1 April 2019
ABSTRAK
Kondisi remaja yang tidak stabil yang mudah dipengaruhi dan perkembangan teknologi
informasi dan pengetahuan yang pesat membawa dampak timbulnya permasalahan remaja
yang semakin meningkat. UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena
terjadi peningkatan jumlah kematian remaja akibat HIV/AIDS karena perilaku seksual pra
nikah yang dilakukan remaja diseluruh dunia. Menurut WHO perilaku seksual pra nikah yang
dilakukan remaja dapat dicegah dengan dilakukannya pengawasan dari orang tua yang
intensif. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode deskriptif komparatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerical
(angka) yang diolah dengan metode statistic serta didukung dengan pengumpulan data melalui
metode angket (kuesioner). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan
yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat korelasi antara pola asuh otoriter,
demokrasi dan memanjakan (permisif) dengan perilaku seksual remaja mahasiswa AKPER
Pemkab Cianjur dengan nilai p < 0,05, sedangkan untuk pola asuh mengabaikan diperoleh
hasil p value > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan. Untuk korelasi karaktristik remaja
dengan perilaku seksual remaja hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan dengan nilai
p value > 0,05.
Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Perilaku Seksual, Remaja
ABSTRACT
Unstable adolescent conditions that are easily influenced and the development of information
technology and rapid knowledge have the effect of increasing teenage problems. UNICEF
said that there was a worrying situation because there was an increase in the number of
teenage deaths due to HIV / AIDS because of pre-marital sexual behavior carried out by
teenagers throughout the world. According to WHO pre-marital sexual behavior carried out
by adolescents can be prevented by intensive supervision from parents. The research
approach taken is to use a quantitative approach with a comparative descriptive method that
emphasizes its analysis on numerical data (numbers) which are processed by statistical
methods and supported by data collection through the questionnaire method (questionnaire).
Based on the results of research and discussion, the conclusions that can be drawn from this
study are that there is a correlation between authoritarian parenting, democracy and
indulgence (permissive) with student sexual behavior of students in the Cianjur Regency
PERMISSION with a value of p <0.05, while neglecting parenting is obtained the result of p
value> 0.05 which means there is no relationship. For the characteristics of adolescents
correlation with adolescent sexual behavior the results of the study showed that there was no
relationship with the p value> 0.05.
Keywords: Parental Parenting, Sexual Behavior, Adolescence
Naskah diterima: 24 Januari 2019, direvisi: 27 Maret 2019, dipublikasi : 15 April 2019
otoriter dengan perilaku sex remaja (p= cenderung mampu mengontrol perilaku
0,025). seksnya sesuai dengan pemahaman yang
Pada hubungan pola asuh demokratis dengan diberikan orang tua.
perilaku sex remaja AKPER Pemkab Cianjur Anak tumbuh dan berkembang dibawah
menunjukan hubungan yang sedang (r = asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak
0,264) dan berpola positif artinya semakin beradaptasi dengan lingkungannya dan
demokratis pola asuhnya semakin baik mengenal dunia sekitarnya serta pola
perilaku sex remajanya. Hasil uji statistic pergaulan hidup yang berlaku di
didapatkan ada hubungan yang signifikan lingkungannya. Ini disebabkan karena orang
antara pola asuh demokratis dengan perilaku tua merupakan dasar pertama bagi
sex remaja (p=0,002) pembentukan pribadi anak. Bentuk-bentuk
Pada hubungan pola asuh memanjakan pola asuh orang tua sangat erat hubungan
(permisif) dengan perilaku sex remaja dengan kepribadian anak setelah ia menjadi
AKPER Pemkab Cianjur menunjukan dewasa. Orang tua diharapkan dapat
hubungan yang kuat ( r= -0,516) dan berpola menerapkan pola asuh yang bijaksana atau
negative artinya semakin memanjakan pola menerapkan pola asuh yang sebaiknya tidak
asuhnya semakin tidak baik perilaku sex membawa kehancuran atau merusak jiwa dan
remajanya. Hasil uji statistic didapatkan ada watak seorang anak.
