Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

DOSEN PEMBIMBING : Wahyu Asnuriyati, S.Kep., Ns., M.M

Disusun Oleh :

Kelompok 5
Nama Anggota Kelompok:

Adi Sumarno : 1140971904

Filosyofi Muslimah : 1140971916

Hamisa Emelia Azzahra : 1140971954

Yogi Feby Pebria Bayu P : 1140971975

Zaky Noor Fajri : 1140971978

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


BANJARMASIN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Kelompok : V (lima)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah menyelesaikan Laporan


Pendahuluan dengan Penyakit Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran di wilayah Puskesmas Basirih Baru.

Banjarmasin, November 2021

TTD

Kelompok V

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Wahyu Asnuriyati, S.Kep., Ns., M.M


NIPDN. 1105068201
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

1. TINJAUAN TEORI
a. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan
panca indera (Isaacs, 2017).
Gangguan orientasi realita adalah ketidak mampuan individu untuk
menilai dan berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan
rangsangan internal dan eksternal tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan. Klien juga tidak mampu untuk memberikan respon yag akurat,
sehingga tampak perilaku yang sulit di mengerti. Halusinasi adalah
penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat individu sadar
penuh (Depkes dalam Dermawan dan Rusdi,2013).Halusinasi adalah
kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2017).
Halusinasi pendengaran ialah klien mendengar suara-suara yang
tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak
mendengarnya (Dermawan dan Rusdi,2013). Sedangkan menurut
Kusnawati (2010) halusinasi pendengara adalah klien mendengar suara-
suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara tersebut dimana suara
tersebut bisa mengajak klien berbicara atau melakukan sesuatu.
b. Penyebab
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena
panik, sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial
menarik diri (Townsend, M.C, 2011). Menurut Carpetino, L.J (2014)
isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan Heacock, P.E
(2013), isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari
interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan
hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir,
berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara fisik tidak di ketahui
namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis,
psikologis, social budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan
mekanisme koping.

c. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2017), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku
psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
d. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2016).
Menurut Stuart (2017), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
e. Tanda dan Gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering
didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang
halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna
Keliat, 2016) :
1) Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
a. Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2) Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3) Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu
mengikuti petunjuk).
4) Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Rentang Respon Halusinasi


1) Tahap I (Non – psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mamapu memberikan rasa nyaman
pada klien, tingkat orientasi sedang. Secara unum pada tahap ini
merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilagkan
kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol
kesadaran.
Prilaku yang muncul :
a. Tersenyum atau tertawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respon verbal rambat, diam, dan berkonsentrasi
2) Tahap II ( Non – psikotik )
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan
mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum hausinasi yang
ada dapat menyebabkan antipati.
Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh
pengalaman tersebut
b. Mulai merasa kehilangan kontrol
c. Menarik diri dari orang lain
Prilaku yang muncul :
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan TD
b. Perhatian terhadap lingkunagn menurun
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinai
dan realita
3) Tahap III ( Psikotik )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol didinya sendiri, tingkat
kecemasnan berat, dan halusiansi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjasi kesepian bila pengalaman sensorinya berakhir
Prilaku yang muncul :
a. Klien menuruti perintah halusinasi
b. Sulit berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
d. Tidak mampu emngikuti perintah yang nyata
e. Klien tampak temor dan berkeringat
4) Tahap IV ( Psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien
terlihat panik.
Prilaku yang muncul :
a. Risiko tinggi mencederai
b. Agitasi / kataton
c. Tidak mampu merespons rangsang yang ada
Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik diri

Faktor Predisposisi : Faktor Presipitasi:


- Biologis - Biologis
- Psikologis - Stres Lingungan
- Sosial Budaya - Sumber koping

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan
ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi
knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien
jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien.
Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,
majalah dan permainan
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati
agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di
berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien
atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan
ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan
memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang
data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam
proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di
ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang
mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas
yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan
saran yang di berikan tidak bertentangan.

g. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori
yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik,
fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan
terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang
datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan
menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input
ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada
keadaan normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam
unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya
keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah
retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan
tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
Isi pengkajian meliputi :
1) Identitas klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tanggal Masuk, Informan,
Tanggal Pengkajian, No. Rekam medik.                        
2) Keluhan utama atau alasan masuk
3) Faktor predisposisi
4) Aspek pemeriksaan fisik atau biologis
5) Aspek psikososial
Genogram, Konsep diri, Hubungan sosial dan spiritual.
6) Status mental
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan,
afek (ekspresi wajah), interaksi saat wawancara, persepsi, proses
berfikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan
berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
7) Kebutuhan persiapan pulang
Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan
tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam
rumah, aktivitas diluar rumah,
8) Mekanisme koping
9) Masalah psikososial dan lingkungan
10) Aspek medik

b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama
perubahan persepsi sensori : halusinasi menurut Yosep (2009) adalah
sebagai berikut :
1) Perilaku kekerasan mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
2) Perubahan persepsi sensori
3) Isolasi sosial
4) Gangguan konsep diri
5) Koping individu tidak efektif
c. FOKUS INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Umum Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan SP 1
Persepsi 1. Klien dapat mengindentifikasi 1. Setelah 1x interaksi, Klien dapat 1. Identifikasi mengindentifikasi
sensori halusinansi dengan mengindentifikasi halusinansi halusinansi dengan mendiskusikan isi,
: halusinasi mendiskusikan isi, frekuensi, dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi situasi
pendengaran waktu terjadi situasi pencetus, frekuensi, waktu terjadi situasi pencetus, perasaan dan respon.
perasaan dan respon. pencetus, perasaan dan respon. 2. Jelaskan cara mengontrol Gangguan
2. Klien dapat mengontrol 2. Setelah 2x interaksi Klien dapat persepsisensori: halusinasi
Gangguan persepsi sensori: mengontrol pendengaran : hardik, obat, bercakap-
halusinasi pendengaran : hardik, Gangguan persepsisensori: cakap, melakukan kegiatan.
obat, bercakap-cakap, halusinasi pendengaran : hardik, 3. Latih cara mengontrol Gangguan
melakukan kegiatan. obat, bercakap- cakap, melakukan persepsisensori: halusinasi
3. Klien dapat mengontrol kegiatan. pendengaran dengan menghardik
Gangguan persepsi sensori: 3. Setelah 2x interaksi Klien dapat 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
halusinasi pendengaran dengan mengontrol Gangguan latihan menghardik.
menghardik persepsisensori: halusinasi
4. Klien dapat memasukam pada pendengaran dengan menghardik
jadwal kegiatan untuk latihan 4. Setelah 2x interaksi Klien dapat
menghardik. memasukam pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik.
SP 2
1. Mengevalusi kegiatan 1. Setelah 2x interaksi memasukan 1. Evalusi kegiatan menghardik. Beri
menghardik latihan cara menghardik dalam pujian.
2. Klien dapat mengontrol jadwal kegiatan harian. Setelah 3x 2. Latih cara mengontrol Gangguan
Gangguan persepsisensori: interaksi Klien dapat mengontrol persepsisensori: halusinasi
halusinasi pendengaran dengan Gangguan persepsisensori: pendengaran dengan obat (Jelaskan 8
obat. halusinasi pendengaran dengan benar obat, pasien, dosis, waktu, cara,
3. Klien mengetahui pengtingnya obat. informasi, respon dan dokumentasi)
penggunaan obat pada gg.jiwa 3. Setelah 3x interaksi Klien 3. Jelaskan pengtingnya
4. Klien mengetahui akibat jika obat mengetahui pentingnya penggunaan penggunaan obat pada gangguan jiwa.
tidak diminum sesuai program. obat pada gg.jiwa. 4. Jelaskan mengetahui akibat jika obat
5. Klien mengetahui akibat putus 4. Setelah 3x interaksi Klien tidak diminum sesuai program.
obat. mengatahui akibat jika obat tidak 5. Jelaskan akibat putus obat.
6. Klien mengetahui cara berobat. diminum sesuai program. 6. Jelaskan cara berobat. Masukan pada
Klien memasukan pada jadwal 5. Setelah 3x interaksi Klien dapat jadwal kegiatan untuk latihan
kegiatan untuk latihan mengetahui akibat putus obat. menghardik. Beri pujian
menghardik 6. Setelah 3x interaksi Klien
mengetahui cara berobat.
7. Setelah 3x interaksi Klien
memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan Menghardik

SP 3
1. Mengevalusi kegiatan 1. Setelah 2x interaksi Klien dapat 1. Evalusi kegiatan menghardik dan obat.
menghardik dan obat. memasukan latihan menghardik dan Beri pujian.
2. Klien dapat mengontrol obat. 2. Latih cara mengontrol Gangguan
Gangguan persepsi sensori : 2. Setelah 2x interaksi Klien dapat persepsi sensori: halusinasi
halusinasi pendengaran dengan mengontrol Gangguan pendengaran dengan bercakap- cakap
bercakap-cakap persepsisensori: halusinasi ketika Gangguan persepsisensori:
3. Klien dapat memasukan pada pendengaran dengan bercakap- halusinasi pendengaran muncul.
jadwal kegiatan harian untuk cakap. 3. Masukan pada pada jadwal kegiatan
latihan menghardik, minum obat 3. Setelah 1x interaksi Klien dapat harian untuk latihan menghardik,
dan bercakap-cakap memasukan pada jadwal kegiatan minum obat dan bercakap-cakap
harian untuk latihan menghardik
minum obat dan bercakap-cakap

SP 4
1. Mengevalusi kegiatan latihan
menghardik, minum obat dan 1. Setelah 2x interaksi Klien dapat 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik,
bercakap-cakap. memasukan pada jadwal kegiatan minum obat dan bercakap-cakap.
2. Klien dapat mengontrol harian untuk latihan menghardik, 2. Latih cara mengontrol Gangguan
Gangguan persepsisensori: minum obat bercakap- cakap dan persepsisensori: halusinasi
halusinasi pendengaran dengan kegiatan harian. pendengaran dengan melakukan
melakukan kegiatan harian 2. Setelah 2x interaksi Klien dapat kegiatan harian Masukan pada jadwal
(mulai 2 kegiatan) mengontrol Gangguan kegiatan untuk latihan menghardik,
3. Klien dapat memasukan dapat persepsisensori: halusinasi minum obat, bercakap-cakap dan
memasukan pada jadwal pendengaran dengan kegiatan kegiatan harian
kegiatan harian untuk latihan harian.
menghardik, minum obat 3. Setelah 2x interaksi Klien dapat
bercakap- cakap dan kegiatan memasukan pada jadwal kegiatan
harian harian untuk latihan menghardik,
minum obat, bercakap-cakap dan
kegiatan harian

SP 5
1. Mengevaluasi jadwal 1. Setelah 6x interaksi Klien dapat 1. Evaluasi kegiatan menghardik, minum
kegiatan harian. Mengontrol Gangguan obat, bercakap-cakap dan kegiatan
2. Melatih kegiatan harian persepsisensori: halusinasi harian. Beri pujian.
3. Menilai kemampuan yang telah pendengaran secara mandiri 2. Latih kegiatan harian .
mandiri 2. Gangguan persepsisensori: 3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Menilai apakah Gangguan halusinasi pendengaran dapat Nilai apakah Gangguan
persepsisensori: halusinasi terkontrol persepsisensori: halusinasi
pendengaran terkontrol pendengaran terkontrol
DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998. Psychiatric Nuersing cotemporary PracEdisi 9th.
Philadelphis: Lippincott Raven Publisrs,.
Carpenito, L.J, . Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8,
Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2013. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2015. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Kusuma, W.2011. Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Edisi I.
Jakarta: Profesional Books.
Maramis, W.f. 2015. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press Rasmun. 2011. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik
Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Rawlins, R.P & Heacock, PE. 2011. Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi
1. Toronto: the C.V Mosby Company.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Edisi 3, EGC, Jakarta.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2017. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC
Townsend, M.C. 2016. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai