Anda di halaman 1dari 35

PRAKTIK KEPERAWATAN III

LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS

Dosen Pembimbing : Ni Made Wedri, S.Kep., Ners., M.Kes.

Oleh :

Nama : Ni Nyoman Budi Astiti

NIM : P07120219003

Kelas/ Prodi : II A/ S.Tr. Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KONSEP DASAR DERMATITIS

A. DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh


atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan
mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi
yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan
spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang berarti
mendidih atau mengalir keluar.

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah efloresensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan
keluhan gatal) .

B. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia


(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis
atopik.

Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki
penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang
disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti
goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah
jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-
bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh. Selulit muncul pada
seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter
jika kita mengalami selulit dan eksim.
C. POHON MASALAH

Gangguan Pola Tidur Gangguan Citra Nyeri Risiko


Tubuh Infeksi

Gejala klinis : gatal, panas,


kemerahan

Reaksi
Sel efektor mengeluarkan hipersensitivitas IV
limfokrin

Sensitisasi sel T
Terpajan ulang oleh saluran limfe

Sel T

Sel langerhans &


makrofag

Allergen’s Peradangan kulit


sensitizen (lesi)

Kerusakan Mengiritasi Kulit


Integritas Kulit

Iritan Primer

Sabun, Detergen, Zat


kimia
D. KLASIFIKASI

Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki


indikasi dan gejala berbeda:

1. Contact Dermatitis

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi


yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab
alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak
langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya
sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa
berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

2. Neurodermatitis

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik. Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini
muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa
gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan
dan bagian belakang dari leher.

3. Seborrheich Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres
atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
4. Statis Dermatitis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau


hipertensi vena) tungkai bawah. Yang muncul dengan adanya varises,
menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi
memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya
akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada
kaki juga menjadi penyebab.

5. Atopic Dermatitis

Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga
atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa
papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya dilipatan (fleksural). Dengan indikasi dan gejala antara lain
gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku
atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali
muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma.
Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang
tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

E. GEJALA KLINIS

Subyektif, ada tanda–tanda radang akut terutama priritus (sebagai pengganti


dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema
atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa). Obyektif, biasanya
batas kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak
atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas pada
klit yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia
eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.

Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat


sumber dermatitis, artinya terdapat vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok
yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika
disertai infeksi. Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-
gelumbung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal
ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika. Pada stadium tersebut
terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium :
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
2. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)

Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena


gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab
lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler
(spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi
vaskuler disertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear.
Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan
kadang-kadang parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis,
hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel
dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan
fibrosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis secara umum dan sangat
sukar untuk membedakan gambaran histopatologik antara dermatitis kontak
alergik dan dermatitis kontak iritan.

Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen,


seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan,
tampak sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di
membran sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel
Langerhans menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang
membawa antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak
dan jumlahnya di epidermis berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke
kelenjar getah bening setempat meningkat. Namun demikian penelitian
terakhir mengenai gambaran histologi, imunositokimia dan mikroskop
elektron dari tahap seluler awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan
iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab


dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai
dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.

1. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan
sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang,
penggunaan deterjen.
2. Pengobatan
a. Pengobatan topikal

Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum


pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik
berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi
bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.
Jenis-jenisnya adalah :

1) Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari
dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi
spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada
sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit
menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans,
sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga
menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi
sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun
yang terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek
terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %,
halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dengan
menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan
mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan
film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya
efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
2) Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi
timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang
dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan
HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya.
Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan
reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan histologis
PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel
Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB.
Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR +
dari sel Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel
Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi
ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
3) Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia
hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya
absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4) Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan
superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin)
dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5) Imunosupresif
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506
(Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan
menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti
IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain.
Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan
atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan
derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang 
Keperawatan Medikal Bedah II  260 tinggi. Pada konsentrasi 0,1%
potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat
0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-
valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang
diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon
imun sistemik dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan
pemakaian secara oral.
b. Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau


edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau
kronik. Jenis-jenisnya adalah :

1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek
sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak
terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan
adanya reaksi antigenantobodi terdapat pembebasan histamin,
serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
2) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita
ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama
pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan
dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan
menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA-
DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T
dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
3) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T
penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1
dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan
keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.
4) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi
ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat
teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
5) FK 506 (Trakolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi
sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin.
Dapat juga diberikan secara topikal.
6) Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti
nifedipin dan amilorid.
7) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan
INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan.
Contohnya adalah kalsitriol.
8) SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang
tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih
baik daripada siklosporin.
H. KOMPLIKASI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
3. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama.

Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.

