MIFTAHUL JANNAH,S.Kep
D. 19. 07. 045
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini adalah mengenai ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK TENTANG DIABETES MELLITUS. Tugas ini disusun
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Gerontik. Sebelumnya saya mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Wassalam.
Miftahul Jannah,S.Kep
PENGESAHAN
Judul :
Telah Disahkan
Pada Hari………………2020
OLEH
PEMBIMBING INSTITUSI
(Asri,S.Kep.,Ns.,M.Kep )
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 LATAR BELAKANG
a. Pendahuluan
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
BAB 1I LAPORAN PENDAHULUAN
a. Konsep Menua
b. Konsep Medis Diabetes Militus
PENGKAJIAN
a. Data umum keluarga
b. Data pengkajian individu yang sakit dalam keluarga
c. Pengkajian Head to toe
PENEGAKAN DIAGNOSA KEP. GERONTIK
a. Pengumpulan data
b. Analisa data
INTERVENSI (NIC) DALAM KEP. GERONTIK
a. Diagnosa keperawatan
b. Intervensi keperawatan
c. Tujuan
d. Rasional
IMPLEMENTASI KEP. GERONTIK
a. Implentasi
b. Evaluasi
EVALUASI KEP. GERONTIK
a. Evaluasi akhir
LAMPIRAN
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
(kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau
keduanya (kowalak, dkk. 2016).
Diabetes mellitus merupakan penyakit paling berbahaya dan mematikan serta terjadi
dihampir seluruh penduduk dunia termasuk Indonesia.Prevalensi penderita diabetes
melitus (DM) di Indonesia menempati urutan keempat dunia dan dari seluruh populasi
hampir 40 % mengalami DM, (American Diabetes Association. 2014). Pada tahun 2010
diperkirakan jumlah penderita DM di Indonesia 5 juta dan dunia 239,9 juta, hal ini akan
terus terjadi peningkatan setiap tahun sejalan perubahan gaya hidup masyarakat, (Depkes
RI. 2012).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan- tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah pernafaasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel jaringan serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi
perubahan anatoomi fisiologi dan dapat timbul pula penyakit- penyakit pada sistem
endokrin khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya
berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. sehingga secara umum akan berpengaruh
pada activity of dayly living . Usia harapan hidup lansia di indonesia semakin meningkat
karena pengaruh status kesehatan status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Menurut WHO, menyebutkan bahwa lebih dari 382 juta jiwa orang didunia termasuk
Indonesia telah mengindap penyakit diabetes mellitus. Prevalensi DM di Indonesia akan
mengalami peningkatan secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030
prevalensi Diabetes mellitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Selain itu,
diabetes mellitus menduduki peringkat ke enam penyebab kematian terbesar di Indonesia,
(Riskesdas. 2013).
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia >
60 tahun 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti
lansia . Laporan statistik dari international Diabetik federation menyebutkan bahwa sudah
ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus bertambah hingga 3% atau sekitar
5 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan
mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia
terutama ,india, cina, pakistan dan indnesia
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak tergantung
insulin (NIDDM). Prepalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut usia.
Meningkatnya prepalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktr
antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota
besar menyebabkan peningkatan prepalensi penyakit degeneratif.
Berdasarkan latar belakang diatas, penting untuk melakukan Asuhan Keperawatan
gerontik Tn. N di kelurahan Tanuntung kecamatan herlang dengan masalah Daibetes
Melitus.
B. Rumusan Masalah
Bagaiamana Asuhan Keperawatan Pada Tn’’ N ‘’ dengan kasus diabetes Melitus ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan gerontik Tn’’ N’‘ dengan kasus diabetes
Melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian gerontik dengan masalah diabetes melitus.
b. Mengetahui diagnosa keperawatan gerontik dengan masalah diabetes melitus.
c. Mengetahui perencanaan keperawatan
d. Mengetahui implementasi keperawatan gerontik dengan masalah diabetes melitus.
e. Mengetahui evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik dengan
masalah diabetes melitus.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP MENUA DAN KONSEP MEDIS DIABETES MILLITUS
KONSEP MENUA
A. Definisi
Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normal (Martono 2013).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2006).
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
B. Fisiologi Lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara alamiah.
Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk
hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan
daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap
seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain
(Stanley, 2006).
C. Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi
4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59, lanjut usia
(elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, dan usia
sangat tua (Very old) di atas 90 tahun. Sedangkan Nugroho (2000) pembagian umur
berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang
telah berumur 65 tahun ke atas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi usia
dewasa muda (elderly adulthood), 18 atau 29 – 25 tahun, usia dewasa penuh (middle
years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65
tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun
(old), lebih dari 80 (very old).
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat dinyatakan
sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun,
tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas.
D. Teori-Teori Proses Menua
Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan menjadi
dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.
1. Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan
sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel pada lansia dari tubuh
dan dibiakkan di laboratrium, lalu diobrservasi, jumlah sel–sel yang akan
membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa
sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan
dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena
rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami proses
penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk
tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)
b. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastiaitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein
(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk
dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak
kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta
menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos,
1990). Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit
yang kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan
mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah, 2011)
c. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh
untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar
yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidakmampuan
mempertahankan diri dari toksink tersebut membuat struktur membran sel
mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel
tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses
ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada
membran sel yang sangat penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas
membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan
reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan
dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem
tubuh (Azizah, 2011).
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi
dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca
tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya kelainan
pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun
tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai se
lasing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker
menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah, 2011).
e. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan
dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara
lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.
Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya
insulin dan hormon pertumbuhan.
2. Teori Psikologis
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara
sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah meraka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah, 2011).
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan
interpersonal (Azizah, 2011).
6. Kebersihan telinga
Apabila bagian dalam telinga kotor ada baiknya dibersihkan dengan cottonbud atau
lidi kapas.
7. Kebersihan hidung
Cara yang terbaik adalah menghebuskan udara ke luar hidung pelan-pelan. Jangan
memasukkan air dan benda-benda kecil ke dalam lubang hidung.
8. Kebersihan alat kelamin
Pembasuhan alat kelamin dengan cara Siram daerah sekitar kemaluan dan alat
kelamin dengan larutan air sabun kemudian bilas dengan air biasa. Untuk wanita
membersihkan dari daerah perineum ke arah belakang, sedangkan untuk laki-laki
dimulai dari ujung kemaluan lalu kearah bawah.
9. Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan defikasi dan alvi. Dalam
memenuhi kebutuhan eliminasi sangat diperlukan akses yang aman, nyaman dan
keselamatan Lansia. Fasilitas kamar mandi bagi Lansia, lebih menitik beratkan pada
penyesuaian peralatan yang lebih ergonomis.Sedangkan Tilley (1993) menyatakan
seperti menghindari penggunaan bahan lantai yang licin, penambahan hand rails dan
grabsbars untuk memudahkan Lansiamengangkat tubuhnya dari kloset, bathtub, dan
keluar masuk kamar mandi (Manuaba 2014).
H. Kebutuhan Keamanan lansia
Kebutuhan keamanan yang dimaksud adalah keadaan aman saat melakukan
pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.Biologic safety(keamanan fisik)merupakan keadaan
fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) yang mengancam
kesehatan fisik Lansia dengan penyediaan lingkungan yang memastikan setiap Lnsia tidak
mengalami bahaya akibat aktivitas kebutuhan kebersihan diri. Lansia memiliki
permasalahan fisik dan panca indera seperti gangguan penglihatan, kesulitan mengatur
keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, dan radang persendian yang dapat
mengakibatkan lansia lebih mudah jatuh atau cedera. Permasalahan fisik ini menyebabkan
tingginya kejadian kecelakaan pada lansia. Sebuah institusi atau rumah tinggal yang
dihuni oleh lanjut usia perlu penyesuaian dan rancangan kamar mandi disesuaikan dengan
keterbatasan dan kemampuan gerak motorik Lansiatelah banyak menurun disebabkan oleh
karena penurunan kapasitas sensor motoriknya. Dalam aktivitasnya Lansia sering
mengunjungi kekamar mandi lebih dari 3 kali dalam sehari. Oleh karenanya kamar mandi
dapat menjadikan lingkungan yang paling berbahaya baginya, maka tempat tersebut perlu
mendapat perhatian khusus melalui intervensi ergonomis. Keamanan bagi Lansia melalui
penyediaan khusus akses personal hygienebagi Lansia meliputi fasilitaskloset, bak
penampung air, pegangan tangan atau railing, handle pintu, lantai kamar mandi.
