Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin,
sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta
bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agak cair yang lama kelamaan
menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri (Suryawati, 2010).
Selain karena adanya plak, karies gigi juga bisa disebabkan oleh
23

sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu
tertentu yang berubah menjadi asam laknat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email
yang berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan kavitasi
(pembentukan lubang). Kapitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam
proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari
inti lesi sehingga permukaaan mudah rusak secara mekanis, yang
menghasilkan kapitasi yang makroskopik dapat dilihat. Pada karies dentin
yang baru mulai, yang terlihat hanya lapisan ke empat (lapisan transparan,
terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan
terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan ke lima (lapisan
opak/tidak tembus penglihatan, didalam tubuli terdapat lemak yang
mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru
setelah terjadi kavitasi, bekteri akan menembus tulang gigi pada proses
karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan ke tiga (lapiasan
demineralisasi,suatu daerah sempit, dimana dentin partibular di serang),
lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).
2.4.3 Etiologi Terjadinya Karies Gigi
Ada yang membedakan faktor etiologi dengan faktor resiko karies
yaitu etiologi adalah faktor penyebab primer yang langsung
mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang
berasal dari saliva) dan faktor resiko karies adalah faktor modifikasi yang
tidak langsung mempengaruhi biofilm dan dapat mempermudah terjadinya
karies. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti
penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang
terjadi selam beberapa kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit
multifaktorial yang adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab
terbentuknya karies (Chemiawan, 2004).
Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling
mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Chemiawan, 2004).
24

a. Faktor Host atau Tuan Rumah


Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan
rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk
gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristafologis. Pit dan fisur
pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies gigi karena sisa-sisa
makanan mudah menumpuk didaerah tersebut terutama pit dan fisur
yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar dapat juga
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan
karies gigi. Enamel merupak jaringan tubuh dengan susunan kimia
kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fospat, karbonat
dan fluor) air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel
mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dsan mengandung
banyak flour, fospat dan sedikit karbonat dan air. Gigi anak-anak
lebih mudah terserang karies dari pada gigi orang dewasa. Mungkin
alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevelensi karies
pada anak-anak, (Chemiawan,2004).
b. Faktor Agen Atau Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
maktriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang
tidak di bersihkan. Mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi
adalah kokus gram positif, merupakan jenis yang banyak di jumpai
seperti streptokokus mutans, streptokokus sanguis, streptokokus mitis
dan streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya.
(Chemiawan, 2004).
c. Faktor Substrat Atau Diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme
yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi
25

metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan bahan


yang di perlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang
aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian
menunjukan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat
terutama sukosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebainya
pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein
hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini
penting untuk menunjukan bahwa karbohidrat memegang peranan
penting dalam terjadinya karies gigi, (Chemiawan, 2004). Secara
umum, karies dianggap penyakit kronis pada manusia yang
berkembang untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup
bervariasi, diperkirakan 4 - 48 bulan (Chemiawan, 2004).

2.4.4 Pencegahan Karies Gigi


Karies gigi adalah penyakit yang dapat di cegah. Pencegahan ini
meliputi seluruh aspek kedokteran gigi yang di lakukan oleh dokter gigi,
individu dan masyarakat yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut.
Sehubungn dengan hal ini, pelayanan pencegahan difokuskan pada tahap
awal, sebelum timbulnya penyakit (pre-patogenesis) dan sudah timbulnya
penyakit (patogenesia), (Angela, 2005). Hugh Roadman Leavell dan E
Guerney Clark (Leavell dan Clark) dari universitas harvard dan Colombia
membuat klasifikasi pelayanan tersebut atas 3 yaitu peancegahan primer,
skunder, dan tersier (Rethman, 2000).
a. Pencegahan Primer
Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis
merupakan pelayanan pencegahan primer atau pelayanan untuk
mencegah timbulnya penyakit. Hal ini ditandai dengan upaya
meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan
perlindungan khusus (spesific protection). upaya promosi kesehatan
meliputi pemberian informasi mengenai cara menyingkirkan plak
yang efektif atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi
26

