Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PERKEMBANGAN KB DAN
KONSEP KB DI INDONESIA” semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk
kepentingan proses belajar.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ibu Rahayu Dwikanthi, SST, M.Keb sebagai dosen pembimbing mata kuliah KB-Kespro
2. Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan
ilmu pengetahuan kita.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
A. Kesimpulan............................................................................................................................ 19
B. Saran ...................................................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah adanya program KB di Indonesia?
2. Apa saja organisasi-organisasi KB di Indonesia?
3. Apa definisi dari program KB?
4. Apa saja tujuan dari diadakannya program KB di Indonesia?
5. Apa saja ruang lingkup dari program KB di Indonesia?
6. Bagaimana strategi pendekatan dan cara operasional program pelayanan KB?
7. Apa saja dampak program KB terhadap pencegahan kehamilan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana sejarah program KB di Indonesia.
2. Mengetahui organisasi-organisasi KB yang terdapat di Indonesia.
3. Mengetahui definisi dari program KB.
4. Mengetahui tujuan dari diadakannya program KB di Indonesia.
5. Mengetahui ruang lingkup dari program KB di Indonesia.
6. Mengetahui strategi pendekatan dan cara operasional program pelayanan KB.
7. Mengetahui dampak dari program KB terhadap pencegahan kehamilan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH KB DI INDONESIA
Situasi KB di Indonesia
Sebelum 1967
1. Masalah kependudukan tidak mendapatkan penanganan sewajarnya dari
pemerintah orde lama yang berpaham prontalis. Pemerintah memaksakan
bahwa jumlah penduduk yang besar merupakan suatu potensi yang besar untuk
menggali dan mengolah berbagai sumber kekayaan alam Indonesia tanpa
memperhitungkan kulitas sumber daya manusia dan dana yang menopangnya.
2. Pemerintah pada waktu itu menyatakan tidak setuju dengan pembatasan
kelahiran sebagai upaya pengendalian penduduk (pidato presiden di Palembang
pada tahun 1952).
Tahun 1950-an
1. Pada era ini, perhatian terhadap masalah kependudukan khususnya terhadap
gagasan keluarga berencana telah tumbuh di kalangan tokoh masyarakat.
2. Pada tahun 1957 mulai diorganisasikan pelaksanaannya oleh suatu badan
swasta Perkumpulan Keluarga Berencana (PKBI). Kegiatan PKBI masih sangat
terbatas dan dilakukan secara diam-diam karena situasi politik Indonesia sangat
tidak memungkinkan.
Awal dekade 1960-an
1. Indonesia mengalami “baby boom” yang ditandai dengan ledakan tingkat
kelahiran yang cukup tinggi.
2. Pada tahun 1967 Presiden Soeharto dan dua puluh sembilan pemimpin dunia
lain menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia. Penandatanganan
tersebut merupakan peristiwa yang menjadi titik balik dari sikap pemerintah
orde lama yang menganut paham pronatalis, menjadi sikap pemerintah orde
baru yang lebih realistis-anti natalis.
3
3. Pemerintah orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto yang
berorientasi pada pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat mempunyai komitmen politis sangat besar terhadap masalah
kependudukan.
Tahun 1968
Pemerintah membentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang
berstatus sebagai lembaga semi pemerintah
1. KepPres No.8/1970, LKBN diganti menjadi Badan Koordinasi Keluarga
Brencana Nasional (BKKBN) yang berstatus sebagai lembaga pemerintah
penuh.
Tahun 1970
1. Tepatnya tanggal 29 Juni 1970, Presiden Soeharto melantik Dewan
Pembimbing Keluarga Berencana. Tanggal pelantikan ini kemudian ditetapkan
sebagai hari lahirnys Program Keluarga Berencana (KB) Nasional.
2. Sejak pelita I, KB secara resmi menjadi program pemerintah dan merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional.
3. Selama Enam Pelita (1969/1970-1998/1999), pelaksanaan program KB
nasional diselenggarakan berdasarkan Ketetapan MPR yang dituangkan dalam
GBHN dan Keputusan Presiden tentang Program Keluarga Berencana
Nasional.
4. Landasan legal pelaksanaan program KB nasional semakin kuat dengan
disahkannya UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera oleh MPR.
5. Organisasi KB terus berkembang dan makin besar, mulai dari tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan/desa, jumlah tenaga, sarana,
prasarana dan dana makin meningkat dan merata sesuai tuntutan perkembangan
program.
Pelita I = 6 provinsi
Pelita II = 16 provinsi
Pelita III = mencakup seluruh provinsi di indonesia
Era Reformasi
4
Program KB diarahkan pada pengembangan SDM potensial sehingga diperlukan
upaya peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga sebagai prioritas, selain
itu juga diarahkan pada pengaturan kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan.
Deklarasi kependudukan sedunia
5
bangsa. Masyarakat melihat KB sebagai upaya pembatasan kehamilan semata, suatu
hal yang dianggap sebagai bentuk perampasan kemerdekaan yang baru saja mereka
nikmati. Hamil dan melahirkan ditanamkan sebagai tugas mulia seorang wanita untuk
melahirkan jutaan generasi baru bangsa Indonesia yang akan mengelola sumber daya
alam yang melimpah dan mengangkat citra Indonesia sebagai “bangsa yang besar” di
mata dunia.
Pandangan tersebut membuat semakin banyak wanita yang hamil dan melahirkan.
Hal tersebut berdampak terhadap kesehatan wanita. Angka kematian ibu dan bayi baru
lahir sangat tinggi. Hal ini semakin mendorong para pendiri PKBI untuk membentuk
wadah gerakan keluarga berencana di Indonesia.
Diawali dengan diskusi bersama Mrs.Dorothy Brush, anggota Field Service IPPF.
Disusul oleh kunjungan Dr. Abraham Srone, kepala Margareth Sanger Research
Institute New York. Kemudian Dr. Soeharto, dokter pribadi Presiden Soekarno ketika
itu, mulai menjajaki kemungkinan untuk mendirikan sebuah organisasi keluarga
berencana. Akhirnya, pada tanggal 23 Desember 1957 Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) resmi berdiri.
Kepekaan dan kepedulian PKBI terhadap masalah kesehatan wanita pada
gilirannya menyadarkan masyarakat untuk menempatkan KB dalam perspektif yang
lebih luas, yaitu kesehatan reproduksi. Kerja keras yang terus-menerus membuahkan
pengakuan dunia terhadap eksistensi PKBI. Pada tahun 1969, PKBI mencatat sejarah
baru sebagai anggota penuh IPPF, sebuah lembaga fedrasi internasional beranggotakan
184 negara yang memperjuangkan pemenuhan hak dan kesehatan seksual reproduksi
bagi masyarakat di seluruh dunia.
Visi perkumpulan :
6
Misi perkumpulan :
4. memperjuangkan agar hak-hak reproduksi dan seksual wanita diakui dan dihargai
terutama berkaitan dengan berbagai alternatif penanganan kehamilan yang tidak
dirugikan.
Nilai perkumpulan :
1. menghargai harkat dan martabat manusia dari segi jenis kelamin, umur, orientasi,
seksual, ras, warna kulit, fisik, agama, aliran politik, status sosial dan ekonomi.
2. menjunjung tinggi nilai kesetaraan dan keadilan jenis kelamin, demokrasi, keadilan
sosial, pengelolaan yang baik.
7
4. berpegang teguh pada semangat kerelawanan, kepeloporan, profesionalisme,
kemandirian.
3. pemberdayaan wanita
5. HIV/AIDS
6. Penanganan KTD
7. Advokasi
8
pertumbuhan penduduk Indonesia dari 1,3% per tahun menjadi 1% pada akhir 2010,
serta penambahan jumlah peserta KB baru sebesar 7,1 juta orang.
Fungsi:
Kewenangan:
9
C. PENGERTIAN PROGRAM KB
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera (UU No.10 tahun 1992).
D. TUJUAN PROGRAM KB DI INDONESIA
Tujuan umum
Tujuan umum program KB adalah memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas. Dengan
demikian, tujuan umum lima tahun ke depan untuk mewujudkan visi dan misi
program KB dengan membangun kembali dan menetapkan pondasi yang kokoh
bagi pelaksanan program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga
berkualitas tahun 2015. Perlu diketahui bahwa tujuan tersebut merupakan
kelanjutan dari rujuan demografis dan tujuan filosofis program KB 1970, yaitu
penurunan TFR tahun 2000 sebesar 50% dari kondisi TFR tahun 1970,
kelembagaan dan pengelolaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS)
dengan merencanakan kehamilan dan mencegah kehamilan yang belum di
inginkan, meningkatkan status kesehatan wanita dan anak serta meningkatkan
kesejahteraan, kesehatan dan kepuasan seksual.
Tujuan khusus
10
1. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan kontrasepsi
4. Pelayanan infertilitas
5. Pendidikan seksual
6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7. Konsultasi genetik
8. Tes keganasan
9. Adopsi
Berbagai program dalam ruang lingkup program KB, adalah sebagai berikut.
11
3. Program peningkatan ketahanan dan pemberdayaan keluarga
Kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Peningkatan kemitraan dalam pembinaan ketahanan keluarga.
b. Kegiatan komunikasi informasi dan edukasi serta program peningkatan kulitas
lingkungan keluarga.
c. Peningkatan kegiatan pemberdayaan ketahanan keluarga.
d. Peningkatan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga.
4. Program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas
Kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Peningkatan pelembagaan dan jejaring pelayanan KB dan KR.
b. Peningkatan peran serta masyarakat dan pemberdayaan petugas lini lapangan.
c. Perkuat jaringan kemitraan.
d. Peningkatan keterpaduan melalui kegiatan pada berbagai momentum besar.
e. Pemantapan mekanisme operasional.
f. Penyediaan data dan informasi program KB nasional.
g. Pengembangan sarana dan peningkatan kualitas SDM dalam penguasaan
teknologi informasi.
F. STRATEGI PENDEKATAN DAN CARA OPERASIONAL PROGRAM
PELAYANAN KB
Strategi pendekatan program KB
Strategi dasar program KB nasional
1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB.
2. Menata kembali pengelolaan program KB.
3. Memperkuat SDM operasional program KB.
4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB.
5. Meningkatkan pembiayaan program KB.
12
2. Pendekatan koordinasi aktif mengkoordinasikan pelaksanaan program KB dan
pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan
mempunyai kekuatan yang sinergi dalam mencapai tujuan dengan menerapkan
kemitraan sejajar.
3. Pendekatan intergatif memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar
dapat membangkitkan dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua
masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua
pihak.
4. Pendekatan kualitatif meningkatkan kualitas pelayanan baik dari strategi
pemberi pelayanan dan penerima pelayanan sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendektan kemandirian memberi kepada sector pembangunan lainnya dan
masyarkaat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi, strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan
program KB nasional. Program terebut atas dasar survey PUS di Indonesia
terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu 15% PUS
langsung merespon “ya” untuk ber-KB, 15-55% PUS merepon “ragu-ragu”
untuk ber-KB, 30% PUS merespon “tidak” untuk ber-KB.
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB
sebagai berikut.
a. Tahap perluasan jangkauan. Pola tahap ini penggarapan program lebih
difokuskan kepada sasaran:
Pemerataan akses dan cakupan wilayah, yaitu pemerataan
akses dan cakupan program KB yang lebih diutamakan di
wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan kondisi
jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar.
Pemerataan akses dan cakupan khalayak. Mengarah kepada
upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada
tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada
pendekatan klinik.
