DISUSUN OLEH :
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra-
klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangkaraya.
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, dapat
menyelesaikan “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Pasien Dengan
Ganguuan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Pasien Stroke Diruang Dahlia Rsud Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya” ini dapat terselesaikan dengan baik, meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca tentang Gangguan Mobilitas pada Stroke.
Namun penulis cukup menyadari bahwa Laporan Pendahuluan (LP) dan Asuhan Keperawatan
(ASKEP) ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca yang bersifat membangun untuk penyempurnaan Laporan Pendahuluan (LP) dan Asuhan
Keperawatan (ASKEP) ini. Sehingga kiranya Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi pembaca.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL ...........................................................................................................i
LAPORAN PENGESAHAN ..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................2
1.4 Manfaat ...........................................................................................................................2
BAB II TINJAUN PUSTAKA............................................................................................4
2.1 Konsep Penyakit .............................................................................................................4
2.1.1 Definisi ...................................................................................................................4
2.1.1 Anatomi Fisologi ...................................................................................................4
2.1.2 Etiologi ...................................................................................................................7
2.1.3 Klarifikasi ..............................................................................................................7
2.1.4 Patofisiologi ...........................................................................................................8
2.1.5 Manisfestasi Klinis .................................................................................................9
2.1.6 Komplikasi .............................................................................................................10
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang .........................................................................................10
2.1.8 Penataklasanaan .....................................................................................................11
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia .................................................................................12
2.2.1 Pengertian ..............................................................................................................12
2.2.2 Etiologi ...................................................................................................................12
2.2.3 Klarifikasi ..............................................................................................................13
2.2.4 Manisfestasi Klinis .................................................................................................13
2.2.5 Komplikasi .............................................................................................................14
2.2.6 Pelaksanaan Penunjang ..........................................................................................14
2.2.7 Penataklasaan Medis ..............................................................................................15
3.1 Menejemen Asuhan Keperawatan ..................................................................................15
3.1.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................................15
3.1.2 Diagnosa Keperawatan ..........................................................................................20
3.1.3 Intervensi Keperawatan .........................................................................................21
iii
3.1.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................................26
3.1.5 Evaluasi Keperawtaan ............................................................................................26
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa
ini, semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut
dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan kematian , kecacatan fisik dan
mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut. (Junaidi, 2011).
Data WHO (2013) menunjukkan bahwa 63% penyebab kematian di seluruh dunia disebabkan
oleh penyakit tidak menular yaitu stroke atau setara dengan kematian 36 juta jiwa per tahun.
Stroke juga merupakan penyebab kematian tertinggi dari seluruh PTM (Penyakit Tidak Menular)
setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker, serta menyebabkan terjadinya kecacatan termasuk
kecacatan permanen. World Stroke Organization (2011) menyatakan bahwa terdapat 15 juta
orang terkena stroke setiap tahunnya dan setiap 6 detik meninggal karena stroke. Sedangkan
jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
(Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0 %) sedangkan berdasarkan diagnosis
Nakes/gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1‰). Berdasarkan diagnosis Nakes
maupun diagnosis/gejala, Provinsi Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu
sebanyak 238.001 orang (7,4‰) dan 533.895 orang (16,6‰), sedangkan Provinsi Sumatera Utara
menjadi peringkat ke-4 terbanyak yaitu sebanyak 92.078 orang (10, 3%) dan 151.080 orang (16,
9%). Medan merupakan salah satu Kota di Indonesia yang juga mengalami peningkatan
prevalensi penyakit stroke. Pernyataan diatas didukung dengan data survey yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam profil kesehatan Indonesia (2013)
menunjukkan di Kota Medan terdapat peningkatan prevalensi penyakit stroke dari 7 per 1000
penduduk pada tahun 2007 menjadi 10 per 1000 penduduk ditahun 2013.
Kondisi yang dapat terjadi pada pasien stroke beragam, seperti kelumpuhan anggota gerak,
bibir tidak simetris, bicara pelo atau apasia (tidak dapat berbicara), nyeri kepala, penurun
kesadaran, gangguan rasa, kelumpuhan bahkan sampai dengan kematian. Kehilangan fungsi
tubuh akibat penyakit stroke mengakibatkan produktifitas pasien stroke terhalang dan
berpengaruh pada status fungsional pasien stroke. (Junaidi, 2011).
