Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI : HARGA DIRI


RENDAH TERHADAP Tn. A DI RUANG DAHLIA RSUD dr.DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH:

Muhammad Aldy Irfani


NIM : 2019.C.11a.1018

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Muhammad Aldy Irfani
NIM : 2019.C.11a.1018
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan Kebutuhan Aktualisasi Diri : Harga Diri Rendah Terhadap
Tn. A Di Ruang Dahlia Rsud Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh:

Pembimbing Akademik, Koordinator,

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners Meida Sinta.A, S.Kep.,Ners

Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Asuhan Keperawatan dan
Kebutuhan Dasar Manusia di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik
Praklinik Keperawatan I (PPK I) pada Program Studi S-1 Keperawatan. Selain itu, Asuhan
Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai
penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Laporan pendahuluan ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu. Meida Sinta.A, S.Kep.,Ners Selaku Kepala Ruangan Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya dan Pembimbing Klinik yang telah memberikan izin, informasi dan
membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di Ruang Dahlia RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini.
5. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis menyelesaikan Laporan
pendahuluan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan
Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang
membangun, untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan
sekian dan terima kasih.
Palangka Raya, 11 Maret 2021

Muhammad Aldy Irfani


DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................i


KATA PENGANTAR ..................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................3
1.3 Manfaat ................................................................................4
BAB II PENGELOLAHAN KASUS ....................................................... 5
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Aktualisasi Diri......................................5
2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri ...................................... 5
2.1.2 Definisi Harga Diri Rendah...................................... 6
2.2 Definisi Harga Diri Rendah Kronis...................................... 7
2.2.1 Faktor Penyebab Harga Diri Rendah........................ 8
2.2.2 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis .......... 9
2.2.3 Mekanisme Koping...................................................11
2.2.4 Penatalaksanaan Medis..............................................12
2.3 Pengkajian.............................................................................13
2.3.1 Analisa Data..............................................................15
2.3.2 Rumusan Masalah.....................................................17
2.3.3 Perencanaan...............................................................17
2.4 Asuhan Keperawatan Kasus..................................................20
2.4.1 Pengkajian.................................................................20
2.4.2 Analisa Data..............................................................27
2.4.3 Intervensi Keperawatan.............................................28
2.4.4 Implementasi dan Evaluasi........................................30
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN....................................................32
3.1 Kesimpulan............................................................................32
3.2 Saran......................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................33
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas
dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta mampu
menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa diterjemahkan sebagai suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari
seseorang. Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Febriani, 2008).
Himpitan hidup yang semakin berat di alami hampir oleh semua kalangan masyarakat sehingga
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa (Intan, 2010).
Gangguan kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial yang harus diatasi karena
sangat meresahkan masyarakat baik dalam bentuk dampak penyimpangan perilaku maupun
semakin tinginya jumlah penderita gangguan jiwa. Penyakit mental ini menimbulkan stress bagi
penderita dan keluarga nya. Semakin tingginya persaingan dan tuntutan dalam memenuhi
kebutuhan dapat menyebabkan seseorang mengalami stress merasa tertekan. Kebutuhan dapat
menyebabkan seseorang mengalami strees maka ia akan cenderung mengalami atau menujukan
gejala gangguan kejiwaan sehingga ia menjadi maladaptif terhadap lingkungan. Gangguan atau
masalah kesehatan jiwa yang berupa proses pikir maupun ganguan sensori persepsi yang sering
adalah harga diri rendah.
Menurut WHO (2016), masalah gangguan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah
yang sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari 4 orang di dunia mengalami
masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa.

