Anda di halaman 1dari 27

STANDAR PELAKSANAAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

Untuk Memenuhi Nilai Tugas PKK Keperawatan Jiwa Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan

DISUSUN OLEH:
THYAS AGUSTINA HUTRIANINGRUM
17.156.01.11.038

4A KEPERAWATAN
STIKes MEDISTRA INDONESIA
2021
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN KLIEN

WAHAM

1. Orientasi
a. Salam
“Selamat Pagi Dik, perkenalkan saya perawat Thyas, perawat dari Puskesmas
Telukjambe” “nama adik siapa?” “Senang dipanggil apa?” “Oh baik, kalau
begitu Saya panggil Ahmad ya.” “Tanggal Lahirnya?”
b. Evaluasi
“Apa yang Ahmad Rasakan saat ini?” “Oo.. jadi menganggap diri Ahmad
adalah nabi? Sudah berapa lama Ahmad berpikir sebagai seorang nabi? Pada
saat Ahmad berpikir seperti itu, apa yang Ahmad rasakan?”
c. Validasi
“Apa yang telah Ahmad lakukan untuk mengatasi perasaan tersebut? Lalu,
bagaimana manfaatnya?”
d. Kontrak
1) Tindakan dan tujuan
“Baik Ahmad, bagaimana kalau saya periksa dulu tentang pikiran Ahmad
sebagai seorang nabi dan kita belajar cara mengatasinya. Tujuannya
supaya Ahmad mengetahui kebutuhan Ahmad yang belum terpenuhi,
mengetahui kemampuan Ahmad untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan
Ahmad mampu melakukannya. Bagaimana apakah Ahmad setuju?”
2) Waktu
“Baik, kita akan berdiskusinya selama 30 menit ya, Ahmad.”
3) Tempat
“Jika kita berbicaranya di sini saja, apakah Ahmad merasa nyaman?”
2. Kerja
a. Pengkajian
“Siapa nama lengkap Ahmad? Apa pekerjaan Ahmad? Apakah pengalaman
yang tidak menyenangkan selama hidup Ahmad, pada masa kanak-kanak atau
remaja? Bagaimana Ahmad menghadapi masalah tersebut? Apakah Ahmad
biasa menceritakan masalah kepada orang lain? Bagaimana hubungan Ahmad
dengan orang tua? Bagaimana Hubungan Ahmad dengan tetangga di sekitar
rumah?
“Coba Ahmad ceritakan berada dimana sekarang? Ahmad bisa menyebutkan
nama orang tua secara lengkap? Sekarang tanggal berapa ya Ahmad?”
“Apa yang Ahmad rasakan berada disini?”
“Bagaimana makan Ahmad? Apakah Ahmad melakukan mandi, gosok gigi
setiap hari? Apakah Ahmad rutin melakukan potong kuku setiap seminggu
sekali?”
“Apakah Ahmad kenal dengan teman-teman di sekitar sini? Bisa Ahmad
sebutkan satu saja nama temannya?
“jika klien membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa mendukung atau
menyangkalnya sampai klien berhenti bicara”
b. Diagnosis
“Baik Ahmad, tadi saya sudah dengarkan ceritanya. Ahmad merasa sebagai
nabi, masih ada yang belum kenal dan enggan bertemu dengan orang lain?”
c. Tindakan
“Baiklah, bagaimana kalau kita latihan tentang situasi lingkungan, memenuhi
kebutuhan, kemampuan yang dimiliki dan mencapai kenyamanan.”
1) Latihan orientasi
“Ahmad bagaimana kalau belajar mengenal diri, orang, tempat dan waktu.”
a) “Siapa nama lengkap Ahmad? Nama panggilan, sekolah SD dimana
sekolah SMP dimana?”
b) Siapa saja yang tinggal di rumah
“Ayo kita tulis nama dan panggilannya”
 “Ayo kita tulis panggilan ayah.”
 “Ayo kita tulis panggilan ibu.”
c) Siapa saja tetangganya
“Ayo kita tulis namanya dan panggilannya.”
d) Orientasi tempat
“Ayo kita tulis tempat yang sering dikunjungi”
“Ayo kita tulis tempat dan cara mencapainya”
e) Orientasi waktu
“Ayo kita belajar mengenal waktu. Hari ini hari apa? Besok hari apa?
Kemarin hari apa? Bagus sekali. Sekarang bulan apa? Bulan depan
bulan apa? Bulan lalu bulan apa? Bagus sekali. Sekarang jam berapa?
Coba kita belajar jam (latihan menebak jam dengan gambar).”