3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.

b. Riwayat penyakit dahulu

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau


penyakit kulit lainnya.

c. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.

d. Riwayat psikososial

Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang


mengalami stress yang berkepanjangan.

e. Riwayat pemakaian obat

Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada


kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

4. Pola Fungsional Gordon


a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.


Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
 Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi,
siang dan malam )
 Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi
 Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
 Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
c) Pola eliminasi
 Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
 Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
 Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d) Pola aktivitas/olahraga
 Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
pada kulit.
 Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
 Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e) Pola istirahat/tidur
 Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien.
 Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit.
 Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa
segar atau tidak?
f) Pola kognitif/persepsi
 Kaji status mental klien
 Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
 Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
 Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
 Kaji apakah klien mengalami vertigo
 Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah
pada kulit.
g) Pola persepsi dan konsep diri
 Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya
 Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut
 Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h) Pola peran hubungan
 Tanyakan apa pekerjaan pasien
 Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien
seperti: pasangan, teman, dll.
 Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien
i) Pola seksualitas/reproduksi
 Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
 Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause
 Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
j) Pola koping-toleransi stress
 Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS (financial
atau perawatan diri)
 Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien).
 Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien
sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
k) Pola keyakinan nilai
 Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
B. DIAGNOSA
1. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan),
kekurangan atau kelebihan volume cairan, penurunan mobilitas, bahan
kimia iritatif, suhu lingkungan yang ekstrem, faktor mekanis, efek
samping terapi radiasi, kelembaban, proses penuaan, neuropati perifer,
perubahan pigmentasi, perubahan hormonal, kurang terpapar informasi
tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas jaringan dibuktikan
dengan kerusakan jaringan dan lapisan kulit, nyeri, perdarahan,
kemerahan, hematoma.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, agen pencedera
kimiawi, agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, napsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaforesis.
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis, efek prosedur invasif,
malnutrisi, peningkatan paparan organisme, patogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: gangguan peristaltik,
kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi pH, penurunan kerja siliaris,
ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, status
cairan tubuh, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: penurunan
hemoglobin, imununosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi,
vaksinasi tidak adekuat.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh, perubahan fungsi tubuh, perubahan fungsi kognitif, ketidaksesuaian
budaya, keyakinan atau sistem nilai, transisi perkembangan, gangguan
psikososial, efek tindakan/pengobatan dibuktikan dengan mengungkapkan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh, kehilangan bagian tubuh,
fungsi/struktur tubuh berubah/hilang, tidak mau mengungkapkan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh, mengungkapkan perasaan negative
tentang perubahan tubuh, mengungkapkan kekhawatiran penolakan/reaksi
orang lain, mengungkapkan perubahan gaya hidup, menyembunyikan/
menunjukan bagian tubuh secara berlebih, menghindari melihat dan
menyentuh bagian tubuh, fokus berlebihan pada perubahan tubuh, respond
non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh, fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu, hubungan sosial berubah.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, kurang


kontrol tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak
familiar dengan peralatan tidur dibuktikan dengan mengeluh sulit tidur,
mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur
berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun.

C. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit 1. Mengetahui penyebab
integritas asuhan keperawatan a. Observasi gangguan integritas kulit
kulit/jaringan …x… jam 1. Identifikasi penyebab pada pasien.
berhubungan diharapkan integritas gangguan integritas 2. Untuk mencegah luka
dengan perubahan kulit dan jaringan kulit (mis. perubahan dekubitus.
sirkulasi, meningkat dengan sirkulasi, perubahan 3. Untuk merecovery
perubahan status kriteria hasil: status nutrisi, tonjolon tulang.
nutrisi (kelebihan 1. Elastisitas penurunan kelembapan, 4. Mencegah terjadinya
atau kekurangan), meningkat suhu lingkungan infeksi
kekurangan atau 2. Hidrasi ekstrem, penurunan 5. Agar kulit pasien
kelebihan volume meningkat mobilitas). lembab.
cairan, penurunan 3. Perfusi jaringan b. Terapeutik 6. Untuk mencegah iritasi.
mobilitas, bahan meningkat 2. Ubah posisi tiap 2 jam 7. Agar kulit pasien tidak
kimia iritatif, 4. Kerusakan jika tirah baring. bertambah kering.
suhu lingkungan jaringan 3. Lakukan pemijatan 8. Agar kulit pasien lebih
yang ekstrem, menurun pada area penonjolan lelbab.
faktor mekanis, 5. Kerusakan tulang, jika perlu 9. Mencegah pasien
efek samping lapisan kulit 4. Bersihkan perineal dehidrasi.
terapi radiasi, menurun dengan air hangat, 10. Agar pasien tidak
kelembaban, 6. Nyeri menurun terutama selama kekurangan nutrisi.
proses penuaan, 7. Perdarahan periode diare. 11. Agar kebutuhan nutrisi
neuropati perifer, menurun 5. Gunakan produk pasien terpenuhi.
perubahan 8. Kemerahan berbahan petrolium 12. Agar kulit pasien tidak
pigmentasi, menurun atau minyak pada kulit rusak.
perubahan 9. Hematoma kering. 13. Agar kulit pasien tidak
hormonal, kurang menurun 6. Gunakan produk terbakar sinar matahari.
terpapar informasi 10. Pigmentasi berbahan ringan/alami 14. Agar kulit pasien bersih.
tentang upaya abnormal dan hipoalergik pada
mempertahankan/ menurun kulit sensitif.
melindungi 11. Jaringan parut 7. Hindari produk
integritas jaringan menurun berbahan dasar alkohol
dibuktikan 12. Nekrosis pada kulit kering.
dengan kerusakan menurun c. Edukasi
jaringan dan 13. Abrasi kornea 8. Anjurkan menggunakan
lapisan kulit, menurun pelembab (mis. lotion,
nyeri, perdarahan, 14. Suhu kulit serum).
kemerahan, membaik 9. Anjurkan minum air
hematoma. 15. Sensasi membaik yang cukup
16. Tekstur membaik 10. Anjurkan
17. Pertumbuhan meningkatkan asupan
rambut membaik nutrisi.
11. Anjurkan
meningkatkan buah dan
sayur.
12. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem.
13. Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF
minimal 30 saat berada
di luar rumah.
14. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.
Perawatan Luka 1. Mengetahui
a. Observasi karakteristik luka
1. Monitor karakteristik pasien.
luka (mis. drainase, 2. Mengetahui ada
warna, ukuran, bau). tidaknya tanda infeksi.
2. Monitor tanda-tanda 3. Mencegah luka lebih
infeksi. parah.
b. Terapeutik 4. Mencegah infeksi.
3. Lepaskan balutan dan 5. Mencegah infeksi lebih
plester secara perlahan. parah.
4. Cukur rambut sekitar 6. Untuk mempercepat
daerah luka, Jika perlu. penyembuhan luka.
5. Bersihkan dengan 7. Mempercepat luka
cairan NaCl atau sembuh.
pembersih nontoksik, 8. Agar luka terbalut
sesuai kebutuhan. dengan baik.
6. Bersihkan jaringan 9. Mencegah penyebaran
nekrotik. bakteri masuk ke luka.
7. Berikan salep yang 10. Agar luka tetap bersih
sesuai ke kulit/lesi, jika dan steril.
perlu. 11. Mencegah luka
8. Pasang balutan sesuai dekubitus pada pasien.
jenis luka. 12. Agar kebutuhan nutrisi
9. Pertahankan teknik pasien terpenuhi.
steril saat melakukan 13. Mencagah pasien
perawatan luka. kekurangn vitamin dan
10. Ganti balutan sesuai mineral.
jumlah eksudat dan 14. Mempercepat
drainase. penumbuhan jaringan
11. Jadwalkan perubahan pada luka.
posisi setiap 2 jam atau 15. Agar pasien mengetahui
sesuai kondisi pasien. tanda dan gejala infeksi.
12. Berikan diet dengan 16. Agar kalori harian
kalori 30-35 pasien terpenuhi.
kkal/kgBB/hari dan 17. Agar pasien mampu
protein 1,25-1,5 merawat lukanya secara
g/kgBB/hari. mandiri.
13. Berikan suplemen 18. Untuk menghilangkan
vitamin dan mineral jaringan yang rusak.
(mis. vitamin A, 19. Untuk mencegah reaksi
vitamin C, Zinc, Asam infeksi