Data Riskesdas tahun 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai
sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan
jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk.
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di daerah khusus pasien dengan
HDR jika tidak segera ditangani akan memberikan dampak yang buruk bagi penderita, orang
lain, ataupun lingkungan disekitarnya. Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan
dibutuhkan peran perawat yang optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu
klien memecahkan masalah yang dihadapinya dengan memberikan penatalaksanaan.
Penatalaksanaan yang diberikan antara lain meliputi farmakologis dan non-farmakologis.
Penatalaksanaan farmakologis antara lain dengan memberikan obat-obatan antipsikotik. Adapun
penatalaksanaan non-farmakologis dari harga diri rendah dapat meliputi pemberian terapi-terapi
modalitas (Direja, 2011).
Seseorang yang menderita harga diri rendah cenderumg mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan gangguan konsep diri : harga diri rendah dimana klien merasa tidak
percaya diri. Selain itu klien merasa gagal mencapai keinginan mengkritik diri sendiri, mudah
tersinggung dan menarik diri secara sosial (Yosep, 2007).
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perlaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi
adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat walaupun melakukan
kesalahan,kekalahan tanpa merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga (Stuart &
Sundeen 1998). Kebutuhan dasar manusia menurut H.Maslow pada dasarnya mempunyai lima
hierarki (1) kebutuhan fisiologis (physioogical needs) (2) kebutuhan rasa aman (safety
needs) (3) kebutuhan kasih sayang (love needs) (4) kebutuhan harga diri (esteem needs) (5)
kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).
Peran perawat dalam menangani pasien harga diri rendah di rumah sakit salah satunya
melakukan penerapan standar asuhan keperawatan yang mencakup penerapan strategi
pelaksanaan harga diri rendah. Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan
keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah
keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan pada pasien harga diri rendah
mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki klien, mengoptimalkan aspek positif yang
masih dimilikinya serta minum obat dengan teratur (Akemat dan Keliat, 2010).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Karya Tulisan Ilmiah ini agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah demgan prioritas masalah
kebutuhan dasar aktualisasi diri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan harga diri.
2. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan harga diri.
3. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan harga diri.
4. Mahasiswa mampu meleksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan harga diri.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan harga diri.
1.3 Manfaat
1. Bagi klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien mengatasi harga
diri rendahnya,sehingga klien dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan bekerja
sama dengan orang lain dan mampu memandang dirinya secara positif.
2. Bagi Mahasiswa
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
yangbermakna bagi mahasiswa dalam memberikan asuahan keperawatan pada
kliendengan gangguan harga diri rendah sekaligus mahasiswa mempunyai
pemahaman yang lebih baik tentang cara pemenuhan kebutuhan dasar yang terkait
dengan gangguan harga diri rendah.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi
Diri
2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari
semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan
dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah
besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi beralih dari
segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat
perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian
(Arianto, 2009).
Ahli jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs
menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan
pencapaian tertinggi seorang manusia.Maslow menemukan bahwa tanpa memandang
suku asal-usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan
atau pencapaian dalam kehidupannya.
Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam
tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan
paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat
selanjutnya. Kebutuhan paling tertinggi dalam hirarki kebutuhan individu Abraham
Maslow adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati
apabila ingin mencapai kesuksesan.

2.1.2 Defenisi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat
dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan
hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu dalam mencapai
keinginan (Fitria, 2009).
Menurut Fitria (2009),harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
Etiologi harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.

c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai


pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada
klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan
life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang,
misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).
2.2 Definisi Harga Diri Rendah Kronis
Harga rendah kronis merupakan perasaan over negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang di ekspresikan secara langsung maupun secara
tidak langsung melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat (Stuart dan Sundeen,2002).
Menurut Carpenito, L.J (2010), tanda dan gejala harga diri rendah kronis adalah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.

3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh
dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan.
2.2.1 Faktor Penyebab Harga Diri Rendah
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan individu yang meliputi :
1) Adanya penolakan dari orang tua.
2) Kurang pujian dan kurangnya pengakuan dari orang tua.
3) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
2. Faktor Prespitasi
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa
rendah diri.

b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau


menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, penganiayaan fisik,
kecelakaan, bencana alam dan perampokan.
RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK: HALUSINASI

HARGA DIRI RENDAH

KOPING INDIVIDU

TIDAK EFEKTIF

TRAUMATIK TUMBUH KEMBANG


Gambar 2.1. Pohon Masalah

2.2.2 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis


Individu yang kurang mengerti akan arti tujuan hidup akan gagal menerima tanggung
jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan gagal
mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu
termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut
diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah kronis adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,pola asuh yang tidak tepat,
misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan
yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan
individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau
kopingnya maladaptive. Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri
rendah adalah isolasi sosial : menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya
diketahui oleh orang lain. (Stuart dan Sundeen 2006).
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam
beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan mengungkapkan keputusan akibat
penyakitnya dan mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memilki
konsep diri yang positif adalah : Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang
ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah
yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri,tidak sombong, mencela atau
meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia
menerima pujian tanpa rasa malu tanpa mengilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia
menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak
seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu
memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek- aspek kepribadian tidak disenangi dan
berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk menginstropeksi dirinya sendiri sebelum
menginstropekesi orang lain dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima
lingkungannya.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan untuk
melakukan dengan penyesuaian diri. (Stuart dan Sundeen 2006) .
2.2.3 Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri sendiri yang menyakitkan.
Pertahanan jangka pendek meliputi:
1. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis misalnya:
menonton konser musik, menonton televisi secara obsesif.
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut dalam klub
sosial, agama, kelompok, gerakan.
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasan diri yang tidak
menentu, misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademis, kontes untuk
mendapatkan popularitas.
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di luar dari
hidup yang tidak bermakna saat ini, misal: penyalahgunaan obat.

