Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN

PRAKTEK KEPERAWATAN GERONTIK PROFESI-NERS


KELURAHAN TANUNTUNG KABUPATEN BULUKUMBA
TANGGAL 02 S/D 13 JUNI 2020

MIFTAHUL JANNAH,S.Kep
D. 19. 07. 045

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini adalah mengenai ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK TENTANG DIABETES MELLITUS. Tugas ini disusun
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Gerontik. Sebelumnya saya mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Wassalam.

Bulukumba, 05 Juni 2020

Miftahul Jannah,S.Kep
PENGESAHAN

Judul :

LAPORAN PRAKTEK KEPERAWATAN GERONTIK PROFESI-NERS


KELURAHAN TANUNTUNG KABUPATEN BULUKUMBA

Telah Disahkan

Pada Hari………………2020

OLEH

PEMBIMBING INSTITUSI

(Asri,S.Kep.,Ns.,M.Kep )
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 LATAR BELAKANG
a. Pendahuluan
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
BAB 1I LAPORAN PENDAHULUAN
a. Konsep Menua
b. Konsep Medis Diabetes Militus
PENGKAJIAN
a. Data umum keluarga
b. Data pengkajian individu yang sakit dalam keluarga
c. Pengkajian Head to toe
PENEGAKAN DIAGNOSA KEP. GERONTIK
a. Pengumpulan data
b. Analisa data
INTERVENSI (NIC) DALAM KEP. GERONTIK
a. Diagnosa keperawatan
b. Intervensi keperawatan
c. Tujuan
d. Rasional
IMPLEMENTASI KEP. GERONTIK
a. Implentasi
b. Evaluasi
EVALUASI KEP. GERONTIK
a. Evaluasi akhir

LAMPIRAN
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
(kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau
keduanya (kowalak, dkk. 2016).
Diabetes mellitus merupakan penyakit paling berbahaya dan mematikan serta terjadi
dihampir seluruh penduduk dunia termasuk Indonesia.Prevalensi penderita diabetes
melitus (DM) di Indonesia menempati urutan keempat dunia dan dari seluruh populasi
hampir 40 % mengalami DM, (American Diabetes Association. 2014). Pada tahun 2010
diperkirakan jumlah penderita DM di Indonesia 5 juta dan dunia 239,9 juta, hal ini akan
terus terjadi peningkatan setiap tahun sejalan perubahan gaya hidup masyarakat, (Depkes
RI. 2012).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan- tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah pernafaasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel jaringan serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi
perubahan anatoomi fisiologi dan dapat timbul pula penyakit- penyakit pada sistem
endokrin khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya
berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. sehingga secara umum akan berpengaruh
pada activity of dayly living . Usia harapan hidup lansia di indonesia semakin meningkat
karena pengaruh status kesehatan status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Menurut WHO, menyebutkan bahwa lebih dari 382 juta jiwa orang didunia termasuk
Indonesia telah mengindap penyakit diabetes mellitus. Prevalensi DM di Indonesia akan
mengalami peningkatan secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030
prevalensi Diabetes mellitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Selain itu,
diabetes mellitus menduduki peringkat ke enam penyebab kematian terbesar di Indonesia,
(Riskesdas. 2013).
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia >
60 tahun 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti
lansia . Laporan statistik dari international Diabetik federation menyebutkan bahwa sudah
ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus bertambah hingga 3% atau sekitar
5 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan
mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia
terutama ,india, cina, pakistan dan indnesia
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak tergantung
insulin (NIDDM). Prepalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut usia.
Meningkatnya prepalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktr
antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota
besar menyebabkan peningkatan prepalensi penyakit degeneratif.
Berdasarkan latar belakang diatas, penting untuk melakukan Asuhan Keperawatan
gerontik Tn. N di kelurahan Tanuntung kecamatan herlang dengan masalah Daibetes
Melitus.

B. Rumusan Masalah
Bagaiamana Asuhan Keperawatan Pada Tn’’ N ‘’ dengan kasus diabetes Melitus ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan gerontik Tn’’ N’‘ dengan kasus diabetes
Melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian gerontik dengan masalah diabetes melitus.
b. Mengetahui diagnosa keperawatan gerontik dengan masalah diabetes melitus.
c. Mengetahui perencanaan keperawatan
d. Mengetahui implementasi keperawatan gerontik dengan masalah diabetes melitus.
e. Mengetahui evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik dengan
masalah diabetes melitus.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP MENUA DAN KONSEP MEDIS DIABETES MILLITUS

KONSEP MENUA
A. Definisi
Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normal (Martono 2013).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2006).
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.

B. Fisiologi Lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara alamiah.
Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk
hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan
daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap
seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain
(Stanley, 2006).
C. Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi
4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59, lanjut usia
(elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, dan usia
sangat tua (Very old) di atas 90 tahun. Sedangkan Nugroho (2000) pembagian umur
berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang
telah berumur 65 tahun ke atas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi usia
dewasa muda (elderly adulthood), 18 atau 29 – 25 tahun, usia dewasa penuh (middle
years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65
tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun
(old), lebih dari 80 (very old).
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat dinyatakan
sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun,
tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas.
D. Teori-Teori Proses Menua
Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan menjadi
dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.
1. Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan
sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel pada lansia dari tubuh
dan dibiakkan di laboratrium, lalu diobrservasi, jumlah sel–sel yang akan
membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa
sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan
dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena
rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami proses
penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk
tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)
b. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastiaitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein
(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk
dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak
kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta
menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos,
1990). Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit
yang kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan
mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah, 2011)
c. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh
untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar
yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidakmampuan
mempertahankan diri dari toksink tersebut membuat struktur membran sel
mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel
tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses
ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada
membran sel yang sangat penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas
membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan
reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan
dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem
tubuh (Azizah, 2011).
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi
dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca
tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya kelainan
pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun
tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai se
lasing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker
menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah, 2011).
e. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan
dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara
lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.
Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya
insulin dan hormon pertumbuhan.
2. Teori Psikologis
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara
sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah meraka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah, 2011).
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan
interpersonal (Azizah, 2011).

c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)


Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).
E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan
fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011)
a. Penurunan Sistim Saraf
Secara progresif terjadi penurunan sistem syaraf pada orang tua , perubahan sistem
saraf pada Lansia ditandai dengan keadaan matinya sel di dalam otak secara kontinyu
mulai seseorang berumur 50 tahun, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya pasokan
darah ke otak.Berkurangnya kecepatan konduksi saraf, hal ini disebabkan oleh
penurunan kemampuan saraf dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak
penurunan kapasitas processing ini akan berakibat kepada lambatnya reaksi tubuh dan
ketidak tepatan reaksi pada kondisi kritis. Akibat lain yang perlu mendapat perhatian
adalah penurunan kepekaan panca indera, seperti:
(1) Berkurangnya keseimbangan tubuh, diupayakan dengan mengurangi lintasan yang
membutuhkan keseimbangan yang tinggi seperti titian, blind step, juga tangga.
(2) Penurunan sensitivitas alat perasa pada kulit, upayakan untuk menggunakan
peralatan kamar mandi yang relatif aman bagi Lansia, seperti ; pemanas air dan
termostat. Keadaan ini berakibat pada pergerakan Lansia yang semakin lamban
dan terbatas, sehingga diperlukan alat bantu untuk memudahkan dalam bergerak
seperti pegangan tangan dan
(3) Secara umum perlu dihindarkan penggunaan bahan yang membahayakan Lansia,
serta kemungkinan terpeleset karena bahan yang licin dan sudut yang tajam.
b. Penurunan kekuatan otot
Pada usia 60 tahun kemampuan kapasitas fisik seseorangakan menurun 25% yang
ditandai dengan penurunan kekuatan. Penurunan kekuatan genggam tangan menurun
sebesar 50%, dan kekuatan otot lengan menurun 50%, jugaberkurangnya kekuatan dan
keleluasaan bergerak pada tubuh Lansia terjadi karena menurunya kemampuan fungsi
organorgan penggerak, stumulus, sensory organ, motor neurones, tingkat kesegaran
jasmani (VO2max) dan kontraksi otot. Penurunan kemampuan otot untuk
masingmasing anggota tubuh pada Lansia tidaklah berbarengan, akan tetapikekuatan
otot paha bagian bawah lebih cepat melemah dibanding kekuatan otot pada tangan
sehingga otot lengan akan lebih intensif penggunaannya dibandingkan otot kaki.
c. Penurunan koordinasi anggota gerak tubuh
Kejadian jatuh sering terjadi pada lanjut usia disebabkan oleh banyak faktor yang
berperan di dalamnya, baik faktor intrinsik dalam diri Lansia tersebut seperti gangguan
gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope, serta faktor
ekstrinsik seperti lantai licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan
kurang karena kurangnya cahaya dan lain sebagainya. Jatuh didefinisikan sebagai
kejadian yang tidak disadari oleh seseorang yang terduduk di lantai/ tanah atau tempat
lebih rendah tanpa disebabkan oleh hilangnya kesadaran, stroke, atau kekuatan yang
berlebihan. Makin melemahnya koordinasi tubuh Lansia terjadi sebesar25% Lansia
pernah nyaris terjatuh (near miss) di kamar mandi. Padahal kondisi ini merupakan
tanda awal akan makin melemahnya sistem kontrol koordinasi pada Lansia yang perlu
diwaspadai.
Kelemahan padaotot Lansia menimbul kanpenurunan kestabilan, terdapat
penurunan kestabilan baik berdiri maupun duduk setelah midlife. Perubahan pada
tulang,otot, dan jaringan saraf juga terjadi pada orang tua. Degenerasi proses pada
tulang rawan (cartilage) dan otot menyebabkan penurunan mobilitas dan meningkatnya
resiko cidera. Jadi yang terpenting pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua sebaiknya
yang tidak memerlukan kekuatan otot, ketahanan, kecepatan dan fleksibilitas. Terjadi
50% kekuatan hilang pada umur 65 tahun, tetapi kekuatan tangan hanya turun 16%.
Waktu reaksi sekurang-kurangnya turun 20% pada umur 60 dibandingkan pada umur
20 tahun. Kata kuncinya adalah Lansia tersebut butuh tempat tinggal dan beraktivitas
yang lebih aman dan nyaman untuk bergerak, dan latihan untuk dapat menyesuaikan
diri terhadap hambatan koodinasi yang dimilikinya (Solichul,2013).
d. Sistem Penglihatan
Pertambahan usia diatas 40 tahun mempengaruhi kepekaan terhadap kontras
cahaya dan kekuatan mata untuk berakomodasi (Irdiastadi & Yassierli., 2014) karena
lensa berkurang elastisitasnya. Jumlah cahaya yang mencapai retina pada orang usia 60
tahun adalah 1/3 dari orang usia 20 tahun.Disamping itu juga terjadi banyak perubahan
respek pada sensasi orang tua. Visual Acuity (tajam pengelihatan) terus menurun.
Kehilangan akomodasi berhubungan linear dengan bertambahnya umur. Meskipun
orang tua memerlukan lebih banyak intensitas penerangan, namun mereka juga rentan
terhadap kesilauan. Setelah umur 55 tahun terdapat pengurangan/penurunan lapangan
penglihatan. Persepsi warna turun setelah berumur 70 tahun atau lebih. Daya dengar
pada orang tua juga menurun terutama pada frekuensi 1000Hz dan lebih. Kornea lebih
berbentuk bola (sferis). Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap. Daya membedakan warna
menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala (Nugroho, 2012). Kelelahan
matamelihat objek dari jarak dekat akan memberikan kelelahan mata yang jauh lebih
besar daripada melihat objek jarak jauh (Bridger, 2009),hal ini karena adanya kerja
akomodasi otot mata ketika otot berkontraksi untuk melihat benda lebih dekat.
e. Sistem Kardiovaskuler
Pada usia lanjut jantung sudah menunjukkan penurunan kekuatan kontraksi,
kecepatan kontraksi dan isi sekuncup. Pada katup jantung menebal dan menjadi
kaku.Elastisitas dinding aorta menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume
menurun, dimanapada pria: frekuensi denyut jantung maksimal=220-umur, dan pada
wanita: frekuensi denyut jantung maksimal=200- umur. Curah jantung menurun,
kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk dan duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg yang
mengakibatkan pusing mendadak.Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi
dehidrasi dan perdarahan. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer, sistol normal ±170 mmHg, diastol normal ± 95 mmH.
f. Sistem Respirasi
Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan,
dan menjadi kaku. Aktivitas silia menurun, Paru kehilangan elastisitas, kapasitas
residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dengan kedalaman bernafas menurun. Refleks dan kemampuan untuk
batuk berkurang.
g. Sistem Genitourinaria
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga
fungsi tubulus berkurang. Pada otot Vesika urinariamenjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air keci meningkat. Pada
pria lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat. Pembesaran prostat dialami oleh kurang lebih 75% pria usia di atas 65
tahun.
h. Kerapuhan tulang
Kerapuhan tulang (osteoporosis) termasuk penyakit gangguan metabolisme dimana
tubuh tidak mampu menyerap dan menggunakan bahan-bahanuntuk proses penulangan
secara normal. Pada keadaan ini terjadipengurangan masa tulang yang berakibat pada
tulang menjadi lebih ringan dan lebih rapuh. Pencegahan pada Lansia dapat dilakukan
dengan pemeriksaan secara berkala masa tulang,penambah kalsium dan vitamin D.
Upaya ini diharapkan dapat mengurangi kemungkinan cedera patah tulang (Tarwaka,
2011).
F. Kualitas Hidup Pada Lanjut usia
Salah satu aspek kehidupan yang selalu menjadi perhatian dan pergumulan komunitas
lanjut usia adalah kualitas hidup (Quality of life) artinya (Surbakti, 2013) bagaimana
mencapai dan mempertahankan hidup yang berkualitas. Sebetulnya tidak hanya kelompok
lanjut usia yang berkepentingan dengan kualitas hidup. Setiap kelompok usia, bahkan
setiap orang normal di dunia ini pasti berkepentingan dengan kualitas hidup dan hidup
berkualitas. Namun bagi Lansia, kualitas hidup perlu mendapat perhatian khusus, karena
mereka lebih rentan terhadap perubahan yang menyebabkan kualitas hidup mereka
terganggu. Lansia juga mudah terkena dampak “perubahan” apapun bentuknya ketimbang
orang-orang muda. Kualitas hidup tetap merupakan perdebatan atau mister karena
melibatkan nilai-nilai budaya, sosial, adat-istiadat, atau kebiasaan yang bersifat relatif dan
subjektif.
Sering orang menghubungkan antara kualitas hidup dengan lanjut usia. Secara
rasional tanpa bermaksud mendahului kehendak Tuhan, berdasarkan kalkulasi rasionil,
dapat dipastikan bahwa semakin berkualitas hidup seseorang, tentu saja semakin lanjut
usianya. Sebaliknya semakin buruk kualitas hidup seseorang, maka semakin buruk pula
harapan hidupnya. Pada umumnya faktorfaktor yang menjadi standar kualitas hidup antara
laki-laki dan perempuan berbeda. Laki-laki mengaitkan kualitas hidup mereka dengan
intelektual, kapasitas, dan kapabilitas. Sebaliknya kaum perempuan pada umunya
mengaitkan kualitas hidup mereka dengan estetika. Pada umumnya laki-laki merasa hidup
mereka berkualitas apabila memilik hal-hal sebagai berikut: memiliki kecerdasan,
memiliki wibawa, memiliki kedaulatan, memiliki wewenang, memilik kekuasaan,
memiliki harga diri atau gengsi, memiliki integritas, dan memiliki tanggung jawab.
Sedangkan kaum perempuan pada umumnya mengaitkan kualitas hidup mereka dengan
estetika seperti kecantikan, pengabdian, pelayanan, penampilan, keindahan ragawi dan
juga ketrampilan. Banyak faktor yang menentukan kualitas hidup para lanjut usia antara
lain faktor ekonomi, faktor pendidikan faktor kesehatan, pekerjaan, jabatan dan kesibukan
serta lingkungan. Pada usia lanjut kualitas hidup perlu mendapat perhatian yang lebih
serius dari kelompok usia lainnya. Karena secara teoritis kemampuan Lansiamenghadapi,
mengantisipasi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan lebih rendah. Beberapa contoh
kualitas hidup Lansiayang dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
a. Pemikiran yang cemerlang dengan menjadi motor penggerak bagi masyaraat melalui
ide atau gagasan;
b. Kehidupan spiritual yang berharga;
c. Kesehatan jasmani yang tetap terjaga dengan baik
d. Ekonomi
e. Memiiki tempat tinggal sendiri;
f. Tata nilai, dengan mengajarkan tata nilai dan kebijaksanaan berdasarkan tata nilai
yang luhur. Kualitas hidup dalam perspektif ergonomi merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan standar tertentu yang harus dicapai baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Perspektif ergonomi dalam kualitas hidup dapat dilihat dari
beberapa kriteria, antara lain;keluhan muskuloskeletal, self care, keamanan, dan waktu
siklus aktivitas usia lanjut.
g. Kebutuhan pemenuhan kebersihan diri Lansia ( personall hygiene)
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan
dan hygiene berarti sehat. Personal hygiene adalah perawatan kebersihan diri yang
dilakukan oleh individu Lansia untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kebersihan perseorangan pada lanjut usia (Depkes
RI, 2002; Maryam et al., 2011) meliputi:
a. Kebersihan fisik
1. Kebersihan mulut dan gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan berkumur
secara teratur meskipun sudah ompongbagi yang masih aktif dan mempunyai gigi
cukup lengkap, ia dapat menyikat gigi sekurang-kurang dua kali dalam sehari, pagi saat
bangun tidur dan malam sebelum tidur.
2. Kebersihan kulit dan badan Kulit
Merupakan pintu masuk kedalam tubuh dan menerima berbagai rangsangan
(stimulus) dari luar. Kebersihan kulit dan kerapihan dalam berpakaian pada Lansiatetap
diperhatikan agar penampilannya tetap segar. Upaya membersihkan kulit dapat
dilakukan dengan cara mandi dua kali sehari bermanfat menghilangkan bau,
menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, dan memberi kesegaran pada
tubuh.
3. Kebersihan kepala dan rambut
Tujuan membersihkan kepala dan rambut adalah untuk menghilangkan debu-debu
serta kotoran yang melekat pada rambut dan kulit kepala. Membersihkan kepala dengan
cara mencuci rambut yang dilakukan setiap seminggu sekali dengan menggunakan
shampo dan dikeringkan dengan handuk atau hair dryer.
4. Kebersihan kuku
Kuku yang panjang merupakan sumber bersarangnya penyakit. Oleh karena itu perlu
diperhatikan agar Lansiadapat secara teratur memotong kukunya minimal seminggu
sekali.
5. Kebersihan mata
Dibersihkan bila ada kotoran pada mata dengan menggunkan kapas lembab yang
bersih. Lensa mata pada Lansiaberkurang akibatnya tulisan-tulisan kecil jadi kabur
pada jarak membaca normal, tetapi jadi terang bila bila jarak dijauhkan.

