OLEH:
KELOMPOK 1
SHOLIKHATUL MASFUFAH 201610420311101
MUH. FAJAR 201610420311102
LARAS SETYOWATI 201610420311103
VINDA PURNAMAWATI 201610420311104
AULIA SAGITA A. 201610420311105
NIA DWI FEBRIANTI 201610420311106
ALFIANI RAHMI PUTRI 201610420311107
VIDYA ANANDA EKOWATI J. 201610420311108
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
pasien dalam menghadapi stadium lanjutan dan meminimalisir nyeri yang di rasakan
(kementrian kesehatan indonesia, 2015).
Berangkat dari latar belakang tersebut kami ingin fokus pada intervensi kanker
payudara pada tahapan palliative care khususnya pada pasien dengan kemotrapi. Banyak
efek yang dapat di timbulkan dalam proses kemoterapi yang dapat mempengaruhi status
kesehatan pasien baik secara fisik maupun mental, dengan memberikan intervensi
aromaterapi jahe yang dihirup pada saat pasien mengalami mual dan muntah selama
kemoterapi dan memberikan kualitas hidup yang baik pada wanita penderita kanker
paydara (Lua, Salihah, & Mazlan, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah intervensi keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien stadium lanjut
kanker payudara?
1.3 Tujuan Makalah
Makalah ini bertjuan untuk ;
a. Tujuan Umum
Mengetahui jenis intervensi keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien
stadium lanjut kanker payudara
b. Tujuan Khusus
Sebagai critical thinking dalam terapi komlamenter pada pasien kanker
payudara dalam perawatan kemoterapi.
Menganalisis efek intervensi keperawatan pada pasien dengan kanker
payudara dalam menyelesaikan masalah mual dan muntah selama
kemoterapi.
Sebagai refrensi dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
palliative care khususnya pada pasien dengan kanker payudara.
4
BAB II
KONSEP TEORI
2.1.1 Pengertian
5
2.1.3 Penyebab Ca Mammae
Ca mammae terjadi ketika beberapa sel payudara mulai tumbuh secara tidak
normal. Sel-sel tidak normal ini membelah lebih cepat daripada sel-sel sehat dan
terus menumpuk, membentuk benjolan atau massa. Sel-sel dapat menyebar
(bermetastasis) melalui payudara ke kelenjar getah bening atau ke bagian lain dari
tubuh. Keganasan paling sering dimulai dari sel-sel di saluran penghasil air susu
(invasive ductal carcinoma). Ca mammae juga dapat bermula pada jaringan kelenjar
yang disebut lobulus (invasive lobular carcinoma) (Jezdic, 2018).
Faktor risiko ca mammae ialah jenis kelamin perempuan, usia yang lebih tua,
genetika, kurangnya childbearing (melahirkan), kurang menyusui, tingkat estrogen
yang tinggi, pola makan, paparan radiasi, riwayat keluarga dengan positif kanker
payudara dan obesitas (Falco, 2019). Merokok tembakau juga meningkatkan risiko
ca mammae. Pada mereka yang merupakan perokok jangka panjang, risikonya
meningkat 35% hingga 50% (Kabel & Baali, 2015). Selain itu, kontrasepsi oral dapat
menjadi salah satu faktor predisposisi untuk perkembangan kanker payudara
premenopause. Ada hubungan juga antara pola makan dan ca mammae, yaitu seperti
diet tinggi lemak, konsumsi alkohol, obesitas, konsumsi kolesterol tinggi dan
defisiensi yodium.
6
Kecenderungan keluarga untuk mengembangkan kanker payudara disebut
sindrom kanker payudara-ovarium herediter. Beberapa mutasi yang terkait dengan
kanker, seperti p53, BRCA1 dan BRCA2, terjadi dalam mekanisme untuk
memperbaiki kesalahan dalam DNA (errors in DNA) yang menyebabkan
pembelahan yang tidak terkontrol, kurangnya perlekatan, dan metastasis ke organ
yang jauh. Mutasi yang diwariskan pada gen BRCA1 atau BRCA2 dapat
mengganggu perbaikan ikatan silang DNA dan pemutusan untai ganda DNA. GATA-
3 secara langsung mengontrol ekspresi reseptor estrogen (ER) dan gen lain yang
terkait dengan diferensiasi epitel. Hilangnya GATA-3 menyebabkan penghambatan
diferensiasi dan prognosis yang buruk karena peningkatan invasi sel kanker dan
metastasis jauh (Kabel & Baali, 2015).
7
selama beberapa tahun. Antibodi monoklonal atau imunomodulator lainnya dapat
diberikan pada stadium lanjut dengan metastasis jauh.
a. Operasi Pengangkatan
Pengangkatan bergantung pada stadium dan jenis tumor, dapat berupa
lumpektomi, atau pengangkatan jaringan payudara tanpa perlu mengangkat
payudara secara keseluruhan.
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi melibatkan penggunaan sinar X berenergi tinggi atau sinar gamma
yang menargetkan pada lokasi tumor. Radiasi ini sangat efektif dalam membunuh
sel-sel kanker yang mungkin tersisa setelah operasi.
c. Terapi Sistemik
Terapi sistemik menggunakan obat-obatan yang dimasukkan kedalam tubuh.
Terapi sistemik berupa kemoterapi, terapi target, terapi imun, dan terapi
hormone.
1) Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan sebelum operasi, setelah operasi, atau untuk
kasus yang tidak dapat dioperasi
2) Terapi Target
Terapi target menggunakan obat yang menghalangi pertumbuhan sel ca
mammae dengan cara tertentu. Misalnya,trastuzumab digunakan untuk
memblokir aktivitas protein HER2 dalam sel ca mammae pada pasien dengan
kanker yang overexpress atau terlalu banyak membuat salinan protein HER2
3) Imunoterapi
Penggunaan oncofetal antigen (OFA) untuk merekrut sistem kekebalan
pasien untuk menargetkan dan menyerang sel kanker
8
BAB III
CASE REPORT
Seorang pria berusia 59 tahun datang ke klinik bedah dengan terdapat massa di
payudara kiri. Ukuran massa telah berkembang semakin besar selama lebih dari satu tahun.
Pasien telah diupayakan beberapa percobaan kauterisasi payudara kiri, namun tidak ada hasil.
Pasien tidak mencari pertolongan medis hingga ia merasakan nyeri dan mengeluarkan cairan
berbau busuk dari massa di payudara kirinya. Pasien memiliki riwayat medis diabetes
mellitus yang tidak terkontrol. Pendidikan terakhir pasien ialah sekolah dasar. Pasien
membantah memiliki riwayat penyakit kejiwaan, penggunaan steroid anabolik,
penyalahgunaan obat, atau konsumsi alkohol. Dia mengatakan merokok sekitar dua bungkus
rokok setiap hari selama 30 tahun. Tidak ada riwayat paparan radiasi atau trauma. Pasien
tidak memiliki riwayat keganasan dalam keluarga.
Temuan Klinis
Pasien tampak baik secara umum dengan distribusi rambut tubuh laki-laki normal, tidak ada
ginekomastia (-), indeks massa tubuh (BMI) 36,9 kg/m2. Pemeriksaan fisik payudara kiri dan
aksila menunjukkan adanya massa keras (+), eritematosa (+), ulserasi (+), massa berukuran
sekitar 9 × 5 cm di daerah
subareolar (+). Puting kirinya
terdistorsi oleh massa (+) tanpa
adanya discharge (-) (gambar 1).
Suhu tubuh normal. Pemeriksaan
aksila ipsilateral menunjukkan
adanya pembesaran kelenjar
getah bening seluler (+).
Payudara kanan dan aksila
normal pada pemeriksaan (-).
9
Hasil Pemeriksaan Lab
Tes fungsi hati menunjukkan hasil berikut: albumin, 28 g / L; protein total, 48 g / L; alanine
aminotransferase (ALT), 38 unit / L; aspartate transaminase (AST), 42 unit / L; alkaline
phosphatase (ALP), 87 IU; bilirubin total, 5,9 μmol / L; bilirubin terkonjugasi, 2,3 μmol / L;
amilase, 56 unit / L; dan lipase, 37 unit / L. Semua hasil berada dalam kisaran normal
masing-masing. Penanda tumor juga dalam kisaran normal: antigen kanker 19-9, 7 IU / mL;
antigen kanker 15-3, 14,7 U / mL; prostate-specific antigen (PSA), 1,9 ng / mL; dan antigen
carcinoembryonic (CEA), 2,2 ng / mL. Hasil laboratorium lain juga normal.
Pasien menolak pemeriksan histologi dengan biopsi jarum inti atau aspirasi jarum halus
meskipun konseling mengenai pentingnya diagnosis histopatologis dan dampaknya pada
pilihan pengobatannya sangat penting, karena merasa takut prosedur akan menyakitkan.
Gambaran
Pemeriksaan ultrasonografi pada payudara dan mamografi tidak memungkinkan karena nyeri
dan ketidaknyamanan pada payudara kiri. Pasien menolak pemeriksaan ini meskipun
telah diberi resep obat penghilang rasa sakit yang kuat. Pasien tidak mematuhi rekomendasi
untuk pemeriksaan diagnostik untuk metastasis dalam bentuk computed tomography (CT)
pada dada, perut, dan panggul, dan pemindaian tulang. Konsultasi psikiatrik dilakukan dan
pasien didiagnosis dengan gangguan kecemasan. Perhatian utamanya berasal dari
keyakinannya bahwa biopsi atau kontak dengan massa payudara selama mamografi atau
pemeriksaan USG dapat mengakibatkan penyebaran penyakit dan memperburuk kondisinya.
Pasien dirawat dengan alprazolam oral 0,5 mg setiap enam jam untuk menghilangkan
gangguan kecemasan. Juga, konseling dan psikoterapi disediakan. Akhirnya, pasien hanya
setuju untuk menjalani pemeriksaan tanpa kontak antara peralatan dan lesi payudaranya.
Computed tomography (CT) dada, perut, dan panggul menunjukkan massa eksofit nekrotik
heterogen di payudara kiri yang terkait dengan penebalan kulit. CT juga menunjukkan
peningkatan kelenjar getah bening pada aksila ipsilateral dengan penebalan kortikal (Gambar
2A-2D) dan tidak ada metastasis jauh yang diidentifikasi. Pemindaian tulang tidak
mengidentifikasi metastasis tulang.
10
Pengobatan
Meskipun tidak ada histopatologi diagnostik pra operasi, presentasi klinis dan temuan pada
CT scan dianggap diagnostik untuk kanker payudara stadium lanjut secara lokal dengan
metastasis ke kelenjar getah bening aksila ipsilateral. Namun, kurangnya jenis histologis,
tingkat, dan status reseptor, menghalangi kemoterapi neo-adjuvant sebagai pilihan
pengobatan dan pasien disarankan mastektomi. Diseksi aksila disarankan sebagai
pengobatan untuk metastasis aksila. Pasien menjalani mastektomi radikal yang dimodifikasi.
Secara intraoperatif, massa tidak ditemukan melekat pada otot pektoralis mayor. Diseksi
aksila level I dan II dilakukan, luka ditutup tanpa membutuhkan cangkok kulit.
Histopatologi dari spesimen reseksi bedah pada payudara menunjukkan karsinoma duktal
invasif dengan deposit kulit dan invasi limfovaskular. Kondisi tumor stadium 3, berukuran 8
× 8 × 6 cm. Semua margin reseksi bedah bebas dari tumor. Diseksi kelenjar getah bening
aksila menunjukkan deposit metastasis di salah satu dari 19 kelenjar getah bening (Gambar
3A, 3B). Analisis biomarker menggunakan imunohistokimia menunjukkan positifnya
reseptor estrogen (ER+) (70%), positifitas reseptor progesteron (PR) (50%), dan positifitas
HER2 (3+) (Gambar 4). Kanker payudara adalah stadium IIIB (pT4b, N1, M0).
11
Pengobatan tambahan
Pasien dirujuk ke ahli onkologi medis dan ahli onkologi radiasi untuk perawatan tambahan.
Perawatan pasca operasi dengan herceptin dan pertuzumab direncanakan diikuti oleh terapi
radiasi ajuvan untuk dinding dada dan aksila, dan tamoxifen ajuvan selama setidaknya lima
tahun. Pasien juga dirujuk ke konselor genetik untuk pengujian mutasi gen BRCA
(Aldossary, Alquraish, & Alazhri, 2019).
12
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
I. Identitas
Nama :-
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 59 tahun
Pendidikan : SD
II. Keluhan Utama
1) Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke klinik bedah dengan keluhan terdapat massa di payudara kiri.
Ukuran massa telah berkembang semakin besar selama lebih dari satu tahun.
Pasien telah diupayakan beberapa percobaan kauterisasi payudara kiri, namun
tidak ada hasil. Pasien tidak mencari pertolongan medis hingga ia merasakan
nyeri dan mengeluarkan cairan berbau busuk dari massa di payudara kirinya.
2) Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pasien memiliki riwayat medis diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Pasien
membantah memiliki riwayat penyakit kejiwaan, penggunaan steroid anabolik,
penyalahgunaan obat, atau konsumsi alkohol. Dia mengatakan merokok sekitar
dua bungkus rokok setiap hari selama 30 tahun. Tidak ada riwayat paparan
radiasi atau trauma.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga:
Pasien tidak memiliki riwayat keganasan dalam keluarga.
III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum:
Pasien tampak baik secara umum dengan distribusi rambut tubuh laki-laki
normal, tidak ada ginekomastia (-), indeks massa tubuh (BMI) 36,9 kg/m2, suhu
tubuh normal
2) Pemeriksaan Fisik Payudara:
13
Payudara kiri dan aksila menunjukkan adanya massa keras (+), eritematosa (+),
ulserasi (+), massa berukuran sekitar 9 × 5 cm di daerah subareolar (+). Puting
kirinya terdistorsi oleh massa (+) tanpa adanya discharge (-).Payudara kanan dan
aksila normal pada pemeriksaan (-)
3) Pemeriksaan Endokrin:
Pembesaran kelenjar getah bening seluler (+) pada aksila ipsilateral
IV. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes Fungsi Hati
3) CT Scan
Computed tomography (CT) dada, perut, dan panggul menunjukkan massa
eksofit nekrotik heterogen (+) di payudara kiri yang terkait dengan penebalan
kulit. CT juga menunjukkan peningkatan kelenjar getah bening (+) pada aksila
14
ipsilateral dengan penebalan kortikal dan tidak ada metastasis jauh (-) yang
diidentifikasi. Pemindaian tulang tidak mengidentifikasi metastasis tulang (-).
V. Terapi dan Tindakan
1) Pemberian alprazolam oral 0,5 mg setiap enam jam untuk menghilangkan
gangguan kecemasan dan konseling dan psikoterapi
2) Mastektomi: diseksi aksila disarankan sebagai pengobatan untuk metastasis
aksila. Pasien menjalani mastektomi radikal yang dimodifikasi.
3) Pemberian herceptin dan pertuzumab dan diikuti dengan terapi radiasi ajuvan
untuk dinding dada dan aksila, dan tamoxifen ajuvan selama setidaknya lima
tahun
4) Pasien dirujuk ke konselor genetik untuk pengujian mutasi gen BRCA
15
- Ulserasi (+)
- Keluar cairan berbau
busuk dari permukaan
kulit payudara
Ds: Ancaman pada status terkini Ansietas
- Pasien mengatakan tidak (diagnose kanker stadium
bersedia untuk IIIB)
pemeriksan histologi
dengan biopsi jarum inti
karena merasa takut
prosedur akan
menyakitkan
- Pasien mengatakan tidak
mau di USG meskipun
telah diberi resep obat
penghilang nyeri
- Pasien mengatakan
pemeriksaan akan
memperburuk
kondisinya
- Pasien mengatakan mau
menjalani pemeriksaan
tanpa kontak antara
peralatan dan lesi
payudaranya
Do:
- Pasien didiagnosa
gangguan kecemasan
oleh psikiater
- Pasien diberi alprazolam
oral 0,5 mg setiap 6 jam
untuk mengatasi
16
gangguan kecemasan
- Pasien mendapat
konseling, psikoterapi
Ds: Kurang pengetahuan Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan tidak manajemen kesehatan
mencari pertolongan
medis sampai ia baru
merasakan nyeri dan
mengeluarkan cairan
berbau busuk dari massa
di payudara kirinya
- Kegagalan melakukan
tindakan untuk
mengurangi risiko
(pasien mengatakan
merokok sebanyak 2 pak
sehari selama 30 tahun)
- Pasien menolak
dilakukan serangkaian
tes
17
verbal dari ketidak 5. mengobservasi reaksi
nyamanan non verbal dari ketidak
6. Kontrol faktor nyamanan
lingkungan yang dapat 6. mengontrol faktor
mempengaruhi respon lingkungan yang dapat
pasien mempengaruhi respon
7. Kolaborasi dengan pasien
dokter untuk pemberian 7. berkolaborasi dengan
obat analgetik dokter untuk pemberian
obat analgetik
8. Kerusakan integritas Perawatan luka: Perawatan luka:
kulit b.d. agen biologis 1. Monitor karakteristik 1. Melakukan monitor
(neoplasma) luka karakteristik luka
2. Ganti balut pada luka 2. Mengganti balut pada
3. Berikan perawatan luka
ulkus pada kulit yang 3. Memberikan perawatan
diperlukan ulkus pada kulit yang
4. Oleskan salep yang diperlukan
sesuai dengan kulit atau 4. Mengoleskan salep
lesi yang sesuai dengan
5. Berikan balutan yang kulit atau lesi
sesuai dengan luka 5. Memberikan balutan
6. Anjurkan pasien atau yang sesuai dengan luka
anggota keluarga pada 6. Menganjurkan pasien
prosedur perawatan atau anggota keluarga
7. Ajarkan pasien dan pada prosedur
keluarga untuk perawatan
mengenal tanda dan 7. Mengajarkan pasien dan
gejala infeksi keluarga untuk
mengenal tanda dan
gejala infeksi
9. Ansietas b.d ancaman Teknik menenangkan: Teknik menenangkan:
18
status kesehatan terkini 1. Identifikasi orang 1. Mengidentifikasi orang
(kanker stadium IIIB) terdekat klien yang bisa terdekat klien yang bisa
membantu klien membantu klien
2. Berikan waktu dan 2. Memberikan waktu dan
tempat klien untuk tempat klien untuk
menyendiri jika menyendiri jika
diperlukan diperlukan
3. Instruksikan klien untuk 3. Menginstruksikan klien
menggunakan metode untuk menggunakan
mengurangi kecemasan metode mengurangi
(teknik nafas dalam, kecemasan (teknik
meditasi, relaksasi otot nafas dalam, meditasi,
progresif, dll) relaksasi otot progresif,
4. Berikan obat anti dll)
kecemasan jika 4. Memberikan obat anti
diperlukan kecemasan jika
diperlukan
10. Ketidakefektifan Fasilitasi pembelajaran: Fasilitasi pembelajaran:
manajemen kesehatan 1. Berikan informasi 1. Memberikan informasi
b.d. kurang pengetahuan dengan urutan yang dengan urutan yang
logis logis
2. Berikan informasi 2. Memberikan informasi
dengan cara yang tepat dengan cara yang tepat
3. Sesuaikan instruksi 3. Menyesuaikan instruksi
dengan tingkat dengan tingkat
pendidikan dan pendidikan dan
kemampuan memahami kemampuan memahami
pasien pasien
4. Hubungkan informasi 4. Menghubungkan
dengan kebutuhan dan informasi dengan
keinginan pasien kebutuhan dan
5. Gunakan Bahasa yang keinginan pasien
19
umum 5. Menggunakan Bahasa
6. Ulangi informasi yang yang umum
diberikan 6. Mengulangi informasi
yang diberikan
20
BAB V
PEMBAHASAN
Pemberian kalung aromaterapi kepada pasien untuk dipakai selama lima hari siang
dan malam. Kalung aromaterapi terbentuk seperti liontin botol kecil yang dibuat dari kaca
yang menggantung di leher, dan ditempatkan sekitar 20 cm dari hidung mereka. Pada setiap
hari, pasien diminta untuk memegang kalung tepat di bawah hidung mereka dan bernapas
dalam setidaknya 3 kali sehari selama setidaknya 3 periode durasi 2 menit, bahkan jika
mereka tidak memiliki gejala efek kemoterapi. Kalung aromaterapi ini diisi dengan dua tetes
minyak wangi jahe. Pasien diminta untuk melepas kalung setelah perawatan berakhir.
Sementara minyak atsiri jahe adalah zat yang ditemukan secara alami dalam rimpang
temulawak. Pemberian aromaterapi minyak jahe untuk mengatasi efek mual dan lemas
selama pasca kemoterapi (Lua et al., 2015).
