Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No.

1 April 2019

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual


Remaja Akademi Keperawatan
Linda Amalia
Universitas Pendidikan Indonesia, lindamalia16@gmail.com

ABSTRAK
Kondisi remaja yang tidak stabil yang mudah dipengaruhi dan perkembangan teknologi
informasi dan pengetahuan yang pesat membawa dampak timbulnya permasalahan remaja
yang semakin meningkat. UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena
terjadi peningkatan jumlah kematian remaja akibat HIV/AIDS karena perilaku seksual pra
nikah yang dilakukan remaja diseluruh dunia. Menurut WHO perilaku seksual pra nikah yang
dilakukan remaja dapat dicegah dengan dilakukannya pengawasan dari orang tua yang
intensif. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode deskriptif komparatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerical
(angka) yang diolah dengan metode statistic serta didukung dengan pengumpulan data melalui
metode angket (kuesioner). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan
yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat korelasi antara pola asuh otoriter,
demokrasi dan memanjakan (permisif) dengan perilaku seksual remaja mahasiswa AKPER
Pemkab Cianjur dengan nilai p < 0,05, sedangkan untuk pola asuh mengabaikan diperoleh
hasil p value > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan. Untuk korelasi karaktristik remaja
dengan perilaku seksual remaja hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan dengan nilai
p value > 0,05.
Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Perilaku Seksual, Remaja

ABSTRACT
Unstable adolescent conditions that are easily influenced and the development of information
technology and rapid knowledge have the effect of increasing teenage problems. UNICEF
said that there was a worrying situation because there was an increase in the number of
teenage deaths due to HIV / AIDS because of pre-marital sexual behavior carried out by
teenagers throughout the world. According to WHO pre-marital sexual behavior carried out
by adolescents can be prevented by intensive supervision from parents. The research
approach taken is to use a quantitative approach with a comparative descriptive method that
emphasizes its analysis on numerical data (numbers) which are processed by statistical
methods and supported by data collection through the questionnaire method (questionnaire).
Based on the results of research and discussion, the conclusions that can be drawn from this
study are that there is a correlation between authoritarian parenting, democracy and
indulgence (permissive) with student sexual behavior of students in the Cianjur Regency
PERMISSION with a value of p <0.05, while neglecting parenting is obtained the result of p
value> 0.05 which means there is no relationship. For the characteristics of adolescents
correlation with adolescent sexual behavior the results of the study showed that there was no
relationship with the p value> 0.05.
Keywords: Parental Parenting, Sexual Behavior, Adolescence

Naskah diterima: 24 Januari 2019, direvisi: 27 Maret 2019, dipublikasi : 15 April 2019