Pertahanan jangka panjang mencakup:


1. Penutupan identitas–adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Identitas negativ-asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat (Stuart, 2006).
2.2.4 Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada
masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
1. Psikofarmaka berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang
termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk
antipsikotik).
2. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana
dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan untuk
menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan
pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
2.3 Pengkajian
1. Faktor predisposisi
Terjadinya gangguan konsep harga diri rendah kronis juga dipengaruhibeberapa faktor
predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dankultural.
a. Faktor biologis, biasanya karna ada kondisi sakit fisik yang dapatmempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampakpada keseimbangan
neurotransmiter di otak contoh kadar serotonin yangmenurun dapat mengakibatkan
klien mengalami depresi dan pada pasiendepresi kecendrungan harga diri rendah
kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran pikiran negatif dan
tidak berdaya.
b. Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat berhubungan dengan
pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang
dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi orang tua
yang penolakkan orang, harapan o-rang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak
percaya terhadap anaknya, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan
jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
c. Faktor sosial sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri
rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan,
kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu.
d. Faktor kultural: tunutunan peran sosial kebudayaan sering meningkatkan kejadian
harga diri rendah kronis antara lain: wanita sudah harus menikah jika umur mencapai
dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme.
2. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi
konsep diri dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat
misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang
terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart
dan sundeen,1991).

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai berikut:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa


yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tigajenistransisiperan:
a. Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai- nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangny aanggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh perubahan fisik yang berhubungan tumbuh
kembang normal dan prosedur medis dan keperawatan (Stuart,1998).
2.3.1 Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehata klien,
kemapuan klien unuk menegelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari
medis atau profesi kesehatan lainya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau
respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatanya serta hal- hal yang mencakup tindakan
yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry 2005).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menetukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan
lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
merencanakn asuhan keperawatan, serta tindakan keperwatan untuk mengatasi masalah-masalah
klien. pengumpulan data dimulai sejak pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data
(Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data studi kasus dalam Penulisan Tulisan Ilmiah ini antra lain
sebagai berikut :
1. Memperoleh informasi tentang kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah – langkah berikutnya
Data yang perlu dikaji ada dua tipe sebagai berikut :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi,
perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya : tentang nyeri, perasaan lemah ketakutan, kecemasan, frustasi, mual,
peasaan malu (Potter dan Perry, 2005).
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur , dapat diperoleh menggunakan pabca indera
(lihat, dengar, cium dan raba) selama pemeriksaa fisik . Misalnya : Frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah, berat badan tingkat kesadaraan (Potter dan Perry,
2005).Sedangkan data yang diperoleh pada pengkajian yang dilakukan Tn. H sebagai
berikut :
a. Data objektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri.
b. Data subjektif
Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak tahu apa-apa,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
2.3.2 Rumusan Masalah
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
2.3.3 Perencanaan
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanan dimana perawat akan
menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi masalahnya, perencanaan
disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Yosep, 2009).
1. Tindakan keperawatan untuk klien harga diri rendah yaitu :
a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut perawat dapat :
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapatdigunakan
b) Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan klien
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
2. Tindakan keperawatan pada pasien Isolasi sosial yaitu :
a. Membina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
2) Berkenalan dengan klien. perkenalan nama panggilan yang saudara sukai,
tanyakan nama dan nama panggilan klien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
4) Buat kontrak asuhan keperawatan , mencakup hal – hal apa yang saudara akan
lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan dan dimana tempatnya .
b. Menyadari penyebab isolasi sosial
1) Tanyakan siapa saja orang yang satu rumah dengan klien
2) Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa sebabnya
3) Tanyakan setiap orang yang tidak dekat dengan klien dan apa sebabnya.
c. Mengetahui keuntungan dan kerugiaan berinteraksi dengan orang lain
1) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
2) Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain
3) Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memilki banyak teman dan tidak
bergaul akrab dengan mereka
4) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jl. Beliang No.110 Telp/Fax (0536) 3227707

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Muhammad Aldy Irfani


Nim : 2019.C.11a.1018
Ruang Praktek : Dahlia
Tanggal Praktek : 13 Maret 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 13 Maret 2021
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 31Tahun
Jenis Kelamin : Laki-LAki
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl.A gang B
No.Regristasi : 123-XXX
Diagnosa Medis : Skizofenia Paranoid

B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien datang dengan keluhan sudah seminggu yang lalu klien mudah tersinggung, emosi labil, dan
marah-marah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu lebih kurang setahun yang lalu muncul dengan
gejala tersebut (mudah tersinggung, emosi labil, marah-marah). Klien merasa lemah, menolak terhadap
kemampuan sendiri dan ingin mencederai diri sendiri. Klien merasa keluarga tidak memperdulikan
dirinya lagi. Klien juga merasa hidupnya tidak berguna lagi.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ( Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi )


a. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk rumah sakit jiwa karena suka marah-
marah, merusak alat rumah tangga serta bicara dan tertawa sendiri.
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Klien mendapat perawatan dari rumah sakit serta obat-obatan
c. Pernah dirawat / dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dioperasi.
d. Lama dirawat
Sebelumnya klien di rawat tahun 2011 selama 6 bulan.
e. Alergi
Klien tidak mengalami riwayat alergi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
A. Orang Tua
Klien mengatakan orang tuanya tidak mengalami penyakit seperti dirinya.
B. Saudara kandung
Klien mengatakan saudaranya tidak mengalami penyakit seperti dirinya.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa seperti dirinya.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang meninggal.
F. Genogram
Klien anak 5 dari 5 bersaudara

GENOGRAM KELUARGA

: Ayah

: Ibui

: Anak

: Klien

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Normal

2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Normal
b. Ekspresi Wajah : Kontak mata mudah beralih kearah yang tak menentu dan sulit
konsentrasi.
c. Bentuk badan : Normal
d. Cara berbaring/bergerak : Normal
e. Bicara : Kooperatif
f. Suasana Hati : Klien tampak sedih dan tidak bergairah serta iri dengan teman-
temannya karena klien belum bisa membahagiakan ibunya seperti
teman-teman lainnya
g. Penampilan : Rapi
h. Fungsi kognitif : :
 Orientasi Waktu : Normal/Baik
 Orientasi Orang : Normal/Baik
 Orientasi Tempat : Normal/Baik
i. Halusinasi : Dengan / Akustik Lihat / Visua
Lainnya...........................
j. Proses Berfikir : Blocking Cricumstansial
Flight oh ideas Lainnya ............................
k Insight : Baik Mengingkari
Menyalahkan Orang lain
l. Mekanisme Pertahanan Diri Adaftip Mal Adaftip
m. Keluhan Lainnya :-

3. Tanda-tanda Vital :
0
a. Suhu/T : 37 C Axilla Rektal Oral
b. Nadi /HR : 80 x/Menit
c. Pernapasan/RR : 18 x/Menit
d. Tekanan Darah/BP : 120/80 mmHg

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok :- Batang/hari
Batuk, sejak : -
Batuk darah, sejak : -
Sputum, warna : -
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe Orthopnoe Lainnya ……………………..
Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya ………………………………………
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesikuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya ……………….
Keluhan lainnya :-
Masalah Keperawatan :-
5. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ………………….Cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak Melihat
Vena Jugularis Tidak Meningkat Meningkat
Suara Jantung Normal, “Lub-Dub”
Ada kelainan ………………………………………...................
Keluhan Lainnya : -
Masalah : -

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E (4) : -
V (5) : -
M (6) : -
Total Nilai GCS (15) : -
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Soporus Coma Sulit dinilai
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis

Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif


Kiri Posistif Negatif

Nyeri, lokasi …………………………….


Vertigo Gelisah Aphasia Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Tremor
Pelo

Uji Syaraf Kranial :


Nervus Kranial I: (olfaktorius)Penghidu Normal
Nervus Kranial II : (Optikus) penglihatan Normal
Nervus Kranial III: (Okulomotoris) Pergerakan mata ke dalam, ke atas, elevasi alis, mata kontraksi pupil,
reaksi bersamaan Normal
Nervus Kranial IV: (Trokhlearis)Pergerakan mata ke bawah, keluar
Nervus Kranial V: (Trigeminus) Mengunyah, sensasi wajah, kulit, kepala, dan gigi) Normal
Nervus Kranial VI: (Abdusen) Pergerakan mata lateral Normal
Nervus Kranial VII: (Facialis) Ekspresi Wajah Normal
Nervus Kranial VIII : (Akustikus) Pendengaran dan keseimbangan Normal
Nervus Kranial IX : (Glosofaringeus) Menelan, Pengecapan Normal
Nervus Kranial X : (Vagus) Menelan Berbicara Normal
Nervus Kranial XI : (Asesoris) Pergerakan bahu, rotasi kepala Normal
Nervus Kranial XII: (Hipoglosus) Pergerakan Lidah Normal
Uji Koordinasi :
Ekstremitas Atas : Jari Ke Jari Positif Negatif
Jari Ke Hidung Positif Negatif
Ekstremitas Bawah : Tumit Ke Jempol Kaki Positif Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif
Refleks :
Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala............... Trisep :
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Brakioradialis
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Patella
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Akhiles
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Refleks Babinski
Kanan +/- Kiri +/-
Refleks Lainnya : -.
Uji Sensasi : -
Keluhan Lain : -
Masalah Keperawatan :

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urin : 400/2000 cc 5-6 x/hr
Warna : Kuning muda
Bau : Berbau khas
Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
Poliuri Panas Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya : -
Masalah Keperawatan : -

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Mulut dan Faring
Bibir : Simestris
Gigi : Simestris
Gusi : Simestris
Lidah : Simestris
Mukosa : Simestris
Tonsil : Simestris
Rectum : Normal
Haemoroid : Normal
BAB : 2x/hr Warna : Kuning Kecoklatan Konsistensi : -
Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung
Feaces berdarah Melena Obat pencahar Lavement

Bising usus : Normal


Nyeri tekan, lokasi : -
Benjolan, lokasi : -
Keluhan Lainnya : BAK terakhir malam hari
Masalah Keperawatan : -

9. TULANG – OTOT – INTEGUMEN ( BONE )


Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Parese/lemah, lokasi …………………………………………
Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi ……………………………………….
Hemiparese, lokasi ……………………………………………………….
Nyeri, lokasi ………………………………………….
Bengkak, lokasi ………………………………………
Kekakuan,Lokasi .........................................................
Flasiditas .....................................................................
Spastisitas, Lokasi .......................................................
Ukuran Otot Simetris
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Uji Kekuatan otot : Ekstrimitas Atas………… . Ekstrimitas Bawah…………………
Deformitas tulang, lokasi ……………………………….
Peradangan, lokasi ………………………………………
Perlukaan, lokasi ………………………………………..
Patah tulang, lokasi ……………………………………..
Tulang Belakang Normal Skoliosis
Kifosis Lordosis

10. KULIT – RAMBUT - KUKU


Riwayat Alergi Obat ………………………………………………………..
Makanan ……………………………………………………
Kosametik ………………………………………………….
Lainnya ……………………………………………………..
Suhu Kulit Hangat Panas Dingin
Warna kulit Normal Sianosis/biru Ikterik/kuning
Putih/pucat Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor Baik Cukup Kurang
Tekstur Halus Kasar
Lesi : Macula, lokasi …………………………
Pustula, lokasi …………………………
Nodula, lokasi …………………………
Vesikula, lokasi …………………………
Papula, lokasi …………………………
Ulcus, lokasi …………………………….
Jaringan Parut, lokasi ……………………………………………………….....................

Tekstur rambut : Halus


Distribusi rambut : -
Bentuk kuku Simetris Irreguler
Clubbing Finger Lainnya ……………….
Masalah Keperawatan :

11. SISTEM PENGINDRAAN


a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur Ganda Buta/gelap
Gerakan bola mata Bergerak normal Diam Bergerakspontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :-
Mata Kiri (VOS) :-
Sclera : Normal/putih Kuning/ikterus Merah/hifema
Konjunctiva Merah muda Pucat/anemic
Kornea Bening Keruh
Alat Bantu Kacamata Lensa kontak Lainnya ………….
Nyeri :-
Keluhan Lain :-
Masalah :-
b. Telinga/Pendengaran :
Fungsi Pendengaran : Berkurang Berdengung Tuli
c. Hidung/Penciuman :
Bentuk : Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna : - Integritas : -
Septum nasal Deviasi Perforasi Peradarahan
Sekresi, warna …………………
Polip Kanan Kiri Kanan dan kiri
Masalah Keperawatan : -

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa Ya Tidak
Jaringan Parut Ya Tidak
Kelenjar limfe Teraba Tidak teraba
Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba
Mobilitas leher Bebas Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi : …………………………........
Gatal-gatal, lokasi : …………………………........
Gland Penis : ……………………………….
Maetus Uretra : …………………………….....
Discharge , warna : ………………………….........
Srotum : ……………………………….
Hernia : ……………………………….
Kelainan : ……………………………………………………………………..
..........................................................................................................
Keluhan lain : ……………………………………………………………………..
..........................................................................................................
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, lokasi : ………............………….....…………
Gatal-gatal, lokasi : ............……………….....……………
Perdarahan : …………………….....………………
Flour Albus : ……………….......…………………..
Clitoris : ……………………………………….
Labia : ……………………………………….
Uretra : ………………………………………..
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan : ………….............………. minggu
Taksiran Partus : ……………………...……
Lainnya : ......................................................................................................
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna areola …………………………………………..
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan Lainnya : -
Masalah keperawatan : -

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien tidak nafsu makan
2. Nutrisi dan Metabolisme
TB : 170 Cm
BB Sekarang : 60 Kg
BB Sebelum sakit : 61 Kg
Diet : -
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus : -
Rendah Garam Rendah Kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya ………………
Mual Muntah ……….. kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Keluhan Lainnya :

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekeunsi/hari 2x/hari 3x/hari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Klien tidak nafsu makan Klien nafsu makan
Jenis Makanan jenis nasi + lauk pauk dan sayur dan klien jenis nasi + lauk pauk dan sayur dan

apa yang dimasak keluarga nya dimakan klien apa yang dimasak keluarga nya

dimakan
Jenis Minuman Tidak ditentukaan Tidak ditentukan
Jumlah minuman/cc/24 jam 1500 cc 20000 cc
Kebiasaan Makan - -
Keluhan/masalah - -
Masalah Keperawatan : -

3. Pola istirahat dan tidur :


9 jam sehari
Pagi : 1 jam
Malam : 8 Jam
Masalah Keperawatan :-

4. Kognitif : -
Masalah Keperawatan : -

5. Konsep Diri :
Gambaran Diri : Klien menyukai bagian muka dengan alasan klien kalau tanpa ada muka seseorang itu
tidak akan pantas dan pasti menakutkan
Ideal Diri : Klien ingin cepat sembuh dan melakukan aktivitas seperti biasa (membantu orang
tuanya ) dan dapat berkerja
Identitas Diri : Klien seorang dan belum menikah
Harga Diri : Klien mengatakan dirinya merasa tidak berguna lagi dengan keadaan
sekarang dan tidak mampu membantu ibunya yang sudah tua
Peran : Klien sebagai anak dalam keluarganya
Masalah Keperawatan : -

6. Aktivitas Sehari-hari :
Membantu orangtua dirumah
Masalah Keperawatan : -

7. Koping-Toleransi terhadap Stress : -


Masalah Keperawatan: -

8. Nilai-Pola Keyakinan : -
Masalah Keperawatan : -

E. SOSIAL – SPIRITUAL.
1. Kemampuan berkomunikasi :
Kooperatif
2. Bahasa sehari-hari :
Bahasa Indonesia

3. Hubungan dengan Keluarga :


Klien mengatakan hubungan dengan kelurga nya baik

4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :


Klien mengatakan hubungan dengan tetangganya baik dan hubungan dengan masyarakat nya baik

5. Orang berarti/terdekat :
Bagi klien orang yang berarti adalah orang tua nya (ibu)

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :


Membantu ibu

7. Kegiatan beribadah :
Tidak ada kendala

F. DATA PENUNJANG ( RADIOLOGIS. LABORATORIUM, PENUNJANG LAIN)

Pemeriksaan Tanggal 17-03-2021


No Parameter Hasil Nilai Normal
1

Pemeriksaan Tanggal 17-03-2021

No Parameter Hasil Nilai Normal


1

Hasil Pemeriksaan

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Obat/Terapi Medis Dosis Indikasi Kontraindikasi

Palangka Raya…………………………………
Mahasiswa,

(…………………………………………..)
NIM :

ANALISIS DATA

No Analisa Data Penyebab Masalah


1. DS: Faktor Presipitasi Harga diri
 Klien mengatakan
rendah kronis
merasa malu pada
dirinya sendiri dan orang
lain karena penyakitnya.
 Klien merasa sedih
karena orang tuanya
menggangap bahwa klien
belum sembuh.
DO :
 Ketika klien
menceritakan masalah
klien tampak lesu dan
tidak bersemangat selalu
menunduk dan
menghindari kontak mata
dengan
perawat.
2 DS : Faktor Predisposisi. Isolasi Sosial
Klien mengatakan ia jarang
bergaul maupun
bersosialisasi dengan orang
lain karena malu akan
penyakitnya.
DO :
 Klien sering pergi
keluyuran dari rumah
ketika klien mengalami
masalah.
 Kurang dalam kontak
mata.
Afek sedih.

PRIORITAS MASALAH

1. Harga diri rendah kronis


2. Isoslasi Sosial
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. A


Ruang Rawat : Dahlia
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1. Verbalisasi penerimaan diri 1. Pernyataan klien tentang
1. Harga Diri Rendah dengan skala 3. 1. Monitor pernyataan klien mengenai harga pandangan harga diri klien.
Kronis 2. Penerimaan keterbatasan diri diri. 2. Kemampuan positif yang dimilik
dengan skala 3. 2. Bantu klien untuk klien dapat meningkatkan percaya
3. Mempertahankan kontak mengidentifikasi kemampuan dan diri.
mata dengan skala 3. aspek positif yang dimiliki. 3. Klien dapat menerima keadaan
4. Penerimaan terhadap kritik 3. Bantu klien untuk menemukan penerimaan ekarang.
yang membangun dengan diri. 4. Penghargaan atau pujian akan
skala 3. 4. Fasilitasi lingkungan dan kegiatan yang akan memotivasi klien dalam kemajuan
5. Mempertahankan meningkatkan harga diri. yang telah dilakukan.
penampilan dan kebersihan 5. Berikan penghargaan atau pujian terhadap 5. Kritik diri akan membuat klien
diri dengan skala 3. klien atas kemajuan klien mampu mengenali dirinya.

2.Isolasi Sosial 1. Penampilan perilaku peran 1. Fasilitasi diskusi mengenai bagaimana


1. Penghargaan atau pujian aka
orang tua. adaptasi peran keluarga untuk dapat
2. Melakukan peran sesuai mengkompensasi peran anggota keluarga memotivasi klien dalam kemajua
harapan. yang sakit menghargai peran
3. Pengetahuan tentang masa 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi periode 2. Klien dapat menerima peran dan
perubahan peran. transisi peran pada keseluruhan rentang periode transisi dalam
kehidupan. kehidupan
3. Fasilitasi diskusi mengenai harapan diantara 3. Berikan penghargaan atau pujian
pasien dan orang yang penting bagi pasien dalam memotivasi klien
dalam hal peran yang saling bergantung satu mengenai peran antar saling
sama lain. bergantung dengan yang lainnya.
4. Dukung pasien untuk mengidentifikasi
4. Memberikan kenyamanan dala
gambaran realistik dari adanya perubahan
peran. mengidentifikasi adanya perubaha
peran serta gambaran yang realistik

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Tanda Tangan Dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Kamis/13 1. Mengkaji pemahaman klien tentang harga S:
diri dengan menanyakan kepada klien  Klien mengatakan bahwa keluarga menggangap (Muhammad Aldy
Maret 2021 Irfani)
bagaimana pendapat orang lain tentang klien mengalami gangguan jiwa.
menurut klien.  Klien dapat melakukan pekerjaan positifnya
2. Mengkaji kemampuan positif yang dimiliki dengan baik.
klien.  Klien mengatakan ingin segera sembuh dan kembali
3. Memotivasi dalam menetapkan tujuan yang berkumpul dengan keluarga.
realistis. O:
4. Fasilitasi lingkungan dan kegiatan yang  Klien terlihat baik melakukan pekerjaanya.
akan meningkatkan harga diri.  Klien menunjukkan ekspresi senang ketika
5. Memberikan penghargaan atau pujian diberi pujian.
kepada klien atas kemajuan klien. A:
 Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
dengan skala 3.
 Penerimaan keterbatasan diri dengan skala 3.
 Mempertahankan kritik dari orang lain skala 3.
P:
 Intervensi dilanjutkan.
 Melatih perilaku yang dapat meningkatkan harga
diri.
 Pantau Aktivitas.
Jum’at/14 1. Mengkaji klien untuk mengenali dan S: (Muhammad Aldy
mendiskusikan pemikiran dan perasaan.  Klien mengatakan perasaannya masih sedih. Irfani)
Maret 2021
2. Membantu klien untuk menyadari bahwa semua  Klien mengatakan dampak penyakit yang
orang adalah unik. dialaminya adalah dia tidak dapat melakukan
3. Membantu klien untuk mengidentifikasi pekerjaan dengan percaya diri.
dampak penyakit atas harga diri. Klien mengatakan sumber motivasinya adalah
4. Membantu klien untuk sadar akan hal negatif keluarga.
tentang diri. O:
5. Membantu klien untuk mengidentifikasi  Klien tampak senang dengan perbincangan yang
sumber motivasi. dilakukan.
A:
 Membedakan diri dari lainnya dan lingkungan dengan
skala 4.
P:
 Intervensi dilanjutkan
 Menyatakan perasaan ke orang lain dengn skala 4
Pantau Aktivitas.

Sabtu, 15 1. Memotivasi klien untuk meningkatkan S:


Maret 2021 hubungan interaksi.  Klien mengatakan sudah mampu berkenalan dan
2. Membantu klien untuk meningkatkan harga bersosialisasi dengan teman-temannya.
diri.  Klien mampu mengerjakan aktivitas
3. Ajarkan sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
bersosialisasi agar meningkatkan harga diri.  Klien mengatakan berkomitmen akan
4. Mendorong klien untuk terlibat mengikuti segala aktivitas yang telah disusun dengan
dalam aktivitas kelompok atau baik.
individu seperti TAK atau O:
beribadah.  Klien mulai berinteraksi dengan teman-temannya.
5. Mengajarkan klien untuk melakukan aktivitas  Wajah klien mengalami perubahan suasana ceria.
menyapu dan mengepel. A:
 Berpartisipasi sebagai sukarelawan, pada aktivitas
organisasi, atau pada kegiatan keagamaan.
P:
 Intervensi dilanjutkan.
 Berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan dengan
orang lain.
 Pantau Aktivitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengakajian yang dilakukan kepada Tn. A seseorang dengan
harga diri rendah terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak
rapi dan selera makan berkurang. Tn. A juga tidak berani menatap lawan bicara. Tn. A
nampak tidak bersemangat dan kurang kosentrasi, tampak lesu. Klien juga mengatakan
dia malu terhadap dirinya sendiri akibat penyakitnya. Klien juga merasa merendahkan
martabat seperti : “saya tidak bisa”, “saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa”. Dari
data diatas Tn. H mengalami isolasi sosial dan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa yang hendak melakukan asuhan keperawatan hendaknya lebih
dahulu memahami tentang kebutuhan dasar klien yang terkait dengan masalah harga diri
rendah sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang bersifat
komprehensif.
3.2.2 Bagi Klien
Sebaiknya klien mampu menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan
perawat dan tim kesehatan lainnya serta untuk mempercepat proses penyembuhan klien
sekaliogus meningkatkan kesiapan keluarga dalam merawat klien di rumah sehingga
kesehatan klien membaik.
DAFTAR PUSTAKA

Arianto. (2009). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktualisasi Diri.

Carpenito , L.J. (2010). Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis.

Direja. (2011). Konsep dan Aplikasi Keperawatan jiwa.

Febriani. (2008). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC Fitria dan

herman. (2009). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta:EGC

Intan. (2010). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. A (2010). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC.

Potter.P.A dan Perry, A.G, (2005). BukuAjar : Fundamental Keperawatan.

Potter.P.A dan Perry, A.G, (2006). BukuAjar : Fundamental Keperawatan.

Prabowo. E (2016). Konsep dan Aplikasi Keperawatan Jiwa.

Purba, J. M (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa.

Stuart dan Sundeen (2006). Asuhan Keperawatan Jiwa :Graha Ilmu.

WHO. (2016). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC Yosep.

(2007). Konsep dasar dan Aplikasi Keperawatan Jiwa.

http://eprints.ums.ac.id/46065/3/GARRY%20FINISH%20UPLOAD.pdf

Anda mungkin juga menyukai