Amino), sesuai
indikasi.
14. Berikan terapi TENS
(stimulasi saraf
transkutan neous), jika
perlu.
c. Edukasi
15. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi.
16. Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein.
17. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri.
d. Kolaborasi
18. Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika
perlu.
19. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
2 Nyeri akut Setelah diberikan Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan 1. Observasi karakteristik nyeri
dengan agen selama ..…x….. jam 1. Identifikasi lokasi, 2. Untuk mengetahui skala
pencedera diharapkan tingkat karakteristik, durasi, nyeri pasien
fisiologis, agen nyeri pasien frekuensi, kualitas, 3. Mengetahui respon nyeri
pencedera menurun dengan intensitas nyeri non verbal pasien
kimiawi, agen kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri 4. Untuk mengatasi nyeri
pencedera fisik 1. Kemampuan 3. Identifikasi respons pasien
dibuktikan menuntaskan nyeri non verbal 5. Untuk mengetahui
dengan mengeluh aktivitas 4. Identifikasi faktor yang keyakinan tentang nyeri
nyeri, tampak meningkat memperberat dan pasien
meringis, 2. Keluhan nyeri memperingan nyeri 6. Agar mengetahui respon
bersikap protektif, menurun 5. Identifikasi nyeri pasien terhadap
gelisah, frekuensi 3. Meringis pengetahuan dan budayanya
nadi meningkat, menurun keyakinan tentang nyeri 7. Mengetahui pengaruh
sulit tidur, 4. Sikap protektif 6. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
tekanan darah menurun budaya terhadap respon hidup pasien
meningkat, pola 5. Gelisah menurun nyeri 8. Agar mengetahui terapi
napas berubah, 6. Kesulitan tidur 7. Identifikasi pengaruh yang dilakukan berhasil
napsu makan menurun nyeri pada kualitas atau tidak
berubah, proses 7. Menarik diri hidup 9. Agar mengetahui efek
berfikir menurun 8. Monitor keberhasilan dari analagetik yang
terganggu, 8. Berfokus pada terapi komplementer diberikan
menarik diri, diri sendiri yang sudah diberikan 10. Agar nyeri pasien
berfokus pada diri menurun 9. Monitor efek samping berkurang
sendiri, diaforesis. 9. Diaforesis penggunaan analgesik 11. Agar nyeri pasien tidak
menurun 2. Terapeutik bertambah
10. Perasaan depresi 10. Berikan teknik 12. Agar kebutuhan istirahat
(tertekan) nonfarmakologis untuk tidur pasien terpenuhi
menurun mengurangi rasa nyeri 13. Untuk menentukan
11. Perasaan takut (mis. TENS, hipnotis, strategi meredakan nyeri
mengalami akupresur, terapi music, yang tepat pada pasien
cedera berulang biofeedback, terapi 14. Agar pasien memahami
menurun pijat, aromaterapi, tentang nyeri yang
12. Anoreksia teknik imajinasi dialami
menurun terbimbing, kompres 15. Agar pasien memahami
13. Perineum terasa hangat/dingin, terapi cara meredakan nyeri
tertekan menurun bermain) 16. Agar pasien dapat
14. Uterus teraba 11. Kontrol lingkungan mengatasi nyeri secara
membulat yang memperberat rasa mandiri
menurun nyeri (mis. Suhu 17. Agar nyeri pasien dapat
15. Ketegangan otot ruangan, pencahayaan, teratasi dengan cepat
menurun kebisingan) 18. Untuk mengatasi nyeri
16. Pupil dilatasi 12. Fasilitasi istirahat dan pasien
menurun tidur 19. Agar nyeri pasien
17. Muntal menurun 13. Pertimbangkan jenis berkurang
18. Mual menurun dan sumber nyeri dalam
19. Frekuensi nadi pemilihan strategi
membaik meredakan nyeri.
20. Pola napas 3. Edukasi
membaik 14. Jelaskan penyebab,
21. Tekanan darah periode, dan pemicu
membaik nyeri
22. Proses berpikir 15. Jelaskan strategi
membaik meredakan nyeri
23. Fokus membaik 16. Anjurkan memonitor
24. Fungsi berkemih nyeri secara mendiri
membaik 17. Anjurkan menggunakan
25. Perilaku analgetik secara tepat
membaik 18. Ajarkan teknik
26. Nafsu makan nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
27. Pola tidur 4. Kolaborasi
membaik 19. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik 1. Untuk mengetahui
a. Observasi karakteristik nyeri
1. Identifikasi pasien.
karakteristik nyeri (mis. 2. Untuk mengetahui
Pencetus, pereda, apakah pasien
kualitas, lokasi, mempunyai riwayat
intensitas, frekuensi, alergi obat.
durasi) 3. Agar analgetik yang
2. Identifikasi riwayat diberikan sesuai.
alergi obat 4. Untuk mengetahui
