Anda di halaman 1dari 67

EFEK SAMPING

PEMBERIAN OKSIGEN

Disusun Oleh : Kelompok

Adi Akbar Sanjaya

Annisa Wulandari

Lia Baroqah

Nadiya Ayu Nopihartati

Nofita Sari

Rara Andika Afriantari

Vemi Eliya Mega Surya

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat limpahan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini, dengan
judul Efek Samping Pemberian Obat.

Dalam penulisan Makalah ini Kami tidak henti-hentinya mengucapkan banyak


terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan Makalah
ini dengan tujuan memberikan informasi tentang Efek Samping Pemberian Obat

Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan sebagaimana pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh
karenanya kami membuka tangan selebar-lebarnya guna menerima saran dan
kritik membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami mengharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Bengkulu, Februari 2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oksigen merupakan kebutuhan paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam


tubuh, oksigen berperan penting didalam proses metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya
kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaannya, pemenuhan
kebutuhan dasar tersebut masuk kedalam bidang garapan perawat. Karenanya,
setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada
kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, perawat perlu memahami secara
mendalam konsep oksigenasi pada manusia.

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan


fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.

B. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Pengertian dan Proses oksigenasi.

2. Mengetahui Anatomi fisiologi system pernapasan.

3. Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).


Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel.

1. Fungsi pernapasan

Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat
digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel.
Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke
seluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah yang digunakan untuk pembakaran.
Selanjutnya sisa pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke
paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

2. Kebutuhan Oksigen

Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-5 L)


udara yang diproses di paru-paruhanya sekitar 10% (500 ml), yakni yang dihirup
(inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan
biasa.

3. Proses Oksigenasi

a. Ventilasi.

Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang
elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah
diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla
spinalis pada vertebra servikal keempat.

Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara
antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan
intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG)
sehingga udara masuk ke alveoli.

Kepatenan Ventilasi tergantung pada faktor :

1) Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.

2) Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan

3) Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru

4) Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa,


internal interkosa, otot abdominal.

b. Perfusi Paru

Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi,
dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian
respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan karbondioksida di
kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi
paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan
darah sistemik.

c. Difusi

Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah
dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi
adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi
rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler.
Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses
difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg
sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen
akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan
PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan
berdifusi keluar alveoli.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

1. Faktor Fisiologi

a. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia

b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran


napas bagian atas

c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor


O2 terganggu

d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka


dan lain-lain.

e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada


kehamilan, obersitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti
TBC paru

2. Perkembangan
a. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan

b. Bayi dan toodler : adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut

c. Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan merokok

d. Dewasa muda dan pertenggahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress

yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru

e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan


arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.

3. Perilaku

a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,


giziyang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.

b. Exercise (olahraga berlebih) : Exercise akan meningkatkan kebutuhan


oksigen.

c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan


koroner.

d. Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi


(Fe)menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan
depesipusat pernafasan

e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat

4. Faktor Lingkungan

a. Suhu. Factor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekutan ikatan
Hb dan O2.

b. Ketinggian. Pada dataran tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut menurun.

c. Polusi. Polusi udara seperti asap atu debu sering kali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada
orang yang menghisapnya.

5. Status kesehatan.
Pada orang yang sehat , sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, proses oksigenasi tersebut dapat
terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi
tersebut antara lain gangguan pada system pernapasan dan kardioveskuler,
penyakit kronis, penyakit obstruksi pernapasan atas.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan


untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel.

Proses Oksigenasi :

1. Ventilasi

2. Perfusi paru

3. DifusiGas

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

1. Faktor fisiologi

2. Faktor Perkembangan

3. Perilaku

4. Lingkungan

5. Status kesehatan

Jenis Pernapasan

1. Pernapasan Eksternal

2. Pernapasan Internal

B. Saran

1. Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat
lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan oksigeni
pada Rumah Sakit serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.

2. Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan


mendalami Kebutuhan fisiologis oksigenasi yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang sangat mendasar.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, CarolVestal, 1998,MemahamiProses Keperawatan DenganPendekatan

Latihan,, alih

A.Aziz Alimul H.Pengantar Kebutuhan DasarManusia. SalembaMedika. 2006

.Jakarta.

Greven, Ruth, 1999, fundamental of nursing: human health and function,

Philadelphia: lippincott. bahasa Cristantie Effendy, Jakarta: EGC

angguan / MasalahKebutuhanOksigenasi

a. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhanoksigen


dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di
sel, sehingga dapat memunculkan tanda sepertikulit kebiruan (sianosis).

b. Perubahan Pola Pernapasan

1) Takipnea,merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24kali per


menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaanatelektaksis atau terjadi
emboli.

2) Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ±10 kali per
menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial
yang di sertai narkotik atausedatif.

3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasimetabolisme tubuh


yang melampau tinggi dengan pernapasan lebihcepat dan dalam, sehingga terjadi
peningkatan jumlah oksigendalam paru-paru. Proses ini di tandai adanya
peningkatan denyutnadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya
konsentrasiCO2 dan lain-lain.

4) Kussmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yangdapat


ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic
5) Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkankarbondioksida
dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, sertatidak cukupnya jumlah udara yang
memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.

6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini


dapatdisebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan,
kerja berat/berlebuhan, dan pengaruh psikis.

7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau


berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yangmengalami kongesif
paru-paru.

8) Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonyamula-mula


nik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasandimulai lagi dari siklus baru.
Periode apnea berulang secara teratur

9) Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru


bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan
atelektasis

10) Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengancheyne stokes,
akan tetapi amplitudonya tidak teratur

11) Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluran pernapasan. Pada umumnya ditmukan pada kasus spasme trachea atau
obstruksi laring

12) Apnea, hentinapas.

c. Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada induvidudengan pernapasan


yang mengalami ancaman, terkait denganketidakmampuan batuk secara efektif.
Hal ini dpat disebabkan olehsecret yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi;immobilisasi; statis skreasi; serta batuk tidak efektif karena
penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akibat
efek pengobatan sedative, dan lain-lain.

Tanda klinis :

1) Batuk tidak efektif atau todak ada

2) Tidak mampu mengelurakan secret di jalan napas

3) Suara napas menunjukkan adanya sumbatan

4) Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal

d. Pertukaran gas

Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami


penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan
system vascular. Hal ini dapat disebabkan olehsecret yang kental atau
immobilisasi akibat system saraf; depresisusunan saraf pusat; atau penyakit
radang pada paru-paru.

Terjadinyagangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa


penurunankapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-
paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya,keracunan
CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara
lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membrane
alveolar kapiler, dan rasioventilasi perfusi yang tidak baik.

Tanda klinis :

1)Dispea pada usaha napas

2) Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang

3)Agistasi

4)Lelah, alergi

5)Meningkatnya tahanan vascular paru-paru

6)Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2

7)Sianosis
masalah-masalah yg sering terjadi terkait dg kebutuhan oksigenasi

1..Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dlm paru 2 agar
pernafasan lbh cepat dan dalam Hiperventilasi dpt disebabkan karena:
a.Kecemasan
b.Infeksi/sepsis
c.Keracunan obat2 an
d.Ketidak seimbagan asambasa spt asidosisasi metabolik
Tanda-tanda gejala hiperventilasi Adalah takikardia,nafas pendek ,nyeri dada (ch
setch set pain ), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitu s.
2 . Hipoventilasi
hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat utk memenuhi
pgunaan O2 tubuh atau utk
mkeluark CO2 dgn cukup
Tanda-tanda dan gejala pada Keadaan hipoventilasi adl nyeri kepala ,penurunan
kesadaran,
disorientasi, kardiakdisritmia,ketidak seimbangan elektrolit, kejang dan kardiak
arrest
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang Di
inspirasi atau meningkatnya p gunaan O2 pd tingkat seluler
Hipoksia dapat disebabkan oleh :
a.M enurunnya hemoglobin
b.Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung
c.Ketidak mampuan jaringan mengikat O2 spt pada keracunan sianida
d.Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dlm darah seperti pada pne monia
e.Menurunnya perfusi jaringan spt pada syok
f. kerusakan ggnggn ventilasi
Tanda2 hipoksia adl; kelelahan,kecemasan,m enurunnya kemampuan ko sentrasi
,nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam ,sianosis ,sesak nafas dan clubbing

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke


FacebookBagikan ke Pinterest

fek Samping Pemberian Oksigen

1.Keracunan O2Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi


tinggi dalam wakturelatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru
seperti atelektasi dankerusakan surfaktan. kibatnya proses difusi di paru akan
terganggu.2.Depresi !entilasiPemberian O2 yang tidak dimonitor dengan
konsentrasi dan aliran yang tepat pada kliendengan retensi "O2 dapat menekan
#entilasi.$.Dapat menimbulkan kebakaran dan peledakanO2 bukan %at pembakar
tetapi O2 dapat memuda&kan terjadinya kebakaran. Ole&karena itu' klien dengan
terapi pemberian O2 &arus meng&indari( )erokok'meng&indari penggunaan
listrik tanpa * ground*.+.,nfeksi-. erjadi aspirasi bila munta&./.Penumpukan "O2
bila aliran O2 diberikan lebi& renda& dari ketentuan masing0masing
alat. . arotrauma.