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 84


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

PENDAHULUAN yang kurang baik, melemahnya fungsi dan


Remaja merupakan investasi masa depan control keluarga, keterasingan yang dialami
bangsa karena merupakan generasi penerus remaja dan kurangnya pengetahuan yang
yang produktif dan sangat berharga bagi benar mengenai persoalan seksual yang sehat
kelangsungan pembangunan di masa adalah akumulasi factor penyebab timbulnya
mendatang, akan tetapi teknologi informasi perilaku seksual pranikah di kalangan
serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang remaja. Perilaku seksual pranikah adalah
mengalami perkembangan pesat, membawa tingkah laku yang berhubungan dengan
dampak timbulnya permasalahan remaja dorongan seksual bersama lawan jenis
yang semakin meningkat. Fenomena ini maupun sesama jenis yang dilakukan
berpengaruh terhadap status kesehatan sebelum adanya tali perkawinan yang sah
reproduksi remaja dan kualitas remaja di baik secara hukum maupun agama
masa mendatang. United Nation (Danniati,2009)
International Children’s Emergency Fund Perilaku seksual pranikah yang dilakukan
(UNICEF) menyatakan terjadi trend yang oleh remaja dapat memicu permasalahan
menghawatirkan karena terjadi peningkatan baru yang akan dihadapi oleh remaja dan
jumlah kematian remaja yang berusia 10 -19 lingkungannya seperti aborsi, penularan
tahun akibat Human Immunodeficiency Virus penyakit menular seksual, HIV/AIDS,
/ Acquired Immune Deficiency Syndrome pelacuran dan tindakan-tindakan asusila jika
(HIV/AIDS) di seluruh dunia yaitu 71.000 dibiarkan terus menerus. Penelitian yang
remaja pada tahun 2005 meningkat menjadi dilakukan oleh Survei Demografi dan
110.000 jiwa pada tahun 2012 Kesehatan Indonesia tahun 2012
(Danniati,2009) menunjukan 16,9% wanita setuju untuk
Berdasarkan data sensus penduduk yang melakukan hubungan seks pranikah dan
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun sekitar 12,4 % pria yang setuju. Sedangkan
2010, Indonesia memiliki jumlah remaja usia berdasarkan data BKKBNtahun 2010, kasus
10 – 24 tahun yang cukup banyak yaitu aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa
sebesar 63.367.920 jiwa atau 26.67 persen per tahun. Satu sampai 1,5 juta diantaranya
dari 237.6 juta jiwa jumlah total penduduk dilakukan oleh remaja. Selain itu, total kasus
Indonesia. Melihat jumlahnya yang cukup HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan pada
banyak, maka perlu dilakukan pengontrolan satu Januari sampai tiga puluh Juni 2012
dan perhatian terhadap mereka, karena usia tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV dan 2.224
tersebut merupakan usia pencarian jati diri. kasus AIDS, dengan 45 persen diantaranya
Mereka sangat beresiko terhadap masalah- diderita oleh remaja. Angka –angka ini
masalah penyimpangan perilaku yang memiliki kemungkinan lebih besar
berkaitan dengan kesehatan seperti perilaku jumlahnya di lapangan karena masih
seksual pranikah, Napza, HIV/AIDS, dan banyaknya kasus yang belum teridentifikasi
Aborsi (BKKBN.2011) dan kasus-kasus baru yang bermunculan
Awitan pubertas menghasilkan perubahan Menurut analisa World Health Organization
drastis pada pertumbuhan fisik, fungsi (WHO) pada berbagai literature kesehatan
normal dan ketegangan seksual remaja. reproduksi yang menyatakan bahwa pola
Ketegangan seksual akan mereda saat asuh merupakan factor resiko berat terhadap
muncul perilaku seperti masturbasi, perilaku seksual. Interaksi antara remaja
hubungan seksual atau hal lain yang tidak dengan remaja menunda bahkan mengurangi
disadari seperti nocturnal emission. Tekanan perilaku hubungan seksual pada remaja.
kelompok dari teman sebaya dapat menjadi Pengawasan dari orang tua yang kurang akan
factor yang kuat untuk mendorong atau mempercepat remaja melakukan hubungan
menghambat pengalaman seksual, sehingga seksual. Remaja yang diawasi orang tuanya
dapat mengesampingkan harapan orang tua akan menunda bahkan menghindari
(Bobak, 2005). Disamping itu lingkungan hubungan seksual sedangkan pada remaja

