Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEGIATAN PROFESI KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS

PEMBENTUKAN DAN PELATIHAN KADER KESEHATAN JIWA DI DUSUN


BAGU BARAT DESA BAGU
KECAMATAN PRINGGARATA

Oleh :

KELOMPOK III

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) QAMARUL HUDA
BAGU- KECAMATAN PRINGGARATA
T.A 2014/2015

i
LAPORAN KEGIATAN PROFESI KEPERAWATAN
JIWA KOMUNITAS

PEMBENTUKAN DAN PELATIHAN KADER KESEHATAN JIWA


DI DUSUN BAGU BARAT DESA BAGU
KECAMATAN PRINGGARATA

Oleh :

KELOMPOK III

1. SOPIAN HADI, S.Kep


2. H. JEMURUDIN, S.Kep
3. WIRAGUTENG. E.SURENGGANA, S.Kep
4. H. SAHLAN, S.Kep
5. KHAERUZZUHRI, S.Kep
6. L. WAWAN SEPTA ADI SAPUTRA, S.Kep
7. L. GUSTAMA HADI SAPUTRA, S.Kep
8. DANI RAMADANSYAH, S.Kep
9. YUNISA NORMA LESTARI, S.Kep
10. BAIQ RIRIN ANDRIYANI, S.Kep
11. KASMINI SANTUN, S.Kep
12. R E N I, S.Kep
13. SITI NURHIDAYANTI, S.Kep
14. EMY SRI NURHIDAYATI, S.Kep

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Hasil Laporan Kegiatan Pembentukan dan pelatihan kader


kesehatan jiwa di dusun Bagu Barat

Telah disetujui dan disyahkan Pada :

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

Ns. Anna Indriani, S.Kep Ns. Lalu Wiresanta, M.Kes


NIDN : NIDN. 0831127219

Kaprodi Profesi Ners PJM Keperawatan Jiwa

Ns. M. Sunarto, M.Kep., Sp.Kep.J Ns. M. Sunarto, M.Kep., Sp.Kep.J


NIDN : NIDN :

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh Azawajalla atas


terselesainya laporan “ Pembentukan dan Pelatihan Kader kesehatan jiwa
bagi Kader Posyandu di dusun Bagu Barat Desa Bagu Kecamatan
Pringgarata kabupaten Lombok Tengah”.
Kegiatan Praktik profesi jiwa komunitas merupakan salah rangkaian
kegiatan profesi Komunitas ini dilakukan Sebagai salah satu tahap yang
harus dilalui untuk menempuh program profesi Ners. Perubahan yang
diinginkan setelah dilakukan pelatihan ini adalah peningkatan pengetahuan
dan dimilikinya keterampilan dalam mendeteksi kelainan yang mengenai
masalah jiwa.
Terima kasih kami haturkan kepada :
1. Ketua STIKES Qamarul Huda Bagu.
2. Ketua Program Studi profesi Ners . STIKES Qamarul Huda Bagu.
3. Kepala Desa Bagu, Kecamatan Pringgarat yang telah memberikan
fasilitas dan tempat latihan.
4. Ibu – ibu dan bapak peserta pelatihan yang telah mengikuti
kegiatan dengan antusias.
Akhir kata, kritik dan saran selaku kami harapkan. (Nanti dilengkapi
kelompok)

Bagu. 10 Desember 20148

Kelompok III

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................... i


Halaman Pengesahan ........................................................................... ii
Kata Pengantar ...................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................. iv
Daftar Tabel ............................................................................................ v
Daftar Lampiran ..................................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Analisis Situasi .............................................................................. 1
B. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 2
C. Identitas dan Rumusan Masalah................................................... 6
D. Tujuan Kegiatan Pelatihan............................................................ 6
E. Manfaat Kegiatan Pelatihan.......................................................... 7
BB II METODE KEGIATAN PELATIHAN............................................... 8
A. Sasaran Kegiatan Pelatihan.......................................................... 8
B. Metode Kegiatan Pelatihan........................................................... 8
C. Langkah – langkah Kegiatan Pelatihan......................................... 8
D. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................................ 8
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN............................... 9
A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan......................................... 9
B. Pembahasan ................................................................................. 11
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................ 13

v
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14
LAMPIRAN ..............................................................................................