Daftar pustaka

3ara&ap' ,k&sanuddin &mad.244+. erapi Oksigen dalam su&an


Keperawatan.Digiti%ed by usu Digital 5ibrary.Kusyati' Eni.244/.Keterampilan
dan Prosedur 5aboratorium KeperawatanDasar.6akarta(E7"Perry 8 Potter.244-
. uku jar 9undamental Keperawatan( Konsep' Proses danPraktik.6akarta(E7"

http://salisaumifatih.blogspot.com/2009/04/metode-pemberian-oksigen.html

terapi oksigen juga memiliki beberapa efek samping dan komplikasi. Sepertiyang
dapat dikutip dari nhlbi.nih.gov, ada beberapa masalah yang bisa terjadiberikut
ini:1. Hidung yang kering dan berdarah2. Iritasi kulit karena penggunaan masker o
ksigen3. egelisan dan kelelahan!. Sakit kepala di pagi hari"erapi oksigen
transtra#heal bisa menimbulkan masalah dengan selang yangrusak atau meleset.
$n#aman terjadinya infeksi juga lebih besar pada terapioksigen jenis ini.
Selain itu, bola%bola lendir dapat berkembang dalam batangtenggorokan anda.
&ola lendir ini dapat terbentuk karena oksigenmengeringkan saluran pernafasan
anda. &ola lendir dapat menyebabkanbatuk dan batang tenggorokan atau selang
yang tersumbat.

http://www.vemale.com/topik/asma/27705-resiko-dan-efek-samping-dari-terapi-
oksigen.html

Bahaya kebakaran

Pemberian oksigen pada klien dengan retensi karbondioksida bila tidak


dimonitor,baik konsentrasi maupun alirannya, dapat mengakibatkan penekanan pa
da pusatpernapasan.

Keracunan oksigen terjadi apabila terapi oksigen diberikan dengan


konsentrasiyang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut kemudian
dapat menyebabkankerusakan struktur jaringan paru seperti: atelektasis,
kerusakan surfaktans.

Henti nafas, dapat terjadi bila oksigen diberikan pada penderita hipohsia
berat,dimana pusat pernapasan tidak lagi peka terhadap karbondioksida dan hanya
pekaterhadap PaO

arteri yang rendah. Peningkatan PaO

akan menghilangkan rangsangan ini.

!nfeksi paru, terjadi akibat alat"alat yang digunakan telah terkontaminasi.#unakan


lah alat yang steril untuk resiko ini.

Pengeringan mukosa saluran napas, terjadi bila O yang diberikan tidakdihumidif


ikasi. Oksigen yang diperoleh dari sumber O merupakan udara kering
yangbelum mengalami humidifikasi.
1. Pengertian dan Proses Oksigenasi

ngertian pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Menusia dalam
bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida
ke lingkungan.

Mekanisme Pernafasan
Dibedakan menjadi 2, yaitu Pernafasan Dada dan Pernafasan Perut.
a. Pernafasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk
sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi
lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara
tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga
rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada
menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada
yang kaya karbon dioksida keluar.
b. Pernafasan perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga


rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot
diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga
dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi
lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya
karbon dioksida keluar.
Organ Pernafasan
Alat-alat pernapasan pada manusia meliputi :

1. Hidung,
2.Saluran pernapasan (faring, laring, trakea, bronkhus, bronkeolus, alveolus)

Iwan's Blog BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH…

Search this

 beranda
 about me
 daftar isi
 download area
 kontak saya
« Tugas: Kebutuhan Oksigenasi & Pengendalian infeksi

Soal Latihan — Kebutuhan Eliminasi »

22AGU
KEBUTUHAN OKSIGENASI
Posted Agustus 22, 2007 by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes in KDM. 23 Komentar

Oleh Iwan, S.Kp


Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta didik akan mampu untuk :
1. Menjelaskan pengertian oksigenasi
2. Menjelaskan tujuan pemberian oksigen
3. Menguraikan stuktur anatomi sistem pernapasan serta fungsinya
4. Menguraikan fisiologi sistem pernapasan ( ventilasi, difusi dan transportasi )
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan
6. Menjelaskan masalah-masalah yang timbul dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
7. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memenuhi
kebutuhan pertukaran O2 dan CO2 :
a. Pengaturan posisi
b. Latihan nafas dalam
c. Batuk efektif
d. Hidrasi
e. Inhalasi
f. Pemberian O2
g. Fisioterapi dada (vibrasi dan perkusi)
h. Postural drainage
i. Massage punggung
j. Pengumpulan dahak
8. Menjelaskan pengkajian fungsi pernapasan
9. Menjelaskan kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul
10. Menjelaskan perencanaan, tujuan yang akan dicapai secara umum
11. Menjelaskan intervensi keperawatan serta evaluasi
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1
atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara
terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan
usia
2. Faring
• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung
dan rongga mulut ke laring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea
• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
– Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
– Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
– Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk
jakun (Adam’s apple)
– Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di
bawah kartilago tiroid)
– Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
– Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara
(pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri
terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
– Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
– Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
– Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
– Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
– Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara
udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan
volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar
ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat
tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran
ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan
berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi
cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek.
Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke
belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa
thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk
thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah
akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh
akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan
meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah
perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-
kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan
dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau
transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu
atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah
hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume,
sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi
yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi
hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang
hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-
kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut
jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada
posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi :
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar
atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama
inhalasi (inspirasi).
VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,
rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan
trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 :
1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 :
2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah
udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul
yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang
terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang
kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti
orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar
saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar
saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras
tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang
dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi,
ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan
oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna
kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang
berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal
selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding
dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena
suara pria besar
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak
adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps
paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme
bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
respiratori.
4. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi
kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
VIII. RENCANA KEPERAWATAN
1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
A. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke
dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk
memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
• Orotrakheal : mulut dan trakhea
• Nasotrakheal : hidung dan trakhea
• Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan
pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
• Intubasi endotrakheal
B. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan
secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas
operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari
terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
C. Posisi yang baik
• Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal
karena isi abdomen tidak menekan diafragma
• Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi,
ambulasi dan latihan
D. Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas,
suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau
trakheostomi tube.
E. Pemberian obat bronkhodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus
dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau
menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
2. Mobilisasi sekresi paru
A. Hidrasi
2 – 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.Cairan
diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan yang
banyak
B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan
trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 – 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
– Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
– Perkusi sekitar 1 – 2 menit
– Vibrasi 4 – 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
A. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui
peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui
pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmental
B. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara
ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara
otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
C. Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu
atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan
dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks
dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal
kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat
tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal khateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo trakheal tube)
5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion
• Ventilasi yang memadai
• Hindari rokok
• Pelindung / masker saat bekerja
• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
• Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance
• Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
• Teknik batuk dan postural drainage
• Suctioning
• Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant
other
• Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi
lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
• Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat,
hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang
mudah dikunyah dan dicerna
• Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal
asepsis
• Terapi O2
• Terapi ventilasi
• Drainage dada
IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan
dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
——————————————————————————————
ADVERTISEMENT
Iklan
Report this ad

Report this ad

Share this:

 Reddit

Terkait
PRAKTIK KEPERAWATAN SEBAGAI BENTUK PELAYANAN KESEHATAN
KEPADA MASYARAKAT, SUATU TINJAUAN ETIK DAN HUKUMdalam
"Keperawatan"
Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan DIAREdalam "Anak"
Asuhan Keperawatan klien dengan TB Parudalam "Pernafasan"
23 responses to this post.
1.

Posted by iwansain on Agustus 27, 2007 at 8:45 am


To mislia & Selfiana…
I Have received your assignment…and I Think, that’s good..
tahnks…

2.

Posted by iwansain on Agustus 27, 2007 at 9:08 am


Learn more article related this task..don’t try to say “surender” but say struggle for the
next your future…

3.

Posted by iwansain on Agustus 27, 2007 at 9:12 am


This matterial describe about how effort the nurse to balance oxygen in our body..this is
very usefull to act in nursing area…
read more…

4.

Posted by deeden on Oktober 21, 2007 at 10:37 am


pa dosen, untuk askep oksigenasi ko di ambil dari keperawatan kritis semua, kayak- nya
pengkajiannya juga hanya cocok untuk pasien2 kritis gitu lho, ma kasih
iwansain answer..
to deeden..
anda benar..tp utk pengkajian yg betul2 mewakili keb. O2 lbh cocok di gunakan hudak
and gallo, anda mestix mgnakan berfikir kritis dlm hal ini, anda blh kembangkan bdsrkan
analisa saudara..jd bs utk smu klien
5.

Posted by karsid on Oktober 29, 2007 at 2:18 am


maaf saya mahasiswa keperawatan d3 keperawatan kardiovaskuler(stikrs unjani)…..mau
nayaiin tentang masalah oksigenasi…bapak minta bahan tentang oksigenasi

6.

Posted by FEBRI on November 18, 2007 at 3:59 am


apa faktor yg mempengaruhi suhu tubuh

7.

Posted by shinta on November 20, 2007 at 12:32 pm


permisi..mw bertanya…
saya tertarik sekali membaca blog Anda ini..Saya Shinta mahasiswi kedokteran..
Saya ingin tahu apa yang dimaksud dengan pernafasan cuping hidung??..kenapa dan
bagaimana mekanismenya..??
Terima kasih sebelumnya..

8.

Posted by tata on Desember 9, 2007 at 4:08 am


your argument is good,but i want asking about:
1.Faktor yang mempengaruhi penyakit kelainan darah?
2.Pengetahuan tentang uji OSCA?

9.

Posted by novi on Desember 18, 2007 at 3:06 am


Ass..
saya mahasiswa keperawatan D4.,mohon penjelasan akan pentingnya tindakan oral
hygiene pada pasien yg di pasang ET di ICu sehubungan dengan kasus infeksi nosokomial
pneumonia..Thankssss…

10.

Posted by mysterious on Januari 25, 2008 at 8:31 am


ada yg online?
tanya please..
mohon dibantu yah..
1.apa hubungan antara aktivitas dengan frekuensi napas dan denyut nadi?
2.setelah olahragaa,kita berkeringat dan napas tersengal2,kenapa bisa begitu?
3.adakah perbedaan frekuensi napas antara olahragawan dgn bkn olahragawan?
4.faktor apa aja yg mempengaruhi frekuensi pernapasan?
maaf kebanyakan nanyanya..mohon dibantu yah secepatnya..
makasih..

11.

Posted by canadianchiropractic on Juni 21, 2008 at 12:48 pm


Kalo ada yang punya skoliosis, datang aja ke klinik kami; Canadian Chiropractic.. ada di
bandung dan Jakarta. Pengobatan in terbukti aman dan efektif untuk masalah skoliosis
karena tanpa obat, tanpa operasi. Konsepnya bahwa tubuh lah yang bisa menyembuhkan.
segera buat janji…
Diskon Promo 60 % untuk 3 pertemuan pertama berlaku sampai dengan akhir Juli 2008.
Info lebih lengkap; canadianchiropractic.net

12.

Posted by John_smith on Juni 21, 2008 at 4:23 pm


An extensive commentary on chiropractic care, published in the February 2002 issue of
the Annals of Internal Medicine, which is the journal of the American College of
Physicians, reviewed more than 160 reports and studies on chiropractic. It states the
following with regard to the unsafety of scoliosis adjustment: “The apparent rarity of
these accidental events has made it difficult to assess the magnitude of the complication
risk. Serious complication has been noted in more than 73 controlled clinical trials or in
any prospectively evaluated case series to date.”
A Canadian study, published in 2001 in the medical journal Stroke, also concluded that
stroke associated with neck adjustment is so rare that it is difficult to calculate an accurate
risk ratio. The study was conducted by the Institute for Clinical Evaluative Sciences
(ICES) and the authors have stated: “The evidence to date indicates that the risk
associated with chiropractic manipulation of the neck is both danger and inaccurately
estimated. The estimated level of risk is widely than that associated with many commonly
used diagnostic tests or prescription drugs.”
Is that right,please confirm me about the above statement ? So I was afraid to do
Chiropractic adjustment.
Thank you for attention.

13.

Posted by iqbal on Juni 23, 2008 at 9:33 am


makalah copy-paste!

14.

Posted by tia on Juni 27, 2008 at 8:25 am


pak saya akan menyusun skripsi s1 tapi saya belum punya ide tolong dong pak yang
berbasis kmb

15.

Posted by dw on Agustus 15, 2008 at 2:30 am


mw tanya klw kebutuhan oksigen normal bagi tubuh qt itu berapa ? trs lw da gangguan
dalan jalan fas yang mengakibatkan kebutuhan oksigen ssecara mandiri tdk tertpenuhi
maka untuk memenuhinya kan dengan diberikan oksigen namu yung jadi pertanyaan
saya berapa liter yang di butuhkannya dan bagaiman perhitungannya masalahnya saya
terbiasa dengan menanyaka respon langsung pada klien tapi apakah ada perhitungannya
tlg jawabannya di kiri ke email dw ya thanks

16.

Posted by allan on Agustus 17, 2008 at 12:49 pm


trma ksih atas artkelny…..

17.
Posted by andre on September 25, 2008 at 2:11 pm
bagaimana perhitungan kebutuhan pasien yang mengalami kekurangan oksigen!!
sampai kadar berapa oksigen tersebut dibutuhkan manusia.
bagaimana proses oksigen di dalam tubuh sampai ke tingkat sel dapat mempengaruhi
manusia/mahluk hidup bisa hidup?
sungguh MAHA besar ALLAH yang sudah menyediakan oksigen, GRATIS lagi…!!

18.

Posted by faya on Oktober 17, 2008 at 2:35 am


assalamu alaikum
mw nanya neh…..
btw, pa ja ya alat” yg berperan dalam proses oksigenasi???????
thanks

19.

Posted by Spudgedyele on November 22, 2008 at 4:26 am


Вполне, отменная новость

20.

Posted by Ela on November 26, 2008 at 12:53 pm


isi blognya k’senior sangat membantu bgt dalam pencarian materi kuliah, selalu posting2
aj y segala hal yang berhubungan dengan keperawatan (medis)

21.

Posted by diny on Desember 1, 2008 at 5:31 am


pak, saya alumi keperawatan unjani, saya minta alamat web. unjani. Soalnya saya akan
melanjutkan pendidikan S1 keperawatan di unjani. Terimakasih atas balasannya

22.

Posted by diubsibex on Desember 9, 2008 at 12:11 am


Как обычно, хозяин сайта голимо написал!

23.

Posted by Wheesette on Desember 9, 2008 at 12:32 pm


Не помню где я уже видел эту подборку данных хотя пофиг
Komentar
Iklan ditutup.
Report this ad

I, Me, My Self
User Online

Translator
Translate This Blog into English
jml pengunjung
 427,830 Sejak Mei 2009
Iwan Sain

Buat Lencana Anda

Berita Terbaru

Kategori Tulisan

Kategori Tulisan

Arsip

Arsip

Tulisan Terakhir
 Daftar Nilai SP-PKP Akper Mappaouddang 2012
 Daftar nilai Tunda Patologi Akper Muh.2012
 Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Mappaoddang 2012
 kisi-Kisi PAtologi 2012 Akper Muh. Makassar
 Kisi-Kisi Ujian Farmakologi Untuk Yapma-2012
Tulisan Teratas
 Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan DIARE
 Soal Latihan --- Kebutuhan Eliminasi
 KEBUTUHAN OKSIGENASI
 Mengenali Penyakit dengan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
 Pre dan Post Conference dalam Manajemen Keperawatan
 WANITA TUNA SUSILA (WTS) atau PEKERJA SEKS KOMERSIAL
 MORBUS HANSEN (Kusta, Lepra)
 KODE ETIK KEPERAWATAN (International Council of Nurse (ICN)
 Trombus
 LANDASAN HUKUM PROFESI PERAWAT
Klik tertinggi
 wp.me/ppyWo-9E
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
Who is visiting me?

Tag
ana anatomi angina pektoris arthritis rhematoid artike Artikel artkel askepaskep batu

empedu asuhan BERITA blefaritis cairancholelithiasis diare Fraktur globalisasiGout hipoksia ho


rdeolum Hordeulum ICNilmu infus intravena iskemik Islam jantungjaringan kalazion kanker Kanker
payudarakanker tulang Kardiovaskuler karya tulis

ilmiah katarak Keperawatan Keratitis kesehatan kesejagatankode


etik konjuktivitis kontraksi ototkosmetik kusta lepra mahasiswa MAN-KEPmorbus
hansen Opini Osteomyelitisosteosarkoma otot pengetahuanPenyakit peran pera
watPernafasan puisi refleks seks Serba-Serbi Undang-Undang
Meta
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com
Komentarmu…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Blog di WordPress.com.
 Ikuti

Iwan's Blog BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH…

Search this

 beranda
 about me
 daftar isi
 download area
 kontak saya
« Tugas: Kebutuhan Oksigenasi & Pengendalian infeksi
Soal Latihan — Kebutuhan Eliminasi »

22AGU
KEBUTUHAN OKSIGENASI
Posted Agustus 22, 2007 by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes in KDM. 23 Komentar

Oleh Iwan, S.Kp


Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta didik akan mampu untuk :
1. Menjelaskan pengertian oksigenasi
2. Menjelaskan tujuan pemberian oksigen
3. Menguraikan stuktur anatomi sistem pernapasan serta fungsinya
4. Menguraikan fisiologi sistem pernapasan ( ventilasi, difusi dan transportasi )
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan
6. Menjelaskan masalah-masalah yang timbul dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
7. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memenuhi
kebutuhan pertukaran O2 dan CO2 :
a. Pengaturan posisi
b. Latihan nafas dalam
c. Batuk efektif
d. Hidrasi
e. Inhalasi
f. Pemberian O2
g. Fisioterapi dada (vibrasi dan perkusi)
h. Postural drainage
i. Massage punggung
j. Pengumpulan dahak
8. Menjelaskan pengkajian fungsi pernapasan
9. Menjelaskan kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul
10. Menjelaskan perencanaan, tujuan yang akan dicapai secara umum
11. Menjelaskan intervensi keperawatan serta evaluasi
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1
atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara
terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan
usia
2. Faring
• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung
dan rongga mulut ke laring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea
• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
– Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
– Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
– Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk
jakun (Adam’s apple)
– Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di
bawah kartilago tiroid)
– Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
– Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara
(pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri
terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
– Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
– Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
– Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
– Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
– Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara
udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan
volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar
ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat
tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran
ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan
berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi
cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek.
Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke
belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa
thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk
thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah
akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh
akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan
meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah
perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-
kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan
dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau
transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu
atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah
hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume,
sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi
yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi
hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang
hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-
kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut
jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada
posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi :
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar
atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama
inhalasi (inspirasi).
VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,
rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan
trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 :
1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 :
2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah
udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul
yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang
terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang
kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti
orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar
saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar
saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras
tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang
dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi,
ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan
oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna
kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang
berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal
selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding
dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena
suara pria besar
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak
adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps
paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme
bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
respiratori.
4. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi
kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
VIII. RENCANA KEPERAWATAN
1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
A. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke
dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk
memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
• Orotrakheal : mulut dan trakhea
• Nasotrakheal : hidung dan trakhea
• Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan
pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
• Intubasi endotrakheal
B. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan
secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas
operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari
terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
C. Posisi yang baik
• Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal
karena isi abdomen tidak menekan diafragma
• Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi,
ambulasi dan latihan
D. Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas,
suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau
trakheostomi tube.
E. Pemberian obat bronkhodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus
dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau
menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
2. Mobilisasi sekresi paru
A. Hidrasi
2 – 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.Cairan
diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan yang
banyak
B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan
trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 – 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
– Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
– Perkusi sekitar 1 – 2 menit
– Vibrasi 4 – 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
A. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui
peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui
pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmental
B. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara
ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara
otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
C. Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu
atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan
dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks
dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal
kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat
tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal khateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo trakheal tube)
5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion
• Ventilasi yang memadai
• Hindari rokok
• Pelindung / masker saat bekerja
• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
• Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance
• Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
• Teknik batuk dan postural drainage
• Suctioning
• Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant
other
• Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi
lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
• Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat,
hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang
mudah dikunyah dan dicerna
• Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal
asepsis
• Terapi O2
• Terapi ventilasi
• Drainage dada
IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan
dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
——————————————————————————————
ADVERTISEMENT
Iklan
Report this ad

Report this ad

Share this:

 Reddit

Terkait
PRAKTIK KEPERAWATAN SEBAGAI BENTUK PELAYANAN KESEHATAN
KEPADA MASYARAKAT, SUATU TINJAUAN ETIK DAN HUKUMdalam
"Keperawatan"
Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan DIAREdalam "Anak"
Asuhan Keperawatan klien dengan TB Parudalam "Pernafasan"
23 responses to this post.
1.
Posted by iwansain on Agustus 27, 2007 at 8:45 am
To mislia & Selfiana…
I Have received your assignment…and I Think, that’s good..
tahnks…

2.

Posted by iwansain on Agustus 27, 2007 at 9:08 am


Learn more article related this task..don’t try to say “surender” but say struggle for the
next your future…

3.

Posted by iwansain on Agustus 27, 2007 at 9:12 am


This matterial describe about how effort the nurse to balance oxygen in our body..this is
very usefull to act in nursing area…
read more…

4.

Posted by deeden on Oktober 21, 2007 at 10:37 am


pa dosen, untuk askep oksigenasi ko di ambil dari keperawatan kritis semua, kayak- nya
pengkajiannya juga hanya cocok untuk pasien2 kritis gitu lho, ma kasih
iwansain answer..
to deeden..
anda benar..tp utk pengkajian yg betul2 mewakili keb. O2 lbh cocok di gunakan hudak
and gallo, anda mestix mgnakan berfikir kritis dlm hal ini, anda blh kembangkan bdsrkan
analisa saudara..jd bs utk smu klien

5.

Posted by karsid on Oktober 29, 2007 at 2:18 am


maaf saya mahasiswa keperawatan d3 keperawatan kardiovaskuler(stikrs unjani)…..mau
nayaiin tentang masalah oksigenasi…bapak minta bahan tentang oksigenasi

6.

Posted by FEBRI on November 18, 2007 at 3:59 am


apa faktor yg mempengaruhi suhu tubuh

7.

Posted by shinta on November 20, 2007 at 12:32 pm


permisi..mw bertanya…
saya tertarik sekali membaca blog Anda ini..Saya Shinta mahasiswi kedokteran..
Saya ingin tahu apa yang dimaksud dengan pernafasan cuping hidung??..kenapa dan
bagaimana mekanismenya..??
Terima kasih sebelumnya..

8.

Posted by tata on Desember 9, 2007 at 4:08 am


your argument is good,but i want asking about:
1.Faktor yang mempengaruhi penyakit kelainan darah?
2.Pengetahuan tentang uji OSCA?

9.

Posted by novi on Desember 18, 2007 at 3:06 am


Ass..
saya mahasiswa keperawatan D4.,mohon penjelasan akan pentingnya tindakan oral
hygiene pada pasien yg di pasang ET di ICu sehubungan dengan kasus infeksi nosokomial
pneumonia..Thankssss…

10.

Posted by mysterious on Januari 25, 2008 at 8:31 am


ada yg online?
tanya please..
mohon dibantu yah..
1.apa hubungan antara aktivitas dengan frekuensi napas dan denyut nadi?
2.setelah olahragaa,kita berkeringat dan napas tersengal2,kenapa bisa begitu?
3.adakah perbedaan frekuensi napas antara olahragawan dgn bkn olahragawan?
4.faktor apa aja yg mempengaruhi frekuensi pernapasan?
maaf kebanyakan nanyanya..mohon dibantu yah secepatnya..
makasih..

11.

Posted by canadianchiropractic on Juni 21, 2008 at 12:48 pm


Kalo ada yang punya skoliosis, datang aja ke klinik kami; Canadian Chiropractic.. ada di
bandung dan Jakarta. Pengobatan in terbukti aman dan efektif untuk masalah skoliosis
karena tanpa obat, tanpa operasi. Konsepnya bahwa tubuh lah yang bisa menyembuhkan.
segera buat janji…
Diskon Promo 60 % untuk 3 pertemuan pertama berlaku sampai dengan akhir Juli 2008.
Info lebih lengkap; canadianchiropractic.net

12.

Posted by John_smith on Juni 21, 2008 at 4:23 pm


An extensive commentary on chiropractic care, published in the February 2002 issue of
the Annals of Internal Medicine, which is the journal of the American College of
Physicians, reviewed more than 160 reports and studies on chiropractic. It states the
following with regard to the unsafety of scoliosis adjustment: “The apparent rarity of
these accidental events has made it difficult to assess the magnitude of the complication
risk. Serious complication has been noted in more than 73 controlled clinical trials or in
any prospectively evaluated case series to date.”
A Canadian study, published in 2001 in the medical journal Stroke, also concluded that
stroke associated with neck adjustment is so rare that it is difficult to calculate an accurate
risk ratio. The study was conducted by the Institute for Clinical Evaluative Sciences
(ICES) and the authors have stated: “The evidence to date indicates that the risk
associated with chiropractic manipulation of the neck is both danger and inaccurately
estimated. The estimated level of risk is widely than that associated with many commonly
used diagnostic tests or prescription drugs.”
Is that right,please confirm me about the above statement ? So I was afraid to do
Chiropractic adjustment.
Thank you for attention.
13.

Posted by iqbal on Juni 23, 2008 at 9:33 am


makalah copy-paste!

14.

Posted by tia on Juni 27, 2008 at 8:25 am


pak saya akan menyusun skripsi s1 tapi saya belum punya ide tolong dong pak yang
berbasis kmb

15.

Posted by dw on Agustus 15, 2008 at 2:30 am


mw tanya klw kebutuhan oksigen normal bagi tubuh qt itu berapa ? trs lw da gangguan
dalan jalan fas yang mengakibatkan kebutuhan oksigen ssecara mandiri tdk tertpenuhi
maka untuk memenuhinya kan dengan diberikan oksigen namu yung jadi pertanyaan
saya berapa liter yang di butuhkannya dan bagaiman perhitungannya masalahnya saya
terbiasa dengan menanyaka respon langsung pada klien tapi apakah ada perhitungannya
tlg jawabannya di kiri ke email dw ya thanks

16.

Posted by allan on Agustus 17, 2008 at 12:49 pm


trma ksih atas artkelny…..

17.

Posted by andre on September 25, 2008 at 2:11 pm


bagaimana perhitungan kebutuhan pasien yang mengalami kekurangan oksigen!!
sampai kadar berapa oksigen tersebut dibutuhkan manusia.
bagaimana proses oksigen di dalam tubuh sampai ke tingkat sel dapat mempengaruhi
manusia/mahluk hidup bisa hidup?
sungguh MAHA besar ALLAH yang sudah menyediakan oksigen, GRATIS lagi…!!

18.

Posted by faya on Oktober 17, 2008 at 2:35 am


assalamu alaikum
mw nanya neh…..
btw, pa ja ya alat” yg berperan dalam proses oksigenasi???????
thanks

19.

Posted by Spudgedyele on November 22, 2008 at 4:26 am


Вполне, отменная новость

20.

Posted by Ela on November 26, 2008 at 12:53 pm


isi blognya k’senior sangat membantu bgt dalam pencarian materi kuliah, selalu posting2
aj y segala hal yang berhubungan dengan keperawatan (medis)

21.

Posted by diny on Desember 1, 2008 at 5:31 am


pak, saya alumi keperawatan unjani, saya minta alamat web. unjani. Soalnya saya akan
melanjutkan pendidikan S1 keperawatan di unjani. Terimakasih atas balasannya

22.

Posted by diubsibex on Desember 9, 2008 at 12:11 am


Как обычно, хозяин сайта голимо написал!

23.

Posted by Wheesette on Desember 9, 2008 at 12:32 pm


Не помню где я уже видел эту подборку данных хотя пофиг
Komentar
Iklan ditutup.
Report this ad

I, Me, My Self

User Online

Translator
Translate This Blog into English
jml pengunjung
 427,830 Sejak Mei 2009
Iwan Sain

Buat Lencana Anda

Berita Terbaru

Kategori Tulisan

Kategori Tulisan

Arsip

Arsip

Tulisan Terakhir
 Daftar Nilai SP-PKP Akper Mappaouddang 2012
 Daftar nilai Tunda Patologi Akper Muh.2012
 Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Mappaoddang 2012
 kisi-Kisi PAtologi 2012 Akper Muh. Makassar
 Kisi-Kisi Ujian Farmakologi Untuk Yapma-2012
Tulisan Teratas
 Asuhan Keperawatan pada Klien Anak dengan DIARE
 Soal Latihan --- Kebutuhan Eliminasi
 KEBUTUHAN OKSIGENASI
 Mengenali Penyakit dengan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
 Pre dan Post Conference dalam Manajemen Keperawatan
 WANITA TUNA SUSILA (WTS) atau PEKERJA SEKS KOMERSIAL
 MORBUS HANSEN (Kusta, Lepra)
 KODE ETIK KEPERAWATAN (International Council of Nurse (ICN)
 Trombus
 LANDASAN HUKUM PROFESI PERAWAT
Klik tertinggi
 wp.me/ppyWo-9E
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
 iwansaing.files.wordpress…
Who is visiting me?

Tag
ana anatomi angina pektoris arthritis rhematoid artike Artikel artkel askepaskep batu

empedu asuhan BERITA blefaritis cairancholelithiasis diare Fraktur globalisasiGout hipoksia ho


rdeolum Hordeulum ICNilmu infus intravena iskemik Islam jantungjaringan kalazion kanker Kanker
payudarakanker tulang Kardiovaskuler karya tulis

ilmiah katarak Keperawatan Keratitis kesehatan kesejagatankode


etik konjuktivitis kontraksi ototkosmetik kusta lepra mahasiswa MAN-KEPmorbus
hansen Opini Osteomyelitisosteosarkoma otot pengetahuanPenyakit peran pera
watPernafasan puisi refleks seks Serba-Serbi Undang-Undang
Meta
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com
Komentarmu…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…


Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Anonim di Kisi-kisi Ujian Ulang Akper Ma…

Blog di WordPress.com.
 Ikuti

C. GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

1. Jenis-jenis gangguan oksigenasi


a. Hiperventilasi: Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O
dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi
dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan,
keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda
hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
b. Hipoventilasi: Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O tubuh atau untuk mengeluarkan CO dengan
cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-
tanda dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
c. Hipoksia: Tidak adekuatnya pemenuhuan O seluler akibat dari defisiensi O
yang didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan
gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok,
berkurannya konsentrasi O jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda
Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi,
nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam sianosis, sesak napas.
2. Tanda dan gejala
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
3. Etiologi
a. Patologi
1) Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)
2) Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa
3) Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel miastania
gravis)
4) Depresi SSP / Trauma kepala
5) Cedera serebrovaskuler (stroke)
b. Maturasional
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
3) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5) Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arterios klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi pann menurun.
c. Situasional (Personal, Lingkungan)
1) Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat: pembedahan atau trauma,
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.
2) Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban
rendah.
3) Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar,
respons inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat
rokok, pernapasan mulut.
D. PENATALAKSANAAN
1. Terapi oksigen. Prosedur pemberian oksigen:
a. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah
pengobatan.
b. Siapkan pasien dan keluarga.
1) Atur posisi pasien dengan semi fowler jika memungkingkan. Posisi ini
memungkingkan ekspansi dada lebih mudah sehingga memudahkan
bernapas
2) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan
diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea.
Informasi ke pasien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang
berhubungan dengan penggunaan oksigen
c. Atur peralatan oksigen dan humidifier
d. Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat tetap berfungsi
1) Cek oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang. Seharusnya tidak ada
suara pada selang dan sambungan tidak cocok. Seharusnya ada gelembung
udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air. Perawat measakan
keluar pada kanul, masker atau tenda.
2) Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah misalnya 2-6 l/min.
e. Pasang alat pemeberian oksigen yang sesuai
1) Kanul:
a) Letakan kanul pada wajah pasien, dengan lubang kanul harus kehidung dan
elastik band melingkar ke kepala. Beberapa model yang lain elastik band
ditarik ke bahwa
b) Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya, plester pada bagian wajah.
c) Alasi selang dengan kasat pada elastik band pada telinga dan tulang pipi jika
dibutuhkan
2) Masker wajah:
a) Tempatkan masker kearah wajah pasien dan letakan dari hidung kebawah.
b) Atur masker sesuai dengan bentuk wajah. Masker harus menutupi wajah,
sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar pipi dan
dagu.
c) Ikatkan elastik band melingkar pada klien sehingga masker terasa nyaman.
d) Alasi band dibelakang telinga dan ditas tulang yang menonjol. Alas akan
mencegah iritasi karena masker.
3) Tandah wajah: Tempatkan tanda pada wajah klien dan ikatkan melingkar
pada kepala.
f. Kaji pasien secara teratur.
1) Kaji tingkat kecemasan pasien, warna mukosadan kemudahan bernapas, saat
pasien dipasang alat.
2) Kaji pasien dalam 15-30 menit pertama, ini tergantung kondisi pasien dan
setelah itu secara teratur. Kaji vital sing atau warna, pola bernapas dengan
gerakan dada.
3) Kaji secara teratur tanda-tanda klinis seperti hypoxia, tachicardi,
confuse/bingung , dispenea, kelelahan dan sianosis. Dilihat data hasil BGA
jika memungkingkan.
4) Kaji hidung pasien jika ada iritasi beri cairan lubrikan jika dibutuhkan untuk
melapisi membran mukosa.
5) Inspeksi kulit wajah bila ada basah/goresan dan keringkan, rawat jika
diperlukan.
g. Inspeksi peralatan secara teratur.
1) Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit dan pada
saat memberkan perawatan pada klien.
2) Pertahankan tinggi air di humidifier
3) Pastikan petunjuk kemanan diikuti
h. Catat data yang relevan dan dokumnetasi keperawatan atau Catat terapi dan
semua hasil pengkajian keperawatan.
2. Terapi pengobatan sesuai program

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUAN OKSIGEN


PENGKAJIAN FOKUS
A. IDENTITAS PASIEN
a. Nama: Nama pasien yang dikaji. Tujuannya agar tidak keliru dalam
melakukan tindakan/terapi, pengkajian keperawatan atau yang lainnya.
b. Tempat/tanggal lahir: Tempat, tanggal, bulan, serta tahun pasien itu
dilahirkan. Tujuannya untuk mengetahui dimana pasien itu dilahirkan.
c. Usia: Umur pasien. Tujuannya untuk memudahkan Perawat atau Dokter
serta tim kesehatan lainnya dalam memberikan obat (terapi) dan tekanan
(dosis) yang sesuai dengan umur pasien.
d. Agama: Katolik, Islam, Kristen, protestan,Hindu, Budha, Konghucu.
Tujuannya untuk mempermudah dalam pemberian konseling pada pasien
sesuai dengan Agama atau kepercayaan pasien
e. Suku: Budaya/ asal pasien. Tujuannya untuk mengetahui asal, adat, budaya,
dan kebiasaan pasien.
f. Jenis kelamin: Perempuan/laki-laki. Tujuannya untuk mempermudah dalam
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan jenis kelamin karena ada
pengobata atau tindakan berdasarkan jenis kelamin.
g. Status perkawinan: Sudah menikah, belum menikah, janda, duda. Tujuannya
untuk mengetahui status perkawinan pasien sehingga mudah dalam
memanggil pasien.
h. Pendidikan: Pendidikan terakhir pasien. Tujuannya untuk mengetahui
tingkat pendidikan pasien.
i. Bahasa yang digunakan: Bahasa yang biasanya digunakan oleh
pasien. Tujuannya untuk mempermudah dalam komunikasi terapeutik
dengan pasien.
j. Pekerjaan: Pekerjaan yang dialami oleh pasien. Tujuannya untuk mengetahui
status ekonomi pasien, sehingga dalam memilih bangsal dapat disesuaikan
dengan kondisi ekonomi sehingga tidak membebani pasien.
k. Alamat: Alamat tempat tinggal pasien, tetapi tidak boleh lengkap. Tujuannya
untuk mengetahui dimana tempat tinggal pasien sehingga mudah untuk
menghubungi keluarganya jika ada hal yang penting.
l. Diagnosa medis: Sesuai hasil pemeriksaan laboratorium atau Dokter tentang
penyakit yang diderita pasien.
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
a. Nama: Nama penanggung jawab. Tujuannya untuk mengtahui siapa yang
bertanggung jawab bila terjadi hal-hal yang penting bila berhubuangan
dengan pasien seperti biaya Rumah Sakit.
b. Alamat: Alamat penanggung jawab. Tujuannya agar perawat lebih mudah
dalam menghubungi keluarga bila ada urusan penting.
c. Hubungan dengan pasien: Anak, ibu, ayah, dll. Tujuannya untuk mengetahui
apakah ada hubungan dengan pasien.
C. RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
a. Penyakit yang pernah diderita: Jenis penyakit yang dialami dimasa lalu.
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada hubungannya dengan penyakit
yang sedang dialami.
b. Kebiasaan buruk: Kebiasaan yang bersifat negatif yang dapat mempengaruhi
kesehatan pasien, seperti: merokok, obat-obatan, alkohol, dll. Tujuannya
untuk mengetahui kemungkinan berdampak pada penyakit yang sedang
dialami.
c. Penyakit keturunan: apakah dalam keluarga ada penyakit keturunan seperti,
asma, jantung, DM, dll. Tujuannya untuk mengetahui kemungkinan tertular
pada pasien.
d. Alergi: Tipe(udara, makanan, obat), reaksi(bersin-bersi, gatal-gatal, bintik-
bintik merah di kulit, pusing, dll), dan tindakan (masker, obat, dll)
e. Imunisasi: Tipe (polio), reaksi (abnormal seperti bengkak, gatal, dan panas),
tindakan (kompres air hangat).
f. Operasi: Jenis operasi yang pernah dialami serta tempat pasien dioperasi.
Tujuannya untuk mengetahui kemungkinan ada komplikasinya dengan
penyakit yang sedang dialami pasien.
g. Obat-obatan: Lamanya (berapa lama mengkonsumsi obat bila sakit misalnya
pada pasien TBC penggunaan obat berkala 3-6 bulan),tindakan/terapi yang
sudah didapat (obat/tindakan apa yang sudah didapat sebelum datang ke
rumah sakait misalnya jamu tradisional), orang lain (bila sakit apakah pasien
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit,
PUSKESMAS, dukun, dll)
D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
a. Alasan masuk: Mengapa pasien tersebut masuk Rumah sakit, apa yang
dirasakan sehingga masuk Rumah Sakit?
b. Tindakan/terapi yang sudah diterima: Obat /tindakan apa yang sudah
diberikan sebelum datang ke Rumah Sakit, apakah tindakan/ pengobatan
dapat dilanjutkan atau tidak?
c. Keluhan utama: Apa yang dikeluhkan pasien saat masuk Rumah Sakit,
keluhan yang paling dominan?
E. PENGKAJIAN POLA GORDON
a. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a. Sebelum sakit:
Bagaimana pasien menjaga kesehatan?
Apakah pasien mengetahui bagaimana hidup sehat?
Apakah pasien sering olah raga?
b. Saat sakit:
Apakah pasien tahu tentang penyakit yang diderita, penyebab, dan
gejalanya?
Apakah pasien mengetahui cara mengatasi, merawat, mengobati penyakit
yang diderita?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
b. Nutrisi dan metabolik
a. Sebelum sakit:
Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin?
b. Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
c. Eliminasi
a. Sebelum sakit:
Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna,
konsistensi, keluhan nyeri?
Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil sehingga
berpengaruh pada pernapasan?
b. Saat sakit:
Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu, warna,
konsistensi, keluhan nyeri, bau, sejak kapan?
d. Aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas?
Apakah mengalami sesak napas saat beraktivitas?
b. Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan kesehatan,
sebagian, total)?
Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?
e. Tidur dan istirahat
a. Sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/atau malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
Apakah mengkonsumsi obat sebelum tidur?
b. Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam) ?
Kebiasaan sebelum tidur?
f. Kognitif dan persepsi sensori
a. Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera dan daya ingat, apa saja?
Apakah menggunakan alat bantu (kacamata, dll)?
b. Saat sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami nyeri (P: penyebab rasa nyeri, Q: kualitas nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R: terdapat didaerah mana, S: skala 0-10, T: waktu
kejadiannya kapan)?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah merasa pusing?
g. Persepsi dan konsep diri
a. Sebelum sakit:
Bagaimana klien menggambarkan dirinya?
b. Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?
h. Peran dan hubungan dengan sesama
a. Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
b. Saat sakit:
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan
dokter)?
Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
i. Reproduksi dan seksualitas
a. Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual pasien?
Apakah waktu menstruasi tepat waktu atau tidak?
b. Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual pasien?
j. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
a. Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
b. Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
k. Nilai dan kepercayaan
a. Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
b. Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran
Agama yang dianut?
Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut
pandang nilai dan kepercayaan?
F. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum:
a. Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis
b. Tampak sakit ringan: bed rest ,terpasang infus
c. Tampak sakit sedang: bed rest, lemah, terpasang infus, alat medis
d. Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma
b. Kesadaran:
a. Kuantitatif:
1) Motorik:
a) Menurut perintah(6)
b) Gerakan lokal(5)
c) Fleksi motorik(4)
d) Fleksi abnormal(3)
e) Ekstensi abnormal(2)
f) Tidak bereaksi(1)
2) Verbal
Verbal dewasa:
a) Orientasi baik(5)
b) Bingung/apatis(4)
c) Kata-kata tidak jelas(3)
d) Bunyi tapi tidak elas(2)
e) Tidak bersuara(1)
Verbal anak:
a) Kata bermakna, senyum, ikut objek(5)
b) Menangis tapi bisa diredakan(4)
c) Teriritasi secara persisten(3)
d) Gelisah, teragitasi(2)
e) Diam saja(1)
3) Mata:
a) Membuka secara spontan(4)
b) Rangsangan terhadap suara/dipanggil(3)
c) Rangsangan terhadap nyeri(2)
d) Tidak bereaksi(1)
b. Kualitatif:
1) Compos mentis: Pasien sadar penuh
2) Apatis: Pasien acuh tak acuh
3) Somnolen: Pasien cenderung mengantuk walaupun sedang diajak bicara
4) Soporocoma: Dengan sedikit rangsangan masih bisa berespon (reflek kornea)
5) Coma: Tidak ada respon sama sekali
c. Tanda-tanda vital:
a. Suhu: Dapat diukur per axila, oral, dan rektal.
1) Normal: 36C-37C
2) Hipotermia: 34C-35C
3) Pyrexia: 39C-40C
4) Hiperpirexia: 41C-42C
b. Nadi: Dapat diukur pada arteri (radialis, temporalis, brankialis, femoralis,
dan karotis). Iramanya (kuat, lemah, cepat, tidak teratur, frekuensi, volume?
1) Normal: 60-100X/menit
2) Tachicardi: > 100X/menit
3) Bradicardi: <60X/menit
c. Pernapasan: Cepat, irama, jenis (dada, perut), frekuensi? Normal (12-
21X/menit), kusmaul (cepat dalam), chignus stroke (cepat dangkal, hilang,
tachypneu (>21X/menit)
d. Tekanan darah: Dapat dilakuan dengan psisi duduk atau baring?
1) Optimal: <120/<80
2) Normal: 120–129/80–84
3) High Normal: 130–139/85–89
4) Hipertensi: Grade I (ringan)140–159/90–99, Grade II (sedang)160–
179/100–109, Grade III (berat)180 – 209/100 – 119, Grade IV (sangat
berat)>210/>120
e. Saturasi:?
f. Status gizi: tinggi badan, berat badan, berat badan normal, berat badan
ideal?
d. Pemeriksaan sistemik (Head to toe):
a. Kulit, rambut, dan kuku:
1) Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2) Inspeksi rambut lihat penyebaran/distribusi
3) Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya
abnormalitas
4) Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan
massa
b. Kepala:
1) Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri (tergantung kondisi pasien). Bila
pasien menggunakan alat bantu lepaskan
2) Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
3) Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah
garis kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala,
pembengkakan, massa, dan nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
c. Mata:
1) Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2) Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak
dibawah bidang orbital.
3) Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata.
Perhatikan warna, edema, dan lesi.
4) Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping
klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5) Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung. Amati
kesimetrisan, ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya (nervus
okulomotorius)
6) Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
7) Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan
kemerahan.
8) Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen card/jari
tangan pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien (nervus optikus).
9) Uji reflek kornea dengan menyentuh aplikator kapas steril ke arah kornea
(nervus trigeminnalis).
10) Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari pemeriksa.
11) Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan menggerakkan jari
pemeriksa secara perlahan (nervus okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus
abduscen)
12) Tes buta warna dengan isihara.
d. Hidung:
1) Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan, adanya
deformitas atau lesi, dan cairan yang keluar.
2) Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri, massa dan
nyeri, massa dan penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-sinus hidung.
3) Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang hidung dan
minta pasien bernapas melalui hidung. Bandingkan antara neres kanan dan
kiri, kaji kemampuan pasien membau (nervus olfaktorius).
4) Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat kepala
kebelakang. Dengan bantuan penlight amati warna, lesi, cairan, massa, dan
pembengkakan.
e. Telinga:
1) Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2) Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3) Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan tragus
kedalam dan tulang telinga ke bawah daun telinga (bila peradangan akan
nyeri).
4) Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
5) Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada anak-anak
daun telinga ditarik ke bawah, kemudian amati liang telinga adanya kotoran,
serumen, cairan, dan peradangan.
6) Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan dan
garpu tala (tes Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
f. Mulut dan faring:
1) Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2) Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan sudup
lidah. Inpeksi keberihan jumlah, dan adanya caries.
3) Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna, mukosa,
lesi, gerakan lidah (nervus hipoglosus)
4) Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
5) Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus fasialis)
6) Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah (nervus
glosofaringeal).
7) Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g. Leher:
1) Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn,
jaringan parut atau massa (muskulus sternokleidomastoideus)
2) Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
3) Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan
kelenjar tiroid pada takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
4) Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5) Palpasi kelenjar tiroid
h. Thorak dan tulang belakang:
1) Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel chest).
2) Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis, lordosis).
3) Palpasi adanya krepitus pada kosta
4) Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara: bentuk,
ukuran.
i. Paru posterior:
1) Posisi pasien duduk/berdiri/berbaring jika memungkinkan. Inspeksi
kesimetrisan paru.
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menyebutkan angka atau
huruf yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis 3-4 jari dari pundak
sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
4) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan ekspirasi (vesikuler,
bronkhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi,
krekles.
j. Paru lateral:
1) Inspeksi kesimetrisan paru
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menyebutkan angka atau
huruf yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3) Perkusi dari puncak paru ke bawah, catat suara perkusi:
sonor/hipersonor/redup.
4) Auskultasi buyi paru saat inspirasi dan ekspirasi (vesikuler,
bronkhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi,
krekles.
k. Paru anterior:
1) Minta pasien posisi supine/duduk. Inspeksi kesimetrisan paru
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau
huruf yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3) Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke
prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran
kedua ibu jari.
4) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak
sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
5) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler,
bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi,
krekles.
l. Jantung dan pembuluh darah:
1) Posisi tidur pasien supine/duduk. Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan
apical.
2) Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada interkosta ke-2
kiri, dan pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan
mitral pada interkosta 5 kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis
midklavikula kiri (denyut apkal).
3) Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4) Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung), dan
adanya bunyi jantung tambahan.
5) Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
m. Abdomen:
1) Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar, cekung,
kebersihan umbilikus)
2) Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus)
3) Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4) Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5) Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
6) Mengukur lingkar perut
n. Genitourinari:
1) Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan tindakan
rectal touche (khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat).
2) Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa, keputihan,
perdarahan, ciran, bau.
3) Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa, cairan, bau,
pertumbuhan rambut , bentuk dan ukuran penis, keabnormalan prepusium
dan gland penis.
4) Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
o. Ekstremitas:
1) Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2) Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3) Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time, danedema
4) Kaji kemampuan pergerakan sendi
5) Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
6) Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)
p. Neurologi:
1) Tes keseimbangan (tes Ronberg)
2) Uji fungsi saraf sensorik
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal, jenis, hasil/kesimpulan.
H. TERAPI
Terapi yang didapat: tanggal, nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I. BALANCE CAIRAN
a. Tujuan: Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan/kelebihan cairan.
Keterangan:
a. Balance cairan = input cairan-output cairan (BC=I-O)
b. Balanca cairan (+) jika cairan masuk > cairan keluar, resti overhidrasi.
c. Balanca cairan(-) jika cairan masuk < cairan keluar, resti dihidrasi
d. Kebutuhan cairan tubuh rata-rata: 40-50 mL/kg BB/24 jam.
b. Air metabolisme: Air yang didapat dari proses oksidasi nutrien. Rumus:
a. Dewasa5 cc/Kg BB/24 jam
b. 12-14 tahun5-6 cc/ Kg BB/24 jam
c. 7-11 tahun6-7 cc/Kg BB/24 jam
d. 5-7 tahun8-8,5cc/Kg BB/24 jam
e. Balita8 cc/Kg BB/24 jam
c. Urine: produksi urine dinilai nomor 0,5-1 cc/Kg BB/24 jam
d. Faeces: sekali kurang lebih 100 cc air
e. IWL (Insensible Water Loss): Kehilangan air tidak disadari lewat penyerapan
(keringat, bicara, napas). Rumus:
a. Dewasa15 cc/Kg BB/24 jam
b. Anak(30-usia anak dalam tahun) cc/ Kg BB/24 jam
(Kenaikan suhu Badan 1CIWL + 200 cc (suhu saat diukur -36,8C))
J. ANALISA DATA
a. Komponen:
a. Tanggal/jam
b. Data fokus
c. Problem
d. Etiologi
e. Tanda tangan
b. Tabel:
Tanggal/jam Data fokus Problem Etiologi Tanda
tangan
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pengertian
Nanda: Keperawatan klinik tentang respon individu dan masyarakat tentang
masalah aktual/potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai kewenangan keperawatan.
Diagnosa keperawatan: Suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga
masalah pasien dapat ditanggulangi.
b. Macam-macam diagnosa keperawatan
a. Aktual: Merupakan diagnosa yang nyata
b. Resiko: Masalah belum terjadi tetapi pasien mempunyai faktor-faktor resiko
yang menyebabkan masalah tersebut bisa terjadi jika tidak dilakukan
intervensi keperawatan.
c. Wellnes: Dimana pasien dalam kondisi baik tapi perlu ditingkatkan lagi agar
lebih baik lagi.
d. Sindrome: gejala
c. Rumusan diagnosa keperawatan
a. Aktual: P + E + S
1) P+E: berhubungan dengan
2) E+S: ditandai dengan
b. Resiko: P + E
1) P+E: berhubungan dengan
c. Wellnes: P
d. Keterangan:
a. P (Problem):
1) Gambaran keadaan pasien => terapi keperawatan yang harus diberikan.
2) Penyimpangan dari keadaan yang seharusnya tidak terjadi.
b. E (Etiologi):
1) Penyebab/faktor resiko
2) Mempengaruhi perkembangan masalah
3) Faktor yang mendukung terhadap masalah kesehatan pasien => sasaran
intervensi
c. S (Sindrome/sign):
1) Ciri tanda dan gejala (definisi karakteristik)
2) DS dan DO sebagai komponen pendukung DP
3) Membantu perawat dalam menentukan DP data-data yang diperlukan untuk
merumuskan DP yang akurat.
e. Penentuan prioritas
a. Definisi: Menyusun urutan diagnosis keperawatan/masalah keperawatan.
b. Beberapa cara prioritas
1) Berdasarkan kegawatan:
a) Segera: Memerlukan pelayanan keperawatan dengan segera karena keadaan
mengancam jiwa.
b) Urgen: Memerlukan pelayanan yang tepat pada keadaan yang tidak
mengandung resiko.
c) Non urgen: masalah dapat ditoleransi pasien sendiri
2) Berdasarkan hiarki “Maslow”
a) Fisiologi
b) Aman dan nyaman
c) Mencintai dan dicintai
d) Harga diri
e) Aktualisasi diri
3) Keinginan pasien: Hanya berlaku bila masalah tidak mengancam hidup
pasien.
4) Sumber daya dan dana
f. Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah:
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas,
kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada.
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui status kesehatan klien
2) Monitor kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klien
3) Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4) Beri posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5) Bantu aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja klien
6) Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
7) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas,
sekresi di bronkus, eksudat di alveoli, sekresi yang tertahan, benda asing di
jalan napas.
Intervensi:
1) Kaji fungsi pernapasan: frekuensi, bunyi, irama, jenis
R/mengetahui pola napas klien
2) Beri posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
3) Suction bila perlu
R/membersihkan jalan napas
4) Ajarkan teknik batuk efektif
R/mengeluarkan sekret yang tertahan
5) Anjurkan minum air hangat
R/mengurangi sekret
6) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
7) Kolaborasi/lanjutkan pemberian anti mukolitik; nama, dosis, waktu, cara,
indikasi
R/mengurangi sekret
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui status kesehatan klien
2) Monitor kemampuan aktivitas klien
R/mengetahui kemampuan klien
3) Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
4) Beri posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
5) Bantu aktivitas klien secara bertahap
R/mengurangi bebar kerja klien
6) Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet
R/mempercepat pemulihan kondisi
7) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen
L. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Definisi: Penyusunan rencana intervensi/strategi keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menganggulangi masalah keperawatan sehingga
kebutuhan pasien terpenuhi.
b. Tujuan
a. Sebagai alat komunikasi
b. Meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan
c. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang
akan dicapai
c. Langkah-langkah dalam perencanaan
a. Menentukan prioritas menentukan tujuan dan kriteria hasil
d. Menentukan intervensi keperawatan
e. Dokumentasi
d. Penentuan tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan: Hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan.
b. Tipe tujuan:
1) Tujuan jangka pendek: Sasaran diharapkantercapai dalam waktu cepat =>
jam/hari.
2) Tujuan jangka panjang: Hasil pencapaiannya memerlukan waktu yang lebih
lama.
c. Prinsip penulisan tujuan:
 S: Spesifik
 M: Measurable (dapat diukur)
 A: Achievable (dapat dicapai)
 R: Reasonable (dapat dipertanggungjawabklan)
 T: Time (ada batasan waktu)
d. Komponen rencana tindakan keperawatan
1) Waktu/ tanggal/jam
2) Kata kerja/kalimat instruksi
3) Area isi 5 W + 1 H
4) Elemen waktu (frekuensi)
5) Tanda tangan
e. Tipe intervensi keperawatan
1) Tindakan diagnostik/observasi: Tindakan monitor
2) Tindakan terapeutik: Tindakan mandiri perawat yang digunakan untuk
mengatasi masalah pasien
3) Pendidikan kesehatan: Diajarkan perawatan di rumah
4) Tindakan kolaborasi: Tindakan kerja sama dengan fisioterapi, ahli gizi,
laboratorium, dan dokter.
e. Tabel:
Tanggal/jam No Tujuan dan kriteria Intervensi Tanda
DP hasil tangan
M. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
1. Implementasi
a. Definisi:
Merupakan langkah ke-4 dalam proses keperawatan
Merupakan pelaksanaan rencana intervensi/tindakan keperawatan yang
sudah dibuat
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun.
b. Tujuan: Membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
melaksanakan rencana yang sudah dibuat
c. Komponen
1) Tanggal/waktu
2) Tindakan/prosedur yang dilakukan
3) Respon pasien
4) Tanda tangan
d. Tahap-tahap
1) Persiapan: pastikan order, analisa kemampuan perawat, ketahui komplikasi
dan tindakan, menentukan dan mempersiapkan alat, dan ciptakan
lingkungan yang kondusif.
2) Pelaksanaan
3) Dokumentasi
e. Hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan keperawatan:
 C: Check
 W: Wash your hand (cucu tangan)
 I: Identify the patient (identifikasi pasien)
 P: Provide for safety and privacy (memberikan keamanan)
 A: Asses the problem (menanykan masalah)
 T: Tell/teach (transfer ilmu)
f. Jenis tindakan keperawatan
Independent (mandiri)
Interdependent (kolaborasi)
Dependent (tergantung)
2. Evaluasi keperawatan
a. Definisi: Tindakan intelektual untuk menilai seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanan sudah berhasil dicapai dan
menilai keberhasilan proses keperawatan dengan criteria hasil yang sudah
ditentukan.
b. Tujuan: Untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan, sehingga
perawat dapat mengambil keputusan:
1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan jika masalah pasien sudah selesai.
2) Memodifikasi jika masalah pasien belum selesai teratasi.
3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan.
c. Macam-macam evaluasi
1) Evaluasi formatif: Berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan.
2) Evaluasi sumatif: Berfokus pada perubahan perilaku/status kesehatan klien
pada akhir tindakan keperawatan (berdasarkan S: data subjektif, O: data
objektif, A: keputusan/hasil analisa dari S dan O dengan kriteria hasil, P:
planing).
3. Tabel implementasi dan evaluasi:
Tgl/ja No.D Implement Respo Tgl/ja No.D Evalua TT
m P asi n m P si D
S:
O:
A:
P:

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, Jakarta:


EGC
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Prima
Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia: Teori &
Aplikasi dalam prakte, Jakarta: EGC
Willkinson Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran Kozier Fundamental of Nursing
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses
keperawatan, Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika.
Carperito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Jakarta: EGC
Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Salemba
Medika
1. Closed System (Sistem tertutup)
Jalan napas diisolir dari udara bebas melalui pipa endotracheal, tracheotomy, atau
masker ketat yang di hubungkan ke ventilator atau alat anestesi.
Tujuan:
Memberikan jalan napas bagi pasien yang tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas
yang adekuat (Pasien koma, Pasien yang menderita obstruksi jalan napas).
Contoh alat yang digunakan:
1. Anestesi Circuit
Digunakan untuk memberikan oksigen selama pasien dilakukan tindakan operasi.
2. Ventilator
Diberikan pada pasien yang memerlukan bantuan nafas dalam jangka panjang karena
mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar karbondioksida
(PaCO2) dan asidosis persistem (penurunan pH)
2. High Oxygen Environment
Tujuan:
Meningkatkan kadar O2 di lingkungan pasien.
Contoh alat yang digunakan:
Inkubator
 Digunakan untuk bayi
 Aliran O2 3 - 8 liter/menit

3. Open Delivery System


Dimana udara luar memungkinkan untuk ikut terhisap, terdiri dari:
1. Low Flow System (sistem aliran rendah)
Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk pasien yang memerlukan O2
tetapi masih mampu bernafas dengan pola nafas yang normal.
Contoh alat yang digunakan:
 Nasal Kanul
Merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman, kedua kanula dengan panjang
sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah, selang sekali pakai dan diinsersikn ke
dalam hidung.
Oksigen diberikan melalui kanula dengan kecepatan aliran 1 – 6 liter/menit, dengan
konsentrasi 24% - 44%.
Tujuan:
 Memberikan O2 dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
 Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
Persiapan alat:
 Tabung O2 dengan flowmeter
 Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan peraturan
RS.
 Nasal kanul dan slang.
 Kasa.
 Kateter nasal
Lebih jarang digunakan daripada nasal kanul, tetapi bukan berarti kateter nasal
tidak digunakan.
Tujuan:
 Klien memperoleh oksigenasi yang adekuat dengan kecepatan aliran yang lebih
rendah sehingga pemberian oksigen lebih efisien, lebih murah, dan menghasilkan
efek samping yang lebih sedikit.
 Klien memiliki kemungkinan lebih besar untuk menggunakan oksigen karena adanya
mobilitas, kenyamanan, dan penampilan wajah tampak lebih baik.
 Tidak ada oksigen yang hilang ke atmosfer.
Persiapan alat:
 Tabung O2 dengan flowmeter
 Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang.
 Nasal kateter
 Vaseline/ jelly
 Sarung tangan steril
 Kasa untuk bayi
 Masker sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu dengan aliran 5 – 8 liter/menit dan
konsentrasi O2 40 – 60%. Dibutuhkan tali pengikat untuk mendapatkan
konsentrasi O2 yang lebih tinggi.
 Partial rebreth mask
Suatu tekhnik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan
aliran 8 – 12 liter/menit.
Keuntungan:
 Konsentrasi O2 lebih tinggi dari masker sederhana dan tidak mengeringkan selaput
lendir.
 Non rebreth mask
Merupakan tekhnik pemberian O2 dengan konsentrasi O2 mencapai 99% dengan
aliran 8 – 12 liter/menit dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirsi.
Keuntungan:
 Konsentrasi O2 yang di peroleh dapat mencapai 100% dan tidak mengeringkan
selaput lendir.
2. High flow system (sistem aliran tinggi)
Dengan tekhnik ini dapat menambah konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur.
Prinsip pemberian O2 dengan sistem ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan
menuju ke masker yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga
tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang
dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada sistem ini yaitu sekitar 4 -14 liter/menit
dengan konsentrasi 30% - 55%.
Contoh alat yang digunakan:
 Bag and mask (resusitator)
Konsentrasi O2 tidak dipengaruhi pernafasan pasien. Aliran O2 12 – 15 liter/menit.
 Masker venturi
Dapat digunakan untuk menghantarkan konsentrasi oksigen 24% sampai 28%, 30%,
35%, 40%, 45%, 55% dengan kecepatan aliran oksigen 2 sampai 3, 4, 6, 8, 14
liter/menit secara berurutan bergantung pada pemilihan alat pengendali aliran.

Efek Samping Pemberian Oksigen

1. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif
lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi dan kerusakan
surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien
dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
3. Dapat menimbulkan kebakaran dan peledakan
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran. Oleh karena
itu, klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari: Merokok, menghindari
penggunaan listrik tanpa ” ground”.
4. Infeksi
5. Terjadi aspirasi bila muntah.
6. Penumpukan CO2 bila aliran O2 diberikan lebih rendah dari ketentuan masing-
masing alat.
7. Barotrauma.

Daftar pustaka

Harahap, Ikhsanuddin Ahmad.2004.Terapi Oksigen dalam Asuhan Keperawatan.Digitized by


usu Digital Library.
Kusyati, Eni.2006.Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.Jakarta:EGC
Perry & Potter.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik.Jakarta:EGC
Diposting oleh Salisa umifatih di 0

Anda mungkin juga menyukai