(flossing). Upaya perlindungan khusus termasuk palayanan yang


diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan
membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme (Rethman,
2000).
b. Pencegahan Sekunder
Pelayanan yang ditunjukan pada tahap awal patogenesis
merupakan pelayanan pencegahan sekunder, untuk menghambat atau
mencegah penyakit agar tidak berkembang atau tidak kambuh lagi.
Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies yang kecil
dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas (redhman, 2000).
c. Pencegahan Tersier
Pelayanan yang ditunjukan terhadap akhir dari patogenesis
penyakit yang dikenal sebagai penyakit tersier. Bertujuan untuk
mencegah kehilangan fungsi dari gigi. Kegiatan meliputi pemberian
pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi.
Gigi tiruan dan implan termasuk dalam kategori ini (Redhman, 2000).
27

BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep pendahuluan

Kesehatan gigi dan penyakit Tingkat pengetahuan ibu :


terjadinya karies 1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Pengalaman

Ket :
: Variabel diteliti

: Variabel tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi pada
anak usia prasekolah
28

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rencana Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan rancangan, deskriptip,


kuantitatif. Penelitian deskriptip bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa
kini. Deskripsi peristiwa yang dilakukan secara sistematis dan lebih
menekan pada data faktual dari pada penyimpulan (Nursalam, 2008).
Penelitian kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengelola
data yang berbentuk angka baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil
konfensi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini meneliti gambaran tingkat
pengetahuan Ibu tentang kareis gigi pada anak usia prasekolah di TK
Jami’atul Muttaqin di Simpang Pasir, Palaran Samarinda Kalimantan
Timur tahun 2017.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi

Alasan dipilihnya TK Jami’atul Muttaqin sebagai tempat penelitian


yaitu di TK tersebut jumlah muridnya selalu meningkat setiap tahun
ajaran baru selain itu TK Jami’atul muttaqin juga memiliki jumlah
murid yang lebih banyak dibandingkan TK lainnya, sehingga dapat
ditemukan banyak variasi latar belakang dari sisi orangtua dan keadaan
kesehatan rongga mulut pada anak yang bersekolah di TK Jami’atul
Muttaqin pun dapat bervariasi.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan peneliti


untuk memperoleh data peneliti yang dilaksanakan (Budiarto,2013).
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2018.
29

4.3 Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2011).
Populasi dalam penelitian ini yang berjumlah 48 responden.

4.4 Sampel

Sample adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang


diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Arikunto (2010) apabila jumlah populasi atau subjektif besar, maka
diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada kemampuan
peneliti, jika populasi kecil maka semua anggota populasi menjadi sampel.
Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 48 responden.

4.5 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk


dapat mewakili populasi. Cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelian
(Nursalam, 2009). Sampling penuh (Total sampling) adalah teknik penentuan
sampel semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2010).
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah sampling penuh
karena populasi hanya 48 Ibu jadi semua populasi dijadikan sampel.

4.6 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh
informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya
menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan Ibu tentang karies
gigi di TK Jami’atul Muttaqin Samarinda.
30

4.7 Definisi Oparasional

Definisi operasional merupakan definisi-definisi yang membatasi ruang


lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010).

Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional

Pengetahu Pengetahuan Pengetahu Kuisioner Ordinal Terdiri dari 10


an ibu ibu adalah an ibu pertanyaan, jawaban
tentang pendapat ibu mengenai yang benar dinilai 1,
karies gigi mengenai karies gigi
Dan jawaban yg
karies gigi pada anak
salah dinilai 0
pada usia usia
prasekolah prasekolah a. Baik jika
- menjawab 8-10
pengertian petanyaan
-penyeban
b. Jika cukup
-tanda dan
menjawab 5-7
gejala -
pertanyaan
dampak -
pencegaha c. Jika kurang 0-4
n pertanyaan

4.8 Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara mengisi lembar


pertanyaan persetujuan dan membagikan kuisioner kepada ibu. Kemudian
menjelaskan tentang pengisiannya, responden disuruh mengisi kuisioner
31

sampai selesai dan setelah terisi kuisioner diambil saat itu juga oleh peneliti.