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Materi Kegiatan Pelatihan ……………………………………………. .9
Tabel 2. Hasil Evaluasi sesuai si Pengetahuan kesehatan jiwa (pre-test dan
Post )…………………….………………………………….. 10
Tabel 3 Hasil evaluasi ketrampilan kader dalam menangani masalah
gangguan jiwa………………………………………………….. 10

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Hadir Peserta Kegiatan


Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan
dst

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

utama di Negara-negara maju,modern dan industri.Keempat masalah

kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif,kangker,gangguan

jiwa dan kecelakaan (Mardjono dalam Hawari 2001). Meskipun gangguan

jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian

secara langsung,namun beratnya gangguan tersebut dalam arti

ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok

akan menghambat pembangunan,karena mereka tidak produktif dan tidak

efisien.

Menurut paham kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia


tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari,di
rumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja dan di lingkungan sosialnya.

Hingga sekarang penanganan penderita gangguan jiwa belum


memuaskan, hal ini terutama terjadi di Negara-negara yang sedang
berkembang,disebabkan ketidak tahuan keluarga maupun masyarakat
terhadap penderita gangguan jiwa. Diantaranya adalah masih terdapatnya
pandangan yang negative (stigma) dan bahwa gangguan jiwa bukanlah suatu
penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan.

ix
Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini dan

terjadinya gempa dahsyat dengan kekuatan 8.9 Skala Richter pada tanggal

28 Maret 2005 yang melanda Kepulauan Nias, yang kesemuanya

mengakibatkan dampak fisik dan psikologis, maka WHO memandang perlu

program CMHN.

Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang

dimulai dari proses rekruitmen perawat CMHN yang akan mengikuti

pelatihan, pertemuan persiapan yang melibatkan beberapa sector yang

terkait seperti Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah setempat dalam

rangka memperoleh dukungan pelaksanan CMHN, kegiatan Pelatihan Dasar

Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Basic Course of Community

Mental Health Nursing (BC-CMHN) berupa pemberian pengetahuan dan

keterampilan bagi perawat Puskesmas, sehingga memiliki kompetensi

melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa,

selanjutnya implementasinya di masyarakat dan kegiatan supervisi.

WHO memandang pelaksanaan Program CMHN tersebut sangat positif

karena dapat memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien

gangguan jiwa di masyarakat.

x
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis mencantumkan judul

sebagai mana yaitu “Community Mental Health Nursing (CMHN)”yg berarti

keperawatan kesehatan jiwa komunitas.

Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa saat ini angka insidennya masih
tinggi.Berdasarkan hasil survey kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) tahun 1995
menemukanbahwa 185 dari 1000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan
adanya gejala gangguankesehatan jiwa. Hasil SKRT 1995 menunjukkan, gangguan
mental emosional pada usia 15 tahun ke atas adalah 140 per 1.000 penduduk dan 5-14
tahun sebanyak 104 per 1.000penduduk (Maramis, 2006). Sedangkan di provinsi NTB
kasus gangguan jiwa berat sebanyak 1 %, gangguan mental emosional 12,8 %
(Riskesdas, 2010)
Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi
salah satu jawaban untuk mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa.
Masyarakat diharapkan mampu merawat anggota keluarga yang sudah sakit
(menderita gangguan jiwa ), dan mampumencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari
masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa.Penanganan yang tepat terhadap
penderita gangguan jiwa dan masyarakat yang beresiko akandapat menekan terjadinya
kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005).
Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan dengan spesialisasi masalah jiwa yang
bekerjadi masyarakat dan bersama masyarakat, harus mempunyai kemampuan
melibatkan peran sertamasyarakat; terutama tokoh masyarakat, dengan cara melatih
para tokoh masyarakat untukmenjadi kader kesehatan jiwa. Hal ini diperlukan agar
masyarakat dekat dengan pelayanankesehatan jiwa sehingga individu yang sehat jiwa
tetap sehat, individu yang berisiko dapatdicegah tidak mengalami gangguan jiwa dan
yang mengalami gangguan jiwa dapat sembuhatau mandiri (minimal 50%) dan dapat
dilanjutkan perawatannya oleh kader kesehatan jiwa.Untuk dapat mendata keluarga
sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwadiperlukan bantuan kader

xi
kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan seluruh masalahkesehatan jiwa dapat
diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah Desa Siaga Sehat Jiwa dengan
memberdayakan kader kesehatan jiwa. Kader kesehatan jiwa berperan penting
dimasyarakat karena kader dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan mental
yangoptimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatanmental serta pemantauan kondisi kesehatan penderita gangguan jiwa di
lingkungannya.Penderita gangguan jiwa sebenarnya tidak serta merta kehilangan
produktifitasnya.
Di desa bagu sendiri belum diketahui data pasti jumlah penderita gangguan
jiwa sedangkan menurut laporan dari Puskesmas Bagu jumlah kasus gangguan
jiwa pada tahun 2013 sebanyak ......... ? dan tahun 2014 sebanyak .......? selain itu
berdasaran survey yang dilakuakan oleh mahasiswa program Profesi Ners
menunjukkan hanya ...10% pengetahuan masyarakat termasuk kader tentang
gangguan jiwa masih kurang.
Berdasarkan hal tersebut diatas dipandang perlu untuk dilakukan
pembentukan dan pelatihan kader kesehatan jiwa.di Dusun Bagu Barat Desa Bagu
Kecamatan Pringgerata.

B. Tujuan Kegiatan

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya kader kesehatan


dalam mengenal secara dini masalah gangguan jiwa
2. Mengembangkan keterampilan kader kesehatan melakukan
penanganan masalah gangguan jiwa di masyarakat.
3. Meningkatkan pengetahuan kader kesehatan dalam melakukan
rujukan masalah gangguan jiwa
4. Meningkat kemampuan dasar manajemen kader dalam mengelola
program jiwa di masyarakat.

xii
C. Manfaat Kegiatan

1. Membantu Masyarakat agar dapat mendeteksi secara dini kelainan


kejiwaan yang terjadi masyarakat.
2. Mencegah terjadinya gangguan jiwa sehingga mengurangi beban
masyarakat baik secara psikologis, soial maupun ekonomi
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kelompok
risiko tinggi.

xiii
BAB II
METODE KEGIATAN PELATIHAN

A. Sasaran Kegiatan Pelatihan


Kader kesehatan, Tokoh masyarakat, tokoh agama dan Kepala
dusun Bagu Barat Kecamatan Pringgarata sejumlah 20 orang.
B. Metode Kegiatan Pelatihan
1. Ceramah tentang masalah kelainan jiwa yang ada dimasyarakat serta
pencegahan dan penaggulangannya.
2. Diskusi dengan Tanya jawab materi yang telah dipaparan waktu
ceramah
3. Role play cara mengenali dan penanganan gangguan jiwa
4. Lomba dalam mengerjakan pre-test dan post-tes.
C. Langkah – langkah Kegiatan Pelatihan
1. Peserta pelatihan mengerjakan pre- test
2. Peserta pelatihan mendapatkan paparan materi kelainan tumbuh
gangguan jiwa.
3. Peserta pelatihan dan permateri melakukan diskusi dengan Tanya
jawab masalah kelainan gangguan jiwa.
4. Peserta pelatihan mengerjakan post-tes
5. Peserta pelatihan melakukan pendeteksian kelainan – kelainan
kelainan jiwa praktek di ruang kelas.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
a. Minat para peserta peserta yang cukup besar

xiv
b. Pihak pemerintah desa yang menyediakan fasilitas sehingga
pelatihan dapat berjalan dengan baik.
2. Faktor Penghambat
a. Keterbatasan waktu untuk pelatihan
b. Cuaca yang sedag musim hujan

xv
BAB III
PELAKSANAAN KEGAIATAN PELATIHAN

A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan


a. Materi
Tabel 1. Materi kegiatan pelatihan dan alokasi waktu
N0 Kegiatan
1 Kebijakan tentang Kesehatan Jiwa
2 Pergub No. 22 Tahun 2013 tentang penanggulangan pasung di
NTB
3
4
Deteksi dini kelainan penyakit jiwa

Masalah gangguan jiwa di NTB


Lomba mengerjakan pretes dan post –tes
5 Praktek melakukan deteksi dini gangguan jiwa di ruang kelas dll
Tambahkan yang lain

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan diawal dengan pengiriman undangan
program pelatihan kepada 20 kader kesehatan Posyandu di usun
Bagu Barat desa Bagu, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok
Tengah. Semua kader , Tokoh Masyarakat dan Kadus yang diundang
hadir dan mengikuti pelatihan mulai dari awal hingga akhir .
Pada awal ( pembukaan ) dan akhir ( penutupan ) pelatihan
menghadirkan kepala Desa Bagu. Upaya ini ditujukan agar

xvi
kesinambungan program dapat terjaga dengan upaya
pengintegrasian dengan program lainnya dari Puskesmas Bagu.
Pelatihan yang melibatkan 20 kader kesehatan posyandu
tersebut secara garis besar menunjukkan hal yang menggembirakan
yaitu 100 % peserta merespon positif dalam hal kemanfatan yang
sangat tinggi untuk melakukan deteksi dini kelainan tumbuh kembang
anak. Sedangkan hasil tes baik pre-test maupun post-test dapat
disajikan pada tabel berikut

Tabel. 2 Hasil evaluasi pengetahuan tantang gangguan jiwa


pretest dan post-test)
No Katagori Nilai Jumlah peserta persentase
1 Ada peningkatan 16 80 %
2 Tidak ada 4 20 %
peningkatan
Jumlah 20 100 %

Nilai pretest dan post – test menunjukkan perubahan berupa


peningkatan nilai pada 16 orang kader ( 80 %) dan 4 orang kader
(20%) tidak menunjukkan peningkatan nilai sedang praktek
pendeteksian kelainan tgangguan jiwa dengan mencatat kelainan fisik
dan psikis yang ditemukan di buku register yang dilakukankan para
kader di Posyandu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

xvii
Table 3. hasil evaluasi ketrampilan kader posyandu dalam
mendeteksi kelainan jiwa
No Katagori nilai Persentase Jumlah peserta
1 Mampu 20 100%
2 Tidak mampu 0 0%
Jumlah 20% 100%

Hasil evaluasi ketrampilan kader Posyandu dalam mendeteksi


kelainan jiwa menunjukkan seluruh kader peserta pelatihan ( 100% )
mampu melakukannya.
Pertanyaan – pertanyaan yang berkembang selama proses
pelatihan adalah :

B. Pembahasan
Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa pelatihan tentang deteksi
kelainan jiwa dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu
dalam mendeteksi kelainan jiwa Masih ada 4 orang kader ( 80
%) yang belum menunjukkan peningkatan pengetahuan setelah
pelatihan kemungkinan dukungan pengetahuan umum dan latar belakang
pendidikan mereka belum memadai serta usia mereka sebagian besar
sudah 45 tahun ke atas.

xviii
Keterampilan seluruh kader Posyandu dalam mendeteksi de3teksi
kelainan jiwa setelah pelatihan cukup memadai untuk melakuan
identifikasi gangguan jiwa . Para kader mampu melakukan anamnesa
keluhan dari pasien Selain itu para kader juga mampu untuk mengamati
kelainan fisik dan ppada pasie3n sikis anak dengan mengamati keadaan
dan fungsi fisik anak, serta kondisi perkembangan bahasa dan
kecerdasan anak. Kelainan – kelainan yang ditemukan dicatat di KMS
apabila perlu penanganan khusus di konsultasi dengan petugas
kesehatan dari Puskesmas yang membina Posyandu tersebut.
Pada praktek ketrampilan semua kader bisa melakukan
pendeteksian Kegiatan PELATIHAN ini juga menggunakan metode lomba
dalam penilaian hasil pre-test dan post test. Setiap test kemudian
dinilai. Hasil perubahan peningkatan nilai merupakan indikator penentuan
juara. Penutupan lomba di akhiri dengan pemberi hadiah berupa
peralatan rumah tangga untuk para Juara.
Adapun hasil diskusi pada pelatihan ini menunjukkan peningkatan
pengetahuan dan respon positif peserta. Dari banyaknya pertanyaan
peserta menunjukan bahwa pengetahuan peserta yang semua belum
memadai, namun setelah mengikuti pelatihan ternyata ada peningkatan
kefahaman tentang konsep kelainan jiwa serta cara pencegahan dan
penanggulangannya

xix
BAB IV
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

Dalam rangka menindak lanjuti kegiatan program pembentukan dan pelatihan


kader kesehatan jiwa di dusun Bagu Barat desa Bagu dilakukan pembuatan
rencana tindak lanjut (RTL) agar program berjalan berkesinambungan dan
konsisten. Program tersebut tentunya didukung oleh kepala desa dan
kerjasama dengan Puskesmas Bagu yang merupakan wilayah kerja
Puskesmas yang terintegrasi dengan program jiwa Puskesmas.

A. TUJUAN

Tujuan pembuatan rencana Tindak Lanjut adalah untuk merencanakan


program jiwa selanjutnya serta adanya kesinambungandan kosistensi
pelaksanaan program jiwa di masa yang akan datang

B. RENCANA KEGIATAN

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 berkaitan


dengan program pelatihan kader kehatan jiwa. Kegiatan-kegiatan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan cakupan masalah kesehatan jiwa yang
dilakukan oleh kader sehingga masalah gangguan jiwa dapat ditangani
dengan segera.

Adapun Rencana Tindak Lanjut dalah sebagai berikut :

xx
NO KEGIATAN WAKTU PELAKSANA TEMPAT
1 Sosialisasi dengan masyarakat
dusun bagu barat tentang
pentingnya pembentukan
kelompok peduli kesehatan jiwa.

2 Koordinasi dengan lintas sektor


terutama Puskesmas, Bidang
Sosial agar memperhatikan dan
memberikan peluang atau
harapan pada program ini.
3 Melakukan penjaringan masalah
gangguan jiwa
4 Melakukan penyuluhan tentang
kesehatan jiwa
5 Melakukan pelayanan rujukan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Telah terbentuk kelompok peduli kesehatan jiwa masyarakat di
dusun Bagu barat desa Bagu kecamatan pringarta

xxi
2. Ada peningkatan pengetahuan kader posyandu tentang masalah
gangguan jiwa, terbukti sebagian besar peserta pelatihan
mendapatkan nilai post –test lebih tinggi dibanding pre-test.
3. Keterampilan kader peserta pelatihan dalam mendeteksi kelainan
gangguan jiwa bertambah terbukti semua peserta mampu melakukan
mengenali masalah gangguan jiwa.
4. Wawasan kader peserta pelatihan hal pencegahan dan
penanggulangan gangguan jiwa bertambah terbukti pada diskusi
banyak sekali keinginan tahuan mereka tentang cara pencegahan
dan penanggulangan kelainana gangguan jiwa.

B. SARAN
1. Perlu dikembangkan pelatihan kader kesehatan jiwa bagi kader
Posyandu di daerah lain, terutama yang pada daerah yang
ditemukan khusus kelainan jiwa.
2. Pencegahan dan penanggulangan masalah gangguan jiwa perlu
ditingkatkan melalui kegiatan dengan mengintesifkan program
kesehatan di posyandu, majlis talim, karang taruna dan lain-lainya
3. Perlu dukungan yang baik dari pihak terkait sperti dari pihak desa,
Puskesmas, lembaga keagamaan dan lainnya agar program tersebut
berjalan konsisten dan berkesinambungan..

DAFTAR PUSTAKA

xxii
LAMPIRAN
xxiii
xxiv

Anda mungkin juga menyukai