hubungan yang signifikan antara pola asuh
memanjakan dengan perilaku sex remaja Hubungan antara Pola asuh Otoriter
(p=0,0005) Orang Tua dengan Perilaku Seksual
Pada hubungan pola asuh mengabaikan Mahasiswa AKPER Pemkab Cianjur
dengan perilaku sex remaja AKPER Pemkab Dari hasil uji statistic Pearson Product
Cianjur menunjukan hubungan yang lemah (r Moment diperoleh nilai p sebesar 0,025 (p <
= -0,140) dan berpola negative artinya 0,05) hal ini menunjukan bahwa ada
semakin mengabaikan pola asuhnya semakin hubungan antara pola asuh otoriter orang tua
tidak baik perilaku sex remajanya. Hasil uji dengan perilaku seksual remaja. Orang tua
statistic didapatkan tidak ada hubungan yang dengan pola asuh otoriter akan mengontrol
signifikan antara pola asuh mengabaikan semua kegiatan yang dilakukan responden
dengan perilaku sex remaja (p=0,098) dan bahkan akan menerapkan aturan-aturan
Hubungan antara karakteristik remaja dengan yang membatasi pergaulan mereka. Dalam
perilaku sex remaja hasil analisis statistic hal berpacaran pun orang tua akan
yang menunjukan tidak ada hubungan antara menetapkan rambu-rambu pembatas bagi
karakteristik remaja AKPER Pemkab Cianjur responden sehingga walaupun berpacaran
dengan perilaku sex dengan nilai p > 0,05. mereka dapat menjaga diri dan berlaku
Dari hasil penelitian terhadap 140 orang sewajarnya. Orang tua bahkan tidak segan-
mahasiswa AKPER Pemkab Cianjur segan memaki dan memukul jika aturan yang
ditemukan bahwa perilaku seksual sudah ditetapkan tersebut dilanggar.
mahasiswa berada pada kondisi tidak Orang tua dengan pola asuh otoriter
beresiko dengan nilai mean (rata-rata) 77%. menganggap kalau masalah seks adalah
Perilaku seksual remaja ini dipengaruhi oleh masalah tabu untuk dibicarakan. Hal ini tentu
faktor internal maupun faktor eksternal. akan berdampak negatif juga bagi responden.
Faktor internal yang bisa mempengaruhi Jikalau responden tetap berada dalam
antara lain motivasi, rasa ingin tahu dan pengawasan orang tua sampai mereka
perkembangan seksual sedangkan faktor dewasa tentunya perilaku seksual yang tidak
eksternal adalah teman sebaya, pengaruh bertanggung jawab dapat dihindari, namun
media cetak dan elektronik dan orang tua. jikalau responden suatu saat nanti jauh dari
Bila orang tua mampu memberikan orang tuanya maka dapat dipastikan mereka
pemahaman mengenai perilaku seksual akan merasa bebas dan tidak terkontrol
kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya sehingga rasa ingin tahu dan mencoba-coba
lebih besar karena orang tua tidak lagi Responden yang mendapatkan pola asuh
mengawasi mereka dari dekat. demokratis ini sebagian besarnya tidak
Pola asuh otoriter orang tua cenderung melakukan perilaku seksual walaupun semua
menetapkan standar mutlak yang harus responden statusnya sudah atau pernah
dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman- berpacaran. Responden masih bisa menjaga
ancaman. Orang tua tipe ini cenderung jarak dan pergaulannya dengan sesama.
memaksa, memerintah, dan menghukum. Faktor pemungkin responden tidak
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang melakukan perilaku seksual adalah karena
dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe responden sudah ditanamkan pendidikan
ini tidak segan untuk menghukum anak. yang baik dari orang tua mereka sehingga
Orang tua tipe ini juga tidak mengenal responden walaupun diberi kebebasan untuk
kompromi dan dalam komunikasi biasanya bergaul namun mereka bisa menjaga diri dan
bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak tidak terjerumus dalam perilaku seksual yang
memerlukan umpan balik dari anaknya untuk tidak bertanggung jawab.
mengerti mengenai anaknya (Santrock, Orang tua yang menerapkan pola asuh
2007). Tetapi hasil penelitian lain demokratis tidak selamanya memberikan
menunjukan data yang berbeda yaitu tidak dampak yang positif bagi remaja namun ada
ada hubungan antara pola asuh otoriter juga dampak negatif dari pola asuh
dengan perilaku seksual dimana remaja demokratis ini. Orang tua yang menerapkan
tersebut juga tidak terpengaruh terhadap pola asuh demokratis pada anak remaja dapat
pergaulan bebas yang berhubungan dengan mengakibatkan remaja tersebut menjadi
perilaku seksual ketergantungan terhadap orangtuanya dan
Remaja yang diawasi oleh orang tuanya tidak bisa mengambil keputusan atau pun
dengan pola asuh otoriter yang berasal dari tindakan yang tepat untuk dirinya. Anak
keluarga yang konservatif dan memegang remaja tersebut karena banyak nasehat
kuat tradisi serta mempunyai hubungan akrab tentang perilaku-perilaku remaja yang
dengan orang tuanya akan menunda umur menyimpang terhadap seksual akan lebih
pertama melakukan hubungan seksual (Bay, ingin mengetahui lebih jauh mengenai apa
2010) yang dijelaskan orang tuanya tersebut.
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang
Hubungan antara Pola Asuh Demokratis memprioritaskan kepentingan anak, akan
Orang Tua dengan Perilaku Seksual tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan
Mahasiswa AKPER mereka. Orang tua dengan pola asuh ini
Dari hasil uji statistic Pearson Product bersikap rasional, selalu mendasari
Moment diperoleh nilai p sebesar 0,002 (p < tindakannya pada rasio atau pemikiran-
0,05) hal ini menunjukan bahwa ada pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap
hubungan antara pola asuh otoritatif realistis terhadap kemampuan anak, tidak
(demokratis) orang tua dengan perilaku berharap yang berlebihan yang melampaui
seksual remaja. kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil memberikan kebebasan kepada anak untuk
penelitian dari Wulandari (2010) yang memilih dan melakukan tindakan, dan
menyatakan bahwa ada hubungan antara pola pendekatannya kepada anak bersifat hangat
asuh demokratis dengan perilaku seksual dan (Bay, 2010)
pengawasan orang tua merupakan faktor
penting yang mempengaruhi perilaku seksual Hubungan antara Pola Asuh memanjakan
remaja. Para remaja yang diawasi orang (Permissif) Orang Tua dengan Perilaku
tuanya akan menunda bahkan menghindari Seksual Mahasiswa AKPER
perilaku seksual sedangkan pada remaja Dari hasil uji statistic Pearson Product
tanpa pengawasan orang tua akan melakukan Moment diperoleh nilai p sebesar 0,0005 (p
perilaku seksual lebih dini. < 0,05) hal ini menunjukan bahwa ada
hubungan antara pola asuh permisif orang tua Hubungan antara Pola Asuh
dengan perilaku seksual remaja. Mengabaikan Orang Tua dengan Perilaku
Hal ini mengindikasikan bahwa pola asuh Seksual Mahasiswa AKPER
permissif sangat mempengaruhi perilaku
seksual dari responden karena tidak adanya Dari hasil uji statistic Pearson Product
kontrol dari orang tua terhadap perilaku Moment diperoleh nilai p sebesar 0,098 (p >
anak-anaknya. Anak-anak akan bebas 0,05) hal ini menunjukan bahwa tidak ada
melakukan segala kegiatannya tanpa hubungan antara pola asuh mengabaikan
mengetahui apakah yang dilakukannya itu orang tua dengan perilaku seksual
baik atau buruk. Ada beberapa alasan remaja.mahasiswa di Akper Pemkab Cianjur
mengapa orang tua menerapkan pola asuh Pola asuh orangtua terhadap anak
permissif ini. Salah satunya yaitu orang tua merupakan bentuk interaksi antara anak dan
terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga orangtua selama mengadakan kegiatan
mereka tidak memiliki kesempatan untuk pengasuhan yang berarti orangtua mendidik,
memberikan perhatian kepada anaknya. membimbing, dan mendisiplinkan serta
Remaja yang mendapatkan pola asuh melindungi anak untuk mencapai
permissif orang tua ini statusnya sudah atau kedewasaan sesuai dengan norma-norma
pernah berpacaran. Hal ini tentunya lebih yang berlaku dalam lingkungan setempat
memperkuat terjadinya perilaku seksual yang dan masyarakat. Orangtua mempunyai
tidak bertanggung jawab dari responden peran yang sangat penting dalam menjaga,
ditambah lagi dengan tidak adanya kontrol mengajar, mendidik, serta memberi contoh
dari orang tua. Apalagi dengan makin bimbingan kepada anak-anak untuk
mudahnya akses terhadap informasi seksual mengetahui, mengenal, mengerti, dan
semakin memperparah perilaku seksual akhirnya dapat menerapkan tingkah laku
karena informasi yang didapat belum tentu yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-
semuanya benar. norma yang ada dalam masyarakat. Pola
Hal ini sesuai dengan hasil beberapa asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda
penelitian yang menjelaskan bahwa pola asuh dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung
permissif, yaitu di mana orang tua lebih dari pandangan diri tiap orangtua. Elemen
memprioritaskan kepentingannya sendiri, pengasuhan yang paling penting pada
perkembangan kepribadian anak terabaikan, remaja ada pada elemen pengawasan
dan orang tua tidak mengetahui apa dan (monitoring), komunikasi dan pendidikan
bagaimana kegiatan anak sehari-harinya agama, di mana jika pengawasan dan
(Agustiawati, 2014). komunikasi yang buruk serta pendidikan
Kondisi pola asuh permisif ini menyebabkan agama yang kurang terbukti menimbulkan
anak bebas untuk berbuat semaunya karena perilaku seksual yang buruk (Arif, 2017)
tidak ada yang mengontrol setiap kegiatan
yang dilakukannya tetapi jika remaja yang Hubungan antara karakteristik remaja
menganggap kebebasan yang diberikan denga perilaku sex remaja mahasiswa
sebagai suatu kesempatan untuk dapat AKPER Pemkab Cianjur
mengembangkan diri dengan melakukan Dari hasil uji statistic Pearson Product
kegiatan-kegiatan yang bermakna serta Moment diperoleh nilai p sebesar (p > 0,05)
melatih diri untuk mampu mengambil hal ini menunjukan bahwa tidak ada
keputusan, maka akan lebih menghindarkan hubungan antara karakteristik remaja dengan
diri untuk melakukan perilaku seksual. perilaku seksual remaja.mahasiswa di Akper
Pemkab Cianjur.
Secara umum perilaku sex remaja
dipengaruhi oleh perubahan hormon sex yang
terjadi dalam diri remaja, Namun selain
factor biologis tersebut banyak hal lain baik
BIODATA PENULIS
Linda Amalia, lahir di Bandung, 16 Maret
1968, Riwayat pendidikan keperawatan di
awali dari lulus Akper Depkes Otten (1990).
Sejak tahun 1991 sudah mengabdi menjadi
guru SPK Pemda Cianjur, kemudian
menjadi dosen AKPER Pemda Cianjur
sampai tahun 2017. Saat ini mengabdi
menjadi Dosen Keperawatan Di Universitas
Pendidikan Indonesia.