6. Kebersihan telinga
Apabila bagian dalam telinga kotor ada baiknya dibersihkan dengan cottonbud atau
lidi kapas.
7. Kebersihan hidung
Cara yang terbaik adalah menghebuskan udara ke luar hidung pelan-pelan. Jangan
memasukkan air dan benda-benda kecil ke dalam lubang hidung.
8. Kebersihan alat kelamin
Pembasuhan alat kelamin dengan cara Siram daerah sekitar kemaluan dan alat
kelamin dengan larutan air sabun kemudian bilas dengan air biasa. Untuk wanita
membersihkan dari daerah perineum ke arah belakang, sedangkan untuk laki-laki
dimulai dari ujung kemaluan lalu kearah bawah.
9. Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan defikasi dan alvi. Dalam
memenuhi kebutuhan eliminasi sangat diperlukan akses yang aman, nyaman dan
keselamatan Lansia. Fasilitas kamar mandi bagi Lansia, lebih menitik beratkan pada
penyesuaian peralatan yang lebih ergonomis.Sedangkan Tilley (1993) menyatakan
seperti menghindari penggunaan bahan lantai yang licin, penambahan hand rails dan
grabsbars untuk memudahkan Lansiamengangkat tubuhnya dari kloset, bathtub, dan
keluar masuk kamar mandi (Manuaba 2014).
H. Kebutuhan Keamanan lansia
Kebutuhan keamanan yang dimaksud adalah keadaan aman saat melakukan
pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.Biologic safety(keamanan fisik)merupakan keadaan
fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) yang mengancam
kesehatan fisik Lansia dengan penyediaan lingkungan yang memastikan setiap Lnsia tidak
mengalami bahaya akibat aktivitas kebutuhan kebersihan diri. Lansia memiliki
permasalahan fisik dan panca indera seperti gangguan penglihatan, kesulitan mengatur
keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, dan radang persendian yang dapat
mengakibatkan lansia lebih mudah jatuh atau cedera. Permasalahan fisik ini menyebabkan
tingginya kejadian kecelakaan pada lansia. Sebuah institusi atau rumah tinggal yang
dihuni oleh lanjut usia perlu penyesuaian dan rancangan kamar mandi disesuaikan dengan
keterbatasan dan kemampuan gerak motorik Lansiatelah banyak menurun disebabkan oleh
karena penurunan kapasitas sensor motoriknya. Dalam aktivitasnya Lansia sering
mengunjungi kekamar mandi lebih dari 3 kali dalam sehari. Oleh karenanya kamar mandi
dapat menjadikan lingkungan yang paling berbahaya baginya, maka tempat tersebut perlu
mendapat perhatian khusus melalui intervensi ergonomis. Keamanan bagi Lansia melalui
penyediaan khusus akses personal hygienebagi Lansia meliputi fasilitaskloset, bak
penampung air, pegangan tangan atau railing, handle pintu, lantai kamar mandi.
1. Kloset untuk Lansia
Penyediaan peralatan toilet harus disesuaikan dengan kebutuhanLansia. Tempat
buang air besar (kloset), tentukan dengan tepat model duduk atau jongkok, sesuaikan
pula dengan kebiasaan pemakai (Manuaba, 2013). Untuk Lansia yang mengalami
kesulitan berjongkok dan berdiri setelah jongkok dalam waktu tertentu ,perlu
dipertimbangkan penggunaan kloset duduk. Pengaturan ketinggian kloset duduk,
disesuaikan dengan rerata tinggi popliteal Lansia yaitu 39.43 + 5,52 cm.Di era
moderen telah banyak dikembangkan peralatan untuk memudahkan pembilasan
(flusher, jet washer) setelah buang hajat dikloset dan meningkatkan keamanan
pengguna kamar mandi(Machiko, 2011). Tetapi pada kenyataannya dari survei di
PSTW diperoleh hasil bahwa mereka membilas setelah buang hajat dengan
mempergunakan air dengan gayung, hal ini karena kebiasaan dan budaya kehidupan
para Lansiasebelumnya dan terbatasnya fasilitas.
2. Bak Penampungan air
Dari kebiasaan penghuni untuk membilas dengan air dan gayung, dibutuhkan
tempat penampung air yang mudah dijangkau. Kemudahan ini hendaknya
mempertimbangkan letak, volume dan ukuran penampung air. Menurut Manuaba,
(2013), apabila disediakan ember dan gayung, letakkan pada posisi dan tata letak yang
tepat. Tinggi dinding bak penampung dan ke dalamannya berdasar ukuran persentil 50
panjang lengan dan jarak jangkau Lansia penghuni. Ukuran gayung juga disesuaikan
dengan kemampuan angkat satu tangan oleh para Lansia. Gayung yang terlampau
besar, ukurannya lebih dari 1 liter akan menyulitkan Lansia.
3. Pegangan Tangan(railing)
Pada kamar mandi dengan kondisi lantai yang licin, Lansiaberpotensi
untuk tergelincir dan jatuh karena hilangnya keseimbangan tubuh. Sangat penting
menambahkan pegangan tangan (railling) di dinding (Delia, 2013). Agar
diperoleh tingkat keamanan yang memadai, pegangan tangan di pasang pada
ketinggian (10-20) cm di bawah tinggi siku (Grandjean, 2007).Penggunaan
railling diluar dan dalam kamar mandi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian dan keamanan beraktivitas. Penentuan diameter railiing disesuaikan
dengan ukuran diameter rerata genggaman Lansia dan dipilih dari bahan yang
tidak licin
4. Handel Pintu Kamar Mandi
Penggunaan handel pintu kamar mandi bagi Lansia harus dapat memberikan
tingkat kemudahan dan kenyamanan bagi penggunanya, agar aktivitasdidalam kamar
mandi tidak terganggu. Untuk handelkamar mandi yang dikhususkan bagi Lansia harus
sesuai dan tepat, untuk mengurangi terjadinya kecelakaan pada kamar mandi, seperti
kecelakaan terkuncinya Lansiadi dalam kamar mandi,karena sulitnya mengoperasikan
handel pintu kamar mandi. Berdasarkan hasil survey di lapangan dan wawancara pada
sebagian penghuni PSTW adanya tingkat kesulitan penggunaan handel pintu yang
tidakbergagang atau bulatbagi Lansia, mereka sulit untuk mengoperasikannya.
5. Lantai Kamar Mandi
Lantai untuk kamar mandi yang dikhususkanbagi Lansiaharus sangat diperhatikan,
karena padadaerah ini merupakan daerah yang rawan terjadinyakecelakaan bagi Lansia,
seperti seringnya tergelincirdan kurang mampunya mempertahankankeseimbangan
tubuh, dikarenakan lantai licin pada kamar mandi sehingga mengakibatkan
terjatuhnyaLansiapada saat berada di dalam kamar mandi.Ada beberapa persyaratan
cara penggunaan bahan lantai untuk kamar mandi, di antaranya adalah :
(a) Pilih bahan yang memiliki tekstur permukaanya kasar
(b) Permukaan bahan tidak menyerap air atau kedap air sehingga menghindari adanya
genangan di permukaan
(c) Apabila terkena air tidak menyebabkan permukaan menjadi licin dan
(d) Lantai dipasang dengan tingkat kemiringan yang memadai (+4o), agar air tidak
terlampau lama menggenang dan pengguna kamar mandi tidak terganggu dengan
kemiringan lantai
I. Tujuan pelayanan kesehatan pada LANSIA
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu
pelayanan bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :
a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-tingginya,
sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
c. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu penyakit
atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang optimal.
d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang berada
dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian dengan tenang dan
bermartabat. Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia,
pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial
lansia dan pusat pemberdayaan lansia.
J. Fungsi perawat gerontik
Menurut Eliopoulus (2005), fungsi perawat gerontik adalah:
a. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat
b. Menghilangkan perasaan takut tua
c. Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan
hal yang sama
d. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan
e. Memperhatikan serta mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan
f. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan
g. Membuka kesempatan lansia supaya mampu berkembang sesuai kapasitasnya
h. Mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan
i. Memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia
j. Menerapkan hasil penelitian, dan mengembangkan layanan keperawatan melalui
kegiatan penelitian
k. Melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
l. Melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan
m. Melakukan pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara menyeluruh
n. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
o. Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya
p. Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual
q. Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat bekerja
r. Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian
s. Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal
Konsep Medis Diabetes Melitus
A. Defenisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolit yang ditandai
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (smeltzer dan bare, 2015 ).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
(kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau
keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ).
Diabetes melitus merupakan suatu kelimpok penyakit atau gangguan metabolit
dengan karakteristik hiperglikimia yang terjadi karna kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua duanya. Hiperglikimia kronik pada diabetes melitus berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama
mata, ginjal, saraf,jatung dan pembulu darah (PERKENI, 2015 Dan ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemi kronik
akibat defisiensi skresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari imsulin yang
disertai berbagai kelainan metabolit lain akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin, hal tersebut dapat
disebabkan oleh gangguan atau difisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans
kelenjar panpreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin.
B. Etiologi
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel sel beta dari pulau pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya tejadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes melitus
juga dapat terjadi karna gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa
kedalam sel. Gangguan dapat terjadi karna kegemukan atau sebab lain yang belum di
ketahui. (smeltzer dan bare, 2015). Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah
penyakit kencing manis mempunyai beberapa penyebab , antara lain:
a. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi makanan berlebihan dan tidak di
imbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar
gula dalam darah meningkat dan pasitnya akan menyebabkan diabetes melitus.
b. Obesitas
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk trkena penkit diabetes melitus.Sebilan dari sepuluh orang gemuk bepotensi
untuk teserang diabets melitus.
c. Factor genetik
Diabetes melitus dapat diariskan orang tua kepada anak. Gan penyebab diabetes
melitus akan dibawa oleh anak jika orangtuanya menderita diabetes nelitus. Pewarisan
gen ini dapat sampai ke cucu cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
d. Bahan – bahan kimia dan obat- obatan
Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pangkreas, radang pada pangkreas akan mengakibatkan fungsi pankres menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon hormon untuk pross metabolism tubuh termasuk
insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat
mengiritasi pancreas
e. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Infeksi mikro organisme dana virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit
seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes
melitus.
f. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus. Jika orang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus
karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang tertimbun didalam tubuh,
kalori yang tertimbun didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes
melitus selain disfungsi pankreas.
g. Kadar Kortikosteroid YangTinggi. Kehamilan gestasional.
h. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
i. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
C. Klasifikasi
a. Diabetes type 1
Diabetes melitus tipe satu atau Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM), dapat
terjadi disebabkan karena adanya kerusakan sel-B, biasanya menyebabkan kekurangan
insulin absolut yang disebabkan oleh proses autoimun atau idiopatik. Umumnya
penyakit ini berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan
kematian.Diabetes melitus tipe 1 terjadi sebanyak 5-10 % dari semua diabetes melitus.
Diabetes melitus tipe 1 dicirikan dengan onset yang akut dan biasanya terjadi pada usia
30 tahun (SmeltZer dan Bare. 2015).
b. Diabetes type 2
Diabetes melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM),
dapat terjadi karena kerusakan progresif sekretorik insulin akibat resistensi insulin.
Diabetes melitus tipe 2 juga merupakan salah satu gangguan metabolik dengan kondisi
insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak cukup jumlahnya akan tetapi reseptor insulin
dijaringan tidak berespon terhadap insulin tersebut. Diabetes melitus tipe 2 mengenai
90-95 % pasien dengan diabetes melitus. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30
tahun, obesitas, herediter, dan factor lingkungan. Diabetes melitus tipe ini sering
terdiagnosis setelah terjadi komplikasi (SmeltZer dan Bare. 2015).
c. Diabetes Melitus Tipe Tertentu
Diabetes melitus tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain misalnya defek genetik
pada fungsi sel-B, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (Seperti
fibrosis kistik dan pankreatitis), penyakit metabolik endokrin, infeksi, sindrom genetik
lain dan karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS
atau setelah transplantasi organ (Smeltzer dan Bare,2015).
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus ini merupakan diabetes melitus yang didiagnosis selama masa
kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa
kehamilan.Terjadi pada 2-5% semua wanita hamil tetapi hilang saat melahirkan
(Smeltzer dan Bare, 2015).
D. Patofisiologi
a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin karena
hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia
puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam
darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus
(polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan
(polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa
pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan
asam basa dan mengarah terjadinya ketoasidosis (Brunner & suddarth 2015)
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan
meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan
sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II
(Brruner & suddarth 2015)
E. Manifestasi klinis
a. Poliuri
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler,
aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibatdari hiperosmolariti dan akibatnya akan
terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi
sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus
dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi
yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis.
e. Malaise atau kelemahan