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 85


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

tanpa pengawasan orang tua akan melakukan METODE PENELITIAN


hubungan seksual pertama pada usia lebih Penelitian ini menggunakan metode analisis
dini (Devi & Ayu, 2010). deskriptif komparatif dengan pendekatan
kuantitatif karena lebih banyak menggunakan
KAJIAN LITERATUR statistic dalam menguji hipotesis. Penelitian
Adolescence (remaja) berasal dari bahasa dilaksanakan di AKPER Pemkab Cianjur
latin adalescere, yang berarti “bertumbuh”. pada bulan Juli 20017 – Desember 2017.
Sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah Variable penelitian adalah hubungan pola
masalah fisik, social, dan psikologis asuh orang tua terhadap perilaku seksual
bergabung untuk menciptakan karakteristik, remaja Akademi Keperawatan. Teknik
perilaku, dan kebutuhan yang unik (Bobak, pengambilan sampel dilakukan secara
2005). Namun setiap remaja adalah unik dan unrestricted random sampel dimana sampel
berkembang dengan kecepatan yang berbeda- ditarik secara langsung dari pupolasi.
beda. Remaja menurut Santrock (2007) Pemilihan sampel dilakukan secara total
adalah periode transisi perkembangan antara sampel sejumlah 140 orang mahasiswa
masa anak-anak dengan masa dewasa, yang tingkat satu. Pengumpulan data dilakukan
melibatkan perubahan-perubahan biologis, menggunakan data primer dimana responden
kognitif, dan sosio-emosional yang dimulai mengisi kuesioner terstruktur yang telah
sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir disediakan dengan menggunakan skala likert.
pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Untuk mengukur karakteristik remaja dengan
Masa remaja merupakan masa dimana kuesioner yang validitas dan reliabilitasnya
pubertas muncul dan paling rentan terhadap telah diuji coba. Hubungan variable
masalah seksual. Hal yang paling menonjol independen dan dependen dilakukan dengan
pada usia remaja adalah mudahnya metode analisis bivariate dengan
terpengaruh terhadap lingkungan dan rasa menggunakan analisis korelasi product
ingin tahu terhadap hal-hal baru yang moment dari Pearson.
dihadapinya. Selain fungsi-fungsi hormonal
pada usia remaja sedang meningkat sehingga PEMBAHASAN
mereka sering mencobanya dan Berdasarkan hasil analis data karakteristik
menyebabkan mudah terangsang. Hal ini responden diperoleh hasil untuk umur paling
senada dengan yang dikemukakan oleh banyak usia 18 tahun (60%) dan paling
Setiyadi bahwa usia remaja merupakan masa sedikit usia 22 tahun (0,7%). Jenis kelamin
dimana seseorang sedang mengalami terbanyak adalah perempuan (60,7%).
perkembangan yang begitu pesat, baik secara Sedangkan agama semua mahasiswa
fisik, psikologis dan social. beragama Islam (100%). Untuk variable jenis
Perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh tempat tinggal sebagian besar tinggal dengan
beberapa factor yaitu personal seperti gaya orang tua (94%).
hidup, usia, dan aktifittas social; lingkungan Hasil analisis bivariate dilakukan analisis
seperti akses dan kontak terhadap sumber- multivariat dengan uji regresi logistik. Dari
sumber informasi, nilai-nilai norma yang hasil uji yang dilakukan didapatkan hasil
berlaku di lingkungannya, perilaku meniru yang mendukung kebenaran hipotesis yang
temandan selebriti yang diidolakannya dan diajukan, sebagai berikut: Hubungan pola
social budaya; factor perilaku seperti asuh otoriter dengan perilaku sex remaja
orientasi seksual, pengalaman seksual, AKPER Pemda Cianjur menunjukan
jumlah pasangan, peristiwa aborsi dan hubungan yang lemah (r = -0,189) dan
penggunaan kondom ; orang tua akan berpola negative artinya semakin otoriter
dijadikan sebagai role model (Angelina & pola asuhnya semakin tidak baik perilaku sex
Matulessy, 2011). remajanya. Hasil uji statistic didapatkan ada
hubungan yang signifikan antara pola asuh