1. Kloset untuk Lansia
Penyediaan peralatan toilet harus disesuaikan dengan kebutuhanLansia. Tempat
buang air besar (kloset), tentukan dengan tepat model duduk atau jongkok, sesuaikan
pula dengan kebiasaan pemakai (Manuaba, 2013). Untuk Lansia yang mengalami
kesulitan berjongkok dan berdiri setelah jongkok dalam waktu tertentu ,perlu
dipertimbangkan penggunaan kloset duduk. Pengaturan ketinggian kloset duduk,
disesuaikan dengan rerata tinggi popliteal Lansia yaitu 39.43 + 5,52 cm.Di era
moderen telah banyak dikembangkan peralatan untuk memudahkan pembilasan
(flusher, jet washer) setelah buang hajat dikloset dan meningkatkan keamanan
pengguna kamar mandi(Machiko, 2011). Tetapi pada kenyataannya dari survei di
PSTW diperoleh hasil bahwa mereka membilas setelah buang hajat dengan
mempergunakan air dengan gayung, hal ini karena kebiasaan dan budaya kehidupan
para Lansiasebelumnya dan terbatasnya fasilitas.
2. Bak Penampungan air
Dari kebiasaan penghuni untuk membilas dengan air dan gayung, dibutuhkan
tempat penampung air yang mudah dijangkau. Kemudahan ini hendaknya
mempertimbangkan letak, volume dan ukuran penampung air. Menurut Manuaba,
(2013), apabila disediakan ember dan gayung, letakkan pada posisi dan tata letak yang
tepat. Tinggi dinding bak penampung dan ke dalamannya berdasar ukuran persentil 50
panjang lengan dan jarak jangkau Lansia penghuni. Ukuran gayung juga disesuaikan
dengan kemampuan angkat satu tangan oleh para Lansia. Gayung yang terlampau
besar, ukurannya lebih dari 1 liter akan menyulitkan Lansia.
3. Pegangan Tangan(railing)
Pada kamar mandi dengan kondisi lantai yang licin, Lansiaberpotensi
untuk tergelincir dan jatuh karena hilangnya keseimbangan tubuh. Sangat penting
menambahkan pegangan tangan (railling) di dinding (Delia, 2013). Agar
diperoleh tingkat keamanan yang memadai, pegangan tangan di pasang pada
ketinggian (10-20) cm di bawah tinggi siku (Grandjean, 2007).Penggunaan
railling diluar dan dalam kamar mandi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian dan keamanan beraktivitas. Penentuan diameter railiing disesuaikan
dengan ukuran diameter rerata genggaman Lansia dan dipilih dari bahan yang
tidak licin
4. Handel Pintu Kamar Mandi
Penggunaan handel pintu kamar mandi bagi Lansia harus dapat memberikan
tingkat kemudahan dan kenyamanan bagi penggunanya, agar aktivitasdidalam kamar
mandi tidak terganggu. Untuk handelkamar mandi yang dikhususkan bagi Lansia harus
sesuai dan tepat, untuk mengurangi terjadinya kecelakaan pada kamar mandi, seperti
kecelakaan terkuncinya Lansiadi dalam kamar mandi,karena sulitnya mengoperasikan
handel pintu kamar mandi. Berdasarkan hasil survey di lapangan dan wawancara pada
sebagian penghuni PSTW adanya tingkat kesulitan penggunaan handel pintu yang
tidakbergagang atau bulatbagi Lansia, mereka sulit untuk mengoperasikannya.
5. Lantai Kamar Mandi
Lantai untuk kamar mandi yang dikhususkanbagi Lansiaharus sangat diperhatikan,
karena padadaerah ini merupakan daerah yang rawan terjadinyakecelakaan bagi Lansia,
seperti seringnya tergelincirdan kurang mampunya mempertahankankeseimbangan
tubuh, dikarenakan lantai licin pada kamar mandi sehingga mengakibatkan
terjatuhnyaLansiapada saat berada di dalam kamar mandi.Ada beberapa persyaratan
cara penggunaan bahan lantai untuk kamar mandi, di antaranya adalah :
(a) Pilih bahan yang memiliki tekstur permukaanya kasar
(b) Permukaan bahan tidak menyerap air atau kedap air sehingga menghindari adanya
genangan di permukaan
(c) Apabila terkena air tidak menyebabkan permukaan menjadi licin dan
(d) Lantai dipasang dengan tingkat kemiringan yang memadai (+4o), agar air tidak
terlampau lama menggenang dan pengguna kamar mandi tidak terganggu dengan
kemiringan lantai
I. Tujuan pelayanan kesehatan pada LANSIA
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu
pelayanan bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :
a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-tingginya,
sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
c. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu penyakit
atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang optimal.
d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang berada
dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian dengan tenang dan
bermartabat. Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia,
pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial
lansia dan pusat pemberdayaan lansia.