2) Mendiskusikan dan latihan mengenal situasi lingkungan.


a) “Siapa saja keluarga dan sahabat yang paling dekat dengan Ahmad
(buat daftarnya). Mari latihan berinteraksi dengan mereka.”
b) “Mari kita belajar bersama tentang jam, tanggal, hari, bulan dan
tahun.”
 “Ayo kita lihat sekarang jam berapa, jam 9 jarum pendek di angka
berapa dan jarum panjang diangka berapa? Bagus.”
 “Nah, sekarang kita lihat hari ini hari apa? Besok? Bagus, ayo kita
belajar senin, selasa, rabu, kamis, jum’at, sabtu dan minggu.”
 “Nah, sekarang bulan apa? Betul April. Bulan depan apa? Ayo
kita belajar januari, februari, ….., ….., …., dan seterusnya.
Bagus.”
c) “Mari kita mengenal tempat. Coba sebutkan alamat rumah ini. Ayo
sebutkan alamat rumah beberapa sahabat, keluarga. Bagus.”
3) Mendiskusikan kebutuhan dan latihan memenuhinya.
a) “Apa saja kegiatan Ahmad sehari-hari? Apa saja kebutuhan Ahmad?
Mari kita tulis. Apa saja yang belum terpenuhi?”
b) “Dari kebutuhan yang belum terpenuhi mari kita diskusikan cara
memenuhinya. Satu satu ya? Nah, apa kira-kira kemampuan Ahmad
untuk memenuhinya? Bagus sekali. Mari kita diskusikan yang lain.”
c) “Latihan kegiatan sehari-hari dan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan. Mari kita masukkan jadwal untuk melatihnya.’
d) Evaluasi hasil latihan dan perasaan Ahmad setelah melakukannya.
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ahmad setelah latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Apa saja latihan kita tadi, (situasi lingkungan, waktu, dan tempat )?” “sudah
benar Ahmad.”
c. Rencana tindak lanjut klien
“Baiklah, bagaimana kalau Ahmad latihan tentang situasi lingkungan, yaitu
orang disekitar Ahmad, mengenal waktu dan tempat di sekitar Ahmad, juga
kebutuhan dan cara memenuhinya (masukkan dalam jadwal kegiatan Ahmad).”
d. Rencana tindak lanjut perawat
“Bagaimana kalau rabu minggu depan kita bertemu lagi disini (Puskesmas),
memeriksa kondisi Ahmad dan latihan yang dilakukan.”
e. Salam
“Semoga cepat sembuh Ahmad”
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN KLIEN RISIKO
PERILAKU KEKERASAN
1. Orientasi
a. Salam
“ Selamat Pagi, saya Thyas, perawat dari Puskesmas Telukjambe” “Siapa
namanya?” “Senang dipanggil apa?” “Saya panggil Ahmad ya.” “Tanggal
Lahirnya?”
b. Evaluasi
“Apa yang Ahmad Rasakan?” “jadi Ahmad sering kesal atau marah.” “Sudah
berapa lama?”
c. Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil.?”
d. Kontrak
1) Tindakan dan tujuan
“Bagaimana kalau saya periksa dulu tentang marah dan belajar cara
mengendalikannya?”
2) Waktu
“waktu 30 menit, apakah ahmad setuju?”
3) Tempat
“Kita lakukan disini saja ya?”
2. Kerja
e. Pengkajian
1) Penyebab
“Apa yang menyebabkan Ahmad marah?” “Apakah disertai rasa kesal atau
kecewa dan ingin memukul?”
2) Tanda/gejala
“Apakah yang dirasakan saat marah, apakah merasa tegang, tangan
terkepal, mengatupkan rahang dengan kuat?” “Apakah bicara kasar, suara
tinggo, menjerit, atau berteriak?” “Apakah berjalan mondar-mandir dengan
marah dan melemparkan barang-barang atau memukul orang?”
3) Akibat
“Apakah akibat dengan cara marah demikian?” “Apakah dengan cara
seperti itu marahnya bisa hilang?”
f. Diagnosis
“Ahmad sering kesal dengan berteriak melempar barang sampai memukul
orang lain.” “Jadi Ahmad masih sulit mengendalikan marah sehingga bisa
terjadi perilaku kekerasan.” “Apakah Ahmad ingin berlajar
mengendalikannya?”
g. Tindakan
“Baiklah saya akan bantu ahmad untuk mengatasi marah dengan beberapa
cara.”
1) Latihan relaksasi napas dalam, pukul bantal kasur, olahraga, bersihkan
rumah dan pekarangan.
a) Contohkan: “Tarik napas panjang secara perlahan dari hidung, tahan
sebentar dan keluarkan secara perlahan dari mulut seperti
menghembuskan kekesalan Ahmad.” “Pukul bantal hasur saat kesal.”
“Olahraga lari, pukul samsak atau latihan tinju, push up, bermain bola,
berguna untuk menyalurkan energy marah.” “Jangan lupa, bersih-bersih
juga mengurangi marah dan membuat rumah menjadi bersih
b) Dampingi: “Nah Sekarang ayo kita coba bersama-sama.” “Ya, benar
Seperti itu.”
c) Mandiri: “Sekarang coba lakukan Sendiri.” “Bagus, sudah benar.”
d) Cara lain dapat dilatih dengan cara yang sama.