13
b. Tahap pelembagaan. Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada
tahap perluasan jangkauan. Tahap pemerataan akses dan cakupan
wilayah diperluas jangkauannya hingga provinsi Jawa-Bali. Pada tahap
ini, indikator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65% dengan
prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan
memanfaatkan berbagai momentum besar.
c. Tahap pembudayaan program KB. Pada tahap ini, kegiatan pemerataan
akses dan cakupan wilayah diperluas hingga di seluruh provinsi
Indonesia. Sedangkan pada tahap pemerataan akses dan cakupan
khalayak diperluas pada sisa PUS yang menolak untuk berk-KB
sehingga pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan
takesra dan kukesra.
14
Strategi pendekatan prinsip desentralisasi;
Penegasan jenis dan peningkatan kewenangan
Sistem dan kebijakan SDM
Dukungan infrastruktur lintas sektoral
Mekanisme pengendalian yang handal
Pendelegasian wewenang operasional dengan pendekatan
wilayah parpurna
15
5. Prinsip segmentasi sasaran. Strategi pendekatan dengan prinsip
segmentasi sasaran bertujuan untuk memfokuskan sasaran program agar
optimal, efisien dan efektif.
Strategi pendekatan segmentasi sasaran:
Keberpihakan pada keluarga rentan
Perhatian terhadap segmen khusus
Data dan informasi keluarga
Partisipasi pria dalam rangka kesetaraan dan keadilan berbasis
jenis kelamin
Cara operasional program pelayanan KB
Cara operasional program pelayanan KB meliputi :
1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan
memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan)
dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik. Dengan penerangan,
motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS).
2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB.
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik
sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan
mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang
tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat
sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta
proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan
serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan
16
yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan
lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu:
pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat
sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program
ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan
terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah.
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah
(Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB.
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter
berupa pelatihan konseling dan keterampilan.
17
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena
setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam
keluarga.
b. Perkembangan mental dan sosial lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih
baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak.
c. Mendapat perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber
pendapatan keluarga tidak habis hanya untuk mempertahankan hidup.
4. Untuk ayah
Memberi kesempatan bagi ayah agar dapat memperbaiki kesehatan fisik dan
memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih
banyak waktu terluang untuk keluarganya
5. Untuk seluruh keluarga
Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota tergantung dari kesehatan seluruh
keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
memperoleh pendidikan.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Program gerakan KB di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa di mana pada saat ini pemerintah sedang melakukan pembangunan
di segala bidang, termasuk untuk mengatasi berbagai masalah kependudukan seperti
pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas
sumber daya manusia yang relatif rendah.
Adapun strategi pendekatan yang dilakukan dalam program pelayanan kb meliputi:
Pendekatan Kemasyarakatan (community approach), Pendekatan koordinasi aktif (active
coordinative approach), Pendekatan integrative (integrative approach), Pendekatan
kualitas (quality approach), Pendekatan kemandirian (self rellant approach), Pendekatan
tiga dimensi ( three dimension approach).
Dalam pelayanan KB juga ada cara operasinal programnya yang meliputi:
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), Pelayanan kontrasepsi dan
pengayoman peserta KB, Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah dan Pendidikan
KB.
B. SARAN
Sebagai mahasiswa kebidanan maka diharapkan teman-teman bisa belajar lebih
giat lagi agar nantinya bisa menjadi seorang bidan profesional yang mempunyai
kompetensi dan skill yang baik selain itu perlu di ingat apabila nantinya telah menjadi
seorang bidan maka mari kita bersama-sama mensukseskan program keluarga berencana
ini demi mencapai suatu negara indonesia yang lebih sehat. Demikian hasil makalah dari
kelompok kami apabila ada kesalahan di dalamnya kami selaku penulis meminta maaf.
Terima kasih.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arum, Dyah Noviawati Setya, dkk.(2005) Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha
Medika.Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono.(2005) Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka.Jakarta
Kurniawati, Titik. S.Sit (2013) Kependudukan dan Pelayanan KB.
EGC.Jakarta.
20