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 86


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

otoriter dengan perilaku sex remaja (p= cenderung mampu mengontrol perilaku
0,025). seksnya sesuai dengan pemahaman yang
Pada hubungan pola asuh demokratis dengan diberikan orang tua.
perilaku sex remaja AKPER Pemkab Cianjur Anak tumbuh dan berkembang dibawah
menunjukan hubungan yang sedang (r = asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak
0,264) dan berpola positif artinya semakin beradaptasi dengan lingkungannya dan
demokratis pola asuhnya semakin baik mengenal dunia sekitarnya serta pola
perilaku sex remajanya. Hasil uji statistic pergaulan hidup yang berlaku di
didapatkan ada hubungan yang signifikan lingkungannya. Ini disebabkan karena orang
antara pola asuh demokratis dengan perilaku tua merupakan dasar pertama bagi
sex remaja (p=0,002) pembentukan pribadi anak. Bentuk-bentuk
Pada hubungan pola asuh memanjakan pola asuh orang tua sangat erat hubungan
(permisif) dengan perilaku sex remaja dengan kepribadian anak setelah ia menjadi
AKPER Pemkab Cianjur menunjukan dewasa. Orang tua diharapkan dapat
hubungan yang kuat ( r= -0,516) dan berpola menerapkan pola asuh yang bijaksana atau
negative artinya semakin memanjakan pola menerapkan pola asuh yang sebaiknya tidak
asuhnya semakin tidak baik perilaku sex membawa kehancuran atau merusak jiwa dan
remajanya. Hasil uji statistic didapatkan ada watak seorang anak.
hubungan yang signifikan antara pola asuh
memanjakan dengan perilaku sex remaja Hubungan antara Pola asuh Otoriter
(p=0,0005) Orang Tua dengan Perilaku Seksual
Pada hubungan pola asuh mengabaikan Mahasiswa AKPER Pemkab Cianjur
dengan perilaku sex remaja AKPER Pemkab Dari hasil uji statistic Pearson Product
Cianjur menunjukan hubungan yang lemah (r Moment diperoleh nilai p sebesar 0,025 (p <
= -0,140) dan berpola negative artinya 0,05) hal ini menunjukan bahwa ada
semakin mengabaikan pola asuhnya semakin hubungan antara pola asuh otoriter orang tua
tidak baik perilaku sex remajanya. Hasil uji dengan perilaku seksual remaja. Orang tua
statistic didapatkan tidak ada hubungan yang dengan pola asuh otoriter akan mengontrol
signifikan antara pola asuh mengabaikan semua kegiatan yang dilakukan responden
dengan perilaku sex remaja (p=0,098) dan bahkan akan menerapkan aturan-aturan
Hubungan antara karakteristik remaja dengan yang membatasi pergaulan mereka. Dalam
perilaku sex remaja hasil analisis statistic hal berpacaran pun orang tua akan
yang menunjukan tidak ada hubungan antara menetapkan rambu-rambu pembatas bagi
karakteristik remaja AKPER Pemkab Cianjur responden sehingga walaupun berpacaran
dengan perilaku sex dengan nilai p > 0,05. mereka dapat menjaga diri dan berlaku
Dari hasil penelitian terhadap 140 orang sewajarnya. Orang tua bahkan tidak segan-
mahasiswa AKPER Pemkab Cianjur segan memaki dan memukul jika aturan yang
ditemukan bahwa perilaku seksual sudah ditetapkan tersebut dilanggar.
mahasiswa berada pada kondisi tidak Orang tua dengan pola asuh otoriter
beresiko dengan nilai mean (rata-rata) 77%. menganggap kalau masalah seks adalah
Perilaku seksual remaja ini dipengaruhi oleh masalah tabu untuk dibicarakan. Hal ini tentu
faktor internal maupun faktor eksternal. akan berdampak negatif juga bagi responden.
Faktor internal yang bisa mempengaruhi Jikalau responden tetap berada dalam
antara lain motivasi, rasa ingin tahu dan pengawasan orang tua sampai mereka
perkembangan seksual sedangkan faktor dewasa tentunya perilaku seksual yang tidak
eksternal adalah teman sebaya, pengaruh bertanggung jawab dapat dihindari, namun
media cetak dan elektronik dan orang tua. jikalau responden suatu saat nanti jauh dari
Bila orang tua mampu memberikan orang tuanya maka dapat dipastikan mereka
pemahaman mengenai perilaku seksual akan merasa bebas dan tidak terkontrol
kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya sehingga rasa ingin tahu dan mencoba-coba

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 87


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

lebih besar karena orang tua tidak lagi Responden yang mendapatkan pola asuh
mengawasi mereka dari dekat. demokratis ini sebagian besarnya tidak
Pola asuh otoriter orang tua cenderung melakukan perilaku seksual walaupun semua
menetapkan standar mutlak yang harus responden statusnya sudah atau pernah
dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman- berpacaran. Responden masih bisa menjaga
ancaman. Orang tua tipe ini cenderung jarak dan pergaulannya dengan sesama.
memaksa, memerintah, dan menghukum. Faktor pemungkin responden tidak
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang melakukan perilaku seksual adalah karena
dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe responden sudah ditanamkan pendidikan
ini tidak segan untuk menghukum anak. yang baik dari orang tua mereka sehingga
Orang tua tipe ini juga tidak mengenal responden walaupun diberi kebebasan untuk
kompromi dan dalam komunikasi biasanya bergaul namun mereka bisa menjaga diri dan
bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak tidak terjerumus dalam perilaku seksual yang
memerlukan umpan balik dari anaknya untuk tidak bertanggung jawab.
mengerti mengenai anaknya (Santrock, Orang tua yang menerapkan pola asuh
2007). Tetapi hasil penelitian lain demokratis tidak selamanya memberikan
menunjukan data yang berbeda yaitu tidak dampak yang positif bagi remaja namun ada
ada hubungan antara pola asuh otoriter juga dampak negatif dari pola asuh
dengan perilaku seksual dimana remaja demokratis ini. Orang tua yang menerapkan
tersebut juga tidak terpengaruh terhadap pola asuh demokratis pada anak remaja dapat
pergaulan bebas yang berhubungan dengan mengakibatkan remaja tersebut menjadi
perilaku seksual ketergantungan terhadap orangtuanya dan
Remaja yang diawasi oleh orang tuanya tidak bisa mengambil keputusan atau pun
dengan pola asuh otoriter yang berasal dari tindakan yang tepat untuk dirinya. Anak
keluarga yang konservatif dan memegang remaja tersebut karena banyak nasehat
kuat tradisi serta mempunyai hubungan akrab tentang perilaku-perilaku remaja yang
dengan orang tuanya akan menunda umur menyimpang terhadap seksual akan lebih
pertama melakukan hubungan seksual (Bay, ingin mengetahui lebih jauh mengenai apa
2010) yang dijelaskan orang tuanya tersebut.
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang
Hubungan antara Pola Asuh Demokratis memprioritaskan kepentingan anak, akan
Orang Tua dengan Perilaku Seksual tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan
Mahasiswa AKPER mereka. Orang tua dengan pola asuh ini
Dari hasil uji statistic Pearson Product bersikap rasional, selalu mendasari
Moment diperoleh nilai p sebesar 0,002 (p < tindakannya pada rasio atau pemikiran-
0,05) hal ini menunjukan bahwa ada pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap
hubungan antara pola asuh otoritatif realistis terhadap kemampuan anak, tidak
(demokratis) orang tua dengan perilaku berharap yang berlebihan yang melampaui
seksual remaja. kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil memberikan kebebasan kepada anak untuk
penelitian dari Wulandari (2010) yang memilih dan melakukan tindakan, dan
menyatakan bahwa ada hubungan antara pola pendekatannya kepada anak bersifat hangat
asuh demokratis dengan perilaku seksual dan (Bay, 2010)
pengawasan orang tua merupakan faktor
penting yang mempengaruhi perilaku seksual Hubungan antara Pola Asuh memanjakan
remaja. Para remaja yang diawasi orang (Permissif) Orang Tua dengan Perilaku
tuanya akan menunda bahkan menghindari Seksual Mahasiswa AKPER
perilaku seksual sedangkan pada remaja Dari hasil uji statistic Pearson Product
tanpa pengawasan orang tua akan melakukan Moment diperoleh nilai p sebesar 0,0005 (p
perilaku seksual lebih dini. < 0,05) hal ini menunjukan bahwa ada