2) Latihan de-enskalasi (curhat)


a) Contohkan: “Ceritakan rasa kesal Ahmad dan alasannya, serta minta
pendapat orang lain.” “Tuliskan perasaan marah ke dalam buku.”’
b) Damping: “Nah sekarang ayo kita coba bersama-sama.” “Ya, benar
Seperti itu.”
c) Mandiri: “Sekarang coba lakukan sendiri.” “Bagus, sudah benar.”
d) Cara kedua adalah curhat dengan sahabat yang dipercaya.
3) Latihan bicara yang baik
a) Contohkan: “Ahmad dapat berlatih cara meminta maaf dengan santun,
cara menolak dengan tepat, dan cara mengatakan rasa tidak senang.”
b) Damping: “Nah sekarang ayo kita coba bersama-sama.” “Ya, benar
seperti itu.”
c) Mandiri: “Sekarang coba lakukan sendiri.” “Bagus, sudah benar.”
4) Latihan spiritual
“Apa saja kegiatan ibadah yang Ahmad lakukan setiap hari.?” “Apa yang
Ahmad rasakan setelah melakukakn ibadah?” “Jadi, melakukan ibadah
dapat mengurangi marah.” Baiklah, minimal lakukan dua kegiatan ibadah
Ahmad.
3. Terminasi
A. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ahmad setelah latihan tadi?”
B. Evaluasi objektif
“Apa saja latihannya, coba sebutkan?” “sudah benar Ahmad.”
C. Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal latihannya. Latihan relaksasi berapa kali
sehari? Latihan curhat dengan siapa? Atau mau menulis saja? Bagaimana
dengan latihan bicara yang baik terhadap orang yang menimbulkan rasa marah.
Jangan lupa melakukan kegiatan ibadah.”
D. Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah, hari kamis pagi datang ke Puskesmas, kita periksa lagi kondisi dan
latihannya serta diperiksa dokter. Jika dapat obat, nanti akan dijelaskan cara
minum obat yang benar.”
E. Salam
“Semoga cepat sembuh Ahmad”

STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN KLIEN


HALUSINASI
1. Orientasi
a. Salam
“ Selamat Pagi Mas, saya Thyas, perawat dari Puskesmas Telukjambe” “Nama
mas siapa?” “Senang dipanggil apa?” “Saya panggil Ahmad ya.” “Tanggal
Lahirnya?”
b. Evaluasi
“Apa yang Ahmad Rasakan?” “oo, Ahmad mendengar suara-suara yang tidak
ada wujudnya ya” “Sudah berapa lama mengalami hal tersebut?”
c. Validasi
“Apa yang Ahmad sudah dilakukan untuk mengatasi suara-suara yang tidak ada
wujudnya itu? “Bagaimana hasilnya.?” Apa manfaat yang Ahmad rasakan?”
d. Kontrak
1) Tindakan dan tujuan
“Baik Ahmad, bagaimana kalau saya periksa dulu tentang suara-suara yang
Ahmad dengar dan belajar cara mengatasinya? Tujuan nya supaya Ahmad
merasa lebih tenang, dan suara-suara tersebut berkurang.”
2) Waktu
“Baik, kita akan diskusi selama 30 menit ya Ahmad”
3) Tempat
“Mari kita duduk di ruang tamu”
2. Kerja
a. Pengkajian
1) Jenis : Apakah Ahmad mendengar suara tanpa ada orangnya?
2) Isi : Apa yang dikatakan suara itu?
3) Waktu : Kapan/jam berapa saja yang paling sering muncul?
4) Frekuensi : berapa sering suara itu muncul?
5) Situasi : Pada situasi apa yang paling sering muncul? Saat sendiri?
Atau malam hari?
6) Respons : Apa yang Ahmad rasakan saat suara itu muncul?
7) Upaya :Apa yang Ahmad lakukan untuk menghilangkannya?
Apakah berhasil?
 Jika ada halusinasi katakan Anda percaya, tetapi Anda sendiri tidak
mendengar/melihat/menghidu/merasakan.
b. Diagnosis
“Baiklah, berarti Ahmad mendengar suara tanpa ada orang yang bicara dan
Ahmad merasa terganggu. Ini yang kita sebut dengan Halusinasi. Bagaimana
kalau kita latihan untuk mengendalikannya?” “Ada beberapa cara untuk
mengendalikan suara itu, bagaimana kalau saat ini kita latih?”
c. Tindakan
1) Latihan melawan: Hardik
Ahmad, mari kita belajar cara menghardik ya.
a. Contohkan: “Baiklah, jika muncul suara itu segera tutup telinga dan
katakana pada suara itu : pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu,
saya tidak mau dengar.”
b. Dampingi: “Ayo kita lakukan bersama-sama”
c. Mandiri: “Ayo coba lakukan sendiri dengan yakin.” “Bagus, sudah
benar.”
d. Bagaimana perasaannya?
2) Latihan mengabaikan: Cuek
a. Jika suara itu datang abaikan saja dengan cuek.
b. Ayo coba lakukan
3) Latihan mengalihkan (distraksi): bercakap-cakap
Saat suara terdengar dapat dikendalikan dengan bercakap-cakap.
Coba cari yang bisa diajak bercakap-cakap dan temui.
a. Contohkan: Katakan,”Ayo kita bercakap-cakap agar suara yang
mengganggu saya dapat dikendalikan.”
b. Damping: “mari kita cari anggota keluarga/teman untuk bercakap-
cakap, yangmana temannya, ayo coba praktikan. Bagus sekali”
c. Mandiri: “Nah, buat jadwal dengan siapa akan bercakap-cakap.”
4) Latihan mengalihkan (distraksi): melakukan kegiatan saat suara terdengar
dapat dikendalikan dengan melakukan kegiatan.
Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari? (merapikan tempat
tidur, mencuci piring makan, menyapu dan lain-lain).
Coba pilih satu kegiatan, misalkan: merapikan tempat tidur. Sekarang coba
dilihat apakah tempat tidurnya sudah rapih?
 Damping: “Ayo kita rapihkan, angkat bantalnya, angkat selimutnya
dan lipat dengan rapi.” “Sekarang rapikan spreinya” “Nah letakkan
bantal dengan rapi dan selimut dengan rapi.” “Bagaimana perasaannya
setelah melakukannya?” “Bagus sekali”
 Mandiri: “Nah, buat jadwal merapikan tempat tidudr, agar dapat
dikendalikan halusinasimu.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ahmad setelah latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Apa saja latihannya, coba sebutkan…….,….,…,..,?” “sudah benar
Ahmad.”(bantu jika belum ingat.
c. Rencana tindak lanjut klien
“Bagaimana kalau Ahmad latihan secara teratur? Baik, untuk menghardik
berapa kali sehari? Untuk bercakap-cakap berapa kali? Untuk merapikan tempat
tidur berapa kali?(sambil mengisi jadwal kegiatan). Selain latihan secara teratur
lakukan suara jika terdengar.
d. Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah, hari kamis pagi Ahmad dan ibu datang ke Puskesmas, agar kita
periksa lagi tanda gejalanya serta latihannya dan hasilnya. serta akan diperiksa
dokter. Jika dapat obat, nanti akan dijelaskan cara minum obat yang benar.”
e. Salam
“Semoga cepat sembuh Ahmad”
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN KLIEN RISIKO
BUNUH DIRI

Pertemuan ke-1 Klien

1. Orientasi

1.1 Salam
“ Selamat pagi, Mas. Perkenalkan saya perawat Thyas Perawat Puskesmas Setia
Mekar. Nama Mas siapa? Senang dipanggil apa?”
“ Oh baik, kalau begitu saya memangglnyaa dengan Mas Ahmad ya. “

1.2 Evaluasi
“ Apa yang Mas Ahmad rasakan? “
“ Oo.. Mas merasa hidup ini membosankan, tidak berguna dan tidak ada harapan? “
“ Sejak kapan Mas Ahmad berpikiran demikian? “

1.3 Validasi
“ Apa yang telah Mas Ahmad lakukan untuk mengatasinya. Bagaimana hasilnya? “
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan Tujuan
“ Baik Mas, bagaimana jika sekarang kita berbicara tentang perasaan yang
Mas Ahmad rasakan dan kita belajar cara mengatasinya? “
“ Tujuannya supaya Mas Ahmad merasa lebih tenang, bahagia dan perasaan
tersebut berkurang. “
“ Bagaimana apakah Mas setuju? “
1.4.2 Waktu
“ Baik, kita akan berdiskusinya selama 30 menit ya, Mas. “
1.4.3 Tempat
“ Jika kita berbicaranya di sini saja, apakah Mas sudah merasa nyaman? “
2. Kerja

2.1 Pengkajian
2.1.1 Penyebab
“ Apa peristiwa yang menyebabkan Mas Ahmad tidak ada harapan? “
2.1.2 Tanda dan Gejala
“ Apakah yang Mas Ahmad pikirkan terkait peristiwa tersebut? “
“ Apakah ada keinginan atau ide mengakhiri kehidupan? ‘’
“ Apakah pernah menyampaikan ancaman akan bunuh diri? “
“ Apakah pernah mencoba bunuh diri? “

2.2 Diagnosis
“ Jadi, sesuai yang Mas Ahmad sampaikan maka Mas Ahmad ingin mengakhiri
kehidupan, kita masukan skore 2 atau ide bunuh diri. “

2.3 Tindakan
“ Mas Ahmad, ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya bunuh diri. Bagaimana
Mas, bersedia melakukannya? “
Latihan cara menyusun rencana masa depan.
2.3.1 Mendiskusikan lingkungan yang aman
“ Mas Ahmad, dengan skor risiko bunuh dirinya 2 ( dua ) maka kita bekerja
sama, saya akan mengobservasi Mas Ahmad setiap 15-30 menit. Mas
Ahmad juga berupaya untuk tidak melakukannya. Jika dorongannya tidak
dapat dikendalikan segera sampaikan pada saya atau keluarga yang ada
dirumah? “
2.3.2 Membangun harapan dan masa depan
“ Mas Ahmad, mari kita diskusikan apa saja cita-cita atau harapan masa
depan. Bagus sekali. Apa yang dapat dilakukan untuk mencapai cita-cita dan
harapan masa depan. “
2.3.3 Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
“ Apa yang telah Mas coba lakukan dalam mencapainya? Baik mari kita
catat, ya. Dari semua keinginan dan harapan ini, mana yang ingin Mas capai
terlebih dahulu? Baik, mari kita susun langkah-langkah untuk mencapai
harapan, Mas. “
“ Pertama minum obat, kedua melakukan berpikir positif terhadap diri,
keluarga dan lingkungan. Ketiga.. dan seterusnya. “
2.3.4 Latih cara-cara mencapai harapan dan masa depan seacara bertahap ( setahap
demi setahap)
“ Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan kegiatan tersebut?”
“ Untuk obat nanti akan saya jelaskan setelah kita bertemu dokter.”
“ Berpikir positif terhadap diri, keluarga dan lingkungan sudah dilakukan ya.

“ Untuk kegiatan.... Mari kita susun langkah-langkahnya! “
“ Bagus! Pertama.. Kedua.. Ketiga.. dan seterusnya. Bagus, sekali! “
2.3.5 Jadwal latihan kegiatan dan evaluasi manfaatnya khusus ke harga diri

3. Terminasi

3.1 Evaluasi subjektif :


“ Bagaimana perasaan Mas Ahmad setelah kita latihan menyusun harapan dan
rencana masa depan. “

3.2 Evaluasi objektif :


“ Coba sebutkan kembali langkah-langkah mencapai harapan Mas Ahmad! “
“ Bagus! Tepat sekali yang Mas katakan. Jadi.. untuk mencapai harapan Mas
dilakukan secara bertahap ya, dimulai dengan minum obat agar Mas pulih
kembali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian. “

3.3 Rencana tindak lanjuti klien


“ Baiklah, mari kita masukkan rencana kegiatannya dalam jadwal agar Mas
Ahmad dapat lakukan setiap hari. “

3.4 Rencana tindak lanjut perawat


“ Hari Rabu saya akan periksa lagi dan mengevaluasi manfaat kegiatan. Juga
akan diperiksa oleh dokter, jika dokter memberi obat akan kita latih cara minum
obat yang benar. “

3.5 Salam
“ Semoga Mas Ahmad lekas tumbuh. “
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI ( SP1 ) DENGAN KLIEN DEFISIT
PERAWATAN DIRI

Pertemuan ke-1 Klien Fokus kebersihan diri: mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian dan
berhias.

1. Orientasi
1.1 Salam
“ Selamat pagi Dik, perkenalkan saya perawat Thyas Perawat Puskesmas
Telukjambe. Nama Adik siapa? Senang dipanggil apa? “
“ Oh baik, kalau begitu saya memanggilnya dengan Ahmad ya. “

1.2 Evaluasi
“ Apa yang Ahmad rasakan saat ini? Jadi Ahmad tidak mau merawat diri ya? “
“ Apa yang menyebabkan Ahmad tidak merawat diri? “
“ Oh, jadi Ahmad merasa tidak mampu merawat diri. “
“ Sudah berapa lama Ahmad tidak merawat diri? “

1.3 Validasi
“ Apa yang telah Ahmad lakukan supaya dapat merawat diri? “
“ Lalu, bagaimana manfaatnya? “
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan tujuan
“ Bagaimana kalau kita periksa dulu kegiatan perawatan diri Ahmad dan
belajar meningkatkannya. “
“ Tujuannya supaya Ahmad mampu merawat diri sendiri. “
“ Bagaimana apakah Ahmad setuju? “
1.4.2 Waktu
“ Baiklah, kita akan berdiskusinya selama 30 menit ya Ahmad. “
1.4.3 Tempat
“ Kita berbincang di ruang tamu, atau di sini saja? “

2. Kerja
2.1 Pengkajian
2.1.1 Penyebab
“ Bagaimana kebersihan diri Ahmad? “
“ Apa yang menyebabkan? “
2.1.2 Tanda dan gejala
“ Bagaimana dengan mandinya? Berapa kali sehari? Apa alat-alat yang
disediakan? “
“ Bagaimana dengan kebersihan rambut? Berapa hari sekali keramas? Apa
saja alat yang disediakan? “
“ Bagaimana dengan kebersihan gigi? Berapa kali sikat gigi per hari? Apa saja
alat yang disediakan? “
“ Bagaimana dengan pakaian? Berapa kali diganti? Apakah ada pakaian
khusus: tidur, di rumah, bepergian? Pakaian yang sedang dipakai ini sudah
berapa hari? Menurut Ahmad apakah sudah perlu diganti? Apa saja pakaian
yang tersedia? “
“ Bagaimana dengan berhias: sisiran, bedak dan lipstik? Apa saja alat yang
tersedia? “
2.1.3 Akibat
“ Apa gunanya kebersihan diri? “
“ Apa akibatnya jika tidak dilakukan? Apakah sudah ada yang dirasakan? “

2.2 Diagnosis
“ Ahmad, dari hasil percakapan kita tadi sepertinya kebersihan dirinya perlu
ditingkatkan. Bagaimana kalau Ahmad latihan agar keuntungan kebersihan diri
dapat dirasakan. “

2.3 Tindakan
“ Baiklah, mari kita latihan mulai dengan mandi, sikat gigi, keramas, berpakaian
dan berhias.”
2.3.1 Persiapan
“ Mari kita siapkan alat-alat: Alat mandi (sabun, sampo, pasta gigi, dan sikat
gigi), pakaian bersih, handuk, alat-alat berhias. “
2.3.2 Latihan sikat gigi
“ Mari ambil sikat gigi dan pasta gigi. Bimbing menaruh pasta gigi pada
sikat gigi.
“ Beri arahan cara sikat gigi dan bimbing melakukannya. Bersihkan alat dan
simpan. “
“ Beri pujian. “
2.3.3 Latihan keramas dan mandi
“ Mari ambil alat keramas dan mandi: Sampo, sabun mandi, handuk. “
“ Latih membuka pakaian kotor dan meletakkan di tempat pakaian kotor. “
“ Latih membilas tubuh, kepala dan rambut. “
“ Latih keramas dan membilas. “
“ Latih menyabuni badan dan membilas. “
“ Latih mengeringkan badan dengan handuk. “
“ Berikan pujian. “
2.3.4 Berpakaian
“ Mari ambil pakaian yang bersih dan pakaian dalam. “
“ Latih memakai pakaian dalam dan pakaian. “
“ Berikan pujian. “
2.3.5 Latih berhias
“ Latih menyisir rambut dengan rapi. “
“ Latih memalai bedak dan lipstik (untuk perempuan). “
“ Beri pujian “

2.4 Terminasi
2.4.1 Evaluasi subjektif
“ Bagaimana perasaan Ahmad setelah selesai latihan kebersihan diri? “
2.4.2 Evaluasi objektif
“ Apa saja latihan kita tadi? “
“ Benar sekali Ahmad. “
2.4.3 Rencana tindak lanjut klien
“ Selanjutnya mari kita buat jadwal latihan: sikat gigi, keramas, mandi,
berpakaian dan berhias. “
2.4.4 Rencana tindak lanjut perawat
“ Besok silahkan datang ke Puskesmas kita periksa lagi kebersihan diri dan
jadwal kegiatannya serta diperiksadokter. Jika dokter memberi obat, akan
dijelaskan cara minum obat yang benar. “
2.4.5 Salam
“ Semoga cepat sembuh Ahmad. “

Catatan : cara yang sama dapat dilakukan untuk makan dan minum, eliminasi dan
lingkungan.
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN KLIEN
ISOLASI SOSIAL
1. Orientasi
a. Salam
“ Selamat Pagi Dik, perkenalkan saya perawat Ade, perawat dari Puskesmas
Kutawaluya” “nama adik siapa?” “Senang dipanggil apa?” “Oh baik, kalau
begitu saya memanggilnya dengan Ahmad ya”
b. Evaluasi
“Apa yang Ahmad Rasakan saat ini?” “Oo, jadi Ahmad sering merasa
kesepian?” “Sudah berapa lama Ahmad sering merasa kesepian?”
c. Validasi
“Apa yang sudah Ahmad dilakukan untuk mengatasi rasa kesepian?” “Lalu,
bagaimana manfaatnya?”
d. Kontrak
1. Tindakan dan tujuan
“Baik, karena Ahmad mengatakan merasa kesepian, bagaimana kalau saya
periksa dulu? Selanjutnya kita akan latihan bagaimana caranya untuk
mengatasi rasa kesepian tersebut. Tujuan supaya Ahmad mampu
bersosialisasi dengan orang lain.” “Bagiamana? Apakah Ahmad setuju?”
2. Waktu
“Baik, kita akan berdiskusinya selama 30 menit ya, Ahmad.”
3. Tempat
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu?”
2. Kerja
a. Pengkajian
“Apa yang Ahmad rasakan saat sedang bersama dengan orang lain?” “Apakah
ada perasaan tidak nyaman jika bersama orang lain?” “Menurut Ahmad
bagaimana sikap keluarga terhadap Ahmad? Dan bagaimana pendapat Ahmad
tentang sikap tetangga?” “Siapa saja anggota keluarga yang sering bercakap-
cakap dengan Ahmad? Apa saja yang biasanya dipercakapkan? Selain anggota
keluarga, siapa teman terdekat Ahmad? Apa alasan Ahmad senang bercakap-
cakap dan merasa dekat dengan….?”
“Siapa saja yang jarang atau bahkan tidak pernah bercakap-cakap dengan
Ahmad? Apa yang menyebabkan Ahmad tidak ingin bercakap-cakap dengan
orang lain selain dengan orang dekat? Apakah ada pengalaman yang tidak
menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain? Apa yang menghambat
Ahmad dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?”
b. Diagnosis
“Ahmad sering merasa kesepian, merasa ditolak oleh orang lain dan takut
bercakap-cakap dengan orang lain sehingga berdiam diri di kamar. Ini kita
sebut dengan isolasi social. Bagaimana kalau Ahmad latihan bercakap-cakap
dengan orang lain?”
c. Tindakan
1. Diskusikan keuntungan apabila klien memiliki banyak taman dan bergaul
akrab dengan mereka.
“Menurut Ahmad, apabila saja manfaat jika kita memiliki banyak teman?
Benar, jika memiliki banyak teman maka……..”
2. Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
“Menurut Ahmad, Apa saja kerugiannya jika kita tidak bergaul dengan
orang lain? Benar sekali”
3. Jelaskan kepada klien cara bercakap-cakap dengan orang lain.
“Jika kita telah mengenal orang yang akan diajak bercakap-cakap, kita
dapat langsung menghampiri, menyapa dan mengajaknya bercakap-cakap.”
“Jika kita belum mengenal orang yang akan diajak bercakap-cakap maka
hal pertama yang dilakukan adalah berkenalan dengan orang tersebut.”
4. Latihan berkenalan
 Contohkan: jika ada orang baru, tamu tidak dikenal lakukan seperti ini:
“selamt pagi, kenalkan saya Ade Rukmana, panggil saya Ade, saya
tinggal di Karawang, hobi saya olahraga.” Lanjutkan dengan:
“Namanya siapa, panggilannya, tinggal dimana, hobinya. Wah senang
berkenalan.”
 Damping: “Ayo coba Ahmad lakukan kepada saya. Mulai perkenalkan
diri (berikan dukungan), bagus sekali. Sekarang mulai dengan salam
ke saya (beri dukungan), bagus sekali.”
 Mandiri: ayo sekarang coba lagi sendiri(beri dukungan), dapat diulang
beberapa kali. Mari kita coba dengan orang lain (dapat dicoba kepada
orang lain disekitar).”
5. Latihan bercakap-cakap dalam keluarga
Diskusikan percakapan dalam keluarga: Salam, berbagi penglaman, minta
bantuan. Beri contoh, dampingi dan klien mandiri melakukannya.
6. Latih klien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga
Ahmad dapat bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan
kegiatan sehari-hari atau kegiatan rumah tangga.
Apa saja kegiatan yang biasa dilakukan keluarga?
Apa saja kegiatan yang biasa Ahmad lakukan saat bersama keluarga?
Contoh : merapikan tempat tidur dengan ibu sambil bercakap-cakap
Damping: klien dan ibu merapikan tempat tidur
Mandiri : jadwalkan klien melakukan sendiri
7. Latihan bercakap-cakap dalam kegiatan social
Diskusikan kegiatan social yang biasa dilakukan, misalnya: belanja ke
warung, kegiatan ibadah (sholat jum’at, ke gereja, ke pura dan lain-lain).
Latihan belanja ke warung.
Siapkan catatan barang yang akan dibeli serta membawa uang.
Memberi salam kepada penjual di warung
 “Selamat pagi, saya mau beli gula 1 kg”
 “Berapa harganya?”
 “Ini uangnya, tunggu kembaliannya, lalu menghitung dengan
tepat.”
 “Terima kasih”
Beri contoh, damping dan klien melakukan sendiri.
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ahmad setelah latihan kegiatan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Apakah Ahmad masih ingat kegiatan apa saja yang telah kita latih bersama
tadi? Bagus sekali. Latihan berkenalan dengan orang baru, bercakap-cakap
dalam keluarga, melakukan kegiatan sambil bercakap-cakap dan latihan
kegiatan social.”
c. Rencana tindak lanjut klien
“Baiklah, mari kita masukan dijadwal kegiatan harian Ahmad.”
1) Berkenalan setiap kali bertemu dengan orang baru
2) Bercakap-cakap dalam keluarga saat pagi, sore, dan saat makan bersama.
3) Melakukan kegiatan sambil bercakap-cakap.
4) Melakukan latihan kegiatan social.
d. Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah, hari kamis silakan Ahmad datang ke Puskesmas agar diperiksa oleh
dokter. Jika dapat obat, nanti akan dijelaskan cara minum obat yang benar. Saya
akan periksa juga dengan latihannya.”
e. Salam
“Semoga cepat sembuh Ahmad”

STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) DENGAN KLIEN HARGA DIRI


RENDAH
1. Orientasi
a. Salam
“ Selamat Pagi, saya Ade, perawat dari Puskesmas Kutawaluya” “Siapa
namanya?” “Senang dipanggil apa?” “Saya panggil Ahmad ya.” “Tanggal
Lahirnya?”
b. Evaluasi
“Apa yang Ahmad Rasakan?” “jadi Ahmad malu keluar rumah.” “Sudah berapa
lama?”
c. Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya?” “Apakah berhasil.?”
d. Kontrak
1. Tindakan dan tujuan
“Bagaimana kalau saya periksa agar kita belajar cara mengatasinya?”
2. Waktu
“waktunya kira-kira 30 menit, apakah ahmad setuju?”
3. Tempat
“Kita lakukan disini saja ya?”
2. Kerja
a. Pengkajian
1. Penyebab
“Apa peristiwa yang terjadi sampai Ahmad malu keluar rumah?”
2. Tanda/gejala
“Apa yang Ahmad rasakan akibat peristiwa itu (sebutkan peristiwa
penyebab)? Apakah kehidupan Ahmad yang dapat dibanggakan? Apakah
kelebihan yang Ahmad rasakan?”
3. Akibat
“Apakah akibat dari Ahmad tidak keluar rumah? Apakah kehidupan
Ahmad semakin membaik atau sebaliknya.”
b. Diagnosis
“Ahmad merasa malu, tidak berarti dan merasa tidak bisa apa-apa. Kondisi ini
membuat Ahmad tidak ingin keluar rumah. Apakah Ahmad ingin belajar untuk
semangat dan bangkit kembali?”
c. Tindakan
“Baiklah saya akan bantu ahmad untuk mengatasi rasa malu dan tidak berarti
dengan beberapa langkah-langkah.”
1. Membuat daftar aspek positif atau kemampuan yang dimiliki “Ahmad,
mari kita tulis semua aspek positif dan kemampuan yang Ahmad miliki
dari dulu sampai saat ini.”
2. Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan
“Ahmad dari daftar aspek positif dan kemampuan ini mari kita tandai yang
masih dapat dilakukan.”
3. Memilih yang akan dilatih “Ahmad dari daftar aspek positif dan
kemampuan ini, yang mana yang akan dilatih, silahkan pilih?”
4. Melatih aspek positif dan kemampuan yang dipilih secara bertahap sampai
semua aspek positif dan kemampuan dilatih dan dibiasakan dilakukan
 Beri contoh melakukannya
 Damping klien melakukannya
 Beri kesempatan mandiri melakukannya
 Beri pujian atas keberhasilan
5. Menyusun jadwal melakukan aspek positif dan kemampuan yang dipilih.
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ahmad setelah latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Apa yang telah dilatih? Bagaimana langkah-langkahnya? Bagus sekali
c. Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal latihannya, berapa kali sehari, jam berapa?
Jangan lupa diceklis kalau sudah dilakukan dan rasakan manfaatnya.
d. Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah, hari kamis pagi datang ke Puskesmas bersama bapak, kita akan
periksa lagi kondisi dan latihannya serta diperiksa dokter. Jika dapat obat, nanti
akan dijelaskan cara minum obat yang benar.”
e. Salam
“Semoga cepat sembuh Ahmad”

Anda mungkin juga menyukai