Disusun oleh :
Malisa
Nim : 2019.C11a.1017
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri
mempunyai sifat yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi
yang bersangkutan, tetapi disisi lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat. Nyeri
bukan hanya merupakan modalitas sensori tetapi juga merupakan suatu
pengalaman. Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP),
nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan adanya atau potensi rusaknya jaringan
atau keadaan yang menggambarkan kerusakan jaringan tersebut. Berdasarkan
definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek
fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan
psikologis).
Nyeri akut merupakan sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. Adapun
yang menjadi manfaatnya antara lain: manfaat berupa mekanisme proteksi,
mekanisme defensif, dan membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Di
lain pihak, nyeri tetaplah merupakan derita belaka bagi siapapun, dan semestinya
ditanggulangi oleh karena menimbulkan perubahan biokimia, metabolisme dan
fungsi sistem organ. Bila tidak teratasi dengan baik nyeri dapat mempengaruhi
aspek psikologis dan aspek fisik dari penderita. Aspek psikologis meliputi
kecemasan, takut, perubahan kepribadian dan perilaku,gangguan tidur dan
gangguan kehidupan sosial. Sedangkan dari aspek fisik, nyeri mempengaruhi
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas.
Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik)
atau yang tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya sentuhan ringan,
kehangatan, tekanan ringan. Nyeri dapat dirasakan/terjadi secara akut, dapat pula
1
3
dirasakan secara kronik oleh penderita. Nyeri akut akan disertai heperaktifitas
saraf otonum dan umumnya mereda dan hilang sesuai dengan laju proses
penyembuhan. Pemahaman tentang patofisiologi terjadinya nyeri sangatlah
penting sebagai landasan menanggulangi nyeri yang diderita oleh penderita. Bila
pengelolaan nyeri dan penyebab nyeri akut tidak dilaksanakan dengan baik, nyeri
itu dapat berkembang menjadi nyeri kronik. Nyeri sampai saat ini merupakan
masalah dalam dunia kedokteran. Nyeri bukan hanya berkaitan dengan kerusakan
struktural dari sistem saraf dan jaringan saja, tetapi juga menyangkut kelainan
transmiter yang berfungsi dalam proses penghantaran impuls saraf.
1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari asuhan keperawatan ini adalah sebagai
berikut:
1.1.1 Apa definisi nyeri?
1.1.2 Bagaimana anatomi fisiologi nyeri?
1.1.3 Apa klasifikasi nyeri?
1.1.4 Bagaimana patofisiologi nyeri?
1.1.5 Apa manifestasi klinis nyeri?
1.1.6 Bagaimana penatalaksanaan medis nyeri?
1.1.7 Bagaimana asuhan keperawatan nyeri?
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Untuk mengetahui definisi nyeri.
1.2.2 Untuk mengetahui anatomi fisiologi nyeri.
1.2.3 Untuk mengetahui klasifikasi nyeri.
1.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi nyeri.
1.2.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis nyeri.
1.2.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis nyeri.
1.2.7 Untuk mengetahui asuhan keperawatan nyeri.
1.3 Manfaat
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri
mempunyai sifat yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi
yang bersangkutan, tetapi disisi lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat
(Syaifudin,2011).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial menyebabkan
kerusakan jaringan (Perry & Potter, 2010).
Nyeri bukan hanya merupakan modalitas sensori tetapi juga merupakan
suatu pengalaman. Menurut The International Association for the Study of Pain
(IASP), nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya atau potensi
rusaknya jaringan atau keadaan yang menggambarkan kerusakan jaringan
tersebut. Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari
komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek
emosional dan psikologis).
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dibagi menjadi:
1) Nyeri somatik luar
Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membran
mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar, jatam dan terlokalisasi
2) Nyeri somatik dalam
Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat
rangsangan pada otot rangka, tulang, sendi, dan jaringan ikat.
3) Nyeri viseral
Nyeri karena perangsangan organ viseral atau membran yang menutupinya
(pleura parietalis, perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi lagi
menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi, nyeri alih
viseral dan nyeri alih parietal. Klasifikasi yang dikembangkan oleh IASP
didasarkan pada lima aksis yaitu:
(1) Aksis I : Regio atau lokasi anatomi nyeri.