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 88


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

hubungan antara pola asuh permisif orang tua Hubungan antara Pola Asuh
dengan perilaku seksual remaja. Mengabaikan Orang Tua dengan Perilaku
Hal ini mengindikasikan bahwa pola asuh Seksual Mahasiswa AKPER
permissif sangat mempengaruhi perilaku
seksual dari responden karena tidak adanya Dari hasil uji statistic Pearson Product
kontrol dari orang tua terhadap perilaku Moment diperoleh nilai p sebesar 0,098 (p >
anak-anaknya. Anak-anak akan bebas 0,05) hal ini menunjukan bahwa tidak ada
melakukan segala kegiatannya tanpa hubungan antara pola asuh mengabaikan
mengetahui apakah yang dilakukannya itu orang tua dengan perilaku seksual
baik atau buruk. Ada beberapa alasan remaja.mahasiswa di Akper Pemkab Cianjur
mengapa orang tua menerapkan pola asuh Pola asuh orangtua terhadap anak
permissif ini. Salah satunya yaitu orang tua merupakan bentuk interaksi antara anak dan
terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga orangtua selama mengadakan kegiatan
mereka tidak memiliki kesempatan untuk pengasuhan yang berarti orangtua mendidik,
memberikan perhatian kepada anaknya. membimbing, dan mendisiplinkan serta
Remaja yang mendapatkan pola asuh melindungi anak untuk mencapai
permissif orang tua ini statusnya sudah atau kedewasaan sesuai dengan norma-norma
pernah berpacaran. Hal ini tentunya lebih yang berlaku dalam lingkungan setempat
memperkuat terjadinya perilaku seksual yang dan masyarakat. Orangtua mempunyai
tidak bertanggung jawab dari responden peran yang sangat penting dalam menjaga,
ditambah lagi dengan tidak adanya kontrol mengajar, mendidik, serta memberi contoh
dari orang tua. Apalagi dengan makin bimbingan kepada anak-anak untuk
mudahnya akses terhadap informasi seksual mengetahui, mengenal, mengerti, dan
semakin memperparah perilaku seksual akhirnya dapat menerapkan tingkah laku
karena informasi yang didapat belum tentu yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-
semuanya benar. norma yang ada dalam masyarakat. Pola
Hal ini sesuai dengan hasil beberapa asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda
penelitian yang menjelaskan bahwa pola asuh dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung
permissif, yaitu di mana orang tua lebih dari pandangan diri tiap orangtua. Elemen
memprioritaskan kepentingannya sendiri, pengasuhan yang paling penting pada
perkembangan kepribadian anak terabaikan, remaja ada pada elemen pengawasan
dan orang tua tidak mengetahui apa dan (monitoring), komunikasi dan pendidikan
bagaimana kegiatan anak sehari-harinya agama, di mana jika pengawasan dan
(Agustiawati, 2014). komunikasi yang buruk serta pendidikan
Kondisi pola asuh permisif ini menyebabkan agama yang kurang terbukti menimbulkan
anak bebas untuk berbuat semaunya karena perilaku seksual yang buruk (Arif, 2017)
tidak ada yang mengontrol setiap kegiatan
yang dilakukannya tetapi jika remaja yang Hubungan antara karakteristik remaja
menganggap kebebasan yang diberikan denga perilaku sex remaja mahasiswa
sebagai suatu kesempatan untuk dapat AKPER Pemkab Cianjur
mengembangkan diri dengan melakukan Dari hasil uji statistic Pearson Product
kegiatan-kegiatan yang bermakna serta Moment diperoleh nilai p sebesar (p > 0,05)
melatih diri untuk mampu mengambil hal ini menunjukan bahwa tidak ada
keputusan, maka akan lebih menghindarkan hubungan antara karakteristik remaja dengan
diri untuk melakukan perilaku seksual. perilaku seksual remaja.mahasiswa di Akper
Pemkab Cianjur.
Secara umum perilaku sex remaja
dipengaruhi oleh perubahan hormon sex yang
terjadi dalam diri remaja, Namun selain
factor biologis tersebut banyak hal lain baik

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 89


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

internal maupun eksternal yang dianggap Maria A Wijayarini. Editor; Renata


mendorong remaja melakukan hubungan sex Komalasari-Ed 4- Jakarta:EGC.
sebelum menikah, seperti kurangnya
pemahaman remaja mengenai resiko BKKBN (Badan Kependudukan dan
melakukan hubungan sex, adanya dorongan Keluarga Berencana Nasional). (2011)
untuk mencoba atau membuktikan fungsi Kajian Profil Penduduk Remaja 10-24
atau kemampuan dari organ seksualnya, tahun. http://bkkbn.go.id
dorongan untuk diakui dalam kelompok
teman sebaya, dan dorongan untuk mendapat ……(2010). Survei Kesehatan Reproduksi
fasilitas/material melalui aktivitas seksual. Remaja. http://bkkbn. go.id.
Mahasiswa AKPER sebagian besar memiliki Bay,F. (2010). Psikologi Sosial. Bandung:
perilaku seksual yang positif dikarenakan PT Refika Aditama
sudah memiliki pengetahuan tentang resiko
negative melakukan sek bebas. Danniati, R.I.N. (2009). Problema
Kenakalan Anak Anak atau Remaja,
PENUTUP (Bandung: Rosda Karya).
Secara umum terdapat korelasi yang
signifikan antara pola asuh otoriter, Devi, G.R & Ayu, S.M (2010). Hubungan
demokrasi dan memanjakan (permisisf) Pola Asuh Orang Tua dan Paparan
orang tua dengan perilaku sex mahasiswa Media Massa dengan Perilaku
AKPER Pemkab Cianjur. Ketiga variable Seksual. Jurnal Penelitian Andalas. No
bebas ini memberikan sumbangan efektif 20/September/ Tahun XII/2010/p.1-4.
terhadap variable perilaku sex remaja
sdengan nilai p value < 0,005 sedangkan Angelina,D.Y & Matulessy,A. (2011. Pola
variable pola asuh mengabaikan tidak Asuh Otoriter, Kontrol Diri. Jurnal
berpengaruh terhadap perilaku sex remaja Keperawatan. 2(2), 173-182.
dengan nilai p = 0.098. Berdasarkan
katrakteristik remaja yang diteliti yaitu usia, Sarwono (2010) Kesehatan Reproduksi
jenis kelamin, agama dan jemis tempat untuk Mahasiswa Kebidanan dan
tinggal tidak terdapat korelasi yang Keperawatan. Jakarta: Salemba
signifikan antara karakteristik remaja Medika.
dengan perilaku sex remaja mahasiswa
AKPER Pemkab Cianjur dengan nilai p Santrock. J.W. (2007). Remaja, Eleventh
value > 0,05 Edition. Alih Bahasa; Benedictine
Widya Sinta. Editor: Wibi Hardani.
REFERENSI Jakarta: Erlangga
Agustiawati, I.(2014), Pengaruh Pola Asuh
Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Wulandari, I (2010). Hubungan Pola Asuh
Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Demokratis dengan Sikap terhadap
Kelas XI IPS di SMAN 26 Bandung. Perilaku Seksual Remaja. Jurnal
Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Volume
Repository.upi.edu. XIV Nomor 10 tahun 2010.
Universitas Merdeka Malang. ISSN
Arif, M.I.S (2017). Hubungan Pola Asuh 1410-5326, h.320.
Permisif dengan Kenakalan Remaja.
E-Journal UNESA, 2(1),1-15.

Bobak, L.J. (2005) Buku Ajar Keperawatan


Maternitas Edisi 4. Alih Bahasa;

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 90


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

BIODATA PENULIS
Linda Amalia, lahir di Bandung, 16 Maret
1968, Riwayat pendidikan keperawatan di
awali dari lulus Akper Depkes Otten (1990).
Sejak tahun 1991 sudah mengabdi menjadi
guru SPK Pemda Cianjur, kemudian
menjadi dosen AKPER Pemda Cianjur
sampai tahun 2017. Saat ini mengabdi
menjadi Dosen Keperawatan Di Universitas
Pendidikan Indonesia.

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 91


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

Anda mungkin juga menyukai