Anda di halaman 1dari 30

PERAN INDUSTRI PARIWISATA DALAM

PENANGGULANGAN BENCANA
PARADIGMA
PARADIGMA

Paradigma
Paradigma Mitigasi dan setiap upaya pencegahan dan mitigasi hingga
Bantuan Darurat prevetif dan rehabilitasi dan rekonstruksinya telah
pembangunan diintegrasikan dalam program‐program
pembangunan di berbagai sektor.

Pengurangan Risiko Bencana yang merupakan


rencana terpadu yang bersifat lintas sektor dan lintas
wilayah serta meliputi aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan.
PARADIGMA

Paradigma masyarakat merupakan subyek, obyek sekaligus sasaran utama upaya pengurangan
Mitigasi dan
risiko bencana dan berupaya mengadopsi dan memperhatikan kearifan lokal (local
prevetif dan
pembangunan wisdom) dan pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang ada dan
berkembang dalam masyarakat.

Sebagai subyek masyarakat diharapkan dapat aktif mengakses saluran informasi formal dan
non‐formal, sehingga upaya pengurangan risiko bencana secara langsung dapat melibatkan
masyarakat. Pemerintah bertugas mempersiapkan sarana, prasarana dan sumber daya yang
memadai untuk pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana
PARADIGMA

1. Penanggulangan bencana tidak lagi berfokus pada aspek tanggap darurat tetapi Paradigma
lebih pada keseluruhan manajemen risiko Mitigasi dan
prevetif dan
pembangunan
2. Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh pemerintah merupakan
wujud pemenuhan hak asasi rakyat dan bukan semata‐mata karena kewajiban
pemerintah

3. Penanggulangan bencana bukan lagi hanya urusan pemerintah tetapi juga menjadi
urusan bersama masyarakat dan lembaga usaha, dimana pemerintah menjadi
penanggungjawab utamanya
PARADIGMA

Paradigma
Mitigasi dan meningkatkan kemampuan
Mengurangi
prevetif dan (capacity)
Ancaman (Hazards)
pembangunan

Mengurangui Kerentanan
(vulnerability)
PARIWISATA
PARIWISATA

INDUSTRI
PARIWISATA

kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam


rangka menghasilkan barang/jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan
pariwisata (UU Pariwisata no. 10 tahun 2009).
PARIWISATA
INDUSTRI 1. Sumber daya pariwisata yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya ciptaan manusia.
PARIWISATA
2. Fasilitas hiburan dan olahraga yang terdiri dari fasilitas rekreasi dan
kebudayaan.

3. Prasarana umum dan pariwisata yang terdiri dari alat komunikasi dan
perjalanan, instalasi sosial, instalasi dasar, dan telekomunikasi.

4. Pelayanan penerimaan pariwisata yang terdiri dari pelayanan informasi, agen


biro perjalanan, kantor promosi, penyewaan kendaraan, pramuwisata dan petugas
intepretasi.

5. Fasilitas penerimaan yang terdiri dari hotel, wisma tamu, desa, kota, pemukiman
untuk kebutuhan perorangan, instalasi untuk pelayanan makan dan minum.
KARAKTERISTIK
BENCANA
STRATEGI
PRINSIP
MITIGASI
a. Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya.

b. Upaya mitigasi itu sangat kompleks, saling ketergantungan dan melibatkan banyak pihak
KARAKTERISTIK

c. Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibanding upaya mitigasi pasif

d. Jika sumberdaya terbatas, maka prioritas harus diberikan kepada kelompok rentan
BENCANA

e. Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi yang terus menerus untuk mengetahui
KARAKTERISTIK
STRATEGI
MITIGASI

BENCANA
a. Mengintegrasikan mitigasi bencana dalam program pembangunan
yang lebih besar.
b. Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat.
c. Agar dapat diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukkan hasil
yang segera tampak.
d. Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera
setelah bencana.
e. Mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal
dalam manajemen dan perencanaan.
MITIGASI
KAWASAN
PARIWISATA
MITIGASI KAWASAN
PARIWISATA
Kajian Berdasarkan kajian karakteristik hazard dan kerentanan
Karakteristik
karakteristik kawasan wisata dapat diidentifikasi tingkat risiko
kebencanaan Kawasan Wisata bencana (risiko rendah, sedang, tinggi) serta upaya
yang dapat dilakukan pada masing-masing kawasan.

Upaya pencegahan (prevention) yaitu upaya mencegah atau memperkecil kemungkinan


terjadinya bencana. Upaya ini ditujukan untuk mempengaruhi perilaku sumber bencana.
Bila tidak mungkin atau sangat sulit melakukan pencegahan terjadinya bencana maka
perlu diupayakan seandainya terjadi bencana maka kekuatan relatif lebih kecil sehingga
daya rusak dan dampaknya juga lebih kecil. Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai
upaya seperti penataan ruang seperti pola penggunaan lahan penerapan KDB, perapatan
vegetasi penutupan.
MITIGASI KAWASAN PARIWISATA
Peran lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak bencana di tempat
wisata yaitu :
1. Kawasan wisata harus berada dalam keadaan siap siaga untuk merespon jika ada bencana
sehingga dapat mengurangi adanya korban jiwa
2. Pegawai di tempat wisata diajarkan cara pelatihan tentang kebencanaan sektor wisata,
latihan evakuasi, latihan tanggap darurat
3. Sistem pemantauan dampak bencana dan informasi kebencanaan untuk keselamatan
kawasan wisata, wisatawan dan penduduk
4. Penduduk di sekitar kawasan wisata perlu diberikan pembekalan tentang kebencanaan
termasuk gejala alam yang biasanya muncul sebelum terajdinya bencana, upaya evakuasi ,
tanggap darurat
MANAJEMEN
BENCANA KAWASAN
PARIWISATA
MANAJEMEN BENCANA KAWASAN PARIWISATA
Faulkner dan Vikulov (2001) memberikan beberapa alasan mengapa industri pariwisata
memerlukan penanganan khusus terkait dengan bencana alam.
1. Industri pariwisata melibatkan banyak orang, baik itu pekerja, penduduk lokal, maupun
wisatawan yang sama-sama terancam ketika sebuah destinasi terkena bencana.
2. Perilaku wisatawan di sebuah destinasi tidak dapat diprediksi, sehingga sulit untuk
mengontrol terjadinya bencana. Hal ini menciptakan kebutuhan yang kuat untuk
mendapatkan informasi yang dapat diakses dengan mudah di daerah terpencil dan di seluruh
daerah tujuan secara keseluruhan.
3. Dalam banyak kasus, wisatawan tidak berbicara bahasa lokal dan tidak dapat dengan
mudah menemukan petunjuk tentang bagaimana berperilaku dalam penanganan bencana.
4. Banyak destinasi wisata yang berada di daerah keindahan alam, seperti garis pantai,
gunung, sungai, dan danau di mana ada risiko dan bahaya yang lebih besar untuk terkena
dan terdampak bencana alam.
MANAJEMEN BENCANA KAWASAN PARIWISATA

5. Wisatawan memiliki sedikit pengetahuan tentang tempat yang mereka kunjungi,


bahkan kurang begitu tahu tentang bagaimana untuk bereaksi, ke mana harus pergi, siapa
yang harus diajak bicara, dan bagaimana prosedur darurat ketika berada pada sebuah
destinasi yang mengalami bencana.
6. Industri pariwisata adalah industri multi sektor yang saling berkaitan, sehingga tidak
mudah merespon bencana. Ini juga menekankan perlunya suatu sistem informasi di
seluruh industri yang tersedia untuk semua jenis perusahaan yang dapat digunakan dalam
menghadapi bencana.

Untuk meminimalkan segala dampak yang disebabkan oleh bencana tersebut, maka industri
perhotelan perlu menerapkan sebuah manajemen bencana, yang mana pengertian dari
manajemen bencana yaitu segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
pencegahan, mitigasi, kesiapan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana
yang dilakukan sebelum, pada saat dan setelah bencana (BPBD Kota Denpasar)
MANAJEMEN BENCANA KAWASAN PARIWISATA
5. Wisatawan memiliki sedikit pengetahuan tentang tempat yang mereka kunjungi,
bahkan kurang begitu tahu tentang bagaimana untuk bereaksi, ke mana harus pergi, siapa
yang harus diajak bicara, dan bagaimana prosedur darurat ketika berada pada sebuah
destinasi yang mengalami bencana.
6. Industri pariwisata adalah industri multi sektor yang saling berkaitan, sehingga tidak
mudah merespon bencana. Ini juga menekankan perlunya suatu sistem informasi di
seluruh industri yang tersedia untuk semua jenis perusahaan yang dapat digunakan dalam
menghadapi bencana.

Untuk meminimalkan segala dampak yang disebabkan oleh bencana tersebut, maka industri
perhotelan perlu menerapkan sebuah manajemen bencana, yang mana pengertian dari
manajemen bencana yaitu segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
pencegahan, mitigasi, kesiapan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana
yang dilakukan sebelum, pada saat dan setelah bencana (BPBD Kota Denpasar)
MANAJEMEN BENCANA KAWASAN PARIWISATA

menurut Pizam (2010), untuk meningkatkan keamanan, hotel harus menginstal CCTV, fire
sprinklers, pendeteksi asap, dan pintu elektronik. Sedangkan menurut Henderson, et.al. (2010) untuk
meningkatkan kemanan hotel memerlukan personel keamanan dan pelatihan kebencanaan. Personel
keamanan merupakan orang yang bertanggung jawab untuk menjaga keamanan hotel, wisatawan,
karyawan serta aset perusahaan. Human Resource Department suatu hotel harus menunjuk dan
mempekerjakan personel keamanan yang professional, dengan pengalaman yang baik terhadap
penanganan suatu bencana. Karyawan secara umum, dan personel keamanan khususnya, harus
mengikuti workshopdan pelatihan dari pemerintah mengenai penaganan pertama terhadap kecelakaan.
Bagaimanapun, mereka harus mendapatkan pelatihan pemadaman kebakaran dan cara evakuasi apabila
bencana terjadi.
MANAJEMEN BENCANA KAWASAN PARIWISATA

Kegiatan lainnya yang dilakukan adalah dengan memasang rambu- rambu keselamatan.
Menurut Occupational Health and Safety Assessment Series(OHSAS) (2012) rambu-rambu
keselamatan adalah peralatan yang bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan
keselamatan karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Adapun jenis
rambu dapat berupa: rambu dengan simbol, rambu dengan simbol dan tulisan, dan rambu
berupa pesan dalam bentuk tulisan.
PERAN INDUSTRI
PARIWISATA DALAM
BENCANA
PERAN INDUSTRI PARIWISATA DALAM
BENCANA
Industri Pariwisata melibatkan banyak orang baik itu pekerja, penduduk local, maupun
wisatawan yang sama sama terancam ketika sebuah destinasi terkena bencana. Perilaku
Wisatawan di sebuah destinasi tidak dapat di presdiksi, sehingga sulit untuk mengontrol
terjadinya bencana. Hal ini menciptakan kebutuhan yang kuat untuk mendapatkan informasi
yang dapat diakses dengan mudah di daerah terpencil dan seluruh daerah tujuan secara
keseluruhan

Dalam banyak kasus, wisatawan tidakberbicara bahasa lokal dan tidak dapat denga
n mudahmenemukan petunjuk tentang bagaimana berperilaku
dalam penanganan bencana.

Banyak destinasi wisata yang berada di daerah keindahan alam, seperti garis pantai
, gungung, sungai dan danau dimana ada risiko dan bahaya yang lenih besar untuk
terkena dan terdampak bencana alam
PERAN INDUSTRI PARIWISATA DALAM
BENCANA
Wisatawan memiliki sedikit pengetahuan tentang tempat yang merka kunjungi ,
bahkan kurang begitu tahu tentang bagaimana untuk bereaksi, kemana harus pergi,
siapa yang diajak bicara dan bagimana prosedur darurat ketika berada pada sebuah
destinasi yang mengalami bencana

Industri pariwisata adalah industrimulti sektor yang saling berkaitan, sehingga tidak mu
dahmerespon bencana. Ini juga menekankan perlunya suatusistem informasi di seluru
h industri yang tersedia untuksemua jenis perusahaan yang dapat digunakan dalamm
enghadapi bencana.
PERAN INDUSTRI PARIWISATA DALAM BENCANA
Faulkner (2001) menjabarkan secara jelas dan terperinci kerangka kerja untuk sistem pengelolaan
pengetahuan dan informasi di daerah wisata dalam sebuah jurnal berjudul Towards a Framework
for Tourism Disaster Management. Ada lima tahapan kerangka kerja berdasarkan proses
terbentuknya bencana, yakni pre-event (member, prodromal (disaster imminent), emergency,
intermediate, dan long term recovery. Dalam hal ini, tindakan yang penting dilakukan setiap
industry pariwisata terhadap penganggulangan bencana adalah memberikan informasi kepada
wisatawan mengenai tempat wisata dan bahaya-bahaya yang timbul didaerah wisata tersebut serta
cara pencegahan dan penanganan terhdap bahaya tersebut.
BONUS
Menurut Niininen (2013), beberapa jenis bencana yang pernah dialami oleh hotel berbintang di Hongkong,
London dan Finlandia adalah bencana yang berasal dari internal hotel (gangguan listrik mati di hotel) dan
bencana yang berasal dari eksternal (pembatalan masa pemesanan hotel karena krisis keuangan, insiden
kecelakaan atau kendaraan menabrak bangunan hotel, dan terorisme).
1. Persiapan sebelum bencana
Semua responden hotel berbintang menyatakan pentingnya persiapan sebelum bencana. Beberapa
hal persiapan sebelum bencana diantaranya seperti menyediakan detektor logam di pintu masuk dan
menugaskan protokol keamanan secara eksternal ataupun personil keamanan spesialis saat
diselenggarakannya acara di hotel.
2. Mengelola biaya setelah bencana
Setelah bencana berlangsung, biaya merupakan hal yang diperlukan untuk bertahan hidup. Para manajer hotel mencari
cara untuk mengurangi biaya sambil mempertahankan dukungan mereka terhadap staf. Salah satu hal yang dilakukan
adalah mengurangi biaya tenaga kerja dan kapasitasnya dengan meminta relawan untuk mengambil libur setelah bencana
atau dengan mengubah prosedur operasi dan berhenti merekrut tenaga kerja.
3. Menjaga komunikasi yang baik dengan tamu
Dalam sebuah hotel besar catatan pelanggan merupakan dasar untuk berhubungan dengan pelanggan. Catatan ini akan
memungkinkan hotel untuk belajar tentang tamu mereka dan menjaga mereka tetap setia. Dokumen ini dibutuhkan
untuk membalas kekawatiran wisatawan apakah mereka telah terkena risiko kesehatan eksternal selama mereka tinggal
di hotel.

Anda mungkin juga menyukai