Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA

HIPERTENSI DI DESA BRANANG

METODELOGI PENELITIAN

Oleh :

Shofi Nur Rizki

NIM 17010122

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNASIONAL SCHOOL

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia–

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas metode penelitian yang berjudul

“Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia

Penderita Hipertensi di Desa Banang” ini dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan proposal ini penulis telah banyak mendapat bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Ns. Prestasianita Putri, M. Kep

2. Ns. Rida Darotin, S. Kep., M. Kep

3. Ns. Hella Meldy T, S. Kep., M.Kep

4. Kustin, S. KM. MM., M.Kes

Telah membimbing penulis dalam penelitian. Kedua orang tua yang selalu

memberi dukungan baik moral maupun materi selama menempuh pendidikan di

STIKES dr.SOEBANDI Jember hingga terselesaikannya proposal penelitian ini, serta

semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan

dorongan dan bantuannya dalam penyusunan proposal ini, dan teman-teman yang

ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan

tepat waktu.

i
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan metode penelitian

ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi

perbaikan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya

dan bagi pembaca pada umumnya, Amiin.

Jember, Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................4

1.4.1 Bagi Peneliti.......................................................................4

1.4.2 Bagi Institusi........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia...................................................................................5

2.1.1 Definisi Lansia.........................................................................5

2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia......................................................5

2.1.3 Perubahan Perubahan pada Lansia..........................................6

2.1.4 Proses Menua..........................................................................7

iii
2.1.4 Teori Tentang Menua...............................................................7

2.2 Konsep Tekanan Darah......................................................................9

2.2.1 Definisi Tekanan Darah...........................................................9

2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah ....................................................10

2.2.3 Faktor Tekanan Darah............................................................10

2.3 Konsep Hipertensi...........................................................................12

2.3.1 Definisi Hipertensi.................................................................12

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi ...........................................................13

2.3.3 Etiologi Hipertensi.................................................................15

2.3.4 Patofisiologi Hipertensi.........................................................15

2.3.5 Manifestasi Klinis Hipertensi................................................18

2.3.6 Penatalaksanaan Klinis Hipertensi........................................18

2.4 Konsep Daun Salam .......................................................................24

2.4.1 Definisi Daun Salam..............................................................24

2.4.2 Karakteristik Daun Salam......................................................25

2.4.3 Kandungan Daun Salam........................................................26

2.4.4 Manfaat Daun Salam.............................................................27

iv
2.4.5 Cara Mengolah Daun Salam Menjadi Obat Herbal...............27

2.5 Kerangka Teori................................................................................29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep............................................................................30

3.2 Hipotesis .........................................................................................31

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian......................................................................32

4.2 Waktu dan Tempat...........................................................................33

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling......................................................33

4.3.1 Populasi.................................................................................33

4.3.2 Sampel...................................................................................33

4.3.3 Sampling................................................................................34

4.3.4 Kriteria Sampel......................................................................35

4.4 Variabel Penelitian ..........................................................................36

4.5 Definisi Operasional Variabel..........................................................36

4.6 Pengumpulan Data...........................................................................37

4.7 Instrumen.........................................................................................39

v
4.8 Analisa Data.....................................................................................39

4.9 Etika Penelitian ...............................................................................41

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan darah secara

abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang

disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana

mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi berkaitan

dengan kenaikan tekanan darah sistolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat

didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistolik diatas

140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Majid, 2012)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah

dimana tekanan darah sistolik lebih tinggi 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

lebih tinggi dari 90 mmHg (kemenkes RI2017). Hipertensi juga menyebabkan

penyakit gagal ginjal serta penyakit pembuluh darah lainnya (Syahri., 2012). Pada

umumnya penyakit ini sering terjadi pada orang berkisar usia lebih dari 40 tahun,

hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada derajat/stadium

awal penderita belum merasakan gangguan yang serius (Gunawan, 2012).

Menurut survey yang di lakukan oleh WHO tahun 2012 menunjukkan sekitar 972

juta orang atau 26,4 % penduduk dunia mengidap hipertensi dengan perbandingan

26,1 % pria dan 26,1 % wanita, dari 972 juta menidap hipertensi, 333 juta berada di

Negara maju dan 639 juta sisanya berada pada Negara berkembang termasuk di

Indonesia, angka ini kemungkinan akan meningkat 29,2 % pada tahun 2025 yang

akan datang. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi/tekanan darah

1
tinggi terutama di Negara berkembang pada tahun 2025, dari tahun 2000 dengan

jumlah 639 juta kasus. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus

pada tahun 2025 (Ardiansyah, 2012).

Di Indonesia sendiri prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi sebesar

30,9%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (32,9%) lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki (28,7%). Pravelensi di perkotaan sedikit lebih tinggi

(31,7%) dibandingkan dengan perdesaan (30,2%). Pravelensi cenderung naik seiring

dengan pertambahan umur. (Depkes ri. 2017).

Di jawa timur menurut depkes jatim pravelensi hipertensi sebesar 13,47 atau

sekitar 935.736 penduduk, dengan proporsi laki-laki lebih besar yaitu 13,78%

(387.913 penduduk) dan perempuan sebesar yaitu 13.25%(547.823 penduduk)

(depkes jatim, 2016). Jumlah kejadian hipertensi di Jember pada tahun 2016 sebesar

61.433 penderita dari 2.419.000 jumlah penduduk (Badan Pusat Statistik, 2017:107),

Sedangkan pada tahun 2017 angka kejadian hipertensi di Jember mencapai 48.112%

penderita dari 2.451.081% jumlah penduduk. (Dinas kesehatan, 2018)

Tidak semua penderita hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan untuk

menurunkan tekanan darahnya. Banyak bahan-bahan alami disekitar kita untuk

menurunkan tekanan darah, misalnya rebusan daun salam, ekstra kulit manggis, dan

ekstra daun sirsak yang terbukti ampuh untuk menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

Daun salam adalah salah satu rempah pengharum makanan yang sering

terdapatdi dapur Indonesia. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa daun salam

banyak memiliki manfaat untuk kesehatan berbagai zat yang terkandung seperti,

2
flavanoid, tannin, minyak atsiri dapat menurunkan tekanan darah, kolestrol dan asam

urat, diare. Penggunaan daun salam banyak dilakukan masyarakat sejak zaman

dahulu. Sebagai bahan obat komplementer dan sering dilakukan sebagai pengobatan

alternative dan sebagai pengganti obat antihipertensi yang relative mahal dan

penggunaannya seumur hidup. (Nurrobi, Hasanudin dan Bakri, 2010). Daun salam

mempunyai kandungan kimia seperti minyak atsiri, sitrat euganol, tannin serta

flavanoid yang dipercaya mampu untuk menurunkan tekanan darah, mekanisme kerja

dari daun salam ini yaitu merangsang sekresi cairan empedu sehingga lemak akan

keluar bersamaan dengan usus yang kemudian mengurangi gumpalan lemak yang

mengendap dalam pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar dan tekanan

darah akan normal.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh Rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia penderita hipertensi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

untuk mengetahui efektifitas pemberian rebusan daun salam terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum di beri rebusan daun salam

(Syzygium polyanthum) pada lansia penderita hipertensi

2. Mengidentifikasi efektifitas rebusan daun salam (Syzygium polyanthum)

pada lansia penderita hipertensi

3
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 bagi peneliti

mengaplikasikan teori metodologi penelitian untuk diterapkan dalam

kegiatan nyata dilapangan, khususnya mengenai efektifitas rebusan daun salam

(syzgyum polyanthum) untuk menurunkan hipertensi.

1.4.2 Bagi institusi

Penelitian ini memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang

keperawatan khususnya terapi non farmakologis untuk dimanfaatkan sebagai

sumber pembelajaran,

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan prose

salami yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap individu. Organisasi

kesehatan dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi empat yaitu: usia

pertengahan 45-59 tahun, lanjut usia 60-74 tahun, lalu lanjut usia tua 75-90

tahun, dan usia sangattua 90 tahun. Batasan lanjut usia yang tercantum dalam

undang-undang No 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan

orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan yaitu mereka yang

berusia 56 tahun ke atas (Wiria, 2015)

2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia

Usia dijadikan patokan untuk lanjut usia. Usia 60 – 65 tahun dianggap

sebagai lansia. Menurut World Organization Health (WHO) ada 4 tahapan

lanjut usia yaitu :

1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun

5
2.1.3 Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Secara alamiah,berbagai proses ketuaan yang tidak bisa dihindari

berlangsung (sarif,2012)berupa:

1. Perubahan fisik-biologis/jasmani.

a) Kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat

capek dan stamina menurun.

b) Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot otot

mengecil hipotrofi ,terutama di bagian dada dan lengan.

c) Kulit mengerut dan keriput.Garis garis pada wajah di kening dan sudut

mata.

d) Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang

e) Gigi mulai rontok.

f) Perubahan pada mata : pandangan dekat berkurang,adaptasi gelap

melambat,lingkaran putih pada kornea (arcus senilis ),dan lensa

menjadi keruh ( katarak )

g) Pendengaran,daya cium dan perasa mulut menurun.

h) Pengapuran pada tulang rawan ,seperti tulang dada sehingga rongga

dada menjadi kaku dan sulit bernafas.

2. Perubahan mentol-emosional/jiwa

a) Daya ingat menurun ,terutama peristiwa yang baru saja terjadi.

b) Sering pelupa/pikun;sering sangat mengganggu dalam pergaulan

dengan lupa nama orang.

6
c) Emosi mudah berubah ,sering marah-marah,rasa harga diri mudah

tersinggung.

3. Perubahan kehidupan seksual.

a) Penyakit lansia dapat meliputi:

b) Gangguan pembuluh darah:dari hipertensi sampai strok.

c) Gangguan metabolik:DM

d) Gangguan persendian:artritis ,encok,dan terjatuh

e) Gangguan sosial:kurang penyesuainan diri dan merasa tidak punya

fungsi lagi.

2.1.4 Proses Menua

Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai dari mulai

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti bahwa

manusia sudah melalui berbagai tahap kehidupan mulai neonates, toddler, pra

sekolah, remaja, dewasa dan lansia. Menua merupakan tahap tubuh dalam

mencapai titik maksimal, setelah itu tubuh menyusut dikarenakan

berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh akibatnya tubuh akan mengalami

penurunan fungsi secara bertahap (padila, 2013).

2.1.5 Teori Tentang Menua

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan

7
kerusakan yang diderita (Darmojo,2010). Proses menua yang harus terjadi

secara umumpada seluruh spesies secra progresif seiring waktu yang

menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan

menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu (Fatmah,

2010).

Terdapat tiga dasar fundamental yang dipakai untuk menyusun berbagai

teoRI menua yaitu:

1. Pola penuaan pada hampir semua spesies mamalia diketahui adalah

sama.

2. Laju penuaan ditentukan oleh gen yang sangat bervariasi pada setiap

spesies.

3. Laju atau kecepatan penuaan dapat diperlambat, namun tidak dapat

dihindari atau dicegah (Fatmah, 2010)

Beberapa teori penuaan yang diketahui dijelaskan berikut ini:

1) Teori Kekebalan Tubuh

Teori kekebalan tubuh (breakdown theory) ini memandang proses

penuaan terjadi akibat adanya penurunan sistem kekebalan secara

bertahap, sehingga tubuh tidak dapat lagi mempertahankan diri terhadap luka,

penyakit, sel mutan ataupun sel asing. Hal ini terjadi karena hormon-

hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar timus yang mengontro sistem

kekbalan tubuh telah menghilang seiring dengan bertambahnya usia (Fatmah,

2010).

8
2) Teori Fisiologik

Sebagai contoh, teori adaptasi stress (stress adaptation theory)

menjelaskan proses menua sebagai akibat adaptasi terhadap stres. Stres dapat

berasal dari dalam maupun dari luar, juga dapat bersifat fisik,

psikologik, maupun sosial (Fatmah, 2010)

3) Teori Psikososial

Semakin lanjut usia seseorang, maka ia semakin lebih memperhatikan

dirinya dan arti hidupnya, dan kurang memperhatikan peristiwa atau isu-isu

yang terjadi (Fatmah, 2010).