a. Persiapan

1) Menentukan masalah

2) Memilih lokasi penelitian

3) Mengurus surat ijin penelitian

4) Menjelajahi dan melihat keadaan tempat penelitian

5) Melihat dan memanfaatkan informasi

6) Menyusun study pendahuluan

b. Pelaksanaan

1) Melakukan penelitian

2) Membagikan kuesioner

3) Menjelaskan cara pengisian kuesioner

4) Memberi waktu 10 menit untuk mengisi kuesioner

5) Mengambil kembali lembar kuesioner

6) Memeriksa kembali lembar kuesioner

7) Mengevaluasi hasil kuesioner

a. Data primer

Data primer di ambil secara langsung dan di peroleh dengan


menggunakan lembar kuesioner.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat secara langsung dari objek
penelitian yaitu responden yang diteliti.
32

4.9 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur


fenomena alam atau sosial yang diamati secara spesifik maupun fenomena
ini disebut variabel penelitian. (Sugiono, 2012, hal 148). Dengan jumlah 10
pertanyaan, dan bentuk pertanyaan tertutup.

4.10 Pengelola dan Alanisa Data

4.10.1 Pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2010) setelah data terkumpul maka langkah


yang dilakukan berikut nya dalah pengolahan data sebelum melakukan
analisa data beberapa tahap harus dilakukan terlebih dahulu guna
mendapat data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapat
kendala.

Menurut Notoatmodjo (2010) lamgkah langkah pengelolaan data yaitu :

a. Editing (penyunting data)

Hasil yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuisioner perlu


di sunting terlebih dahulu secara umum editing adalah kegiatan untuk
pengecekan dan perbaikan izin formulir atau kusioner.

b. Coding

Setelah semua kuisioner telah diedit atau disunting selanjutnya di


lakukan pengidean atau coding yaitu pengubahan data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Tabulation

Memindahkan data yang nasuk atau data mentah ke dalam tabel


atau data yang sudah tersusun.
33

d. Memasukan data (data entri atau processing)

Memasukan data yaitu data masing masing dalam bentuk kode


(angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau software
komputer.

4.10.2 Analisa data

Menurut Notoatmodjo (2010) analisis univariat yaitu menganalisa


setiap variabel dari hasil tiap penelitian peneliti untuk menghasilkan
distribusi frekuensi dan prosentase di setiap variabel.

4.10.3 Etika penelitaian

Setelah mendapat persetujuan peneliti mulai melakukan penelitian


dapat memperhatikan masalah etika (Hidayat , 2011), meliputi :

a. Informed Cosent ( persetujuan)

Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada subjek penelitian,


peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan peneliti yang
akan di lakukan serta manfaat yang dilakukan penelitian. Setelah
diberikan penjelasan lembar persetujuan diberikan kepada subjek
peneliti. Jika subjek peneliti bersedia diteliti maka harus
menandatangani lembar persetujuan, namun jika subjek menolak
untuk di teliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya.

b. Annomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak


mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data cukup
dengan inisial dan memberi nama pada masing masing lembar
34

tersebut.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasian informasi yamg diperoleh oleh subjek penelitian


dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
35

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian pengumpulan data dari 48 responden.

Hasil peneitian diuraikan melalui proses analisis karakteristik responden yang

meliputi : nama, usia, pekerjaan, dan pendidikan terakhir responde. Seluruh

responden dapat mengisi kuisioner yang diberikan. Waktu yang dibutuhkan

untuk mengisi kusionernya adalah 5-10 menit.

5.1 Karakteristik Masyarakat

Karakteristik masyarakat diuraikan sesuai dengan data yang didapatkan

dari responden meliputi usia dan pendidikan, karakteristik masyarakat

disajikan sesuai dengan data yang didaptkan dari responden meliputi umur

dan pendidikan

5.1.1 Usia

No Usia Frekuensi Presentase%


1 23 6 12,5
2 25 10 30,8
3 27 4 8,3
4 28 6 12,5
5 29 2 4,2
6 30 3 6,3
7 31 2 4,2
8 32 9 18,8
9 35 3 6,3
10 37 2 4,3
11 38 1 2,1
36

Total 48 100,0 100,0


Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan umur (n:48)

Berdasarkan tabel 1 didapatkan data ibu usia 23 tahun 6 responden

(12,5%), usia 25 tahun 10 responden (20,8%), usia 27 tahun 4 responden

(8,3%), usia 28 tahun 6 responden (12,3%), usia 29 tahun 2 responden (4,2%),

uisa 30 tahun 3 responden (6,3%), usia 31 tahun 2 responden (4,2), usia 32

tahun 9 responden (18,8%), usia 35 tahun 3 responden (6,3%), usia 37 tahun 2

responden (4,2%), usia 38 tahun 1 responden (2,1%).

Tabel 5.1.2 karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir (n:48)

No Pendidikan Frekuensi Persentase%


1 SD 8 16.7
2 SMP 14 29.2
3 SMA 12 25.0
4 SMK 6 12.5
5 DIII 3 6.3
6 SARJANA 5 10.4
37

Total 48 100,0

Berdasarkan tabel 5.1.2 didapatkan data pendidikan terakhir ibu SD ada 8

responden (16,7%), SMP ada 14 responden (29,2%), SMA ada 12 responden

(25,0%), SMK ada 6 responden (12,5%), DIII ada 3 responden (6,3%),

SARJANA ada 5 responden (10,4%).

Tabel 5.1.3 karakteristik responden berdasarkan pekerjaan (n:48)

No Pekerjaan Frekuensi Persentase%

1 IRT 21 47,9

2 PNS 3 6,3

3 SWASTA 12 25,0

4 WIRASWASTA 10 20,2

Total 48 100,0

Berdasarkan tabel 3 didapatkan data pekerjaan ibu IRT sebanyak 21 orang

(47,9%), PNS sebanyak 3 orang (6,3%), SWASTA sebanyak 12 orang (25,0%),

WIRASWASTA sebanyak 10 orang (20,2%).


38

5.1.2 Data Khusus

Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Demografi Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan (n:48)

No Tingkat Frekuensi Persentasi


Pengetahuan
1 BAIK 18 37,5
2 CUKUP 21 43,8
3 KURANG 9 18,8
Total 48 100,0

Berdasarkan tabel 4 didapatkan data tingkat pengetahuan ibu

berdasarkan kusioner yang dijawab oleh responden dengan tingkat

pengetahuan Baik sebanyak 18 responden (37,5%), Cukup sebanyak 21

responden (48,8%), dan Kurang sebanyak 9 responden (18,8%).

5.2 PEMBAHASAN

Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan ibu tentang karies

gigi menunjukan rata-rata responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi.

Tingkat pengetahuan responden tentang kejadian karies gigi merupakan

besarnya pengetahuan atau pemahaman responden tentang pengertian,

penyeban, gejala, faktor resiko, dan pencegahan karies gigi.

Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukan rata-rata

responden berusia 26-30 tahun merupakan usia yang matang bagi seorang

wanita dalam menjalankan perannya sebagai ibu. Proporsi umur

dibandingkan dengan usia anak, terlihat bahwa rata-rata responden menikah


39

pada usia 20-25 tahun. Hasil ini sesuai dengan rata-rata usia perkawinan bagi

wanita yang dianjurkan oleh pemerintah, dimana perempuan dianjurkan

untuk menikah pada usia 20-25 tahun (BKKBN,2010).

Distribusi responden menurut pendidikan menunjukan rata-rata

responden memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 14 orang

(29,2%). Menurut depatermen pendidikan (2003) lama pendidikan lebih dari

9 tahun sudah termasuk dalam kategori baik. Tingkat pendidikan yang

diharapkan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam

menerima dan memahami ketika menerima penyuluhan kesehatan,

sebagaimana dikemukakan oleh Sadiman (2002) yang mengemukakan bahwa

status pendidikan mempengaruhi kesempatan memperoleh informasi

mengenai penatalaksanaan penyakit. Tingkat pendidikan seseorang

mempengaruhi kemampuan orang tersebut dalam menerima dan merespon

terhadap informasi. Semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka

kemampuan untuk memahami dan merespon suatu informasi semakin baik.

Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Remita, dkk(2005) dalam

penelitiannya tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan

ibu tentang gambaran kebersihan gigi.

Hasil pemantauan responden selama pengumulan data diperoleh

keterangan bahwa ibu kurang memperhatikan jenis makanan yang dimakan

oleh anaknya. Konsumsi makanan manis dalam waktu lama beresiko

mengalami karies gigi. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Mohebbi

(2006) yang menyatakan bahwa anak kecil yang tidur dengan dot berisi sisi
40

atau jus serta sering makan (>3 kali sehari) cemilan manis dan minuman

bersoda akan meningkatkan terjadinya resiko karies gigi, sebaliknya ibu yang

memiliki pengetahuan cukup anaknya tidak mengalami karies gigi. Beberapa

faktor yang mempengaruhi karies gigi pada ibu yang paham adalah

kebiasaan-kebiasaan ibu yang kurang baik terhadap pemeliharaan kesehatan

gigi anak. Ibu sebenarnya memahami bahwa sebelum tidur anak seharusnya

menggosok gigi, namun setiap kali diajak menggosok gigi anak marah atau

ngambek, akhirnya ibu membiarkan anak tidur tanpa menggosok gigi terlebih

dahulu. Kebiasaan-kebiasaan tersebut menyebabkan kejadian karies gigi

cukup tinggi dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Anita (2008) bahwa anak yang diberikan Oral

Health Organitation sejak dini dirumah menunjukan bebas karies gigi

dibandingan yang tidak didik.

Penelitian ini menunjukan adanya responden yang memiliki tingkat

pengetahuan cukup. Hal ini disebabkan adanya kesulitan untuk memahami

suatu informasi atau pengetahuan tentang karies gigi, tingkat pengetahuan ,

kebiasaan, serta pertanyaan dalam kuisioner. Semoga penelitian ini dapat

menjadi acuan pada penelitian selanjutnya.

5.3 Kendala dan Keterbatasan Penelitian

5.3.1 Kendala

Penelitian ini dilakukan kunjungan dari rumah kerumah. Serta jarak antar

rumah kerumah yang lain yang jauh dan memakan waktu yang lama.
41

Dan ada juga beberapa responden yang menolak untuk diteliti dan

kemudian setelah diberiakan penjelasan oleh peneliti tentang maksud dan

tujuan dari kunjungan tersebut, dan sehingga responden bersedia untuk

diteliti.

5.3.2 Keterbatasan

Penelitian ini menggunakan kuisioner dengan pernyataan tertutup

sehingga responden tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang

tersedia.
42

BAB 6

PENUTUP

6.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasaan yang telah diuraikan, maka dapat

diambil kesimpulan :

1. Tingkat pengetahuan ibu di Tk. Jami’atul Muttaqin samarinda tahun

2018 dengan tingkat pengetahuan baik senbanyak 18 responden (37,5%).

2. Tingkat pengetahuan ibu di Tk. Jami’atul Muttaqin samarinda tahun

2018 dengan tingkat pengetahuan cukup senbanyak 21 responden

(43,8%).

3. Tingkat pengetahuan ibu di Tk. Jami’atul Muttaqin samarinda tahun

2018 dengan tingkat pengetahuan kurang senbanyak 9 responden

(18,8%).

6.2 Saran

a. Bagi Peneliti

Sebagai proses belajar dan pengalaman untuk memperluas pengetahuan

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi.

b. Bagi Perawat

Sebagai masukan ilmu dan bahan informasi untuk meningkatkan

pengetahuan tentang karies gigi serta sebagai dasar memberipendidikan

kesehatan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan gigi pada anak

prasekolah.

c. Bagi responden
43

Sebagian bahan referensi dari pemeliharaan kesehatan gigi yang telah di

lakukan, sehingga mengarah pada perubahan perilaku menuju perilaku

positif dalam pemeliharaan kesehatan gigi.

d. Bagi instansi Taman Kanak-kanak

Sebagai sumber informasi untuk mengembangkan program kesehatan

gigi dalam upaya mengurangi kejadian karies gigi pada anak prasekolah.

e. Bagi Akper Yarsi Samarinda

Dengan adanya penelitian ini diharapkan seebagai referensi bahan

penelitian untuk mahasiswa serta menambah kualitas karya ilmiah di

perpustakaan Akper Yarsi Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai