Anda di halaman 1dari 6

P OINT OF VIEW

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA


MELALUI PENGURANGAN RESIKO BENCANA

Foto : Google.com
A. Pendahuluan

P
aradigma kebencanaan pada masa lalu lebih
berfokus kepada penanganan kedaruratan sekarang
sudah mengalamai perubahan paradigma menjadi
pengurangan risiko bencana yang diwujudkan dalam
bentuk kesiapsiagaan aparat dan masyarakat. Pergeseran
paradigma ini telah mendorong perubahan cara pandang
(point of view) terhadap penanggulangan bencana,
jika sebelumnya penanggulangan bencana merupakan
tindakan yang terbatas pada keadaan darurat saja,
sekarang dan masa yang akan datang penanggulangan
bencana dipandang sebagai suatu upaya yang
menitikberatkan kepada manajemen pengurangan resiko
bencana.
Sejalan dengan amanat yang tercantum dalam
penjabaran Kerangka Aksi Hyogo untuk Pengurangan
Risiko Bencana (Hyogo Framework for Action) 2005-
2015, yang menekankan bagi semua negara di dunia

Drs. Nugroho
Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Bencana
Ditjen Pemerintahan Umum Kemendagri

MEDIA PUM
9
Foto : Google.com

untuk menyusun mekanisme terpadu pengurangan risiko salah satunya adalah memasukkan pengurangan risiko
bencana yang didukung kelembagaan dan kapasitas bencana sebagai salah satu aspek kebijakan dalam
sumber daya yang memadai. pencapaian sasaran bidang pembangunan.
Sejalan dengan hal tersebut pengurangan risiko Pola penanggulangan bencana mendapatkan dimensi
bencana di Indonesia merupakan bagian dari upaya baru dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24
pengurangan risiko bencana di tingkat internasional yang tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, adalah
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah sbb :
dengan masyarakat, termasuk masyarakat internasional. 1. Penanggulangan bencana sebagai sebuah upaya
Sebagai bagian dari komitmen bangsa dan negara menyeluruh dan proaktif dimulai dari pengurangan
Indonesia, maka landasan kebijakan yang mendasari risiko bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi
penanggulangan bencana melalui pengurangan risiko dan rekonstruksi.
bencana mengacu pada kesepakatan-kesepakatan
2. Penanggulangan bencana sebagai upaya
internasional dan peraturan perundang-undangan di
yang dilakukan bersama oleh para pemangku
Indonesia.
kepentingan dengan peran dan fungsi yang saling
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang melengkapi.
Penanggulangan Bencana menyatakan dengan tegas
3. Penanggulangan bencana sebagai bagian dari
bahwa tanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan
proses pembangunan sehingga mewujudkan
bencana tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dan
ketahanan (resilience) terhadap bencana.
pemerintah daerah saja tetapi melibatkan seluruh unsur
dalam masyarakat. Secara konkrit upaya yang dilakukan
terkait dengan peningkatan kapasitas dan peran serta B. Potensi Bencana di Indonesia
dari masyarakat yang berpijak pada kemitraan publik
dalam pengurangan resiko bencana tentu saja tidak Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam
mengesampingkan muatan lokal dan kearifan lokal pada (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-
masing-masing daerah. made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
Seiring perubahan paradigma penanganan bencana bencana antara lain:
di Indonesia yang telah mengalami pergeseran, yaitu 1. Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena
penanganan bencana tidak lagi menekankan pada ulah manusia (man-made hazards) menurut
aspek tanggap darurat, tetapi lebih menekankan pada United Nations International Strategy for Disaster
keseluruhan manajemen penanggulangan bencana, Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan
diperlukan upaya pengarusutamaan pengurangan menjadi bahaya geologi (geological hazards),
risiko bencana dalam pembangunan. Utamanya melalui bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological
pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam hazards), bahaya biologi (biological hazards),
prioritas pembangunan nasional lima tahun ke depan, bahaya teknologi (technological hazards) dan

MEDIA PUM
10
Foto : Google.com
penurunan kualitas lingkungan (environmental menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti
degradation) terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah
2. Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.
masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di
dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana C. Kebijakan Manajemen Bencana
3. Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di
dalam masyarakat Paradigma kebencanaan pada masa lalu berfokus
kepada penanganan kedaruratan, dalam konteks kekiniian
telah mengalamai perubahan paradigma menjadi
Secara geografis Indonesia merupakan kepulauan
pengurangan risiko bencana yang diwujudkan dalam
yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik,
bentuk kesiapsiagaan aparat dan masyarakat. Pergeseran
yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng
paradigma ini telah mendorong perubahan secara sistemik
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian
mengenai cara pandang terhadap penanggulangan bencana,
selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik
jika sebelumnya penanggulangan bencana merupakan
(volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera-
tindakan yang terbatas pada keadaan darurat saja, saat
Jawa-Nusa Tenggara-Sulawesi, yang sisinya berupa
ini dan selanjutnya penanggulangan bencana dipandang
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang
sebagai suatu upaya yang menitikberatkan (heavy point)
sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut
pada manajemen pengurangan resiko bencana.
sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan Upaya pengurangan resiko bencana harus dilakukan
tanah longsor. secara komprehensif dan sistematis, dimana pada
tataran implementasi terkadang masih terkendala
Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang
oleh respon penanggulangan bencana yang ditandai
rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat
masih kurangnya perhatian terhadap pengintegrasian
Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan
pengurangan resiko bencana ke dalam kebijakan dan
selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku,
perencanaan pembangunan baik pada tingkat pusat
pantai utara Papua serta seluruh pantai di Sulawesi.
maupun daerah. Memperhatikan besarnya potensi
Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis ancaman bencana perlu disikapi oleh pengambil kebijakan
dengan dua musim, yaitu panas dan hujan dengan ciri (stakeholder) secara terintegrasi dan komprehensif. Oleh
adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup karena itu, dalam rangka mendorong terimplementasinya
ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan prinsip-prinsip good governance dalam penanggulangan
kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif bencana, sangat diperlukan kemitraan dan koordinasi
beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan yang baik dari ketiga pilar utama, yaitu pemerintah,
kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat pemerintah daerah dan masyarakat/dunia usaha.

MEDIA PUM
11
Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan 1. Pembagian tanggung jawab antara Pemerintah
manajemen bencana mengalami beberapa perubahan Pusat dan Daerah.
kecenderungan. Beberapa kecenderungan yang perlu 2. Alokasi sumberdaya yang tepat antara Pemerintah
diperhatikan adalah : Pusat dan Daerah, serta antara berbagai fungsi
1. Konteks politik yang semakin mendorong kebijakan yang terkait.
manajemen bencana menjadi tanggung jawab 3. Penyusunan payung hukum yang tepat serta
legal. kelembagaan yang jelas dan tegas.
2. Penekanan yang semakin besar pada peningkatan 4. Mekanisme kerja dan pengaturan antar lembaga
ketahanan masyarakat atau pengurangan yang terkait dengan bencana.
kerentanan.
3. Solusi manajemen bencana ditekankan pada
D. Manajemen Bencana (Who Does What..!)
pengorganisasian masyarakat dan proses
pembangunan.
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana telah menetapkan bahwa
pemerintah (pusat) memiliki tanggung jawab dalam
AGENDA SETTING penyelenggaraan pennggulangan bencana. Tanggung
jawab tersebut mencakup:
1. Pengurangan risiko bencana (PRB) dan pemaduan
pengurangan risiko bencana dengan program
pembangunan;
2. Perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
POLICY DECISION 3. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan
EVALUATION MAKING pengungsi yang terkena bencana secara adil dan
sesuai dengan standar pelayanan minimum;
4. Pemulihan kondisi dari dampak bencana;
5. Pengalokasian anggaran penanggulangan
bencana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang memadai;
POLICI POLICY 6. Pengalokasian anggaran penanggulangan
IMPLEMENTATION FORMULATION bencana dalam bentuk dana siap pakai; dan
7. Pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel
Skema langkah-langkah perumusan kebijakan dari ancaman dan dampak bencana.
penanggulangan bencana Sementara itu tanggung jawab Pemerintah Daerah
dirumuskan melalui langkah-langkah strategis sebagai berikut:
Dalam penetapan sebuah kebijakan manajemen 1. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan
bencana, proses yang pada umumnya terjadi terdiri dari pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan
beberapa tahap, yaitu penetapan agenda, pengambilan standar pelayanan minimum;
keputusan, formulasi kebijakan, implementasi kebijakan, 2. Perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
dan evaluasi kebijakan. Di dalam kasus Indonesia,
3. Pengurangan risiko bencana (PRB) dan pemaduan
Pemerintah Pusat saat ini berada pada tahap formulasi
pengurangan risiko bencana dengan program
kebijakan (proses penyusunan beberapa Peraturan
pembangunan; dan
Pemerintah sedang berlangsung) dan implementasi
kebijakan (BNPB telah dibentuk dan sedang mendorong 4. Pengalokasian dana penanggulangan bencana
proses pembentukan BPBD di daerah). Sementara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Daerah sedang berada pada tahap penetapan yang memadai.
agenda dan pengambilan keputusan. Beberapa daerah Pada tataran operasional, Undang-Undang Nomor
yang mengalami bencana besar sudah melangkah lebih 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
jauh pada tahap formulasi kebijakan dan implementasi telah mengamanatkan pembentukan Badan Nasional
kebijakan. Penanggulangan Bencana (BNPB) yang ditindaklanjuti
Kebijakan manajemen bencana yang ideal selain dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
harus dikembangkan melalui proses yang benar, juga 8 tahun 2008. Dalam Peraturan Presiden tersebut
perlu secara jelas menetapkan hal-hal sebagai berikut: dinyatakan BNPB memiliki tugas sebagai berikut:

MEDIA PUM
12
1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap E. Langkah-langkah Pengurangan Resiko
usaha penanggulangan bencana yang mencakup Bencana di Daerah
pencegahan bencana, penanganan tanggap
darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil Pengurangan resiko bencana di daerah adalah
dan setara; membangun kesiapsiagaan aparat bersama-sama
2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan masyarakat menuju terwujudnya budaya siaga bencana
penyelenggaraan penanggulangan bencana melalui rencana aksi daerah dalam pengurangan resiko
berdasarkan peraturan perundang-undangan; bencana. Diperlukan peningkatan pemahaman dan
3. Menyampaikan informasi kegiatan penyamaan persepsi melalui penguatan kapasitas
penanggulangan bencana kepada masyarakat; pemerintah daerah yang berpijak kepada penguatan
kebijakan, prosedur, personil dan kelembagaan yang
4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan dijabarkan melalui beberapa langkah, yaitu:
bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali
dalam kondisi normal dan setiap saat dalam 1. Penguatan kebijakan dalam Pengurangan Resiko
kondisi darurat bencana; Bencana (PRB) diarahkan kepada sosialisasi dan
harmonisasi kebijakan penanggulangan bencana
5. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan di daerah, agar kebijakan dari tingkat nasional
sumbangan/bantuan nasional dan internasional; dapat dijalankan secara operasional di daerah.
6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran 2. Penguatan prosedur dalam Pengurangan
yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Resiko Bencana (PRB) diarahkan kepada
Belanja Negara; bagaimana pedoman, panduan dan juknis dapat
7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan diimplementasikan sehingga memiliki daya
peraturan perundang-undangan; dan dorong inisiasi yang tinggi dari setiap pemangku
8. Menyusun pedoman pembentukan Badan kepentingan di daerah.
Penanggulangan Bencana Daerah. 3. Penguatan personil dalam Pengurangan Resiko
Bencana (PRB) diarahkan kepada peningkatan
Selain ketiga pihak yang telah disebutkan di atas kapasitas aparatur pemda dalam mendukung
yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan penyelenggaraan pencegahan, mitigasi dan
BNPB, Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang kesiapsiagaan.
Penanggulangan Bencana juga mengenali peran serta 4. Penguatan kelembagaan dalam Pengurangan
pihak lain, yaitu lembaga usaha dan lembaga internasional. Resiko Bencana (PRB) diarahkan untuk mendorong
Pasal 28 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang pembentukan BPBD di kabupaten/kota dan
Penanggulangan Bencana merumuskan peran lembaga peningkatan status hukum/aturan perundang-
usaha. Peran serta lembaga internasional dan lembaga undangan di daerah, terkait kelembagaan BPBD
asing non pemerintah dalam penanggulangan bencana di provinsi/kabupaten/kota, seperti status dari
dijamin melalui Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor peraturan Gubernur/Bupati/Walikota sebagai
24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. dasar pembentukan BPBD menjadi peraturan
daerah.

F. Pembentukan Kelembagaan Penanggulangan


Bencana di Daerah
Agar penanggulangan bencana di daerah mencapai
sasaran, maka perlu adanya organisasi perangkat daerah
(OPD) yang secara spesifik melakukan penanggulangan
bencana yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD), pembentukannya di daerah berdasarkan
Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Dalam pelaksanaannya semua
daerah provinsi telah membentuk organisasi perangkat
daerah (OPD). Sedangkan pemerintah kabupaten/kota
baru 306 kabupaten/kota yang sudah membentuk dari
497 kabupaten/kota. Untuk itu, diharapkan pemerintah
kabupaten/kota yang belum membentuk dapat segera

MEDIA PUM
13
membentuk lembaga tersebut, terutama bagi daerah yang sudah membentuk Badan Penanggulangan
yang terdapat ancaman bencana sedangkan yang tidak Bencana Daerah (BPBD) harus menyusun rencana
membentuk agar ada organisasi perangkat daerah (OPD) aksi daerah Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke
terkait yang menangani urusan tersebut. dalam perencanaan pembangunan daerah.
Dalam Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 3. Koordinasi harmonis lintas sektor dan masyarakat
tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan dalam hal penanganan tanggap darurat bencana.
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memiliki 4. Pengurangan Risiko Bencana merupakan suatu
tiga fungsi strategis, yaitu fungsi koordinasi, komando proses pemberdayaan komunitas melalui
sekaligus operasi. pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana
yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk
G. Penutup melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian
kelompok swadaya masyarakat, serta pelibatan
1. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (PB) dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan,
khususnya pengembangan Sumber Daya Manusia dalam menanggulangi bencana sebelum, saat
bencana dititikberatkan pada tahap sebelum dan sesudah terjadi bencana. Tujuannya agar
terjadi bencana melalui kegiatan Pengurangan komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi,
Risiko Bencana (PRB) yang bertumpu pada maupun memulihkan diri dari dampak bencana
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan . tanpa ketergantungan dari pihak luar.
2. Upaya pengembangan Sumber Daya Manusia 5. Kita telah banyak bercermin dari pengalaman,
bencana melalui Pengurangan Risiko Bencana bahwa teknologi kebencanaan yang modern
(PRB) pada hakikatnya adalah suatu investasi sekalipun dapat gagal, namun dengan membangun
jangka panjang untuk melindungi manusia dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana
aset negara/daerah. Karena itu, setiap daerah terbukti dapat menyelematkan banyak jiwa.

MEDIA PUM
14

Anda mungkin juga menyukai