2.2 Konsep Teori Tekanan Darah

2.2.1 Definisi Tekanan Darah

Menurut Djoko santoso (2010) tekanan darah adalah tekanan dimana

darah beredar dalam pembuluh darah. Tekanan ini terus menerus berada

dalam pembuluh darah dan memungkinkan darah mengalir konstan. Tekanan

darahdalam tubuh pada dasarnya merupakan ukuran tekanan atau gaya di

dalam arteri yang harusseimbang dengan denyut jantung, melalui denyut

jantung darah akan dipompa melalui pembuluh darah kemudian dibawa

keseluruh bagian tubuh. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan

elastisitas pembuluh darah

9
2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Secara klinis klasifikasi tekanan darah dapat dikelompokkan yaitu :

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)


1 Normal <130 <85
2 Normal tinggi 130-139 85-89
3 Hipertensi ringan (derajat 1) 140-159 90-99
4 Hipertensi berat (derajat 2) 160-179 100-109
5 Hipertensi sedang (derajat 3) 180-209 110-119
6 Hipertensi sangat berat >210 >120

(derajat 4)
Sumber : potter,P.A, & Perry,A. G. 2010

2.2.3 Faktor Tekanan Darah

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah seseorang terdiri dari:

1. Usia

Tekanan darah orang dewasa meningkat seiring dengan pertambahan

usia satu dari lima pria berusia 35-44 tahun memiliki tekanan darah

tinggio. Angka tersebut meningkat dua kali lipat pada usia antara 45-55

tahun. Sekitar 50% dari orang yang berusia 55-66 tahun diperkirakan

mengalami hipertensi dan pada usia 65 tahun keatas diperkirakan jumlah

kasus hipertensi semakin meningkat. Semakin bertambah usia seseorang

dihubungkan dengan penurunan elastisitas pembuluh darah yang dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan darah (potter & parry, 2010)

2. Stress

10
Kondisi stress pada seseorang secara terus menerus cenderung akan

meningkatkan rangsangan saraf simpatis. Peningkatan rangsangan saraf

simpatis yang terjadi terus menerus mengakibatkan peningkatan kerja

jantung dan tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi saraf simpatis yang

berlangsung secara terus menerus akan meningkatkan tekanan darah

3. Ras

Frekuensi hip[ertensi pada orang afrika cenderung lebi9h tinggi

daripada Eropa. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga lebih

banyak pada orang Afrika & Amerika. Kecenderungan populasi ini

terhadap hipertensi dihubungkan dengan faktor genetic dan lingkungan

(potter & parry, 2010)

4. Jenis kelamin

Secara klinis tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tekanan

darah pada anak laki-laki dan perempuan. Setelah pubertas pria cenderung

memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita

cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria dengan

usia yang sama (potter & parry, 2010)

5. Kelebihan berat badan

Kegemukan atau kelebihan berat badan tidak hanya mengganggu

penampilan seseorang, tetapi juga tidak baik bagi kesehatan. Mereka yang

memiliki berat badan lebih cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi

daripada yang kurus. Pada orang yang gemuk, jantung akan bekerja lebih

keras dalam memompa darah. Hal ini dapat dipahami karena biasanyab

11
pembuluh darah orang yang gemuk terjepit kulit yang berlemak. Pada

orang yang gemuk pembakaran kalori akan bekerja lebih karena untuk

membakar kalori yang masuk. Pembakaran kalori ini membutuhkan suplai

oksigen dalam darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar

semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah dan menjadikan

jantung bekerja lebih keras (Anggraini, 2014)

6. Meditasi

Terapi obat yang diresepkan oleh dokter kepada pasien kadang

memberikan efek perubahan tekanan darah yang signifikan. Perawat harus

mengkaji secara detail terapi obat yang diprogramkan kepada pasien

memastikan pengukuran tekanan darah adapun obat anti hipertensi

digolongkan menjadi 3 yaitu farmakologi, non farmakologi, dan herbal

antara lain : Bawang putih, mengkudu, daun saledri, buah timun, daun

salam memiliki kandungan yang dapat menurunkan tekanan darah

khususnya minyak asiri, tannin, flavonoid (potter & parry, 2010 )

2.3 Konsep Teori Hipertensi

2.3.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan

meningkatnya konstriksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi

aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap dinding pembuluh

darah. (Edi j, 2013) menurut WHO, dikatakan hipertensi terjadi apabila

tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolic lebih dari 95

12
mmHg. Hipertensi sering disebut sebagai silent killer atau pembunuh diam-

diam karena terjadi tanpa maupun karbohidrat serta lemak atau campurannya

(Awwwaly, dkk, 2010)

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi dibedakan menjadi 2 berdasarkan jenis hipertensi dan

bentuk yaitu:

1. Berdasarkan penyebab di kenal jenis hipertensi, yaitu:

a) Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum di ketahui

penyebabnya dengan jelas. Berbagai bentuk faktor di duga sebagai

penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stress

psikologis, dan faktor keturunan, sekitar 90% pasien hipertensi masuk

dalam kategori ini (prapti, 2009).

b) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui. Kondisi ini biasanya muncul secara tiba-tiba. Beberapa

kondisi pemicunya antara lain gangguan fungsi ginjal, pemakaian

kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormone yang

merupakan faktor pengatur tekanan darah (prapti, 2009)

2. Berdasarkan bentuk ada 2, yaitu:

a) Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi yang terjadi ketika

tekanan sistolik mencapai 140mmHg atau lebih, tetapi tekanan

diastolic kurang dari 90mmHg, jadi tekanan diastolic masih dalam

kisaran normal (Junaidi, 2010)

13
b) Hipertensi malikna adalah hipertensi yang sangat parah karena tekanan

darah berada diatas 210/210 mmHg sehingga bila tidak diobati akan

menimbulkan kematian dalam waktu 3 sampai 6 bulan (Junaidi, 2010)

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah

Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1(hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg

ringan)
Stadium 2 (hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg

sedang )
Stadium 3 (hipertensi 180-209 mmHg 110-109 mmHg

berat)
stadium 4 (hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

sangat berat)

2.3.3 Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan menurut Dr. Iskandar

junaidi, 2010 yaitu:

1. Hipertensi primer/esensial

Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang memiliki beberapa

kemungkinan penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh

darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi primer

terjadi karena kondisi masyarakat yang memiliki asupan garam cukup tinggi,

14
lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta karena faktor genetic. (terdapat pada

kurang lebih 90% dari seluruh kejadian hipertensi)

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena

gangguan pembuluh darah atau organ tubuh tertentu seperti gi9njal, kelenjar

adrenalin, dan aorta. Penyebab hipertensi sekunder sekitar 5-10% berasal dari

penyakit ginjal, dan sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau pemakaian

obat tertentu (missal pil KB). Penyebab lain yang jarang adalah

feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan

hormone epinerin (adrenalin) atau norepinerin (noradrenalin).

2.3.4 Patofisiologi Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa

carayaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi

kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa

darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung di paksa untuk

melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah

menebal dan kaku karena arteriosklirosis. Dengan cara yang sama tekanan

darah juaga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil

(arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau

hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa

menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat

15
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan

air dari dalam tubuh.volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan

darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah

akan menurun. Penyesuain terhadap faktor-faktor tersebut dilaksankan oleh

perubahan di dalam fungsi ginjal dan system saraf atonom (bagian dari system

saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi

ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika

tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air

yang akan menyebabkan berkurangya volume darah dan mengembalikan

tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan

garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali

ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan drah dengan menghasilkan

enzim yang disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena

itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya

tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu

ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan

cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya

tekanan darah. Dengan meningginya tekanan darah menunjukkan tanda dan

gelaja seperti sakit kepala, pusing, palpitasi (berdebar-debar), mudah lelah

16
bahkan pada beberapa kasus penderita tekanan darah tinggi biasanya tidak

merasakan apa-apa, bila demikian gejala baru akan muncul setelah terjadi

komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang

untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon

fight-orflight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar) meningkatnya

arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan

darah yang lebih banyak mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal

sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh melepaskan hormone

epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) yang merangsang

jantung dan pembuluh darah. Faktor stress merupakan satu faktor pencetus

terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormone

epinefrin dan norepinefrin (Endang, 2014).

2.3.5 Manifestasi Klinis Hipertensi

Banyak penderita hipertensi tidak mempunyai tanda-tanda yang

menunjukkan tekanan darah tinggi dan hanya akan terdeteksi pada saat

pemeriksaan fisik. Sakit kepala di tengkuk merupakan cirri yang sering terjadi

pada penderita hipertensi berat. Gejala lain, yaitu pusing palpitasi (berdebar-

debar), mudah lelah. Namun, gejala-gejala tersebut kadang tidak muncul pada

beberapa penderita, bahkan pada beberapa kasus penderita tekanan darah

tinggi biasanya tidak merasakan apa-apa. Peninggian tekanan darah kadang-

17
kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala akan muncul

setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung (Ulfa,2011).

2.3.6 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi ada 3 antyara lain menurut (Endang, 2014) yaitu :

1. Penatalaksanaan non farmakologi

Pengobatan secara non farmakologi atau lebih dikenal dengan

pengobatan tanpa obat-obatan, pada dasarnya merupakan tindakan yang

bersifat pribadi atau perseorangan. Artinya menimbulkan pengaruh berarti.

Namun bagi penderita lain itu cukup signifikan dalam mengendalikan

tekanan darahnya agar tidak terlalu berdampak pada kesehatannya. Pada

dasarnya pengobatan hipertensi tanpa obat-obatan lebih menekankan pada

perubahan pola makan dan gaya hidup. Berikut pengobatan

nonfarmakologi menurut (Endang, 2014)

a) Mengurangi konsumsi garam

Garam dapur mengadung 40% natrium.oleh karena itu,

tindakan mengurangi garam juga merupakan usaha mencegah

sedikit natrium yang masuk kedalam tubuh. Mengurangi konsumsi

garam pada awalnya memang tarasa sulit. Keadaan ini terjadi

karena individu terbiasa dengan makanan berasa asin selama

puluhan tahun. Tentu memerlukan usaha yang keras untuk

mengurangi garam. Namun, umumna hal tersebut hanya akan

berlangsung pada awalnya saja, setelah berlangsung selama satu

18
bulan penderita menjadi menyukai makanan itu terasa makanan itu

tarasa asin. Pada dasarnya untuk mengurangi konsumsi garam.

b) Mengendalikan berat badan

Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk kedalam

tubuh atau mengimbangi dengan melakukan banyak aktivitas,

penurunan 1kg berat badan dapat menyebabkan tekanan darah turun

1mmHg

c) Mengendalikan minum (kopi dan alkohol)

Kopi tidak baik di konsumsi bagi individu dengan hipertensi

karena, senyawa kafein dalam kopi dapat memicu meningkatnya

denyut jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah.

Minuman beralkohol dapat menyebabkan hipertensi karena, bila di

konsumsi dalam jumlah yang berlebihan akan meningkatkan

tekanan darah. Pada dasarnya pada penderita hipertensi perlu

meninggalkan minuman beralkohol

d) Membatasi mengkonsumsi lemak

Konsumsi lemak berkaitan dengan kadar kolestrol dalam

darah. Kadar kolestrol yang tinggi dapat mengakibatkan penebalan

pembuluh darah. Jika endapan itu terjadi semakin banyak, dinding

pembuluh darah makin kaku atau berkurang kelenturanya. Kondisi

ini dapat memperparah jantung karena jantung bekerja semakin

berat saat memompa darah sehingga memperparah penderita

19
hipertensi. Pada penderita hipertensi harus menjaga kadar kolestrol

normal dalam darah sekitar 200 mg-250 mg per 100 cc.

e) Berolahraga teratur

Seorang penderita hipertensi bukan dilarang untuk berolahraga,

tetapi dianjurkan olahraga secara teratur. Memang ada beberapa

jenis olahraga yang tidak dianjurkan, bahkan dilarang dilakukan

oleh penderita hipertensi, yaitu karena yoga dan olahraga

sejenisnya. Bagi penderita hipertensi semua olahgara baik

dilakukan asal tidak menyebabkan kelelahan fisik dan selain itu

olahraga ringan yang dapat sedikit meningkatkan denyut jantung

dan mengeluarkan keringat. Beberapa olahraga yang dapat dipilih

adalah gerak jalan, senam, atau berenang

f) Menghindari stress

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Carell Medical College

menyatakan bahwa seseorang yang mengalami takanan jiwa (stress)

selama bertahuntahun ditempat kerja dapat mengalami resiko

hipertensi sebanyak tiga kali lebih besar. Sebaliknya orang-orang

yang berpikiran positif dan optimis mempunyai peluang lebih kecil

terkena hipertensi. Beberapa cara untuk menghindari stress,

diantaranya dengan melakukan relaksasi atau meditasi serta

berusaha dan membina hidup yang bersifat positif

2. Penatalaksanaan farmakologi

20
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan takanan darah

saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi

agar penderita bertambah kuat. Pengobatan standar yang diajukan oleh

Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint Commite On Detection, Evaluation

and Treatment Of High Blood Preasure, USA, 2010) menyimpulkan

bahawa obat diuretik, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat di

gunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan

penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita (Padila, 2013).

Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat-obatan seperti

berikut (Endang, 2014) :

a) Golongan Diuretik

Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk

mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam

dan iar, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh

sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan

pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilanya kalium

melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau

obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif pada orang kulit hitam,

lanjut usia, kegemukan, penderita gagal ginjal jantung atau penyakit

ginjal menahun.

b) Penghambat Adrenergik

Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta

bloker labetol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.

21
System saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan

memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan

tekanan darah. Yang palinh sering digunakan adalah beta-bloker

yang efektif diberikan pada penderita usia muda, penderita yang

mengalami serangan jantung

c) ACE-inhibitor

Obat ini efektif diberikan kepada orang kulit putih, usia muda,

penderita gagal jantung. Angiotensin converting enzyme inhibitor

(ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan

cara melebarkan arteri.

d) Angiotensin-II-bloker

Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu

mekanisme yang 26 mirip dengan ACE-inhibitor.

e) Antagonis kalsium

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme

yang benarbenar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada orang

kulit hitam, lanjut usia, nyeri dada, sakit kepala (migren).

f) Vasodilator

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari

golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap

obat anti-hipertesi lainnya

3. Alternatif/herbal

22
National center for complementary and alternative medicine of thenational

institute of health telah mengklasifikasikan berbagai macam terapi dan sistem

perawatan menjadi 5 kategori. Salah satu kategorinya adalah biological base

therapies (BBT). BBT merupakan sebuah jenis terapi komplementer yang

menggunakan bahan alam dan termasuk kedalam BBT adalah herbal.

Beragam terapi herbal yang telah terbukti secara ilmiah dapat menurunkan

tekanan darah (Ulfah, 2012). Namun masih sangat terbatas masyarakat

mengetahuinya antara lain :

a. Buah Timun

Ambil 2 buah timun segar cara membuatnya cuci sampai bersih

buah timun, lalu parut, peras dan saring untuk diambil airnya. Minum

ramuan sehari dua sampai tiga kali. Ramuan ini diminum sekali habis

b. Daun salam

Tumbuhan ini mengandung minyak asiri khususnya sitral dan

eugenol, juga mengandung tanin dan flavonoid. Jenis tanaman ini

tumbuh liar dihutan, kebun atau pekarangan diatas daratan rendah

sampai pegunungan tinggi. Untuk mengobati hipertensi diperlukan 20

lembar daun salam yang masih segar, lalu cuci dengan bersih dan

rebus dengan tiga gelas air hingga menjadi satu gelas. Selanjutnya

disaring dan airnya diminum, sehari minum dua kali sebelum makan

(Ulfah, 2012).

c. Bawang putih

23
Bawang putih 2 butir dikupas kulitnya, air matang hangat 1

gelas, cara membuatnya adalah kunyah bawang butih lalu telan,

lalu minumlah air matang hangat. Lakukan 3 x 1 hari.

d. Daun Saledri

Obat herbal ini dapat menurunkan hipertensi cara membuatnya

adalah ambil daun seledri, lalu cuci sampai bersih, tambahkan air

bersih secukupnya. Setelah itu remas - remaslah dengan tangan,

kemudian diperas dan saring untuk diambil airnya. Minum ramuan

secara rutin sehari tiga kali sebanyak dua sendok makan.

2.4 Konsep Teori Daun Salam

2.4.1 Definisi Daun Salam

Daun salam (syzygiumpolyanthum) merupakan tanaman yang banyak

memiliki manfaat selain digunakan untuk bumbu masakan daun salam ini juga

digunakan sebagai obat herbal dimana daun salam ini mampu mengatasi

berbagai macam penyakit salah satunya yaitu penyakit hipertensi dimana

kandungan minyak asiri (sitrat, euganol), tamin dan flavoida dalam daun

salam ini mempunyai fungsi untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi (Nurcahyati E, 2014).

Daunsalam (syzygiumpolyanthum) merupakan salah satu dari jenis

terapi herbal yang digunakan untuk berbagai penyakit salah satunya yaitu

untuk menangani penyakit hipertensi, selain mudah didapat serta harganya

yang murah daun salam juga mempunyai banyak khasiat yaitu dapat menjadi

obat maag, diare, menurunkan kadar gula darah (diabetes militus),

24
menurunkan kolestrol (cholesterol), menurunkan hipertensi dan asam urat

(Nisa, 2012).

2.4.2 Karakteristik Daun Salam

Daun salam bahasa latin disebut syzgium polyantum, dalam bahasa

inggris, daun salam disebut Indonesian bay leaf atau Indonesian laurel.

Tumbuhan salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan

dalam masakannusantara. Daun salam digunakan terutama sebagai rempah

pengharum masakan dan obatan-obatan (Degusman, 2011)

Pohon salam bertajuk rimbu, tinggi mencapai 25 m, berakar tunggang,

batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai

yang panjang 0,5-1 cm. helain bentuknya lonjong sampai elips atau bundar

telur sungsang, ujung runcing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm,

lebar 3-8 cm pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua,

permukaan bawah hijau muda. Daun bila diremas berbau harum. Bunganya

bunga majemuk tersusun dalam mulai yang keluar dari ujung ranting,

warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat diameter 8-9 mm,

warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak

sepat. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat (Putra, 2013).

Daun salam juga dapat digunakan untuk pengobatan tradisional.

Masyarakat mulai melirik pengobatan tradisional karena obat tradisional tidak

memerlukan biaya yang mahal dan dapat diramu sendiri. Berbagai literatur

menyebutkan bahwa Eugenia Polyanthum mempunyai banyak khasiat

pengobatan, antara lain untuk mengobati tekanan darah, kencing manis,

25
kolestrol tinggi, gastritis, diare, asam urat karena daun salam mengadung

minyak asiri(sirat dan eugenol),tannin, dan flavonoid (Dalimartha, 2010).

2.4.3 Kandungan Daun Salam

Kandungan zat-zat yang dapat berpengaruh menurut (Agoes, 2010) :

1. Minyak Atsiri

Sebagai pengharum atau penyedap yang dapat menenangkan pikiran dan

juga mengurangi produk hormone stress

2. Eugenol

Sebuah senyawa kimia aromatic, berbau, sedikit larutan dalam air dan

larut pada pelarut organic, kandungan euganol merupakan analgesic dan

antiseptic local yang baik.