J. Fungsi perawat gerontik
Menurut Eliopoulus (2005), fungsi perawat gerontik adalah:
a. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat
b. Menghilangkan perasaan takut tua
c. Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan
hal yang sama
d. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan
e. Memperhatikan serta mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan
f. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan
g. Membuka kesempatan lansia supaya mampu berkembang sesuai kapasitasnya
h. Mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan
i. Memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia
j. Menerapkan hasil penelitian, dan mengembangkan layanan keperawatan melalui
kegiatan penelitian
k. Melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
l. Melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan
m. Melakukan pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara menyeluruh
n. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
o. Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya
p. Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual
q. Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat bekerja
r. Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian
s. Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal
Konsep Medis Diabetes Melitus
A. Defenisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolit yang ditandai
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (smeltzer dan bare, 2015 ).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
(kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau
keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ).
Diabetes melitus merupakan suatu kelimpok penyakit atau gangguan metabolit
dengan karakteristik hiperglikimia yang terjadi karna kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua duanya. Hiperglikimia kronik pada diabetes melitus berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama
mata, ginjal, saraf,jatung dan pembulu darah (PERKENI, 2015 Dan ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemi kronik
akibat defisiensi skresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari imsulin yang
disertai berbagai kelainan metabolit lain akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin, hal tersebut dapat
disebabkan oleh gangguan atau difisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans
kelenjar panpreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin.
B. Etiologi
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel sel beta dari pulau pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya tejadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes melitus
juga dapat terjadi karna gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa
kedalam sel. Gangguan dapat terjadi karna kegemukan atau sebab lain yang belum di
ketahui. (smeltzer dan bare, 2015). Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah
penyakit kencing manis mempunyai beberapa penyebab , antara lain:
a. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi makanan berlebihan dan tidak di
imbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar
gula dalam darah meningkat dan pasitnya akan menyebabkan diabetes melitus.
b. Obesitas
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk trkena penkit diabetes melitus.Sebilan dari sepuluh orang gemuk bepotensi
untuk teserang diabets melitus.
c. Factor genetik
Diabetes melitus dapat diariskan orang tua kepada anak. Gan penyebab diabetes
melitus akan dibawa oleh anak jika orangtuanya menderita diabetes nelitus. Pewarisan
gen ini dapat sampai ke cucu cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
d. Bahan – bahan kimia dan obat- obatan
Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pangkreas, radang pada pangkreas akan mengakibatkan fungsi pankres menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon hormon untuk pross metabolism tubuh termasuk
insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat
mengiritasi pancreas
e. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Infeksi mikro organisme dana virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit
seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes
melitus.
f. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus. Jika orang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus
karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang tertimbun didalam tubuh,
kalori yang tertimbun didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes
melitus selain disfungsi pankreas.
g. Kadar Kortikosteroid YangTinggi. Kehamilan gestasional.
h. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
i. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
C. Klasifikasi
a. Diabetes type 1
Diabetes melitus tipe satu atau Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM), dapat
terjadi disebabkan karena adanya kerusakan sel-B, biasanya menyebabkan kekurangan
insulin absolut yang disebabkan oleh proses autoimun atau idiopatik. Umumnya
penyakit ini berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan
kematian.Diabetes melitus tipe 1 terjadi sebanyak 5-10 % dari semua diabetes melitus.
Diabetes melitus tipe 1 dicirikan dengan onset yang akut dan biasanya terjadi pada usia
30 tahun (SmeltZer dan Bare. 2015).
b. Diabetes type 2
Diabetes melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM),
dapat terjadi karena kerusakan progresif sekretorik insulin akibat resistensi insulin.
Diabetes melitus tipe 2 juga merupakan salah satu gangguan metabolik dengan kondisi
insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak cukup jumlahnya akan tetapi reseptor insulin
dijaringan tidak berespon terhadap insulin tersebut. Diabetes melitus tipe 2 mengenai
90-95 % pasien dengan diabetes melitus. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30
tahun, obesitas, herediter, dan factor lingkungan. Diabetes melitus tipe ini sering
terdiagnosis setelah terjadi komplikasi (SmeltZer dan Bare. 2015).
c. Diabetes Melitus Tipe Tertentu
Diabetes melitus tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain misalnya defek genetik
pada fungsi sel-B, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (Seperti
fibrosis kistik dan pankreatitis), penyakit metabolik endokrin, infeksi, sindrom genetik
lain dan karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS
atau setelah transplantasi organ (Smeltzer dan Bare,2015).
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus ini merupakan diabetes melitus yang didiagnosis selama masa
kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa
kehamilan.Terjadi pada 2-5% semua wanita hamil tetapi hilang saat melahirkan
(Smeltzer dan Bare, 2015).
D. Patofisiologi
a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin karena
hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia
puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam
darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus
(polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan
(polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa
pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan
asam basa dan mengarah terjadinya ketoasidosis (Brunner & suddarth 2015)
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan
meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan
sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II
(Brruner & suddarth 2015)
E. Manifestasi klinis
a. Poliuri
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler,
aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibatdari hiperosmolariti dan akibatnya akan
terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi
sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus
dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi
yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis.
e. Malaise atau kelemahan
f. Kesemutan
g. Lemas
Kowalak. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta
Reni Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
NOC, Jilid 1, Jakarta
Sarif La Ode (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC, NOC,
Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha Medika
Stanley, M &Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed.2.Jakarta: EGC
2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan : hidup
Kesehatan : Sehat
Umur : 67 Tahun
Pekerjaan : Irt
Alamat : Tanuntung
b. Anak : hidup
Nama : Maulana ikbal, Iccang, Ilham
Alamat : Tanuntung
3. Riwayat Pekerjaan
a. Status pekerjaan saat ini : Klien saat ini sudah tidak bekerja lagi,Klien hanya tinggal di
rumah karena klien mempunyai riwayat operasi sehingga klien tidak dapat beraktivitas
yang berlebih
b. Pekerjaan sebelumnya : Klien sebelumnya sering berkebun membantu suaminya
c. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Sumber pendapatan
klien dari hasil berkebun dan bertani
4. Riwayat Lingkungan Hidup
a. Tipe tempat tinggal : Klien tinggal di rumah panggung, lingkungan rumah klien
nampak bersih
b. Jumlah kamar : sebanyak 3 kamar dengan jumlah orang yang tinggal di rumah
tersebut sebanyak 2 orang
c. Kondisi Rumah : Kondisi rumah nampak cukup bersih dan terdapat 1 wc
5. Riwayat Rekreasi
a. Hobby/minat : Berkebun
b. Keanggotaan organisasi : Klien tidak mengikuti organisasi apapun
c. Liburan/perjalanan : Klien tidak pernah liburan
6. Sumber/sistem pendukung yang digunakan
a. Rumah sakit : Klien mengatakan setiap bulan klien rutin memeriksakan gula darahnya
di Puskesmas terdekat
b. Lain-lain : -
7. Kebiasaan /Ritual
a. Agama : Islam
b. Istirahat/tidur : Klien mengatakan tidur malam hari pada jam 21.00 WITA
c. Kebiasaan ibadah : Klien melaksanakan sholat 5 waktu
d. Kepercayaan : Klien percaya bahwa Allah maha kuasa
e. Ritual makan : Membaca doa sebelum makan dan makan bersama keluarga
8. Status kesehatan saat ini
a. Status kesehatan selama 1 tahun dan 5 tahun terakhir : Klien mengatakan 1 tahun
yang lalu mempunyai luka diabetik di punggung sebelah kiri klien yang awalnya
hanya bisul dan lama kelamaan luka tersebut bertambah besar, klien pun
memeriksakan keadaanya ke rumah sakit dan akhirnya dokter pun memutuskan untuk
operasi karena dokter pengatakan luka klien tersebut mempunyai banyak nanah dan
nanah tersebut harus dikeluarkan di ruang operasi dan setelah operasi klien
mengatakan lamanya luka operasinya itu mengering selama 6 bulan.
b. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : Klien tidak paham
tentang masalah kesehatan yang dialami klien
Obat-obatan
a. Nama obat : NovoRapid
b. Dosis obat : 20 Ml
c. Waktu dan cara penggunaan : 3 x 1 disuntikkan sebelum makan
Alergi (agen dan reaksi fisik)
a. Obat-obatan : Klien tidak memiliki alergi obat-obatan
b. Makanan : Klien alergi dengan telur, mie instan, kepiting, udang dan ikan merah
c. Faktor-faktor lingkungan : Klien tidak memiliki alergi lingkunga
Nutrisi
a. Diet 24 jam terakhir (termasuk cairan) : Klien mengtakan tidak diet karena selama
klien suntik nsulin klien sering merasa sering kenyang
b. Diet khusus, pembatasan makanan atau pilihan : Klien mebatasi makanan yang
manis-manis
c. Rilwayat peningkatan dan penurunan berat badan : Klien mengatakan mengalami
penurunan berat badan sejak 1 tahun yang lalu namun tidak mengatahu berapa Kg
penurunan berat badan yang dialami
9. Penyakit masa lalu
a. Penyakit masa kanak-kanak : Klien mengatakan tidak memiliki penyakt yang serius
pada masa kanan- kanank begitu pun trauma fisik dan infeksi
b. Penyakit serius atau kronik : Kllien mengatakan mempunyai penyakit diabetes sejak
4 tahun yang lalu
c. Trauma : Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma
d. Perawatan di Rumah Sakit : Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit dengan
diagnosa diabetes militus
e. Alasan : Klien masuk rumah sakit dengan keluhan mempunyai luka diabetik pada
punggung sebelah kiri
f. Tanggal : Klien mengatakan 1 tahun lalu dan lupa tanggal rawat inapnnya
g. Tempat : RSUD H A Sultan Dg Radja Bulukumba
Operasi
a. Jenis Operasi : Operasi luka diabetes militus
b. Tanggal : Klien mengatakan 1 tahun lalu dan lupa tanggal operasinya
c. Tempat : RSUD H A Sultan Dg Radja Bulukumba
10. Riwayat keluarga
Genogram (gambarkan silsilah dari keluarga klien)
Survei hal berikut : kanker, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal,
arthritis, alkolisme, masalah kesehatan mental
G1
G2
G3
Keterangan :
G1 : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu Ny. N sudah meninggal karena factor usia.
G2 : Ayah dan ibu Ny. N telah meninggal dunia. Ibu Ny. N meninggal karena faktor usia,
sedangkan ayah Ny. N meninggal secara tiba-tiba tidak mengalami sakit
G3 : Ny. N sekarang mengalami Diabetes Militus sejak 4 tahun yang lalu . Ny. N tinggal
bersama dengan suaminya, Ny. N mempunyai 3 orang anak tetapi telah memisahkan
diri krena telah menikah
11. Tinjauan sistem
Umum Ya Tidak
Kelelahan √
Demam √
Keringat malam √
Kesulitan tidur √
Integumen Ya Tidak
Lesi/luka √
Pruritus √
Perubahan pigmentasi √
Perubahan tekstur √
Sering memar √
Perubahan rambut √
Perubahan kuku √
Pola penyembuhan lesi, memar : Pada kaki Ny. N terdapat memar, Ny. N mengatakan ini
terjadi karena Ny. N sering menggaruknya, Ny. N mengatakan sekarang mengalami gatal-
gatal.
Hemopoetik Ya Tidak
Perdarahan/memar abnormal √
Anemia √
Kepala Ya Tidak
Sakit kepala √
Pusing √
Nyeri √
Pruritus √
Diplopia √
Kabur √
Fotofobia √
Riwayat infeksi √
Leher Ya Tidak
Kekakuan √
Nyeri/nyeri tekan √
Benjolan/massa √
Keterbatasan gerak √
Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran √
Tinitus √
Vertigo √
Sensitivitas pendengaran √
Alat-alat protesa √
Riwayat infeksi √
Rhinore √
Epistaksis √
Obstruksi √
Mendengkur √
Alergi √
Riwayat infeksi √
Sakit tenggorokan √
Lesi/ulkus √
Serak √
Perubahan suara √
Kesulitan menelan √
Perdarahan gusi √
Karies √
Kesulitan menelan √
Alat-alat protesa √
Riwayat infeksi √
Payudara Ya Tidak
Benjolan/massa √
Nyeri/nyeri tekan √
Bengkak √
Pernafasan Ya Tidak
Batuk √
Sesak nafas √
Hemoptisis √
Sputum √
Asma/alergi pernafasan √
- Tanggal dan pemerikasaan sinar x dada terakhir : Ny. N tidak pernah melakukan
pemeriksaan
Perkemihan Ya Tidak
Disuria √
Frekuensi √
Menetes √
Ragu-ragu √
Dorongan √
Hematuria √
Poliuria √
Oliguria √
Nokturia √
Inkontinensia √
Batu √
Infeksi √
Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada √
Palpitasi √
Sesak nafas √
Ortopnea √
Murmur √
Edema √
Varises √
Parastesia √
Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia √
Mual/muntah √
Hematemesis √
Intoleran makanan √
Ulkus √
Nyeri √
Ikterik √
Benjolan/massa √
Diare √
Konstipasi √
Melena √
Hemoroid √
Perdarahan rectum √
Sistokel/rektokkel/prolapsed √
Penyakit kelamin √
Infeksi √
Muskuloskeletal Ya Tidak
Nyeri persendian √
Kekakuan √
Pembengkakan sendi √
Deformitas √
Spasme √
Kram √
Kelemahan otot √
Protesa √
Dampak pada penampilan sehari-hari : Ny.N Mengtakan apabila persendianya kaku Ny.N
mengatakan kadang memijitnya
Kejang √
Paresis √
Paralisis √
Masalah kordinasi √
Tremor/spasme √
Parestesia √
Cedera kepala √
Intoleran panas √
Intoleran dingin √
Goiter √
Pigmentasi kulit/tekstur √
Perubahan rambut √
Polifagia √
Polidipsi √
Poliuria √
Psikososial Ya Tidak
Cemas √
Depresi √
Insomnia √
Menangis √
Gugup √
Takut √
Kesulitan berkonsentrasi √
Jumlah 6 4
Ket : Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Hasil : Ny. N saat dilakukan pemeriksaan dengan kusioner SPMSQ menjawab 6 pertanyaan
dengan benar dan menjawab 4 pertanyaan dengan salah. Berdasarkan hasil
pemeriksaan, Ny.N termasuk kategori Kerusakan Intelektual ringan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak stabilan kadar glukosa darah
2. Ansietas
3. Defisit pengetahuan
C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidak stabilan kadar Setelah dilakukan Menejemen Hiperglikemi
glukosa darah tindakan 1. Identifikasi kemungkinan
keperawatan penyebab hiperglikemia
selama x jam 2. Monitor kadar glukosa darah,
kestabilan kadar jika perlu
glukosa darah 3. Monitor tanda dan gejala
meningkat dengan hiperglikemia (polyuria,
criteria hasil : polydipsia, polifagia, kelemahan,
1. Lelah atau malaise, pandangan kabur, sakit
lesuh kepala)
menurun (5) 4. Konsultasi dengan medis jika
2. Kadar glukosa tanda dan gejala hiperglikemi
dalam darah tetap ada
urine membaik 5. Anjurkan kepatuhan terhadap diet
(5) 6. Ajarkan pengelolaan diabetes
(senam kaki diabetik)
7. Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl
DI SUSUN OLEH
MIFTAHUL JANNAH
NIM. D. 19. 07. 045
A. TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, keluarga dapat memahami penyakit DM
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x15 menit, klien dan keluarga dapat
menjelaskan kembali tentang :
Pengertian DM
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Penyebab Diabetes Melitus
3. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
4. Komplikasi Diabetes Melitus
5. Pengelolaan Diabetes Melitus
6. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan.
B. MATERI
(Terlampir)
C. MEDIA
Leafleat
D. METODE
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
E. KEGIATAN PENYULUHAN
4 Penutup :
2 menit
Menyimpulkan materi penyuluhan yang Meyimak dan
telah disampaikan Mendengaran
Menyampaikan terima kasih atas Menjawab
perhatian dan waktu yang telah di berikan
kepada peserta Menjawab salam
Mengucapkan salam
Lampiran Materi
DIABETES MELITUS
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara
efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula
kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy atau disimpan sebagai cadangan
energi.
B. PENYEBAB
1. Keturunan 5. Kehilangan insulin
2. Usia 6. Alkoholisme
3. Kegemukan 7. Obat-obatan
4. Kurang gerak
D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan dan
perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi