Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


DI RSJ SAMBANG LIHUM

DISUSUN OLEH :

NAMA : Adinda lianada


NIM : 11409719041
TINGKAT : III (TIGA)
SEMESTER : V (LIMA)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
TAHUN AJARAN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Adinda lianada


NIM : 11409719041
Ruangan : INTENSIF PRIA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan laporan


pendahuluan dengan kasus Defisit perawatan diri di Ruang intensif pria RSJ
Sambang Lihum Banjarmasin

Banjarmasin, November 2021

Adinda lianada
Nim ;11409719041

Fifi JuarsihS.Kep, Ns Yuhansyah S.Kep, Ns., M.Kep

NIP :198411232008032003 Nik:083637120


LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perawatan diri adalah ketidakmampuan melakukan aktivitas
perawatan diri seperti (Mandi, berhias, makan, BAB atau BAK)
dilakukan secara mandiri (Jalil, 2015). Defisit perawatan diri
merupakan salah satu masalah timbul pada klien gangguan jiwa.
Klien gangguan jiwa gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidak
pedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala prilaku negatif
dan menyebabkan klien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Madalise, 2015)
 Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan
kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2013).

2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presivitasi


Menurut Depkes (2013) penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Menurut Sutria (2020) Yang merupakan faktor presipitasi
Defisit Perawatan Diri adalah kurang penurunan
motivasi,kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Rochmawati (2013) faktor
faktor yang mempengaruhi personal hygniene adalah :
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan
lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
B. Tanda dan Gejala
Menurut (Putra, 2019) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Cara makan tidak teratur
d. BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

4. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri kadang perawatan Tidak melakukan
seimbang diri kadang tidak perawatan saat
stress

5. Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak
membutuhkan perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa,
pasien lebih membutuhkan terapai kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik.
Penatalaksanaan menurut Herman (Ade,2011) adalah sebagai
berikut :
a. Meningkatkan kesadaran kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

C. Pohon Masalah

Effect Isolasi Sosial: menarik diri



Core Problem Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa Harga Diri Rendah Kronis

D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

E. Data yang Perlu Dikaji


1. Data Subyektif:
Klien mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau
menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa
menggunakan alat mandi / kebersihan diri.
2. Data Obyektif:
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan
kotor, gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa
menggunakan alat mandi.

F. Diagnosis Keperawatan Jiwa


1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri
G. Rencana Tindakan Keperawatan
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
1. Tujuan Untuk Klien
a. Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
b. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda
percaya pada perawat:
a. Wajah cerah, tersenyum
b. Mau berkenalan
c. Ada kontak mata
d. Menerima kehadiran perawat
e. Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
1. Berikan salam setiap berinteraksi.
2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6. Buat kontrak interaksi yang jelas.
7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8. Penuhi kebutuhan dasar klien.
2.    Untuk Keluarga
a. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi
klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

Defisit Perawatan Diri


1. Untuk Klien
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi, berpakaian, makan, dan BAB/BAK
Intervensi:
a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri
b. Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berhias,
makan/minum, BAB/BAK secara mandiri
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali
masalah kurang perawatan diri
2. Untuk Keluarga
a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri
b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantau
klien dalam merawat klien
c. Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien
dalam merawat diri.

H. Strategi Pelaksanaan Tindakan


SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
SP 1 SP I k
1. Menjelaskan pentingnya 1. Mendiskusikan masalah yang
kebersihan diri dirasakan keluarga dalam merawat
2. Menjelaskan cara menjaga pasien
kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
3. Melatih pasien cara menjaga gejala defisit perawatan diri, dan jenis
kebersihan diri defisit perawatan diri yang dialami
4. Membimbing pasien memasukkan pasien beserta proses terjadinya
dalam jadwal kegiatan harian. 3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien defisit perawatan diri
SP 2 p SP 2 k
1. Memvalidasi masalah dan latihan 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
sebelumnya. merawat pasien dengan defisit
2. Menjelaskan cara makan yang baik perawatan diri
3. Melatih pasien cara makan yang 2. Melatih keluarga melakukan cara
baik merawat langsung kepada pasien
4. Membimbing pasien memasukkan defisit perawatan diri
dalam jadwal kegiatan harian.
SP 3 p SP 3 k
1. Memvalidasi masalah dan latihan 1. Membantu keluarga membuat jadual
sebelumnya. aktivitas di rumah termasuk minum
2. Menjelaskan cara eliminasi yang obat (discharge planning)
baik 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
3. Melatih cara eliminasi yang baik. pulang
4. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2013. Standar Pedoman Perawatan jiwa

Emilyani, D. (2019). Pengaruh terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemandirian


Pasien Skizofrenia Yang Mengalami Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi NTB. Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS), 2(2), 171-180.
http://jambs.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/view/45

Jalil, A. (2015). Faktor Yang Mempengaruh Penurunan Kemampuan Pasien


Skizofrenia Dalam Melakukan Perawatan Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal
KeperawatanJiwa,3(2),70-77.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/3933

Putra, R. S., & Hardiana, S. (2019). Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien
Dengan Masalah Defisit Perawatan Diri. In Prosiding Seminar Nasional (pp.
152156).
http://prosiding.stikesmitraadiguna.ac.id/index.php/PSNMA/article/view/21

Rochmawati, D. H., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2013). Manajemen


Kasus Spesialis Jiwa Defisit Perawatan Diri Pada Klien Gangguan Jiwa di
RW 02 dan RW 12 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor
Timur. Jurnal KeperawatanJiwa,1(2).
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/972

Sutria, E. (2020). Intervention Of Nurse Deficit Self Care In The


Skizofrenia Patient: Systematic Review. Journal Of Nursing Practice,
3(2), 244-252. DOI:https://doi.org/10.30994/jnp.v3i2.94

Anda mungkin juga menyukai