3. Tannin

Dalam daun salam mampu mengendurkan otot arteri sehingga

menurunkan tekanan darah tinggi bagi penderita hipertensi.

4. Flavonoid

Sebagai inhibitor ACE dengan menghambat aktivitas ACE maka

pembentukan angiotension II dapat dibatasi sehingga dapat mencegah

hipertensi.

2.4.4 Manfaat Daun Salam

Manfaat daun salam menurut Astrid Savitri (2016) adalah sebagai berikut

1) Menurunkan tekanan darah tingg

Pada daun salam, kandungan mineral dapat membuat peredaran

darah menjadi lancar dan mengurangi tekanan darah.

26
2) Meringankan nyeri akibat asam urat

Salah satu kandungan yang berada pada daun salam ada yang

berkhasiat untuk menurunkan kadar asam urat dan juga meringankan rasa

sakit pada daerah sendi-sendi.

3) Menurunkan kadar kolesterol

Daun salam juga bisa digunakan untuk mengatasi kolesterol jahat

pada tubuh manusia. Meminum air rebusan daun salam secara rutin dua

kali sehari dapat mengurangi kadar kolesterol jahat dalam tubuh

2.4.5 Cara Mengolah Daun Salam Menjadi Obat Herbal

Daun salam selain sebagai bahan masakan, juga sudah diketahui

sejak zaman dahulu sebagai obat tradisional. Biasanya warga desa

menggunakan daun salam sebagai obat penyakit diare dan asam urat. Namun,

seiring berkembangnya jaman, mulai banyak penelitian tentang khasiat

daun salam diantaranya diketahui bahwa daun salam dapat mengobati

penyakit maag, kencing manis, mabuk akibat alkohol, asam urat, hipertensi

dan membantu menurunkan kadar kolesterol (Nurcahyati, 2014).

Menurut Nisa (2012), daun salam sebagai obat hipertensi,asam

urat, kolesterol, diabetes dan maag dapat dilakukan dengan cara pembuatan

sebagai berikut :

1. Siapkan 9 gr (10 lembar) daun salam muda yang sudah

2. dicuci.

3. Siapkan 300 ml air.

4. Rebus daun salam dalam air.

27
5. Tunggu beberapa saat sampai air menjadi 200 ml.

6. Setelah dingin,air rebusan daun salam siap diminum.

7. Air rebusan daun salam diminum selama 2 kali sehari

8. secara berturut-turun

.5 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi tekanan darah :

1. Usia
2. Faktor keturunan
3. Kelebihan Berat Badan
4. Jenis kelamin
5. stress

1. Diuretik
2. Antagonis HIPERTENSI
Kalsium
3. Beta Blocker
4. ACE Inhibitor 28
Penatalaksanaan
5. Penghambat
rennin Penurunan tekanan darah
Farmakologi Non Farmakologi
1. Penurunan
berat badan
2. Mengurangi
asupan garam
3. Diet
4. Terapi
Herbal
5. Olahraga
teratur

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

.1 Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah:

1. Usia
2. Stres
3. Ras
4. Jenis Kelamin
5. Kelebihan berat badan
6. Medikasi :
1. Bawang putih
2. Mengkudu
3. Daun saledri
29
4. Buah timun
5. Terapi air rebusan daun salam

Tekanan Darah

Keterangan :

: Diteliti : berpengaruh

: tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Terapi Air Rebusan Daun Salam Terhadap

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

.2 Hipotesis

Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatujawaban atas pertanyaan

penelitian yang telah di rumuskan dalam perencanaan penelitian. Untuk mengarahkan

kepada hasil tersebut maka dalam perencanaan penelitian dirumuskan jawaban

sementara.

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini di rumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variable,

variable bebas dan variable terikat. (Notoatmodjo,2012)

30
Ha : Ada pengaruh terapi air rebusan daun salam terhadap perubahan tekanan

darah pada penderita hipertensi di Desa Branang Kecamatan Lekok

Kabupaten Pasuruan

Ho : Tidak ada pengaruh terapi air rebusan daun salam terhadap perubahan

tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Branang Kecamatan

Lekok Kabupaten Pasuruan

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan one group pre-test

design. Cirri dari tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab

akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek

diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah

intervensi (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini dipilih penderita hipertensi

31
yang diawali dengan observasi melakukan tekanan darah (pretest), kemudian

diberikan perlakuan terapi air rebusan daun salam 2x sehari selama 1 minggu.

Setelah diberikan perlakuan dilakukan observasi lagi terhadap tekanan darah

(posttest). Adapun desain dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada skema

berikut (Nursalam, 2014)

Subjek Pra Perlakuan Post


K O X O1
Keterangan :

K : subjek (lansia yang mengalami peningkatan tekanan darah)

O : observasi sebelum perlakuan

X : intervensi (pemberian rebusan air daun salam )

O1 : observasi setelah perlakuan

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian telah dilakukan di Desa Branang Kecamatan Lekok

Kabupaten Pasuruan Pada bulan oktober sampai desember 2019

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan suatu variabel menyangkut

masalah yang diteliti berupa orang, kejadian, perilaku atau sesuatu lain

yang akan dilakukan peneliti (Nursalam, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua lanjut usia 60-74 tahun penderita

32
hipertensi di Desa Branang Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan.

Jumlah populasi sebesar 70 orang didasarkan pada laporan kunjungan

setiap tahun 2016 Di Puskesmas Lekok Kabupaten Pasuruan.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang terjangkau yang

dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2013). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

penderita hipertensi di Desa Branang Kecamatan Lekok Kabupaten

Pasuruan.

Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin

dalam bukunya sugiono (2013) tentang statistic untuk keperawatan :

N
n=
1+ N ( d)2

70
n=
¿¿

70
¿
¿¿

70
¿
1.7

= 41

Keterangan :

33
n : Besar Sampel

N : Besar Populasi

d : Tingkat signifikan p(0,1)

4.3.3 Teknik Sampling

sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

besar-besar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Pengambilan

sampel dilakukan dengan Random Sampilng (Probability sampling)

bahwa setiap subjek populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih

atau tidak terpilih sebagai sampel. . Setiap bagian populasi mungkin

berbeda satu dengan yang lainnya tetapi menyediakan populasi

parameter, mempunyai kesempatan menjadi sampel yang

representative, dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan

Simple Random Sampling yaitu teknik setiap elemen diseleksi acak.

(Nursalam, 2014).

4.3.4 Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2014).

Kriteria dalam penelitian ini adalah:

34
a) Penderita tekanan darah tinggi

b) Usia lebih 60-74 tahun

c) Penderita yang kooperatif

d) Bersedia ikut dalam penelitian

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2014)

Kriteria eksklusi dalam penelitian adalah :

a. Dalam keadaan kritis atau sakit keras

b. Sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi

4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu benda, manusia dan lain-lain (Nursalam, 2013)variabel dalam penelitian

ini adalah Variabel independent dan variabel dependent

1. Variabel Independent (Bebas)

Variabel Independent (Bebas) adalah variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel

independent pada penelitian ini adalah terapi air rebusan daun salam.

2. Variabel Dependent (Terikat)

35
Variabel Dependent (Terikat) adalah yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruhdari variabel bebas

(Nursalam, 2013). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

tekanan darah

4.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi indikator Alat ukur Skala data Nilai


operasional
Independent Suatu - Jumlah : 1 Gelas
rebusan pengobatan gelas/hari ukur,
daun salam untuk daun
- Lama : 1
menurunkan salam 10
minggu 7 hari
tekanan darah lembar
dengan - Waktu : pagi
menggunakan 1/2 gelas
daun salam sebelum
makan dan
sore 1/2 gelas
sebelum
makan

- Jenis : air
rebusan daun
salam (10
lembar daun
salam direbus
dengan 3 gelas
air jadi 1
gelas)
Dependent Besar tekanan Tekanan darah Tensimete Sistol :60-

36
tekanan yang sistol Tekanan r, 300mmHg
darah digunakan darah diastol stetoskop -Diastol :
dalam aliran dan 20-
darah saat Lembar 120mmHg
melewati observasi
arteri ketika
berkontraksi
ventrikel kiri
pada jantung
mendorong
darah keluar
dari arteri

4.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2013). Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang dilakukan

adalah :

1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari Stikes

dr Soebandi Jember untuk ditujukan kepada Bangkes Bangpol

Kabupaten Pasuruan, setelah diizinkan dilanjutkan ke dinas kesehatan

kabupaten Pasuruan

2. Setelah mendapat ijin dilanjutkan dari Dinas Kesehatan Pasuruan,

surat ijin ditujukan kepada Kepala Puskesmas Lekok dan kemudian

diarahkan ke desa branang peneliti bekerja sama dengan perawat Desa

Branang.

37
3. Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan dari terapi

air rebusan daun salam

4. Memberikan lembar informed consent sebagai bentuk persetujuan

dengan responden dan memberikan tanda tangannya pada lembar

persetujuan tersebut.

5. Melakukan pengukuran tekanan darah sebelum diberikan terapi air

rebusan daun salam.

6. Memberikan terapi air rebusan daun salam pada responden. Teknik

terapi pada kelompok perlakuan responden diberikan terapi air rebusan

daun salam 1 gelas/ hari selama 1 minggu 7 hari waktu pagi ½ gelas

sore ½ gelas sebelum makan .

7. melakukan pengukuran tekanan darah setelah diberikan terapi air

rebusan daun salam.

4.7 instrumen

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Instrumen digunakan untuk mendapatkan data yang relevan dengan tujuan

penelitian (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan

variabel tekanan darah adalah lembar observasi pengukuran tekanan darah dari

38
hasil pemeriksaan tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop pada

responden sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam.

4.8 Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam peneliti ini adalah analisis statistik

menggukan program spss 16.0. menurut Nursalam (2013), analisis statistik

inferensial bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh, perbedaan,

hubungan antara sampel yang diteliti pada taraf signifikan tertentu. Peneliti

menggunakan analisis inferensial untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh terapi

air rebusan daun salam terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi

Analisa data penelitian ini menggunakan :

1. Univariat Analisis univariat adalah analisis yang digunakan

terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan antara terapi air

rebusan daun salam terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi. Sifat data secara umum dibedakan atas dua macam

yaitu data kategori berupa skala nominal dan ordinal, data numerik

berupa skala rasio dan interval. Analisa univariat dalam penelitian

ini berdasarkan macam data yang dimiliki tersebut, dalam

penelitian ini dipakai perhitungan:

a) Distribusi frekuensi Variabel distribusi frekuensi yang

digunakan untuk menganalisis ini adalah pengaruh terapi

air rebusan daun salam. Data yang dianalisis adalah jenis

kelamin.

39
b) Perhitungan Tendensi sentral Perhitungan tendensi sentral

adalah ukuran pemusatan sebuah distribusi data. Ukuran

atau nilai tunggal yang mewakili keseluruhan data. Jenis

tendensi sentral adalah mean (rata-rata), median, modus.

Data yang dinalisis merupakan data numerik yang berskala

rasio dan interval. Didalam penelitian data yang dianalisis

menggunakan tendensi sentral adalah usia.

2. Bivariat Analisa data ini menggunakan analisa bivariat yaitu

analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang di duga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012) metode

analisis statistik yang digunakan adalah Uji 50 Paired T-Test. Uji

Paired T-Test dilakukan karena data yang dikumpulkan dari dua

sampel yang saling berhubungan, artinya bahwa satu sampel akan

mempunyai dua data. Ada tidaknya perbedaan yang bermakna

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dapat diketahui melalui

dua cara. Cara ini, digunakan nilai probalitas berdasarkan tingkat

kemaknaan 95% (alpa 0,05). Dikatakann ada perbedaan bermakna

sebelum dan sesudah perlakuan bila p 0,05 maka Ho diterima

(Sopiyudin, 2014). Beberapa syarat penggunaan dependent t-test,

yaitu:

a) Data berdistribusi normal

b) Data berskala numerik

40
c) Kedua kelompok dipilih secara non random

(dipasang/matching) Jika data pada penelitian tidak

memenuhi atau tidak berdistribusi normal maka alternative

uji yang bisa dilakukan adalah uji Wilcoxon (Signed Rank

Test). Sedangkan untuk varian data boleh homogeny atau

tidak, hal itu bukanlah merupakan permasalahan dalam uji

Paired T-test.

4.9 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi

isu sentral yang berkembang saat ini. Penelitian ilmu keperawatan, karena

hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus

memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Apabila hal ini tidak

dilaksanakan,maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang

kebetulan sebagai klien. Peneliti yang sekaligus juga perawat, sering

memperlakukan subjek penelitian seperti memperlakukan kliennya, sehingga

subjek harus menurut semua anjuran yang diberikan. Padahal pada

kenyataanya, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip etika penelitian

(Nursalam, 2013).

Menurut Nursalam (2013) secara umum prinsip etika dalam

penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip

manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan.

1. Prinsip manfaat

41
a) Bebas dari penderitaan Penelitian harus dilaksanakan tanpa

mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika

menggunakan tindakan khusus.

b) Bebas dari eksploitasi Partisipasi subjek dalam penelitian, harus

dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus

diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang

telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat

merugikan subjek dalam bentuk apapun

c) Risiko (benefits ratio) Peneliti harus berhati-hati mempertimbangkan

risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap

tindakan.

2. Prinsip menghargai hak-hak asasi manusia (respect human dignity)

a) Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek apapun tidak,

tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang klien. Pada penelitian ini

penulis menghargai setiap keputusan pada penderita asam urat

bersedia atau tidak menjadi responden. Selain itu, penulis meminta

ijin kepada penderita tersebut untuk menjadi responden. Jika

penderita tersebut tidak memberikan ijin dan tidak bersedia maka

penulis tidak memaksa untuk menjadi responden.

42
b) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure). Seorang peneliti harus memberikan penjelasan

secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi

pada subjek.

c) Informed consent Subjek harus mendapatkan informasi secara

lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,

mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi

responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa

data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan

ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari

penelitian.

b) Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy) Subjek mempunyai hak

untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk

perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality)

43
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nusa Medika. Prapti. 2009.

Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. Jakarta Selatan: Agromedia.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2018. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun

2018. Dinkes Jatim.

44
H Widuri. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia Ditatanan Klinik.

Yogyakarta : Fitramaya.

Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Padila. 2013.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo,S. (2012).

Notoatmodjo,S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nusa Medika.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

LAMPIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MENGUKUR TEKANAN DARAH

45
JUDUL SOP

MENGUKUR TEKANAN DARAH

PROSEDUR TETAP NO NO REVISI HALAMAN

DOKUMEN
TANGGAL DITETAPKAN OLEH

TERBIT
1 PENGERTIAN Tekanan darah merupakan kekuatan lateral

pada dinding arteri oleh darah yang didorong

dengan tekanan dari jantung.


2 TUJUAN Untuk mengetahui tekanan darah sistolik dan

diastolic
3 INDIKASI -
4 KONTRAINDIKASI -
3 PERSIAPAN PASIEN 1. Salam

2. Jelaskan maksud dan tujuan

3. Jaga privasi penderita hipertensi

4. Persiapan alat-alat
3 PERSIAPAN ALAT 1. Spigmomanometer (Tensimeter )

2. Stetoskop

3. Buku catatan dan alat tulis


4. TAHAP KERJA

1. Berikan salam pada pasien

2. Menjelaskan prosedur pada pasien

3. Mengatur posisi pasien

4. Pemeletakan lengan pasien yang hendak diukur pada posisi telentang

46
5. Melilitkan manset pada lengan kanan/kiri atas pasien dengan batas tiga jari

dari daerah cubiti (siku lengan bagian dalam)

6. Pastikan manset terlihat dengan rapi, kemudian sambungkan manset ke

spymomanometer

7. Rabalah denyut nadi radialis (nadi pada siku bagian dalam) dekstra/sinistra

dengan jari tangan kita

8. Letakkan spymomanometer sejajar dengan jantung pasien. Kembangkan

manset dengan cara memompa balon udara, sampai denyut arteri tidak

terdengar lagi.

9. Dengarkan bunyi (suara korotkoff). Denyutan kuat yang pertama yaitu (bunyi

systole) dan bunyi denyutan lemah terakhir (bunyi diastole). Pastikan

mendengar bunyi ini secara teliti dan akurat, sinkronkan dengan skala yang

ada spymomanometer, jika meragukan ulang lagi.

10. Kemudian buka sekrup balon udara

11. Catat hasil yang di temukan

12. Beritahu klien bahwa tindakan telah selesai

13. Rapikan alat-alat

14. Cuci tangan


5 TAHAP 1. Evaluasi hasil subyektif dan objektif

TERMINASI/EVALUASI 2. Beri reinforcement posisitif pada

klien

3. Mengakhiri pertemuan dengan baik

47
6 HAL-HAL YANG PERLU DI 1. Pada pemasangan manset pastika

PERHATIKAN kantong udara kosong

2. Ulangi pemeriksaan apabila kurang

meyakinkan senantiasa bersikap

sopan, dan menjaga keberadaan

pasien

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

JUDUL SOP

REBUSAN DAUN SALAM BAGI

PENDERITA HIPERTENSI

PROSEDUR TETAP NO NO REVISI HALAMAN

DOKUMEN
TANGGAL DITETAPKAN OLEH

TERBIT
1 PENGERTIAN Tindakan pembutan rebusan daun salam bagi

penderita hipertensi untuk menurunkan

tekanan darah menjadi normal


2 TUJUAN 1. Mengurangi nyeri kepala, leher, dan

48
pundak akibat hipertensi

2. Menurunkan tekanan darah menjdi normal


3 KEBIJAKAN Klien yang menderita hipertensi dengan

keluhan nyeri kepala, leher, dan pundak


4 PETUGAS Tim Penelitian
3 PERSIAPAN PASIEN 1. Memberikan salam

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur

pembuatan rebusan daun salam

3. Menanyakan persetujan/kesiapan

pasien
3 PERSIAPAN ALAT 1. Kompor

2. Panci kecil

3. Saringan

4. Gelas ukur

5. Daun salam 10lembar

6. Air 300ml (3 gelas)


4 TAHAP KERJA

1. Melakukan pemeriksaan tekanan darah

2. Menyiapkan 10lembar daun salam

3. Rebus daun salam pada panci kecil dengan 3 gelas air

4. Rebus hingga tersisa 1 gelas

5. Saring air rebusan tersebut

6. Biarkan hingga hangat-hangat kuku lalu minum 2x/sehari

7. Lakukan pemeriksaan tekanan darah


5 TAHAP 1. Berpamitan dengan klien

49
TERMINASI/EVALUASI 2. Membereskan alat

3. Mencuci tangan

INSTRUMEN PENELITIAN

Lembar Observasi Hasil Pengukuran Tekanan darah

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin :

No Hari, Tanggal Tekanan Darah Tekanan Darah

Sebelum terapi Sesudah terapi

pemberian rebusan pemberian rebusan

air daun salam air daun salam


1
2

50

Anda mungkin juga menyukai