(2) Aksis II : Sistem organ primer di tubuh yang berhubungan dengan
timbulnya nyeri.
(3) Aksis III : Karekteristik nyeri atau pola timbulnya nyeri (tunggal,
reguler, kontinyu).
(4) Aksis IV : Awitan terjadinya nyeri.
(5) Aksis V : Etiologi nyeri.
2) Nyeri neurogenik
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada
sistem saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh cedera pada jalur serat saraf
perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut saraf, dan terpotongnya saraf
perifer. Sensasi yang dirasakan adalah rasa panas dan seperti ditusuk-tusuk
dan kadang disertai hilangnya rasa atau adanya sara tidak enak pada
perabaan. Nyeri neurogenik dapat menyebakan terjadinya allodynia. Hal ini
mungkin terjadi secara mekanik atau peningkatan sensitivitas dari
noradrenalin yang kemudian menghasilkan sympathetically maintained pain
(SMP). SMP merupakan komponen pada nyeri kronik. Nyeri tipe ini sering
menunjukkan respon yang buruk pada pemberian analgetik konvensional.
3) Nyeri psikogenik
Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misalnya cemas dan
depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang.
2.4 Patofisiologi
Bila terjadi kerusakan jaringan/ancaman kerusakan jaringan tubuh, seperti
pembedahan akan menghasilkan sel-sel rusak dengan konsekuensi akan
mengeluarkan zat-zat kimia bersifat algesik yang berkumpul sekitarnya dan dapat
menimbulkan nyeri. akan terjadi pelepasan beberapa jenis mediator seperti zat-zat
algesik, sitokin serta produk-produk seluler yang lain, seperti metabolit
eicosinoid, radikal bebas dan lain-lain. Mediator-mediator ini dapat menimbulkan
efek melalui mekanisme spesifik.
Tabel 2.1 Zat-zat yang timbul akibat nyeri
Zat Sumber Menimbulkan Efek pada aferen
nyeri primer
Kalium Sel-sel rusak ++ Mengaktifkan
Seroronin Trombosis ++ Mengaktifkan
Bradikinin Kininogen plasma +++ Mengaktifkan
Histramin Sel-sel mast + Mengaktifkan
Prostaglandin Asam arakidonat dan sel rusak ± Sensitisasi
Lekotrien Asam arakidonat dan sel rusak ± Sensitisasi
Substansi P Aferen primer ± Sensitisasi
Pathway
Deformitus
( Edem, Lesi, Tanda Infeksi, Pus/Nanah )
Reseptor Nyeri
( A Delta Dan Serabut C )
Spinal Cord
Thalamus Cortrex Cerebral
Effector
11
MK : Rasa Nyeri
sambil membaca mantra atau doa dalam hati, sambil melakukan ekspirasi
udara paru (Sutanto, 2017).
BAB 3
ASUHAN KEPERWATAN
3.1 Pengkajian
1) Kaji karakteristik PQRST
(1) Palliative : aktivitas yang membuat nyeri makin parah
(2) Qualitas : Bagaimana nyeri yang dirasakan, apakah terasa tajam,
tumpul seperti terbakar, tertindih benda berat, tertusuk, menjalar.
(3) Region : Di lokasi mana nyeri dirasakan.
(4) Severity : Intensitas nyeri.
(5) Time : Kapan nyerei mulai dirasakan.
2) Kaji riwayat nyeri
(1) Lokasi, untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
menunjukkan area nyerinya
(2) Intensitas nyeri
(3) Kualitas nyeri, terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau
ditusuk-tusuk.
(4) Pola, pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau
interval nyeri
(5) Faktor presipitasi, factor pencetus timbulnya nyeri.
(6) Gejala yang menyertai, meliputi mual, muntah, pusing dan diare
(7) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari.
(8) Sumber koping, setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda
dalam menghadapi nyeri
(9) Respon afektif, respon klien bergantung pada situasi, derajat, dan durasi
nyeri, intepretasi tentang nyeri, dan faktor
3) Kaji tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, respiratory rate, suhu tubuh.
14
3.3 Intervensi
1) Nyeri akut b.d agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil :
(1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu mrnggunakan
teknik teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
(2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
(3) Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
(4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi:
(1) Kaji tingkat nyeri secara komprehensif
R/ Mengetahui skala, penyebab, kualitas, waktu dan tempat nyeri klien.
(2) Monitor skala nyeri dan observasi tanda non verbal dan
ketidaknyamanan
R/ Mengetahui keadaan umum klien
15
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Ny. L)
: Tinggal serumah
kesadaran Ny.U comphosmentis, pupil Ny.U isokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris): pada
pemeriksaan ini menggunakan minyak kayu putih dan teh, pasien mampu
membedakan kedua bau tersebut. Syaraf kranial II (optikus): pasien mampu
melihat orang-orang disekitarnya dengan baik. Syaraf Kranial III
(okulomotorius): pasien mampu membuka mata dan menutup mata. Syaraf
kranial IV (trochlear): pasien mampu menggerakaan bola mata dengan baik.
Syaraf kranial V (trigeminus): pasien dapat mengunyah dengan baik. Syaraf VI
(abdusen): pasien dapat menggerakan bola matanya kesamping, kanan, dan kiri.
Syaraf kranial VII (fasialis): pasien mampu menggerutkan dahi dan mengangkat
alis secara simetris. Syaraf kranial VIII (vestibulokokhlearis): pasien mampu
mendengarkan kata-kata yang kita bicarakan dengan jelas. Syaraf kranial IX
(glosofaringeus):pasien mampu membedakan rasa pahit, manis, asam dan asin.
Syaraf kranial X (vagus): refleks menelan baik. Syaraf kranial XI (assesorius):
pasien mampu menggerakan lehernya dengan baik, pasien mampu menoleh kekiri
dan ke kanan. Syaraf kranial XII (hipoglosus): pasien mampu menggerakkan
lidahnya dengan baik.
Uji Koordinasi:
Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah
tumit ke jempol kaki negatid. Uji kestabilan tubuh uji kestabilan tubuh Ny.L
negatif. Refleks kanan dan kiri positif, ada yang mengalami kekakuan, uji sensasi
Ny.L tidak di kaji tidak ada keluhan dan ada masalah dalam pergerakan atau
mental Ny.U.
4.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin (bladder)
ditemukan hasil yaitu, produksi urine dengan output urine ±
5x/hari, sekitar 1000ml/24 jam warna urine kuning bening dan
bau khas (amoniak), intake 1200ml/24 jam.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
4.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
22
Reka Laura
27
ANALISA DATA
Data Subyektif dan Data Kemungkinan Masalah
Obyektif Penyebab
DO :
S:; 36,70C
dan perawat
Hasil TTV :
TD: 140/90 mmHg
N: 102x/menit
RR: 18x/menit
S:; 36,70C.
Hasil lab :
GDS : 187 mg/dl
Prioritas Masalah
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma primer atau sekunder yang ditandai
dengan Pasien Mengatakan “ saya merasakan nyeri”. P : Saat Istirahat dan
beraktivitas, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Pinggang bawah, S : 3
(nyeri ringan, nyeri sudah mulai terasa tetapi masih bisa ditoleransi). T :
Terus menerus. Pasien tampak meringis, pergerakan pasien terbatas dan
hasil pemeriksaan TTV: TD :140/80 mmHg, N : 102x/m, RR : 18/m, S :
36,7 0C.
2) Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan faktor mekanis (mis.
Penekanan tonjolan tulang, gesekan) yang di tandai dengan Pasien
mengatakan “ada luka pada kaki sebelah kanan dan kiri”, Tampak luka pada
kaki sebelah kanan dan kiri dengan P = 2-3 cm dan L = 3-5 cm, luka ulkus,
berwarna merah muda dibagian tengah dan mulai mengering di area pinggir
luka, hasil TTV: TD :140/80 mmHg, N : 102x/m, RR : 18/m, S : 36,7 0C.
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan
Pasien mengatakan “badan saya terasa lemas dan tidak bisa beraktivitas
seperti biasa“, pasien tampak lemas, posisi berbaring semi fowler, pasien
tampak sakit sedang, kekuatan otot : Ekstremitas atas 5 5 dan
ekstremitas bawah 2 3 , ADL di bantu keluarga dan perawat, Hasil
TTV : TD :140/80 mmHg, N : 102x/m, RR : 18/m, S : 36,7 0C.
30
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.L
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Rabu, 06 Dx 1. 1) Mengobservasi TTV (07.05 S : Pasien Mengatakan : “nyeri pinggang saya Reka
November Nyeri Akut WIB) berkurang” Laura
2019 2) Memberikan posisi O:
Hasil TTV :
senyaman mungkin (08.50
TD : 130/80 mmHg
WIB) N : 98 x/m
3) Memberikan edukasi RR : 18 x/m
tentang manajemen nyeri S : 36,6
napas dalam (09.10 WIB) Klien nyaman dengan posisi duduk
4) Berkolaborasi dalam Klien dan keluarga mengerti tentang
manajemen nyeri napas dalam
pemberian analgesik
Setelah diberikan injeksi ketorolac 30
ketorolac 30 mg melalui mg nyeri mulai berkurang.
intravena (06.00 WIB) A : Masalah Teratasi Sebagian
. P : Lanjutkan Intervensi
1) Mengobservasi TTV
34
Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Rabu, 06 Dx 3. 1) Mengidentifikasi defisit tingkat S : Pasien Mengatakan : “badan saya masih Reka
November Intoleransi aktivitas (07.30 WIB) terasa lemas” Laura
2019 Aktivitas 2) Mengkaji tanda-tanda vital (07.05 O :
WIB) 1) Pasien tampak lemas
3) Menganjurkan keluarga untuk 2) Pasien tampak berbaring terlentang
memberikan penguatan positif 3) ADL dibantu keluarga dan perawat.
atau partisipasi dalam aktivitas 4) Hasil TTV :
(08.00 WIB) TD : 130/80 mmHg
4) Berkolaborasi dengan keluarga N : 98 x/m
dalam aktivitas (06.30 WIB) RR : 18 x/m
S : 36,6
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1) Mengidentifikasi defisit
tingkat aktivitas
2) Mengkaji tanda-tanda vital
3) Berkolaborasi dengan
36
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri
mempunyai sifat yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi
yang bersangkutan, tetapi disisi lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat. Nyeri
akut merupakan sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. Adapun yang menjadi
manfaatnya antara lain: manfaat berupa mekanisme proteksi, mekanisme defensif,
dan membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Di lain pihak, nyeri tetaplah
merupakan derita belaka bagi siapapun, dan semestinya ditanggulangi oleh karena
menimbulkan perubahan biokimia, metabolisme dan fungsi sistem organ. Bila
tidak teratasi dengan baik nyeri dapat mempengaruhi aspek psikologis dan aspek
fisik dari penderita. Aspek psikologis meliputi kecemasan, takut, perubahan
kepribadian dan perilaku,gangguan tidur dan gangguan kehidupan sosial.
Sedangkan dari aspek fisik, nyeri mempengaruhi peningkatan angka morbiditas
dan mortalitas.
Pada Ny.L dengan diagnosa medis DM Tipe II, Ulkus Diabetikum,
Hipertensi dan gangguan kebutuhan dasar manusia rasa aman dan nyaman (nyeri)
terdapat 3 diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan, yaitu:
1) Nyeri Akut
2) Gangguan integritas kulit/jaringan
3) Intoleransi aktivitas
5.2 Saran
Dukungan kepada pasien baik dari berbagai faktor dapat mempengaruhi
pasien dalam mengambil keputusan. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan
kesehatan, edukator dan konselor memberikan pengaruh terhadap pasien dalam
menentukan keputusan untuk penatalaksanaan penyakitnya.
35
38
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.