5.2 Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kualitas Nyeri Pasien Kanker
Payudara dengan Kemoterapi di Rsud Arifin Achmad
21
5.3 Efektivitas Terapi Emotional Freedom Technique (EFT) Terhadap Kecemasan Pasien
Kanker Payudara Stadium II dan III
Teknik ini menggunakan kalimat penerimaan diri yang dipadukan dengan mengetuk ringan
(tapping) titik-titik meridian tubuh untuk mengirim sinyal yang bertujuan untuk
menenangkan otak.Mengetuk ringan dengan satu atau dua ujung jari pada titik akupuntur
selama 2 kali sehari (siang dan sore) dan setiap sesinya terdiri dari 15 menit. Titik meridian
merupakan titik pada jaringan tubuh yang padat jaringan dan ujung-ujung saraf, sel-sel mast
dan kapiler serta saluran limpatik. Titik meridian ternyata mempunyai potensial elektrik yang
tinggi dibanding dengan titik lain di tubuh. Dengan pengetukan dapat menimbulkan respon
melalui jaringan sensorik sampai melibatkan saraf sentral.Jaringan saraf berkomunikasi satu
dengan yang lain melalui neurotransmitter di sinapsis. Stimulasi terhadap jaringan saraf di
perifer akan berlanjut ke sentral melalui medula spinalis batang otak menuju hipotalamus,
dan hipofisis. Stimulasi dari perifer akandisampaikan ke otak hipotalamus berefek terhadap
sekresi neurotransmitter seperti β-endorfin, norepinefrin dan enkefalin, 5-HT yang berperan
sebagai inhibisi sensasi nyeri. Sekresi neurotransmiter ini juga berperan dalam sistem imun
sebagai imunomodulator serta perbaikan fungsi organ lainnya seperti pada penyakit psikiatrik
(Ningsih, Karim, & Sabrian, 2015).
22
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Urntuk penulis selanjutnya disarankan menganalisa lebih banyak referensi dan jurnal
mengenai terapi komplementer untuk pasien kanker payudara stadium lanjut.
23
DAFTAR PUSTAKA
Aldossary, M. Y., Alquraish, F., & Alazhri, J. (2019). A Case of Locally Advanced Breast
Cancer in a 59-Year-Old Man Requiring a Modified Approach to Management. The
American Journal of Case Reports, 20, 531–536.
https://doi.org/10.12659/AJCR.915377
Anita, A., & Sukamti P, T. (2016). Pengaruh Pemberian Booklet Kemoterapi terhadap
Kemampuan Perawatan Diri Penderita Kanker Payudara Pasca Kemoterapi di Ruang
Bedah Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM) Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan.
https://doi.org/10.26630/jk.v7i1.115
ESMO. (2018). What is Breast Cancer ? Let us answer some of your questions. European
Society for Medical Oncology, 1–55.
Jemal, A. (2017). Breast Cancer Facts & Figures. American Cancer Society Inc.
Jezdic, S. (2018). Breast Cancer: An ESMO Guide for Patients. European Society for
Medical Oncology.
Kabel, A. M., & Baali, F. H. (2015). Breast Cancer: Insights into Risk Factors, Pathogenesis,
Diagnosis and Management. Journal of Cancer Research and Treatment, Vol. 3, 2015,
Pages 28-33. https://doi.org/10.12691/JCRT-3-2-3
Kurniawan, D., Zulfitri, R., & Dewi, A. P. (2019). PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE
RELAXATION TERHADAP KUALITAS NYERI PASIEN KANKER PAYUDARA
DENGAN. Jurnal Ners Indonesia, 10(1).
Lua, P. L., Salihah, N., & Mazlan, N. (2015). Effects of Inhaled Ginger Aromatherapy on
Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting and Health-related Quality of Life in
Women with Breast Cancer. Complementary Therapies in Medicine, 23(3), 396–404.
https://doi.org/10.1016/j.ctim.2015.03.009
24
Ningsih, S. F., Karim, D., & Sabrian, F. (2015). Efektivitas Terapi Emotional Freedom
Technique (EFT) terhadap Kecemasan Pasien Kanker Payudara Stadium II dan III.
Jurnal Online Mahasiswa (JOM), 2(37), 1–31. https://doi.org/10.12816/0013114
Shah, R., Rosso, K., & David Nathanson, S. (2014). Pathogenesis, prevention, diagnosis and
treatment of breast cancer. World Journal of Clinical Oncology, 5(3), 283–298.
https://doi.org/10.5306/wjco.v5.i3.283
World Health Organization. (2006). Guidelines for managements of breast cancer. World
Health Organization.
25