3. Identifikasi kesesuaian tanda-tanda vital pasien
jenis analgesik (mis. stabil.
narkotika, non- 5. Untuk mengetahui
narkotik, atau NSAID) keefektifan analgetik
dengan tingkat yang diberikan.
keparahan nyeri 6. Agar analgesik yang
4. Monitor tanda-tanda diberikan bekerja
vital sebulan dan optimal.
sesudah pemberian 7. Mengetahui kadar dalam
analgesik serum terpenuhi.
5. Monitor efektifitas 8. Agar pasien mencapai
analgesik target yang ditetepkan.
b. Terapeutik 9. Agar pasien mengetahui
6. Diskusikan jenis perkembangan
analgesik yang disukai kesehatannya.
untuk mencapai 10. Agar pasien mengetahui
analgesia optimal, jika efek terapi dan efek
perlu samping obat.
7. Pertimbangkan 11. Agar pemberian
penggunaan infus analgetik dapat bekerja
kontinu, atau bolus secara optimal.
oploid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
8. Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
9. Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek yang
diinginkan
c. Edukasi
10. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
d. Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan Manajemen Imunisasi/ 1. Untuk mengetahui
dibuktikan asuhan Vaksinasi keadaan pasien
dengan penyakit keperawatan ...x ... a. Observasi 2. Mengetahui
kronis, efek jam diharapkan 1. Identifikasi riwayat kontraindikasi imunisasi
prosedur invasif, tingkat infeksi kesehatan dan riwayat 3. Untuk mengetahui status
malnutrisi, menurun dengan alergi imunisasi
peningkatan kriteria hasil: 2. Identifikasi 4. Karena otot terkuat bayi
paparan 1. Kebersihan kontraindikasi di paha
organisme, tangan pemberian imunisasi 5. Untuk mengetahui
patogen meningkat (mis. reaksi anafilaksis informasi vaksinasi
lingkungan, 2. Kebersihan terhadap vaksin pasien
ketidakadekuatan badan meningkat sebelumnya dan atau 6. Agar imunisasi
pertahanan tubuh 3. Nafsu makan sakit parah dengan atau dilakukan tepat waktu.
primer: gangguan meningkat tanpa demam) 7. Agar pasien mengetahui,
peristaltik, 4. Demam menurun 3. Identifikasi status tujuan, manfaat, rekasi
kerusakan 5. Kemerahan imunisasi setiap dan efek samping
integritas kulit, menurun kunjungan ke vaksin/imunisasi.
perubahan sekresi 6. Nyeri menurun pelayanan kesehatan 8. Agar pasien mengetahui
pH, penurunan 7. Bengkak b. Terapeutik imunisasi wajib
kerja siliaris, menurun 4. Berikan suntikkan pada pemerintah
ketuban pecah 8. Vesikel menurun bayi dibagian paha 9. Agar pasien imunisasi
lama, ketuban 9. Cairan berbau anterolateral yang melindungi
pecah sebelum busuk menurun 5. Dokumentasikan terhadap penyakit.
waktunya, 10. Sputum informasi vaksinasi 10. Agar pasien mengetahui
merokok, status berwarna hijau (mis. nama produsen, vaksinasi pada kejadian
cairan tubuh, menurun tanggal kadaluarsa) khusus.
ketidakadekuatan 11. Drainase 6. Jadwalkan imunisasi 11. Agar tidak terjadi
pertahanan tubuh purulent pada interval waktu imunisasi yang berkali.
sekunder: menurun yang tepat 12. Agar semua pasien
penurunan 12. Piuria menurun c. Edukasi dapat melakukan vaksis
hemoglobin, 13. Periode malaise 7. Jelaskan tujuan, terkhusus masyarakat
imununosupresi, menurun manfaat, reaksi yang ekonomi rendah.
leukopenia, 14. Periode mengigil terjadi, jadwal, dan efek
supresi respon menurun samping
inflamasi, 15. Letargi menurun 8. Informasikan imunisasi
vaksinasi tidak 16. Gangguan yang diwajibkan
adekuat. kognitif menurun pemerintah (mis.
17. Kadar sel darah hepatitis B, BCG,
putih membaik difteri, tetanus, pertusls,
18. Kultur darah h.infuenza, polio,
membaik campak, measles,
19. Kultur urine rubella)
membaik 9. Informasikan imunisasi
20. Kultur sputum yang melindungi
membaik terhadap penyakit
21. Kultur area luka namun saat ini tidak
membaik diwajibkan pemerintah
22. Kultur feses (mis. influenza,
membaik pneumokokus)
10. Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
(mis. rabies, tetanus)
11. Informasikan
penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti
menggulang jadwal
imunisasi kembali
12. Informasikan penyedia
layanan pecan
imuniasasi nasional
yang menyediakan
vaksin gratis
Pencegahan Infeksi 1. Mengetahui tanda dan
a. Observasi gejala infeksi.
1. Monitor tanda dan 2. Mencegah penularan
gejala infeksi local dan infeksi ke banyak orang.
sistemik 3. Mencegah infeksi lebih
b. Terapeutik parah.
2. Batasi jumlah 4. Mencegah penularan
pengunjung infeksi.
3. Berikan perawatan kulit 5. Mencegah keperahan
pada daerah edema infeksi.
4. Cuci tangan sebelum 6. Agar pasien mengetahui
dan sesudah kontak tanda dan gejala infeksi.
dengan pasien dan 7. Agar pasien mampu
lingkungan pasien mencuci tangan dengan
5. Pertahankan teknik baik dan benar
aseptic pada pasien 8. Mencegah penularan ke
berisiko tinggi orang lain
c. Edukasi 9. Agar pasien mampu
6. Jelaskan tanda dan memeriksa lukanya
gejala infeksi secara mandiri.
7. Ajarkan cara mencuci 10. Agar pasien tidak
tangan yang benar kekurangan nutrisi
8. Ajarkan etik batuk 11. Agar kebutuhan cairan
9. Ajarkan cara pasien terpenuhi
memeriksa kondisi luka 12. Mencegah risiko infeksi.
atau luka operasi
10. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
11. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
d. Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4 Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi Citra Tubuh 1. Mengetahui harapan
tubuh asuhan keperawatan a. Observasi pasien untuk
berhubungan …x… jam 1. Identifikasi harapan kedepannya
dengan perubahan diharapkan citra citra tubuh berdasarkan 2. Mengetahui
struktur/bentuk tubuh meningkat tahap perkembangan karakteristik citra tubuh
tubuh, perubahan dengan kriteria 2. Identifikasi budaya, pasien
fungsi tubuh, hasil : agama, jenis kelamin, 3. Mengetahui faktor
perubahan fungsi 1. Melihat bagian dan umur terkait citra penyebab isolasi sosial
kognitif, tubuh meningkat tubuh. pasien
ketidaksesuaian 2. Menyentuh 3. Identifikasi perubahan 4. Mengetahui kenyataan
budaya, bagian tubuh citra tubuh yang kritik terhadap diri
keyakinan atau meningkat mengakibatkan isolasi sendiri.
sistem nilai, 3. Verbalisasi sosial. 5. Mengetahui apakah
transisi kecacatan bagian 4. Monitor frekuensi pasien mampu melihat
perkembangan, tubuh menurun pernyataan kritik bagian tubuh yang
gangguan 4. Verbalisasi terhadap diri sendiri meningkat.
psikososial, efek kehilangan 5. Monitor apakah pasien 6. Agar pasien mengetahui
tindakan/pengoba bagian tubuh bisa melihat bagian fungsi dari tubuhnya.
tan dibuktikan menurun tubuh yang berubah. 7. Agar pasien mengetahui
dengan 5. Verbalisasi b. Terapeutik perbedaan
mengungkapkan perasaan 6. Diskusikan perubahan penampilannya.
kecacatan/kehilan negative tentang tubuh dan fungsinya 8. Agar pasien mengetahui
gan bagian tubuh, perubahan tubuh 7. Diskusikan perubahan perubahan terhadap
kehilangan bagian menurun penampilan fisik perkembangannya.
tubuh, 6. Verbalisasi terhadap harga diri 9. Agar pasien mengetahui
fungsi/struktur penolakan/reaksi 8. Diskusikan perubahan pengaruh stress terhadap
tubuh orang lain akibat pubertas, citra tubuh.
berubah/hilang, menurun kehamilan dan penuaan 10. Agar pasien mampu
tidak mau 7. Verbalisasi 9. Diskusikan kondisi mengembangkan citra
mengungkapkan perubahan gaya stress yang tubuhnya secara
kecacatan/kehilan hidup menurun mempengaruhi citra realistis.
gan bagian tubuh, 8. Menyembunyika tubuh (mis. luka, 11. Agar pasien dan
mengungkapkan n bagian tubuh penyakit, dan keluarga mengetahui
perasaan negative berlebihan pembedahan). tentang citra tubuh
tentang perubahan menurun 10. Diskusikan cara 12. Agar pasien dan
tubuh, 9. Fokus pada mengembangkan keluarga mampu
mengungkapkan bagian tubuh harapan citra tubuh melakukan perawatan
kekhawatiran menurun secara realistis. citra tubuh dengan
penolakan/reaksi 10. Fokus pada 11. Diskusikan persepsi benar.
orang lain, penampilan masa pasien dan keluarga 13. Untuk mengathui
mengungkapkan lalu menurun tentang perubahan citra persepsi pasien terhadap
perubahan gaya 11. Fokus pada tubuh citra tubuhnya
hidup, kekuatan masa c. Edukasi 14. Agar pasien lebih
menyembunyikan lalu menurun 12. Jelaskan kepada percaya diri
/ menunjukan 12. Respond non keluarga tentang 15. Agar pasien merasa
bagian tubuh verbal pada perawatan perubahan termotivasi
secara berlebih, perubahan tubuh citra tubuh 16. Agar pasien lebih aktif
menghindari membaik 13. Anjurkan menggunakan 17. Agar pasien lebih
melihat dan 13. Hubungan sosial alat bantu (mis. percaya diri
menyentuh bagian membaik pakaian, wig,
tubuh, fokus kosmetik).
berlebihan pada 14. Anjurkan mengikuti
perubahan tubuh, kelompok pendukung
respond non (mis. kelompok sebaya)
verbal pada 15. Latih fungsi tubuh yang
perubahan dan dimiliki
persepsi tubuh, 16. Latih peningkatan
fokus pada penampilan diri (mis.
penampilan dan berdandan).
kekuatan masa 17. Latih penggunaan
lalu, hubungan kemampuan diri kepada
sosial berubah. orang lain maupun
kelompok.
Promosi Koping 1. Mengetahui kegiatan
a. Observasi : pasien dalam mencapai
1. Identifikasi kefiatan tujuan
jangka pendek dan 2. Mengetahui kemampuan
Panjang sesuai tujuan pasien
2. Identifikasi 3. Agar tujuan pasien
kemampuan yang terpenuihi
dimiliki 4. Untuk mengetahui
3. Identifikasi sumber proses penyakit pasien
daya yang tersedia 5. Mengetahui dampak
untuk memenuhi tujuan situasi terhadap peran
4. Identifikasi pemahaman dan hubungan pasien
proses penyakit 6. Mengetahui metode
5. Identifikasi damapak penyelesain masalah
situasi terhadap peran yang tepat
dan hubungan 7. Mengetahui kebutuhan
6. Identifikasi metode dukungan sosial pasien
penyelesaian masalah 8. Untuk mengetahui
7. Identifikasi kebutuhan apakah pasien
dan keinginan terhadap mengalami perubahan
dukungan sosial peran
b. Terapeutik : 9. Agar terbina hubugnan
8. Diskusikan perubahan saling percaya
peran yang dialami 10. Agar pasien memahami
Tim kesalahannya
9. Gunakan pendekatan 11. Agaf kesalahan pasien
yang tenanag dan dapat diatasi
meyakinkan 12. Mengetahui akibat yang
10. Diskusikan alasan akan terjadi
mengkritik diri sendiri 13. Agar pasien mengetahui
11. Diskusikan untuk risiko bahaya terhadap
mengklarifikasi diri sendiri
kesalahpahamaman dan 14. Agar pasien mendaptkan
mengevaluasi prilaku informasi sesuai
sendiri kebutuhan
12. Diskusikan 15. Agar pasien dapat
konsekueensi tidak memilih perawatan yang
menggunakan rasa tepat
bersalah dan rasa malu 16. Mencegah pasien terlalu
13. Diskusikan risiko yang berharap lebih
menimbulkan bahaya 17. Agar keputusan yang
pada diri sendiri diambil tepat
14. Fasilitasi dalam 18. Agar tidak salah
memperoleh oinformasi mengambil keputusan
yang dibutuhkan 19. Agar pasien lebih aktif
15. Berikan pilihan bersosialisasi
realisitis mengenai 20. Agar pasien mendapat
aspek-aspek tertentu dukungan
dalam perawatan 21. Agar paien merasa
16. Motivasi untuk tenang
menentukan harapan 22. Agar pasien termotivasi
yang realistis 23. Agar pasien mampu
17. Tinjau kembali memilih mekanisme
kemampuan dalam pertahanan yang tepat
pengambilan keputusan 24. Agar pasien tidak
18. Hindari mengambil merasa terancam
keputusan saat pasien 25. Agar pasien tidak
berada dibawah tekanan merasa sendiri
19. Motovasi terlibat dalam 26. Agar kebutuhan
kegiatan sosial spriritual pasien
20. Motivasi terpenuhi
mengidentifikasi sistem 27. Agar pasien lebih lega
pendukung yang 28. Agar pasien
tersedia mendapatkan dukungan
21. Damping saat berduka 29. Agar tujuan pasien
(mis. penyakit kronis, tercapai
kecatatan) 30. Agar maslaah pasien
22. Perkenalkan dengan terpecahkan
orang atau kelompok 31. Agar pasien lebih rileks
yang yang berhasil 32. Agar keterampilan sosial
mengalami pengalaman pasien terlatih
yang sama 33. Agar pasien mampu
23. Dukung penggunaan menilai secara objektif
mekanisme pertahanan
yang tepat
24. Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancam
c. Edukasi :
25. Anjurkan menjalin
hubungan yang
memiliki kepentingan
dan tujuan sama
26. Anjrkan pengunaan
sumber spiritual, jika
perlu
27. Anjurkan menggunakan
perasaan dan persepsi
28. Anjurkan keluarga
terlibat
29. Anjurkan membuat
tujuan yang lebih
spesifik
30. Ajarkan cara
memecahkan masalah
secara kognitif
31. Latih penggunaan
teknik relaksasi
32. Latih keterampilan
sosial, sesuai kebutuhan
33. Latih mengembangkan
penilaian objektif
5 Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur 1. Mengetahui pola
tidur berhubungan asuhan a. Observasi aktivitas dan tidur
dengan hambatan keperawatan ....x.... 1. Identifikasi pola pasien
lingkungan, jam diharapkan pola aktivitas dan tidur 2. Mengetahui faktor
kurang kontrol tidur membaik 2. Identifikasi faktor penganggu tidur pasien
tidur, kurang dengan kriteria hasil: pengganggu tidur (fisik 3. Agar pasien dapat tidur
privasi, restraint 1. Keluhan sulit dan/atau psikologis) dengan nyaman
fisik, ketiadaan tidur menurun 3. Identifikasi makanan 4. Mengetahui obat tidur
teman tidur, tidak 2. Keluhan sering dan minuman yang yang digunakan oleh
familiar dengan terjaga menurun mengganggu tiddur pasien
peralatan tidur 3. Keluhan tidak (mis. kopi, teh, alkohol, 5. Agar pasien dapat tidur
dibuktikan puas tidur makan mendekati dengan nyaman
dengan mengeluh menurun waktu tidur, minum 6. Agar waktu tidur siang
sulit tidur, 4. Keluhan pola banyak air sebelum pasien terkontrol
mengeluh sering tidur berubah tidur) 7. Agar pasien tidur
terjaga, mengeluh menurun 4. Ientifikasi obat tidur dengan nyaman dan
tidak puas tidur, 5. Keluhan istirahat yang dikonsumsi rileks
mengeluh pola tidak cukup b. Terapeutik 8. Agar pola tidur pasien
tidur berubah, menurun 5. Modifikasi lingkungan teratur
mengeluh 6. Kemampuan (mis. pencahayaan, 9. Agar pasien lebih
istirahat tidak beraktivitas kebisingan, suhu, nyaman
cukup, mengeluh meningkat. matras, dan tempat 10. Agar siklus tidur pasien
kemampuan tidur) terjaga
beraktivitas 6. Batasi waktu tidur 11. Agar kebutuhan tidur
menurun. siang, jika perlu pasien terpenuhi
7. Fasilitasi 12. Agar pasien tidur tepat
menghilangkan stress waktu
sebelum tidur 13. Agar pasien tidak
8. Tetapkan jadwal tidur mengalami kesulitan
rutin tidur
9. Lakukan prosedur 14. Agar pasien tidur
untuk meningkatkan dengan nyaman
kenyamanan (mis. pijat, 15. Agar pasien mengetahui
pengaturan posisi, faktor-faktor yang
terapi, akupresur) berkontribusi terhadap
10. Sesuaikan jadwal gangguan pola tidur
pemberian obat 16. Agar pasien tidur
dan/atau tindakan untuk dengan nyaman dan
menunjang siklus tidur- rileks
terjaga.
c. Edukasi
11. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
12. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
13. Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur
14. Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
15. Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribudi
terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis,
gaya hidup, sering
berubh shift kerja)
16. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologis
lainnya.
Edukasi Aktivitas/Istirahat 1. Mengetahui kesiapan
a. Observasi dan kemampuan pasien
1. Identifikasi kesiapan dalam menerima
dan kemampuan informasi
menerima informasi. 2. Untuk menambah
b. Terapeutik pengetahuan pasien
2. Sediakan materi dan 3. Agar pasien
media pengaturan mendapatkan
aktivitas dan istirahat pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pemberian sesuai jadwal
pendidikan kesehatan 4. Untuk mengetahui
sesuai kesepakatan pemahaman pasien dan
4. Berikan kesempatan keluarga
kepada pasien dan 5. Agar pasien mengetahui
keluarga untuk pentingnya aktivitas
bertanya. fisik atau olahraga
c. Edukasi 6. Agar pasien aktif
5. Jelaskan pentingnya beraktivitas
melakukan aktivitas 7. Agar aktivitas dan
fisik/olahraga secara istirahat pasien teratur
rutin 8. Mengetahui kebutuhan
6. Anjurkan terlibat dalam istirahat pasien
aktivitas kelompok, 9. Agar pasien dapat
aktivitas bermain, atau menentukan target dan
aktivitas lainnya. jenis aktivitas sesuai
7. Anjurkan menyusun kemampuan
jadwal aktivitas dan
istirahat
8. Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
(mis. kelelahan, sesak
napas saat aktivitas)
9. Ajarkan cara
mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Hadi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan


Medikal Bedah II. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.

Putra Ritonga, Edisyah. (2016). Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang


Dermatitis Di Dusun III Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei
Tuan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, Vol.2, No. 2, 99-103.

Simarnata, Ice Sulastri. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. H Dengan


Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Kerusakan Integritas Kulit
Di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia. KTI. Fakultas Keperawatan,
Universitas Sumatera Utara.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI . 2018. Standar Luaran Keperawatan Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai