TINJAUAN TEORI
b. Memanjakan
Terlalu memanjakan anak akan membuatnya malas berusaha, sehingga anak
akan bergantung pada orang tuanya dan selalu berusaha meminta kepentingan
dirinya dengan cara memaksa dan marah.
c. Membandingkan
Ketika orang tua memiliki lebih dari satu anak, maka secara tidak sadar
membandingkan anak yang satu dengan anak lainnya, sehingga hal ini akan
membuat anak tidak memiliki kepercayaan diri dan merasa tidak dianggap.
d. Memaksakan
Banyak orang tua saat ini masih bersikap otoriter sehingga mereka
memaksakan kehendak mereka untuk membentuk jati diri anaknya. Sehingga
anak justru merasa tertekan dan bersikap apatis dan mudah putus asa.
C. Permasalahan Yang Timbul Dari Hubungan Orang Tua Dan Anak
Dalam percakapan sehari hari sering terdengar penggunaan istilah emosi. Ada
yang karena emosi tidak mudah bergaul, ada yang sering mengikut sertakan
emosinya sehingga tidak menentu sikapnya terhadap personalia di lingkungan.
Masih banyak pemakaian istilah emosi yang dapaat di kemukakan. Tetapi apa
yang ingin di kemukakan dalam istilah emosi sulit dirumuskan dengan beberapa
perkataan. Hanya dapat dikatakan bahwa emosi-emosionalitas merupakan daya
penggerak suatu tingkah laku, dengan demikian dalah usaha mencari sumber-
sumber persoalan dan sebab-sebab tingakh laku anak, ibalah saat nya untuk
melihat emosional anak.
Suatu tingkah laku yang tidak menyenangkan orang tua itu dikarenakan
sesuatu haldimana tingkah laku tersebut digunakan anak sebagai suatu pencapaian
tujuan. Apabila anak menganggap bahwa tingkah laku, perbuatan tersebut,
berhasil melunakan hati orang tua, Maka anak akan melakukan hal tersebut untuk
mencapai tujuannya. Keadaan tertentu anak akan berada dalam situasi dimana
ternyata keinginan-keinginannya, terhalang dan tidak terpenuhi. Keadaan
terhalangnya suatu keinginan sering pula disebut prustasi. Anak sering
memperlihatkan prustasinya melalui kemarahan . Emosi kemarahan dapat
menyebabkan anak melakukan macam-macam tingkah laku.
D. Faktor-Faktor predisposional psikotis anak
a. Keluarga dengan ayah bunda yang tidak mampu berfungsi sebagai pendidik,
yang defisien sebagai pendidik, gangguan psikis yang erat kaitannya dengan
keseulitan yang dialami oleh orang tua, sehingga anak tidak bisa menjadi
dewasa sebagai psikis dan tidak bisa mandiri dalam kedewasaannya.
c. Di tuntut kepatuhan total anak. Keluarga mau menerima, dan mengakui anak
hanya atas dasarsyarat-syarat normatif tertentu, yaitu asal anak mau mematuhi
pertintah dan menjauhi larangan tertentu juga bersedia mengingkari impuls
dorongan tertentu. Oleh tekanan dan larangan yang ketat itu anak kemudian
mengembangkan mekanisme pangkal, mekanisme penolakan, dan mekanisme
pelarian diri. Munculah kemudian banyak konflik intra psikis pada diri anak.
Pencerminan dari konflik tersebut yaitu gangguan relasional dan emosional
dari orang tua itu sendiri.
d. Dominasi dan kekuasaan mutlak atau sikap otoriter orang tua. Anak tidak
mampu menemukan jalan hidupnya sendiri karena harus patuh secara total
pada pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh orang tuanya. Terjadilah
konflik intra psikis antara kepatuha total kepada orang tua untuk merebut
perhatian dan kasih sayang orang tua, melawan keinginan kemauan bebas
sendiri (dorongan mandiri) yang muncul jadi agrisivitas, dan kemudian
berkembang menjadi gejala neurotis. Jelaslah bahwa konflik-konflik anak itu
merupakan pencerminan dari konflik intra psikis orang tuanya yang tidak
pernah terselesaikan oleh orang tua itu sendiri. Maka gangguan ganguan
psikis pada diri anank itu sebenarnya merupakan perpancangan dari gangguan
psikis ilusi-ilusi, delusi-delusi dan harapan orang tuanya, setiap usaha anak
untuk berinisiatif di tolak keras oleh orang tua, bahkan sering ditolak dengan
cara yang agresif sekali, segala kemauan anak selalu di rintangin, sihingga
anak lama-kelamaan menjadi apatis dan putus asa. Semua ini merupakan
pengaruh orang tua yang psikotis sifatnya, atau pengaruh yang bisa “membuat
gangguan jiwa” pada anak.
e. Dependensi dan identifikasi secara total (absolut) kepada salah satu atau
kedua orang tuanya, yang kemudian berbenturan dengan keinginan anak
menjadi mandiri dan melawan berkemauan sendiri. Sehubungan dengan ini
kebutuhan-kebutuhan, kecemasan-kecemasan, kekecewaan dan segenap
kekacauan batin orang tua itu, kemudian ditransfer kepada kehidupan batin
anaknya.