Status fungsional adalah suatu bentuk kemampuan fungsi individu untuk melaksanakan
aktivitas dan perawatan diri sehari-hari secara mandiri, dan pemeliharaan diri. Gangguan status
fungsional pada umumnya menyebabkan pasien stroke mengalami gangguan mobilitas fisik.
(Junaidi, 2011).
vi
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. T di Kelurahan Suka Maju Kecamatan Medan Johor
didapatkan data bahwa Ny. T mengalami stroke hemoragik ditandai dengan Ny. T sulit berjalan,
postur tubuh tidak sejajar, dan sulit membolak-balikan posisi tubuh sehingga kebutuhan
mobilisasinya kurang terpenuhi. Ditambah Ny. T merasa dirinya tidak berguna dengan kondisi
yang dialaminya sekarang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dan
membuat Karya Tulis Ilmiah tentang “ Asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke di Kelurahan Suka Maju
Kecamatan Medan Johor”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah dal
am laporan pendahuluan ini adalah :
Bagaimana pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Ganguuan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah pada Pasien Stroke
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari asuhan keperawatan dalam Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
memahami pengertian penyakit, etiologi, klasifikasi, anatomi fisilogi, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dan masalah Stroke
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1Mahasiswa mampu menyusun Laporan Pendahuluan Penyakit Stroke
1.3.2.2Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian Keperawatan Pada An.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan Diagnosa Keperawatan
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menyusun Intervensi Keperawatan
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan Impelementasi Keperawatan
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi dan Dokumentasi Keperawatan
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami konsep dasar pada Stroke dan mampu melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan secara berkesinambungan mulai dari pengkajian sampai evaluasi untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam menempuh pendidikan.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Manfaat proses keperawatan adalah pengetahuan bagi klien dan antar anggota keluarga.
1.4.3 Untuk Intitusi (pendidikan dan Rumah Sakit)
1.4.3.1 Instansi perguruan tinggi mampu menjalin kerjasama dengan instansi rumah sakit.
vii
1.4.3.2 Mendapatkan informasi mengenai gambaran pelayanan keperawatn, kasus penyakit
terbanyak, serta pengembangan IT, dan lain-lain di Rumah Sakit.
1.4.4 Untuk IPTEK
Mengetahui perkembangan IPTEK keperawatan secara terus-menerus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja
dan kapan saja. Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan bentuk-bentuk
kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak. (Muttaqin, 2008).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
2. Fisiologi
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer
dari semua alat tubuh . Bagian dari saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak
(kranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak dalam rongga cranium
ix
berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak
awal. Otak depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta hypothalamus.
Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kurdigeminus. Otak belakang, menjadi pons
varoli, medulla oblongata, dan serebelum.
a. Sereberum
Sereberum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,
berbentuk telur, mengisi penuh bagian atad rongga tengkorak. Masing – masing disebut fosa
kranialis atas dan fosa kranialis mediac. Pada otak besar di temukan beberapa lobus yaitu :
1) Lobus frontalis adalah bagian dari sereberum yang terletak di depan sulkus sentralis.
2) Lobus parientalis terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakangi oleh korako -
oksipitalis.
3) Lobus temporalis, terdapat di bawah lateral dari fisura sereberalis dan di depan lobus
oksipitalis
4) Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari sereberum.
Kortek serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga di bagi menurut fungsi dan banyaknya
area. Cambel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area. Secara umum korteks serebri di bagi
menjadi empat bagian :
1) Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus bagian
badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh yang
bersangkutan.
2) Korteks asosiasi. Tiap indra manusia , korteks asosiasi sendiri merupakan kemampuan
otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, pikiran, rangsangan yang diterima,
diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan data yang lain. Bagian anterior lobus
temporalis mempunyai hubungan dengan psikokorteks.
3) Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensori, fungs utamanya adalah
konstribuksi pada traktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.
4) Korteks pre – frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap ental dan
kepribadian.
b. Batang Otak
Batang otak terdiri dari :
1) Diensefalson, bagian batang otak paling atas terdapat di antara serebelum dengan
mesensefalon. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian lobus temporalis terdapat
kapsula interna dengan sudut mengahadap ke samping. Fungsinya dari diensefalon :
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
x
b. Respiratori, membantu proses persarafan
c. Mengontrol kegiatan reflex
d. Membantu kerja jantung
2). Mensesefalon, atap dari mensesefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol keatas.
Dua disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua sebelah bawah disebut
korpus kuadrigeminus inferior. Serta nervus troklearis berjalan kearah dorsal menyilang garis tengah
ke sisi lain. Fungsinya :
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
3) Pons varoli barikum pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons varoli dan
dengan serebelum, terletak di depan serebelum di antara otak tengah dan medulla
oblongata. Di sini terdapat premoktosid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks.
Fungsinya :
a. penghubung anatara kedua bagian serebelum dan juga antara medulla oblongata
dengan serebelum atau otak besar
b. pusat saraf nervus trigeminus.
4) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah medulla oblongata
merupakan persambungan medulla spinalis ke atas, bagian atas medulla oblongata yang
melebar disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral medulla oblongata.
Fungsinya :
a. mengontrol kerja jantung
b. mengecilkan pembuluh darah
c. pusat pernafasan
d. mengontrol kegiatan refleks
c. Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak dibagian bawah dan dibelakang tengkorak dipisahkan
dengan sereberum oleh fisura transveralis di belakangi oleh pons vorali dan diatas medulla
oblongata. Organ ini banyak menerima serabut afren sensoris, merupakan pusat koordinasi
dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian
yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak
melalui pundun kulus serebri inferior. Permukaan luar serebelum berlipat – lipat menyerupai
serebelum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih lentur. Permukaan serebelum ini
xi
mengandung zat kelabu. Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisia, terdiri dari tiga
lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang
masuk dan yang keluar dari sereberum harus melewati serebelum.
2.2.3 Etiologi
1. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti di
sekitarnya. Hal ini terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemia serebral. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
trombosis otak adalah : aterisklerosis, hiperkoagulasi, arteritis, dan emboli.
2. Hemoragik
Perdarahan ini terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembasan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan,
sehingga otak membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, edema, dan
mungkin herniasa otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah spasme arteri
serebral, dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren. (Muttaqin, 2008).
2.2.4 Klasifikasi
1. Stroke hemoragik
Merupakan perdarahan serebral/subaraknoid yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya terjadi saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun.
Perdarahan otak dibagi 2, yaitu :
a. Perdarahan intraserebral
Merupakan pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi yang mengakbatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan
menimbulkan edema otak.
xii
2. Perdarahan subaraknoid
Merupakan suatu keadaan dimana terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya
aneurisma berry. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial secara mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan
vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibatkan disfungsi otak.
a. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadinya perdarahan namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik (Muttaqin, 2008).
2.2.5 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor
penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang- kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien
mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema
dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
xiii
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi
destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel
otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi
otak serta terganggunya drainase otak. Elemen- elemen vasoaktif darah yang keluar serta
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah
yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. (Muttaqin, 2008).
2.2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke bergantung pada arteri serebral yang terkena, fungsi otak
dikendalikan atau diperantarai oleh bagian otak yang terkena, keparahan kerusakan serta ukuran
daerah otak yang terkena selain bergantung pula pada derajat sirkulasi kolateral (Hartono, 2009).
Menurut Oktavianus (2014) manifestasi klinis stroke sebagai berikut :
a. Stroke iskemik
Tanda dan gejala yang sering muncul yaitu:
1. Transient ischemic attack (TIA)
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri
dengan atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malah menetap.
2. Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND)
Gejala timbul lebih dari 24 jam.
3. Progressing stroke atau stroke inevolution
Gejala makin lama makin berat (progresif) disebabkan gangguan aliran darah makin lama
makin berat Sudah menetap atau permanen
b. Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena.
xiv
1. Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran menempatkan posisi.
2. Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruhi indra dan memori
3. Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk penglihatan
4. Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi fisik, intelektual.
Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapa gangguanyang dialami
pasien yaitu :
1. Pengaruh teradap status mental: tidak sadar, confuse
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguansentuhan dan sensasi, gangguan
penglihatan, hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).
3. Pengaruh terhadap komunikasi: afasia (kehilangan bahasa), disartria (bicara tidak jelas).
Pasien stroke hemoragik dapat mengalami trias TIK yang mengindikasikan adanya
peningkatan volume di dalam kepala.Trias TIK yaitu muntah proyektil, pusing dan pupil
edem.
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi stroke merupakan diagnosis- diagnosis atau penyakit- penyakit yang
muncul pada pasien stroke setelah dirawat. Komplikasi stroke meliputi infeksi thorax,
konstipasi, pneumonia,UTI (Urinary Tract Infection), Depresi, Kejang, stroke berulang,
jantung kongestif, luka tekan (Dekubitus).
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
a) Angiografi serebral
b) Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemorgi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial.
c) CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema , posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasnya
didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak.
d) MRI
xv
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk
menentukan posisi dan besar/luas terjadi perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e) USG Doppler
Pemeriksaan ini bertujuan umtuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
g) Pemeriksaan laboratorium
xvi
arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.2.1 Pengertian
Menurut Carpenito, L.J dalam Wijayaningsih (2015:49) bahwa Harga diri rendah merupakan
keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri ataupun kemampuan
diri.
Menurut Keliat, dalam Yosep (2011:255) Harga diri rendah adalah ”perasaan tidak berharga,
tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri”.
Individu yang memiliki harga diri rendah cenderung untuk mempersepsikan lingkungannya
negatif dan sangat mengancam. Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi
egonya.
2.2.2 Etiologi
Menurut Fitria (2014) faktor penyebab harga diri rendah yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang tidak
realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah yaitu hilangnya sebagian anggota tubuh,
perubahan penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik:
1) Situasional :
Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang terjadi secara situasional bisa
disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba tiba misalnya harus dioperasi,
mengalami kecelakaan, menjadi korban pemerkosaan, atau menjadi narapidana sehingga
haru masuk penjara. Selain itu, dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya
harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat
xvii
klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh,
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
2) Kronik :
Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanya sudah berlangsung sejak lama yang
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pemikiran
negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat. Baik faktor
predisposisi maupun presipitasi di atas bila mempengaruhi seseorang dalam berpikir,
bersikap maupun bertindak maka akan dianggap mempengaruhi terhadap koping individu
tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila
kondisi pada klien tidak mau bergaul dengan orang lain (isolasi sosial: menarik diri), yang
menyebabkan klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul
perilaku kekerasan.
2.2.3 Klasifikasi
a. Situasional
Harga diri rendah situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009) didefinisikan sebagai suatu
perkembangan persepsi negatif terhadap harga diri individu sebagai respon terhadap
situasi tertentu misalnya akibat menderita suatu penyakit, kondisi ini dapat disebabkan
akibat adanya gangguan citra tubuh, kegagalan dan penolakan, perasaan kurang
penghargaan, proses kehilangan, dan perubahan pada peran sosial yang dimiliki.
b. Kronik
Menurut Fitria (2012) menyatakan bahwa gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis
biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan pasien sebelum sakit atau sebelum
dirawat. Sedangkan menurut Nurarif dan Hardhi (2015, p. 55) harga diri rendah kronis
merupakan evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang
berlangsung lama.
2.2.4 Patofisiologi
Keliat, dkk. (2011, p. 76) menyatakan bahwa harga diri rendah muncul apabila
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Proses terjadinya
harga diri rendah disebabkan karena sering disalahkan pada masa kecil, jarang diberi pujian
atas keberhasilanya. Individu pada saat mencapai masa remaja keberadaanya kurang dihargai,
tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah,
pekerjaan, atau pergaulan.
Menurut (Yosep, 2014, p. 264) pohon masalah pasien harga diri rendah yaitu :
xviii
2.2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Menurut Fitria (2009 h 6 ; Yosep, 2014 h 264) perilaku-perilaku
seperti dibawah ini diantaranya :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktifitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Selera makan berkurang
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah
13. Merusak/melukai orang lain
14. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup
15. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi
16. Sulit bergaul
17. Menunda keputusan
2.2.6 Komplikasi
Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain bisa mengakibatkan resiko perilaku kekerasan.
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes psikologi : tes kepribadian
2. EEG : gangguan jiwa yang disebabkan oleh neurologis
xix
3. Pemeriksaan sinar X : mengetahui kelainan anatomi
4. Pemeriksaan Lab. kromosom : genetik
21
Kata-kata 3 Disorientasi dan binggung
yang
tepat
Kata-kata 2 Meregang atau merintih
yang
Jelas
Tidak ada 1 Tidak ada respon
(Sumber: Penuntun Pembelajaran Keterampilan Pemeriksaan Kesadaran Berdasarkan GCS, 2015)
6. Aktivitas/ Istirahat
1) Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralisis (hemiplegia),
2) Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/ kejang otot).
3) Gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan umum
4) Gangguan penglihatan
5) Gangguan tingkat kesadaran.
7. Sirkulasi
1) Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural.
2) Hipotensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi vaskuler,
3) Frekuensi nadi bervariasi, dan disritmia.
8. Integritas Ego
1) Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
2) Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira,
3) Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
9. Eliminasi
1) Perubahan pola berkemih
2) Distensi abdomen dan kandung kemih, bising usus negatif.
10. Makanan/ Cairan
1) Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut,
2) Kehilangan sensasi pada lidah, dan tenggorokan,
3) Disfagia, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
4) Kesulitan menelan, obesitas.
11. Neurosensori
22
1) Sinkope/pusing, sakit kepala,
2) Kelemahan/ kesemutan,
3) Hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada ekstremitas, penglihatan
menurun,
4) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
5) Status mental/ tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap awal
hemoragis,
6) Gangguan tingkah laku (letargi, apatis, menyerang),
7) Gangguan fungsi kognitif (seperti penurunana memori, pemecahan masalah).
8) Ekstremitas: kelemahan/paralisis kontrralateral, genggaman tidak sama, refleks
tendon melemah secara kontralateral.
9) Pada wajah terjadi paralisis, afasia, kehilangan kemampuan untuk mengenali
masuknya rangsang visual, pendengaran, taktil (agnosia), seperti gangguan
kesadaran terhadap citra tubuh, kewaspadaan, kelainan pada bagian tubuh yang
terkena, gangguan persepsi.
10) Kehilangan kemampuan menggunakan kemampuan motorik (apraksia). Ukuran/
reaksi pupil tidak sama.
11) Kekakuan.
12) Kejang.
12. Kenyamanan /
Nyeri
1) Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
2) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
13. Pernapasan
1) Merokok
2) Ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas,
3) Timbulnya pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronchi.
14. Keamanan
1) Masalah dengan penglihatan,
2) Perubahan sensori persepsi terhadap orientasi tempat tubuh,
3) Tidak mampu mengenal objek,
4) Gangguan berespons terhadap panas dan dingin, kesulitan dalam menelan,
5) Gangguan dalam memutuskan.
15. Interaksi Sosial
23
1) Masalah bicara,
2) Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
2.3.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mucul pada pasien dengan penyakit stroke yaitu:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan aliran darah ke otak
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi,berpakaian, toileting berhubungan dengan
kerusakan neurovaskuler
4. Nyeri b.d gangguan suplay O2, peningkatan TIK
5. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan serebra
24
2.3.3 Intervensi Keperawatan
TABEL 2.3 Intervensi Keperawatan
25
8) Kolaborasi mungkin diperlukan
pemberian 6)untuk mengurangi
analgetik tingkatan stres
9) Beri yang membuat
kesempatan tekanan darah
pasien untuk meningkat.
beristirahat 7)untuk mengurangi
ketergantungan
terhadap
analgetik
8)untuk mengurangi
rasa nyeri
9)untuk mengurangi
keletihan
26
2 Hambatan mobilitas Goal:Pasien 1) Bantu pasien 1)untuk membantu
fisik b.d kerusakan akanmempertahanka n untuk merubah mencegah
neuromuskular mobilitas fisik yang posis setiap 2 kerusakan
efektif selama dalam jam sekali. integritas
perawatan Objektive : 2) dengan
Dalam jangka waktu unTuk latihan mengurangi
1x24 jam pasien akan : ROM. tekanan
1) Mengatakan 3) Beri 2)untuk mencegah
kepuasan dukungan dan konstaksi sendi
2) Pasien dapat dorongan pada dan atrofil otot
melakukan pasien. 3)untuk membantu
3) latihan ROM 4) Observasi pasien
secara perlahan TTV (tekanan membangun
darah, nadi, kemandirian
suhu, RR). 4)untuk mengetahui
5) Beri tingkat
kesempatan pasien kekurangan
untuk beristirahat. kandungan
5)untuk
menghindari
keletihan
3 Defisit perawatan diri Goal : Pasien akan 1) Jalin 1) Untuk
:makan,mandi,berp meningkatkan hubungan saling mendapatkan
akaian dan toileting perawatan diri selama percaya. kepercayaan
b.d kerusakan dalam perawatan 2) Dorong pasien 2) Untuk
neurovaskuler Objektif : Dalam untukmengung membantu pasien
jangka waktu 10-15 kapkan mencapai
menit pasien akan: perasaan dan tingkatan
keluhan
27
1) Mampu mengenai defisit fungsiona; tertinggi
untukmembersi hkan perawatan diri. kemampuan
tubuh sendiri secara 3) Berikan privasi. 3) Untuk
mandiri dengan atau 4) Bantu sebagian meningkatkan harga
tanpa bantuan. atau diri
2) Kulit pasien sepenuhnya saat 4) Untuk
tampak bersih mandi setiap meningkatkan
3) Rambut tampak hari perasaan mandiri
rapih 5) Beri 5) Untuk
kesempatan pasien menghindari
untuk beristirahat. keletihan
28
5) untuk mengurangi
ketergantungan
terhadap analgetik
6) untuk mengurangi
nyeri
29
2.3.4 Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
2.3.5 Evaluasi keperawatan
1. Perfusi jaringan cerebral yang efektif dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal TD:
120/80 mmHg, nadi: 60-100 kali/menit, suhu: 36,5 – 37,5 , RR: 12-20 kali/menit, mampu
pertahankan tingkat kesadaran, fungsi sensorik dan motorik membaik.
2. Mobilitas fisik dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-
100 kali/menit, suhu: 36,5 – 37,5 , RR: 12-20 kali/menit, pasien mengatakan kepuasan dan
dapat melakukan latihan ROM.
3. Perawatan diri mandi dengan kriteria hasil : TTV dalam batas normal TD: 120/80
mmHg,nadi: 60-100 kali/menit,suhu: 36,5 – 37,5 , RR: 12-20 kali/menit, pasien tampak bersih
dan rapih, kulit tampak bersih dan rambut tampak rapih.
30
BAB III
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.A
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Katolik
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikash
Alamat : Jl.Komodo gang A
Tgl MRS : 12 Maret 2021, No.Register 123XXX
Diagnosa Medis : Medik Stroke Hemoragik
31
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan bahwa pasien pernah dirawat di RS pada tahun 2010 dengan diagnosa medis
stroke.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan :
Pasien
: Hubungan Darah
: Meninggal
: Tinggal serumah
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak lemah
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,2 0C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 75 x/mnt Regular
c. Pernapasan/RR : 20 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 180/100 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Normal
Kebiasaan merokok : ( -) Batang/hari
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
32
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya……………
Keluhan lainnya : Tidak ada
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Suara jantung Normal,………………….
Ada kelainan
Keluhan lainnya : Tidak Ada
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E :4
V :5
M :6
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari Positif Negatif
Jari ke hidung Positif Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki Positif Negatif
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 165 Cm
BB sekarang : 63 Kg
BB Sebelum sakit : - Kg
34
Masalah keperawatan : Tidak ada
Pasien tidur ± 6 jam. Biasanya pasien tidur mulai jam 23.00 malam dan bangun jam 3 pagi. Dan
pagi hari pasien tidur pada jam 10.00 dan bangun pada jam 12.00. Malam saat tidur kadang pasien
terbangun karena terganggu dengan kondisi pasien disebelahnya yang agak ribut.
b. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Klien mengatakan bahwa ia tidak menganggap sakit yang ia rasakan ini sebagai kutukan namun
teguran karena ia yakin ia berharga sebagai manusia. Klien mengatakan sekarang ia berperan
sebagai ayah dalam keluarga dan ia merasa stress.
3. Aktivitas Sehari-hari
Selama sakit pasien lebih banyak berbaring di tempat tidur karena pusing dan lemas.
35
Masalah Keperawatan : Tidak ada
5. Nilai-Pola Keyakinan
Klien mengatakan ia menganut agama Kristen katolik dan percaya bahwa Tuhan melindunginya
serta keluarganya. Ia juga mengatakan saat ini lebih banyak membaca Alkitab dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan.
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Bagus, tidak ada gangguan
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa Indonesia
37
sampingnya: sulit buang air besar, banyak buang gas,nyeri otot, nyeri perut,
peningkatan enzim hati. Pemberian obat dengan dosis 20 mg 1x1 malam
ANALISIS DATA
38
Data Subjektif: Gangguan pola tidur Gangguan pola tidur
Pasien mengatakan sulit berhubungan dengan
tidur malam, dan hanya 2- faktor lingkungan.
3 jam lamanya.
Data Objektif :
Pada saat dikaji pasien
menguap terus menerus
dan terdapat bantalan
hitam dibawah mata
Data Subjektif : Defisit perawatan diri mandi, Defisit perawatan diri mandi
Pasien mengatakan sudah 2 berpakaian, dan toileting
hari tidak mandi. berhubungan dengan
kelemahan fisik:
Data Objektif:
Pasien tampak kotor, bau
keringat, kuku jari panjang
dan kotor.
39
PRIORITAS MASALAH
40
RENCANA KEPERAWATAN
sebelum pasien
tidur jika perlu
3.Defisit perawatan Goal: Pasien akan 1) Sediakan 1) alat bantu yang
diri mandi, meningkatkan sabun, handuk tepat akan
berpakaian, dan perawatan diri yang yang diperlukan meningkatka n
bertoileting efektif selama dalam oleh pasien kemandirian
berhubungan perawatan. 2) Bantu 2) untuk
dengan kelemahan Objektif : Dalam memandikan mendorong
fisik jangka waktu 3x24 pasien kemandiriand an
jam,wajah pasien 3) Bantu kepercyaan diri
tampak segar dan merawat kuku 3) agar kuku
bersih, kulit bersih, pasien tampak
kuku tampak pendek 4) Bantu bersih dan rapih
dan bersih,pakaian mengganti pakaian 4) agar pasien
bersih dan rapih 5) Bantu tampak lebih
merapikan tempat nyaman
tidur 5) untuk
6) Bantu meningkatak an
merapikan kenyamanan
(menyisir rambut) pasien
7) Ganti sprei 6) agar pasien
43
(laken ) pada terlihat lebih rapih
tempat tidur 7) agar
8) Monitor meningkatkan
integritas kulit kenyamanan
pasien Pasien
8) untuk
mengetahui
apakah ada luka di
dareah tekan
44
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
Hari pertama, Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan
Jum’at 12 Maret Ketidakefektifan perfusi Ketidakefektifan perfusi
2021 jaringan serebral b/d serebral b/d penurunan
penurunan darah ke otak aliran darah ke otak, Muhammad
Tindakan yang telah evaluasi di lakukan Aldy Irfani
Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri
mandi,berpakian dan Diagnosa keperawatan
toileting b/d kelemahan fisik. Defisit perawatan diri
Tindakan yang dilakukan : mandi, berpakaian dan
46
1) jam 08.30 menyediakan toilteing berhubungan
sabun, handuk yang diperlukan dengan kelemahan fisik,
oleh pasien. evaluasi jam 14.00 wita.
2). Jam 08.30 membantu S: pasien mengatakan
memandikan pasien. senang dibantu,
3). Jam 08.45 membantu O: pasien tampak bersih,
mengganti pakaian pasien. badan tidak bau
4). Jam 08.50 membantu keringat,wajah berseri.
merapihkan (menyisir rambut) A: masalah desifit
pasien. perawatan diri mandi
5). Jam 09.10 menggantikan sebagian teratasi ),
sprei (laken) pada tempat tidur P: intervensidilanjutkan.
dan merapihkan tempat tidur
pasien.
6). Jam 09.15 mengobservasi
kulit pasien.
Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri mandi, Diagnosa keperawatan
berpakaian dan toileting b/d Defisit perawatan diri
kelemahan fisik. mandi, berpakaian,
Tindakan yang dilakukan : berhubungan dengan
1). Jam 08.35 membantu kelemahan fisik,
memandikan pasien. evaluasi jam 14.00 wita.
49
2). Jam 08.45 membantu S: pasien mengatakan
mengganti pakaian pasien. senang dibantu,
3). Jam 08.50 membantu O: pasien tampak bersih,
merapihkan (menyisir rambut) badan tidak bau
pasien. keringat, wajah berseri,
4). Jam 09.10 merapihkan pasien terlihat rapih.
tempat tidur pasien. A: masalah desifit
5). Jam 09.15 menggunting perawatan diri mandi
kuku jari pasien. sebagian teratasi ),
6). Jam 09.20 mengobservasi P:intervensi dilanjutkan.
kulit pasien.
50
Hari ketiga, MInggu Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan
14 Maret 2021 Ketidakefektifan perfusi Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral b/d serebral b/d penurunan
penurunan darah ke otak. aliran darah ke otak, Muhammad
Tindakan yang telah evaluasi di lakukan Aldy Irfani
51
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penerapan asuhan keperawatan pada pasien stoke pada umumnya sama antara
teori dan kasus hal ini dapat dibuktikan dalam penerapan kasus kasus pada Tn. L.M
yang menderita stroke. Penerepan kasus ini dilakukan dengan menggunakan proses
keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pasien mengatakan pusing dan tengkuk terasa tegang sejak
kemarin.Pasien mengatakan masuk rumah sakit sejak tanggal 23 juni 2018
karena pasien mengalami pusing, tengkuk terasa sakit dan pasien mengatakan
jatuh di kamar mandi. Saat di observassi keadaan pasien lemah, hanya berbaring
di tampat tidur, berkeringat, bau badan. Hasil ttv: TTV: TD: 180/100 mmHg,
Nadi: 75x/menit, Suhu : 36,2oc, RR: 20x/menit. Terpasang infus Nacl 500cc,
tidak ada gangguan pendengaran,tidak ada nyeri dada, tidak ada gangguan
52
bicara, wajah simetri, pupil isokor, bibir lembab, warna mikosa merah mudah
konjungtiva merah mudah, ada bantalan hitam di bawah mata, kuku pasien
tampak panjang dan kotor, kekuatan otot normal dimana ektremitas atas 5 dan
ektremitas bawah 5, tidak ada luka pada daerah tekan, tidak memakai kateter,
semua aktivitas dibantu perawat dan keluarga, kesadaran pasien composmentis
dengan: E: 4, V: 5, M: 6, GCS: 15, CRT < 3 detik, TB: 165 kg, BB: 63 cm. Hasil
yang didapatkan berupa hasil laboratorium pada tanggal 23 juni 2018 yaitu;
Hemoglobin darah 14,9 g/dl normalnya 13.0-18.0, MCV 74.5 fl normalnya 81.0
– 96.0, MCH 24.0 pg normalnya 27.0-36.0, jumlah lekosit 11.22 10^ 3/ul
normalnya 4.0-10.0, neutrofil 43,5 L% normalnya 50-70, limfosit 9.0 H%
normalnya 20-40, jumlah limfosit 4.97 10^3/ul normalnya 1.00-3.7, jumlah
monosit 1.01 10^3/ul normalnya 0.00-0.70,glukosa sewaktu 153 mg/dL
normalnya 70- 150.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data maka dapat ditegakkan 3 diagnosa
keperawatan antara lain: 1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d
penurunan aliran darah ke otak. 2) Gangguan pola tidur b/d faktor lingkungan. 3)
Defisit perawatan diri mandi b/d kelemahan fisik.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
4. Implementasi keperawatan
Melakukan implementasi sesuaikan dengan intervensi yang dibuat
5. Evaluasi keperawatan
Melakukan evaluasi kembali hasil pencapaian intervensi yang telah di
laksanakan
3.2 Saran
1. Bagi Perawat Ruangan
Pengkajian pada pasien secara head to-toedan selalu berfokus pada keluhan pasien
saat pengkajian (here and now). Selain itu tindakan mandiri perawat perlu
ditingkatkan dalam perawatan pasien.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Keluarga disarankan untuk tetap menjaga kebersihan perawatan diri pasien dan selalu
bersama disamping pasien.
53
DAFTAR PUSTAKA
Andra & Yessie. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha Medika.
Bulechek, dkk. (2017). Nursing Intervention Classification (NIC). Jakarta : Elesevier
KEMENKES RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Irianto, K. (2015). Memahami Berbagai penyakit. Bandung : Alfabeta
Purwani, R. D. (2017). Stroke Home Care. Yogyakarta : Healthy.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC.
Randy, M, C & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
NANDA International. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi
10. Jakarta : EGC.
Moorhead, dkk. (2017). Nursing Outcome Classification. Jakarta : Elsevier.
Taylor, C. (2013). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC.
54
55