f. Kesemutan

g. Lemas

h. Mata kabur (Brunner & Suddart, 2015)


F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidup penderita diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
a. Tujuan Jangka Pendek : menghilangkan keluhan diabetes mellitus, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi resiko komplikasi akut.
b. Tujuan Jangka Panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunya morbiditas dan mortalitas diabetes mellitus.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lifid (mengukur kadar lemak dalam darah), melalui
pengelolaan pasien secra komprehensif. Pada dasarnya, pengelolaan diabetes mellitus
dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama
beberapa waktu (2-4 Minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat
memenuhi kadar sasaran metabolikyang diinginkan, baru dilakukan intervensi
farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan
indikasi. Dalam keadaan dekomvensasi metabolic berat, misalya ketoasidosis, diabetes
mellitus dengan stress berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat
segra diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan
sesuai dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa
darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri dirumah, setalah mendapat pelatihan
khusus untuk itu (PERKENI. 2015). Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama
penatalaksanaan terapi pada diabetes mellitus adalah menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari
terjadinya komplikasi. Tatalaksana diabetes terangkum kedalam empat pilar
pengendalian diabetes. Empat pilar pengendalian diabetes, yaitu :
1) Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes. Dengan
mengetahui faktor resiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala diabetes,
komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat
menyadari pentingnya pengendalian diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya hidup
sehat dan pengobatan diabetes.Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu
menanggulangi diabetes, dan diabetes bukanlah suatu penyakit diluar
kendalinya.Terdiagnosis sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir dari
segalanya.Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.
2) Pengaturan makan (diet)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula
darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian,
komplikasi diabetes dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan
proses makan itu sendiri.Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan
disebar merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk
penderita diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan
karbohidrat kompleks yang bersera termasuk sayur dan buah dalam porsi yang
secukupnya, serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-
hari penderita.
3) Olahraga/ latihan jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan
aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik
meningkatkan sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian
diabetes lebih mudah dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi
makanan dan obat sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu
rendah. Panduan umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas
ringan-selama 30 menit dalam sehari yang dimulai secara bertahap.Janis olahraga
yang dianjurkan adalah olahraga aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda,
berdansa, berkebun. Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas visik dalam
kegiatan sehari-hari, seperti lebih memilih naik tangga ketimbang naik lift. Sebelum
olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter sehingga penyulit seperti tekanan
darah yang tinggi dapat diatasi sebelum olah raga dimulai.
4) Obat/Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas.
Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu
seperti pada komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang
terlampau tinggi.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
a. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130mg/dl
mengindikasikan diabetes.
b. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilaikadar gula darah
selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi6,1% menunjukkan diabetes.

c. Tes toleransi glukosa oral


Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan
diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normaldua jam setelah meminum
cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
d. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample
darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin
glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang
dapat dilakukan dirumah.
H. Komplikasi
Kompilkasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik.
a. Komplikasi akut adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah adalah dalam jangka pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah

1. Diabetik ketoasedosis (DKA).


Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit DM. Dibetik ketoasidosis di sebabkan oleh tidak adanya insulin
atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
2. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi kalau gadar gula dalam darah turun bawah 50- 60 mg/dl
keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.
b. Kompilkasi kronik
Diabetes melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian
tubuh (angipati diabetik) di bagi menjadi 2: yaitu mikrovaskuler dan
makrovaskuler.Penyakit ginjal, Penyakit mata, Neuropati (mikrovaskuler) dan
Pembuluh darah kaki, Pembuluh darah ke otak (makrovaskuler).
DAFTAR PUSTAKA
Fridman dalam Achjar.(2010).Keperawatan Keluarga: Teori dan praktek.Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and


Suddarth. Ed.8. Vol. 3. Jakarta :

Kowalak. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Modul Pelatihan Keluarga Sehat. 2017. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


Nurarif, Amin Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction.
PPNI, Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia 2015 Modul Panduan Dokumentasi

Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu

Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta

Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Reni Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
NOC, Jilid 1, Jakarta

Sarif La Ode (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC, NOC,
Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha Medika

Stanley, M &Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed.2.Jakarta: EGC

Tantut Susanto. (2013). Keperawatan Gerontik. Digital Repository. Universitas Jember.


Undang-Undang No 13 (1998).
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKDEMIK 2020/2021

FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK


1. Riwayat klien/data biografis
Nama : Ny. N
Alamat : Tanuntung
Telp : -
Suku : Konjo
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Orang yang paling dekat dihubungi : Anak
Alamat/telpon :-

2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan : hidup
Kesehatan : Sehat
Umur : 67 Tahun
Pekerjaan : Irt
Alamat : Tanuntung
b. Anak : hidup
Nama : Maulana ikbal, Iccang, Ilham
Alamat : Tanuntung

3. Riwayat Pekerjaan
a. Status pekerjaan saat ini : Klien saat ini sudah tidak bekerja lagi,Klien hanya tinggal di
rumah karena klien mempunyai riwayat operasi sehingga klien tidak dapat beraktivitas
yang berlebih
b. Pekerjaan sebelumnya : Klien sebelumnya sering berkebun membantu suaminya
c. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Sumber pendapatan
klien dari hasil berkebun dan bertani
4. Riwayat Lingkungan Hidup
a. Tipe tempat tinggal : Klien tinggal di rumah panggung, lingkungan rumah klien
nampak bersih
b. Jumlah kamar : sebanyak 3 kamar dengan jumlah orang yang tinggal di rumah
tersebut sebanyak 2 orang
c. Kondisi Rumah : Kondisi rumah nampak cukup bersih dan terdapat 1 wc
5. Riwayat Rekreasi
a. Hobby/minat : Berkebun
b. Keanggotaan organisasi : Klien tidak mengikuti organisasi apapun
c. Liburan/perjalanan : Klien tidak pernah liburan
6. Sumber/sistem pendukung yang digunakan
a. Rumah sakit : Klien mengatakan setiap bulan klien rutin memeriksakan gula darahnya
di Puskesmas terdekat
b. Lain-lain : -
7. Kebiasaan /Ritual
a. Agama : Islam
b. Istirahat/tidur : Klien mengatakan tidur malam hari pada jam 21.00 WITA
c. Kebiasaan ibadah : Klien melaksanakan sholat 5 waktu
d. Kepercayaan : Klien percaya bahwa Allah maha kuasa
e. Ritual makan : Membaca doa sebelum makan dan makan bersama keluarga
8. Status kesehatan saat ini
a. Status kesehatan selama 1 tahun dan 5 tahun terakhir : Klien mengatakan 1 tahun
yang lalu mempunyai luka diabetik di punggung sebelah kiri klien yang awalnya
hanya bisul dan lama kelamaan luka tersebut bertambah besar, klien pun
memeriksakan keadaanya ke rumah sakit dan akhirnya dokter pun memutuskan untuk
operasi karena dokter pengatakan luka klien tersebut mempunyai banyak nanah dan
nanah tersebut harus dikeluarkan di ruang operasi dan setelah operasi klien
mengatakan lamanya luka operasinya itu mengering selama 6 bulan.
b. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : Klien tidak paham
tentang masalah kesehatan yang dialami klien
Obat-obatan
a. Nama obat : NovoRapid
b. Dosis obat : 20 Ml
c. Waktu dan cara penggunaan : 3 x 1 disuntikkan sebelum makan
Alergi (agen dan reaksi fisik)
a. Obat-obatan : Klien tidak memiliki alergi obat-obatan
b. Makanan : Klien alergi dengan telur, mie instan, kepiting, udang dan ikan merah
c. Faktor-faktor lingkungan : Klien tidak memiliki alergi lingkunga
Nutrisi
a. Diet 24 jam terakhir (termasuk cairan) : Klien mengtakan tidak diet karena selama
klien suntik nsulin klien sering merasa sering kenyang
b. Diet khusus, pembatasan makanan atau pilihan : Klien mebatasi makanan yang
manis-manis
c. Rilwayat peningkatan dan penurunan berat badan : Klien mengatakan mengalami
penurunan berat badan sejak 1 tahun yang lalu namun tidak mengatahu berapa Kg
penurunan berat badan yang dialami
9. Penyakit masa lalu
a. Penyakit masa kanak-kanak : Klien mengatakan tidak memiliki penyakt yang serius
pada masa kanan- kanank begitu pun trauma fisik dan infeksi
b. Penyakit serius atau kronik : Kllien mengatakan mempunyai penyakit diabetes sejak
4 tahun yang lalu
c. Trauma : Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma
d. Perawatan di Rumah Sakit : Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit dengan
diagnosa diabetes militus
e. Alasan : Klien masuk rumah sakit dengan keluhan mempunyai luka diabetik pada
punggung sebelah kiri
f. Tanggal : Klien mengatakan 1 tahun lalu dan lupa tanggal rawat inapnnya
g. Tempat : RSUD H A Sultan Dg Radja Bulukumba
Operasi
a. Jenis Operasi : Operasi luka diabetes militus
b. Tanggal : Klien mengatakan 1 tahun lalu dan lupa tanggal operasinya
c. Tempat : RSUD H A Sultan Dg Radja Bulukumba
10. Riwayat keluarga
Genogram (gambarkan silsilah dari keluarga klien)
Survei hal berikut : kanker, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal,
arthritis, alkolisme, masalah kesehatan mental

G1

G2

G3

Keterangan :
G1 : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu Ny. N sudah meninggal karena factor usia.
G2 : Ayah dan ibu Ny. N telah meninggal dunia. Ibu Ny. N meninggal karena faktor usia,
sedangkan ayah Ny. N meninggal secara tiba-tiba tidak mengalami sakit
G3 : Ny. N sekarang mengalami Diabetes Militus sejak 4 tahun yang lalu . Ny. N tinggal
bersama dengan suaminya, Ny. N mempunyai 3 orang anak tetapi telah memisahkan
diri krena telah menikah
11. Tinjauan sistem

Umum Ya Tidak

Kelelahan √

Perubahan berat badan setahun yang lalu √

Perubahan nafsu makan √

Demam √

Keringat malam √

Kesulitan tidur √

Sering pilek, infeksi √


- Kemampuan untuk melakukan ADL : Ny. N dapat memenuhi kebutuhan ADL setiap
hari secara mandiri akan tetapi Ny. N membatasi aktivitas sehari- harinya agar tidak
kelelahan

Integumen Ya Tidak

Lesi/luka √

Pruritus √

Perubahan pigmentasi √

Perubahan tekstur √

Sering memar √

Perubahan rambut √

Perubahan kuku √

Pemajanan lama terhadap matahari √

Pola penyembuhan lesi, memar : Pada kaki Ny. N terdapat memar, Ny. N mengatakan ini
terjadi karena Ny. N sering menggaruknya, Ny. N mengatakan sekarang mengalami gatal-
gatal.

Hemopoetik Ya Tidak
Perdarahan/memar abnormal √

Pembengkakan kelenjar limfa √

Anemia √

Riwayat transfusi darah √

Kepala Ya Tidak
Sakit kepala √

Trauma berarti pada masa lalu √

Pusing √

Gatal kulit kepala √


Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan √

Kaca mata/lensa kontak √

Nyeri √

Air mata berlebihan √

Pruritus √

Bengkak sekitar mata √

Diplopia √

Kabur √

Fotofobia √

Riwayat infeksi √

- Tanggal pemeriksaan terakhir : Ny. N mengatakan sekitar 1 tahun yang lalu


- Tanggal pemeriksaan glaukoma terakhir : Ny. N mengatak tidak pernah melakukan
pemeriksaan glukoma
- Kemampuan untuk melakukan ADL : Ny. N mengatakan aktivitas sehar-harinya baik
karena Ny. N mengatakan walaupun matanya sedikit kabur akan tetati masih bisa
melakukan aktivitasnya secara mandiri

Leher Ya Tidak

Kekakuan √

Nyeri/nyeri tekan √

Benjolan/massa √

Keterbatasan gerak √

Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran √

Tinitus √

Vertigo √

Sensitivitas pendengaran √
Alat-alat protesa √

Riwayat infeksi √

- Tanggal pemeriksaan terakhir : Ny. N mengatakan tidak pernah memeriksakan


telinganya karena tidak terdapat keluhan pada telinga
- Kebiasaan perawatan telinga : Ny. N mengatakan membersihkan telinganya pada saat
merasa gatal pada telinga

Hidung dan sinus Ya Tidak

Rhinore √

Epistaksis √

Obstruksi √

Mendengkur √

Nyeri pada sinus √

Alergi √

Riwayat infeksi √

- Penilaian diri terhadap kemampuan olfaktori : Ny. N mampu membedakan bau-bauan

Mulut dan Tenggorokan Ya Tidak

Sakit tenggorokan √

Lesi/ulkus √

Serak √

Perubahan suara √

Kesulitan menelan √

Perdarahan gusi √

Karies √

Kesulitan menelan √

Alat-alat protesa √

Riwayat infeksi √

- Tanggal pemeriksaan gigi terakhir: Ny. N mengatakan tidak pernah memeriksakan


giginya di pelayanan kesehatan
- Pola menggosok gigi : Ny. N mengatakan menggosok gigi 1 kali sehari

Payudara Ya Tidak

Benjolan/massa √

Nyeri/nyeri tekan √

Bengkak √

Keluar cairan dari putting susu √

- Pola pemeriksaan payudara sendiri : Ny. N mengatakan setiap klien mandi


- Tanggal dan hasil mammogram terakhir : Ny. N mengatakan tidak pernah melakukan
pemeriksaan mommografi

Pernafasan Ya Tidak

Batuk √

Sesak nafas √

Hemoptisis √

Sputum √

Bunyi nafas abnormal √

Asma/alergi pernafasan √

- Tanggal dan pemerikasaan sinar x dada terakhir : Ny. N tidak pernah melakukan
pemeriksaan

Perkemihan Ya Tidak
Disuria √

Frekuensi √

Menetes √

Ragu-ragu √

Dorongan √

Hematuria √

Poliuria √

Oliguria √

Nokturia √
Inkontinensia √

Nyeri saat berkemih √

Batu √

Infeksi √

Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada √

Palpitasi √

Sesak nafas √

Dispnea pada aktivitas √

Ortopnea √

Murmur √

Edema √

Varises √

Parastesia √

- Perubahan warna kaki : Tidak terdapat perubahan warna pada kaki

Gastrointestinal Ya Tidak

Disfagia √

Tak dapat mencerna √

Nyeri ulu hati √

Mual/muntah √

Hematemesis √

Perubahan nafsu makan √

Intoleran makanan √

Ulkus √

Nyeri √

Ikterik √
Benjolan/massa √

Perubahan kebiasaan defekasi √

Diare √

Konstipasi √

Melena √

Hemoroid √

Perdarahan rectum √

Pola defekasi biasanya : Ny. N mengatakan frekuensi defekasi 2 hari sekali

Genitoreproduksi Wanita Ya Tidak


Lesi √

Perdarahan pasca senggama √

Sistokel/rektokkel/prolapsed √

Penyakit kelamin √

Infeksi √

- Masalah aktifitas seksual : Ny.N tidak memiliki masalah seksual


- Riwayat menstruasi : Ny. N mengatak menstruasi setiap bulan
- Riwayat menopause : Ny. N Mengatakan menepause sejak 10 Tahun yang lalu
- Tanggal dan hasil pap smear: Ny.N mengatakan tidaka pernah melakukan
pemeriksaan pap smear

Muskuloskeletal Ya Tidak

Nyeri persendian √

Kekakuan √

Pembengkakan sendi √

Deformitas √

Spasme √

Kram √

Kelemahan otot √

Masalah cara berjalan √


Nyeri punggung √

Protesa √

Pola kebiasaan latihan √

Dampak pada penampilan sehari-hari : Ny.N Mengtakan apabila persendianya kaku Ny.N
mengatakan kadang memijitnya

Sistem Saraf Pusat Ya Tidak


Sakit kepala √

Kejang √

Paresis √

Paralisis √

Masalah kordinasi √

Tremor/spasme √

Parestesia √

Cedera kepala √

Masalah : Ny. N mengatakan sesekali merasakan sakit kepala

Sistem Reproduksi Ya Tidak

Intoleran panas √

Intoleran dingin √

Goiter √

Pigmentasi kulit/tekstur √

Perubahan rambut √

Polifagia √

Polidipsi √

Poliuria √
Psikososial Ya Tidak

Cemas √

Depresi √

Insomnia √

Menangis √

Gugup √

Takut √

Masalah dalam mengambil keputusan √

Kesulitan berkonsentrasi √

- Pernyataan perasaan umum mengenai kepuasan/frustasi mekanisme koping yang


biasa : Ny.N mengatakan sangat khawatir dengan keadaanya sekarang
- Stress saat ini : Ny.N mengatakan saat ini tidak mengalami stres
- Masalah tentang kematian : Ny.N mengatakan hanya berserah diri pada ALLAH dan
hanya dapat ikhlas
PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN
Indeks KATZ
No Kriteria Skor Keterangan
1 Makan 10 Frekuensi 3x sehari jumlah 1
5: Bantuan piring/sekali makan jenis nasi,sayur
10: Mandiri dan ikan
2 Minum 10 Frekuensi 5x sehari, jenisair putih
5: Bantuan
10: Mandiri
3 Berpindah dari kursi roda 15
ketempat tidur/sebaliknya
10: Bantuan
15: Mandiri
4 Personal toilet (cuci muka, 5 - Cuci muka Frekuensi 2x sehari pada
menyisir rambut,gosok gigi) pagi hari dan sore hari
0: Bantuan - Menyisirrambut dan gosok gigi 1 x
5: Mandiri sehari
5 Keluar masuk toilet (mencuci 10
pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram )
5: Bantuan
10: Mandiri
6 Mandi 15 Frekuensi 1x sehari
5: Bantuan
15 : Mandiri
7 Jalan dipermukaan datar 5
0: Bantuan
15 : Mandiri
8 Naik turun tangga 10
5: Bantuan
10 : Mandiri
9 Mengenakan pakaian 10
5: Bantuan
10 : Mandiri
10 Kontrol bowel (BAB) 10 Frekuensi 2 hari sekali konsistensi
5: Bantuan lunak
10 : Mandiri
11 Kontrol bladder (BAK) 10 Frekuensi ± 5-7 x/hari berwarna
5: Bantuan kuning pekat
10 : Mandiri
12 Olahraga/latihan 10 Klien berolahraga jalan kakisetiap
5: Bantuan pagi hari
10 : Mandiri
13 Rekriasi / pemanfaatan waktu 10 Frekuensi setiap hari pada sore hari
luang
5: Bantuan
10 : Mandiri
Ket : 130 : Mandiri
65-125 : Ketergantunga
60 : Ketergantungan total
Hasil : Ny.N termasuk kaegore mandiri dalam maakan,kontenensia (BAB dan BAK)
menggunakan pakaian,mandi,pergi ketoilet dan berpindah.
SKORE NORTON
Aspek yang dikaji Score
Kondisi fisik umum:
Baik 4
Lumayan 3 4
Buruk 2
Sangat buruk 1
Kesadaran 4
Komposmentis 4
Apatis 3
Konfus/soporus 2
Koma 1
Akivitas 4
Ambulan 4
Ambulan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
Mobilisasi 3
Bergerak bebas 4
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tak terbatas 1
Inkontensia 3
Tidak ada 4
Kadang-kadanng 3
Sering inkontenensia urin 2
inkontenensia urin dan alvi 1
Total score 18
Ket : 15 – 20 : Kecil sekali/ tak terjadi
12 – 15 : Kemungkinan kecil terjadi
<12 : Kemungkinan besar terjadi
Hasil : Ny.N saat dilakukan pemeriksaan dengan skala NORTON, Ny.N memperoleh total
skor 18 yang berarti dalam kategori resiko dekubitus kecil sekali / tak terjadi

PENGKAJIAN STATUS MENTAL KLIEN


. Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ
(Short Portable Mental Status Quesioner)
No. Pertanyaan Benar Salah Ket.
1. Tanggal berapa hari ini? √ Klien menjawab tanggal 08
2. Hari apa sekarang? √ Klien menjawab hari ini hari
Sabtu
3. Ini bulan apa √ Klien menjawab ini adalah
Juni
4. Dimana alamat anda? √ Klien menjawab Tanuntung
5. Berapa umur anda? √ Klien menjawab 67 tahun
6. Tahun berapa klien lahir √ Klien menjawab 1975
7. Bulan berapa klien lahir √ Klien menjawab tidak
8. Tanggal berapa klien lahir √ Klien menjawab tidak tahu
9. Siapa nama ibu anda? √ Klien menjawab Nasti
10. Brapa 20-3? √ Klien menjawab 20-3 = 17

Jumlah 6 4
Ket : Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Hasil : Ny. N saat dilakukan pemeriksaan dengan kusioner SPMSQ menjawab 6 pertanyaan
dengan benar dan menjawab 4 pertanyaan dengan salah. Berdasarkan hasil
pemeriksaan, Ny.N termasuk kategori Kerusakan Intelektual ringan.

Identifikasi Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental Dengan Menggunakan MMSE


(Mini Mental Status Exam)
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Pertanyaan
maks klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2020 (benar)
□ Tanggal : 08 (benar)
Hari: Sabtu (benar)
Bulan : Juni (benar)

Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang


Kabupaten Bulukumba (benar)
Kecamatan Herlang (benar)
Kelurahan Tanuntung (benar)
nnNama desa (benar)
naNama dusun (benar)

2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa) 1 detik


untuk mengatakan masing-masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien ketiga
obyek tadi (untuk disebutkan)
Obyek 1 : Rumah Sakit (benar)
Obyek 2 : Kantor (benar)
Obyek 3 : Puskesmas (benar)
3 Perhatian dan 5 1 Minta klien untuk memulai dari angka 100
kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali
100 - 7 = 93
93 - 7 = 87
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Pertanyaan
maks klien
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada no 2 tadi, bila benar 1 point untuk
masing-masing obyek
Obyek 1 : Rumah Sakit (benar)
Obyek 2 : Kantor (benar)
Obyek 3 : Puskesmas (benar)
5 Bahasa 9 5 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien
Mengetahui nama : kertas (benar)
Minta pada klien untuk mengulang kata
berikut “tak ada jika, dan, atau, tetapi”. Bila
benar, nilai 1 poin.
Tak ada jika (salah)
Dan (salah)
Atau (salah)
Tetapi (salah)

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah : “Ambil
kertas di tangan anda. Lipat dua dan taruh di
lantai”
Ambil kertas (benar)
Lipat dua (benar)
Taruh di lantai (benar)

Perintahkan pada klien untuk hal berikut


Tutup mata anda
Aktifitas sesuai perintahTutup mata anda
(benar)
Total nilai 22
Ket : >23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Hasil : Ny. N saat dilakukan pemeriksaan MMSE, Ny.N termasuk dalam kategori kerusakan
aspek fungsi mental ringan
SKALA DEPRESI
No Pertanyaan Jawaban yang sesuai
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda Tidak YA
Apakah anda mengurangi hobi dan aktivitas
2 Tidak YA
sehari-hari?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? TIDAK ya
4 Apakah anda merasa sering bosan? TIDAK ya
5 Apakah anda selalu bersemangat Tidak YA
Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk
6 Tidak YA
akan terjadi pada anda?
7 Apakah anda sering merasa putus asa ? Tidak YA
Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada
8 malam hari daripada keluar dan melakukan Tidak YA
sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
9 dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan TIDAK ya
orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang
10 Tidak YA
menyenangkan?
11 Apakah anda merasa tak berguna? TIDAK ya
12 Apakah anda merasa penuh semangat? Tidak YA
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak
13 Tidak YA
ada harapan?
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik
14 Tidak YA
keadaannya dari pada anda?
Ket : Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban Ya atau Tidak setelah
pertanyaan

Score 5 -9 : Kemungkinan depresi


Score 10 atau lebih : Depresi
Hasil : Ny.N saat dilakukan pengkajian dengan skala Depresi, Ny.N memperoleh tota skor 6
sehingga dapat dikategorikan kemungkinan depresi
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLGI MASALAH
1 Data subjektif: Disfungsi pankreas Ketidak stabilan kadar
- Ny.N mengeluh badannya glukosa darah
lemas, dan badannya
kesemutan.
- Ny.N mengatakan 1 minggu
yang lalu memeriksakan gula
darahnya. nilai gula darahnya
240 mg/dl
- Ny.N mengatakan jika gula
darahnya naik penglihatannya
kabur
- Ny.N mengatakan pada malam
hari sering berkeringat
- Ny.N mengatakan setiap hari
suntik insulin 3 x sehari
Data objektif:
- Ny.N nampak lemas
- Nampak pucat
2 Data subjektif: Kekhawatiran Ansietas
- Ny. N Mengatakan saangat mengalami kegagalan
khawatir dengan penyakitnya
- Ny. N sering menanyakan
kondisinya sekarang
Data objektif:
- Ny. N nampak sering gelisah
dengan penyakitnya sekarang
- Ny. N nampak tegang
3 Data subjektif: Kurang terpapar Defisit pengetahuan
- Ny.N mengatakan tidak informasi
mengetahui penyebab masalah
kesehatan yang dialami
- Ny.N mengatakan belum
mampu memahami tentang
pengobatan masalah kesehatan
yang dialami
- Ny.N belum mampu
melakukan pencegahan
masalah kesehatan yang
dialami
- Ny. N mengatakan tidak
memperhatikan dietnya jika
gula darahnya turun.
Data objektif:
- Ny.N nampak kurang mengerti
dalam menangani masalah
kesehatan yang dialami

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak stabilan kadar glukosa darah
2. Ansietas
3. Defisit pengetahuan
C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidak stabilan kadar Setelah dilakukan Menejemen Hiperglikemi
glukosa darah tindakan 1. Identifikasi kemungkinan
keperawatan penyebab hiperglikemia
selama x jam 2. Monitor kadar glukosa darah,
kestabilan kadar jika perlu
glukosa darah 3. Monitor tanda dan gejala
meningkat dengan hiperglikemia (polyuria,
criteria hasil : polydipsia, polifagia, kelemahan,
1. Lelah atau malaise, pandangan kabur, sakit
lesuh kepala)
menurun (5) 4. Konsultasi dengan medis jika
2. Kadar glukosa tanda dan gejala hiperglikemi
dalam darah tetap ada
urine membaik 5. Anjurkan kepatuhan terhadap diet
(5) 6. Ajarkan pengelolaan diabetes
(senam kaki diabetik)
7. Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl

2 Ansietas Setelah dilakukan Terapi relaksasi


tindakan 1. Identifikasi tehnik relaksasi yang
keperawatan pernah digunakan
selama x jam 2. Betrikan informasi tentang
asietas menurun prosedur tehnik relaksasi
dengan criteria 3. Gunakan nada suara lembut
hasil : dengan irama lambat dan
berirama
4. Jelaskan tujuan,
manfaat,batasan,dan jenis
relaksasi (relaksasi nafas dalam)
5. Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
6. Ajarkan sering mengulangi atau
melatih thnik yang diplih
3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Proses Penyakit
tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan
keperawatan kemampuan menerima informasi
selama x jam 2. Sediakan materi dan media
tingkat pendidikan kesehatan
pengetahuan 3. Berikan kesempatan untuk
meningkat bertanya
dengan criteria 4. Jelaskan penyebab dan factor
hasil : risiko penyakit
1. kemampuan 5. Jelaskan proses patofisiologi dan
menjelaskan factor resiko penyakit
pengetahuan 6. Jelaskan tanda dan geja;a yagng
tentang suatu ditimbulkan penyakit.
topic 7. Jelaskan kemungkinan terjadinya
meningkat (5) komplikasi
2. perilaku sesuai 8. Ajarkan cara meredakan atau
dengan mengatsi gejala yang dirasakan
pengethauan 9. Ajarkan cara meminimalkan efek
meningkat (5) samping dari intervensi atau
pengobatan
10. Anjurkan melapor jika merasakan
tanda dan gejala atau tidak biasa
D. IMPLEMENTASI I
WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
Senin, 06 juni Menejemen Hiperglikemi S:Ny.N mengatakan belum
2020 1. Mengidentifikasi kemungkinan mampu mengetahui cara
penyebab hiperglikemia pengelolaan diabetes
- Hasil : penyebab hiperglikemi yaitu O:Ny. N nampak sering lemas
faktor makanan A:Ketidak stabilan kadar
2. Memonitor kadar glukosa darah, jika glukosa darah belum teratasi
perlu P :Lanjutkan intervensi
- Ny. N mengatakan gula darahnya 240
diperiksakan 1 minggu yang lalu
3. Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia (polyuria, polydipsia,
polifagia, kelemahan, malaise,
pandangan kabur, sakit kepala)
- Ny.N mengalami sakit kepala
4. Mengkonsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemi tetap
ada
- Ny. N sering memeriksakan
keadaanya di pelayanan kesehatan
5. Menganjurkan kepatuhan terhadap
diet
- Ny. N Sudah mulai paham tentang
diet makanan
6. Mengajarkan pengelolaan diabetes
- (senam kaki diabetik)
7. Menganjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
- Ny. N mengetahui pengaturan
olahraga
8. Mengkolaborasi pemberian inslin jika
perlu
Senin, 06 juni Terapi relaksasi S:Ny.N mengatakan sering
2020 1. Mengidentifikasi tehnik relaksasi memikirkan gula darahnya
yang pernah digunakan turun
- Hasil : Ny. N mengatakan belum ada O:Ny. N nampak tegang
tehnik relaksasi yang pernah memikirkan penyakitnya
digunakan A:Ansietas belum teratasi
2. Memberikan informasi tentang P :Lanjutkan intervensi
prosedur tehnik relaksasi
- Ny.N sudah mulai memahami
prosedur tehnik relaksasi
3. Menggunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan berirama
4. Menjelaskan tujuan,
manfaat,batasan,dan jenis relaksasi
(relaksasi nafas dalam)
- Hasil : Ny.N mulai memahami tujuan,
manfaat,batasan,dan jenis relaksasi
5. Menganjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- Hasil : Ny.N telaah meengabil posisi
yang nyaman
6. Mengajarkan sering mengulangi atau
melatih tehnik yang diplih
- Hasil : Ny.N sudah mulai mengulangi
tehnik yang diajarkan
Senin, 06 juni Edukasi Proses Penyakit S :Ny.N mengatakan sudah
2020 1. Mengidentifikasi kesiapan dan mulai mengatahui tentang
kemampuan menerima informasi penyakitnya
- Hasil : Ny.N siap untuk menerima O :Ny. N sering bertanya-tanya
informasi tentang penyakitnya
2. Menyediakan dan media pendidikan A :Defisit pengetahun belum
kesehatan teratasi
- Hasil : media yang disedikan yaitu P : Lanjutkan intervensi
lieflet
3. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
- Hasil : Ny.N sangat antusias untuk
bertanya
4. menjelaskan penyebab dan factor
risiko penyakit
- Ny.N mulai memahami penyebab dan
factor risiko penyakit
5. Menjelaskan proses patofisiologi dan
factor resiko penyakit
- Ny.N mulai memahami factor resiko
penyakit
6. Menjelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan penyakit.
- Ny.N mulai memahami tanda dan
gejala penyakit
7. Menjelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi
- Ny.N mulai memahami kemungkinan
komplkasi yang terjadi
8. Menganjurkan cara meredakan atau
mengatsi gejala yang dirasakan
- Ny.N mulai memahami cara
meredakan nyeri
9. Menganjurkan melapor jika
merasakan tanda dan gejala atau tidak
biasa
IMPLEMENTASI II
WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
Selasa, 07 Menejemen Hiperglikemi S :Ny.N mengatakan sudah
juni 2020 1. Memonitor kadar glukosa darah, jika mampu mengetahui cara
perlu pengelolaan diabetes
- Ny. N mengatakan gula darahnya 240 O :Ny. N nampak sudah tidak
diperiksakan 1 minggu yang lalu lemas
2. Memonitor tanda dan gejala A :Ketidak stabilan kadar
hiperglikemia (polyuria, polydipsia, glukosa darah teratasi
polifagia, kelemahan, malaise, P :Lanjutkan intervensi
pandangan kabur, sakit kepala)
- Ny.N mengatakan sakit kepala sudah
mulai berkurang
3. Mengkonsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemi tetap
ada
- Ny. N mengatakan sering
memeriksakan keadaanya di
pelayanan kesehatan
4. Menganjurkan kepatuhan terhadap
diet
- Ny. N Sudah mulai paham tentang
diet makanan
5. Mengajarkan pengelolaan diabetes
- (senam kaki diabetik)
6. Menganjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
- Ny. N mengetahui pengaturan
olahraga
7. Mengkolaborasi pemberian inslin jika
perlu
Selasa, 07 Terapi relaksasi S : Ny.N mengatakan sudah
juni 2020 1. Memberikan informasi tentang mulai beradaptasi dengan
prosedur tehnik relaksasi gula darahnya yang naik
- Ny.N mulai memahami prosedur turun
tehnik relaksasi O: Ny. N nampak tegangnya
2. Menggunakan nada suara lembut sudah berkurang
dengan irama lambat dan berirama A: Ansietas teratasi sebagian
3. Menjelaskan tujuan, P : Lanjutkan intervensi
manfaat,batasan,dan jenis relaksasi
(relaksasi nafas dalam)
- Hasil : Ny.N memahami tujuan,
manfaat,batasan,dan jenis relaksasi
4. Menganjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- Hasil : Ny.N telaah meengabil posisi
yang nyaman
5. Mengajarkan sering mengulangi atau
melatih tehnik yang diplih
- Hasil : Ny.N sudah mulai mengulangi
tehnik yang diajarkan
Selasa, 07 Edukasi Proses Penyakit S:Ny.N mengatakan
juni 2020 1. Mengidentifikasi kesiapan dan mengatahui tentang
kemampuan menerima informasi penyakitnya
- Hasil : Ny.N siap untuk menerima O:Ny. N nampak sudah
informasi mengerti tentang penyakit
2. Menyediakan dan media pendidikan yang dialami
kesehatan A :Defisit pengetahun teratasi
- Hasil : media yang disedikan yaitu P :Pertahankan intervensi
lieflet
3. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
- Hasil : Ny.N sangat antusias untuk
bertanya
4. menjelaskan penyebab dan factor
risiko penyakit
- Ny.N memahami penyebab dan factor
risiko penyakit
5. Menjelaskan proses patofisiologi dan
factor resiko penyakit
- Ny.N memahami factor resiko
penyakit
6. Menjelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan penyakit.
- Ny.N memahami tanda dan gejala
penyakit
7. Menjelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi
- Ny.N memahami kemungkinan
komplkasi yang terjadi
8. Menganjurkan cara meredakan atau
mengatsi gejala yang dirasakan
- Ny.N memahami cara meredakan
nyeri
9. Menganjurkan melapor jika
merasakan tanda dan gejala atau tidak
biasa
IMPLEMENTASI III
WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
Rabu, 08 juni Menejemen Hiperglikemi S : Ny.N mengatakan mampu
2020 1. Memonitor kadar glukosa darah, jika mengetahui cara
perlu pengelolaan diabetes secara
- Ny. N mengatakan gula darahnya 240 mandiri
diperiksakan 1 minggu yang lalu O: Ny. N nampak segar
2. Memonitor tanda dan gejala A: Ketidak stabilan kadar
hiperglikemia (polyuria, polydipsia, glukosa darah teratasi
polifagia, kelemahan, malaise, P : Pertahankan intervensi
pandangan kabur, sakit kepala)
- Ny.N mengatakan sakit kepalanya
sudah mulai tidak ada
3. Mengkonsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemi tetap
ada
- Ny. N mengatakan sering
memeriksakan keadaanya di
pelayanan kesehatan
4. Menganjurkan kepatuhan terhadap
diet
- Ny. N Sudah paham tentang diet
makanan
5. Mengajarkan pengelolaan diabetes
- (senam kaki diabetik)
6. Menganjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
- Ny. N mengetahui pengaturan
olahraga
7. Mengkolaborasi pemberian inslin jika
perlu
Rabu, 08 juni Terapi relaksasi S : Ny.N mengatakan sudah
2020 1. Memberikan informasi tentang mulai rileks
prosedur tehnik relaksasi O: Ny. N nampak tegangnya
- Ny.N memahami prosedur tehnik sudah tidak ada
relaksasi A: Ansietas teratasi
2. Menggunakan nada suara lembut P : Pertahanan intervensi
dengan irama lambat dan berirama
3. Menjelaskan tujuan,
manfaat,batasan,dan jenis relaksasi
(relaksasi nafas dalam)
- Hasil : Ny.N memahami tujuan,
manfaat,batasan,dan jenis relaksasi
4. Menganjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- Hasil : Ny.N telah mengambil posisi
yang nyaman
5. Mengajarkan sering mengulangi atau
melatih tehnik yang diplih
- Hasil : Ny.N mulai mengulangi tehnik
yang diajarkan
E. EVALUASI
NO DIAGNOSA EVALUASI
1 Ketidak stabilan kadar glukosa S : Ny. N telah memahami cara pengelolaan
darah diabetes militus
O : Ny.N mampu memahami tentang Resiko
ketidak stabilan gula darah
A : Resiko ketidak stabilan gula darah dapat
teratasi
P : Pertahankan intervensi
2 Ansietas S : Ny. N telah memahami cara pengelolaan
asietas
O : Ny.N mampu memahami pencegahan
A : Ansietas teratasi
P : Pertahankan intervensi
3 Defisit pengetahuan S : Ny. N dapat mengetahui tentang penyakit
Diabetes Melitus
O : Ny.N nampak memahami tentang penyakit
Diabetes Melitus
A : Pengetahuan tentang Diabetes Melitus
dapat teratasi
P : Pertahankan intervensi
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES MELITUS ( DM )

DI SUSUN OLEH

MIFTAHUL JANNAH
NIM. D. 19. 07. 045

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROFESI NERS
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
( SAP )
Materi : Penyakit Diabetes Melitus
Pokok Bahasan : Perawatan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Hari/tanggal : Sabtu, 08 Juni 2020
Waktu pertemuan : 35 menit
Tempat : Rumah Klien
Sasaran : Klien dan Keluarga klien

A. TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, keluarga dapat memahami penyakit DM
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x15 menit, klien dan keluarga dapat
menjelaskan kembali tentang :
Pengertian DM
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Penyebab Diabetes Melitus
3. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
4. Komplikasi Diabetes Melitus
5. Pengelolaan Diabetes Melitus
6. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan.
B. MATERI
(Terlampir)
C. MEDIA
 Leafleat
D. METODE
 Ceramah
 Tanya jawab
 Diskusi
E. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Waktu


1 Pembukaan
 Memberi salam Menjawab salam
 Memperkenalkan diri Memberi salam
 Menjelaskan tujuan penyuluhan 3 menit
 Membuat kontrak Menyimak
 Menyebutkan materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan
2 Pelaksanaan
Menjelaskan materi penyuluhan secara
berurutan dan teratur.
Materi : Menyimak dan
 Pengertian DM Memperhatikan 5 menit
 Penyebab DM
 Tanda dan gejala DM
 Komplikasi DM
 Pengelolaan DM
 Makanan yang pantang dan
diperbolehkan
3 Evaluasi
 Menyimpulkan inti penyuluhan Memperhatikan
 Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan
 Memberi kesempatan kepada keluarga
5 menit
untuk bertanya
 Memberi kesempatan kepada keluarga menjawab
untuk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan

4 Penutup :
2 menit
 Menyimpulkan materi penyuluhan yang Meyimak dan
telah disampaikan Mendengaran
 Menyampaikan terima kasih atas Menjawab
perhatian dan waktu yang telah di berikan
kepada peserta Menjawab salam
 Mengucapkan salam
Lampiran Materi
DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara
efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula
kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy atau disimpan sebagai cadangan
energi.

B. PENYEBAB
1. Keturunan 5. Kehilangan insulin
2. Usia 6. Alkoholisme
3. Kegemukan 7. Obat-obatan
4. Kurang gerak

C. TANDA DAN GEJALA


1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah

D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan dan
perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi

E. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN


Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI ( perkumpulan Endokrinologi Indonesia ) diet
harian penderita DM disusun sebagai berikut:
a. Karbohidrat : 60-70 %
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%

Jenis Makanan yang Harus diKonsumsi yang dikonsumsi oleh penderita DM


diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :
1. Manisan Buah 5. Abon
2. Gula pasir 6. Kecap
3. Susu Kental Manis 7. Sirup
4. Madu 8. Es Krim

b. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI ;


1. Nasi 6. Tahu
2. Singkong 7. Kacang Hijau
3. Roti 8. Kacang Tanah
4. Telur 9. Ikan
5. Tempe
c. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :
1. Kol 8. Jeruk
2. Tomat 9. Pisang
3. Kangkung 10. Labu
4. Oyong
5. Bayam
6. Kacang Panjang
7. Pepaya
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik sehingga
gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai