T DENGAN SKIZOFRENIA
PARANOID DI PROF.DR.V.L RATUMBUYSANG
MANADO SULAWESI UTARA
OLEH :
RAFLI SURYANTO MANGGOPA, S.kep
210141040016
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2018), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti :
darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
e. Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa
mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
g. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena
atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
h. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2019):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi
klien sangat membahayakan.
5. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2016), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis
yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
6. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2016).
Menurut Stuart (2016), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
7. Penyebab
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss berat yang
mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend, M.C, 2018). Menurut
Carpetino, L.J (2017) isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan
Heacock, P.E (2016), isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi
dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku (Carpentino, L.J 2016) :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan
b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial
c. Mengungkapkan perasaan tak berguna
Data objektif :
a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama
b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk
d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri
e. Kurang aktivitas
f. Wajah tampak murung dan sedih
g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain
8. Akibat
9. Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2016). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana
seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri
sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar
terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik
secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau
hiasan dinding, majalah dan permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi
yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus
mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien
yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang
ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga,
bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke
kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan
dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang
mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan
tidak bertentangan.
d. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Masalah utama : Klien mengatakan melihat Tampak bicara dan ketawa
gangguan persepsi atau mendengar sesuatu. sendiri.
sensori halusinasi Klien tidak mampu Mulut seperti bicara tapi
mengenal tempat, waktu, tidak keluar suara.
orang. Berhenti bicara seolah
mendengar atau melihat
sesuatu. Gerakan mata yang
cepat.
Core
Problem Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
f. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :
1. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi
2. Isolasi sosial: Menarik Diri
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
g. FOKUS INTERVENSI
A. Tinjauan Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat professional atau ners
mealui kerjasama yang bersifat kolaboratif, baik dengan klien maupun tenaga kesehatan
lain, dalam upaya untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan termasuk praktik
keperawatan individu dan berkelompok.
Standar praktik professional terdiri dari lima tahap standar yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Kemampuan perawat yang diharapkan dalam pengumpulan data diantaranya
memiliki kesaaran/tilik diri, kemampuan mengobservasi dengan akurat, komunikasi
terapeutik, dan mampu berespon secara efektif. Data yang dikumpulkan pada
pengkajian untuk proses keperawatan jiwa yaitu bilogis, psikologis, sosial dan
spiritual. Pengelompokan data dibagi dengan faktor redisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber kping, dan kemampuan koping yang dimiliki
dengan dimensi meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial, spiritual, dan kultural.
2. Diaknosis Keperawatan
3. Merupakan fase ke dua dalam proses keperawatan dimana terjadi proses
menganalisis pengkajian untuk menginterptretasikan data untuk merumuskan
diagnosis keperawatan.
4. Perencanaan keperawatan
Yaitu proses pembuatan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan dan meningkatkan kesehatan lain. Perencanaan dikembangkan berdasarkan
diagnosis keperawatan yang terdiri dari prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan. Rencana tindakakn keperawatan sendiri terdiri dari tujuan umum, tujuan
khusus dan rencana tindakan keperawatan.
5. Implementasi/ Tindakan Keperawatan
Proses dimana perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
partisipasi klien dalam tindakan keperawatan pada hasil yang diharapkan.
6. Evaluasi Keperawatan
Merupakan prosis mengevaluasi perkembangan kesehatan terhadap tindakan dalam
mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan merevisi data
dasar dan perencanaan. Proses ini berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien dan keluarga agar data melihat perubahan dan berupa upaya
mempertahankan.
B. Peran Perawat
1. Peran Perawat dalam model psychoanalytical
Yaitu perawat melakukan pengkajian keadaan traumatic atau stressor yang dianggap
bermakna pada masalalunya seperti menjadi korban perilaku kekerasan fisik, sosial,
emosional maupun seksual dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik.
Efektivitas dari asuhan keperawatan sendiri tergantung pada pengkajian yang
berulang-ulang.
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. S.T (P) Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2022
Umur : 56 tahun
Informan : Ny. S.T
XPenolakan X X X X X X
X X X X X X
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
Jelaskan :
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 130/80 mmHg N : 80 x/menit S : 36o C P : 18 x/menit
2. Ukur : TB : BB :
Jelaskan :
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
2. Konsep diri
a Gambaran diri : klien mengatakan didalam tubuhnya dan diseluruh anggota tubuhnya
tidak ada yang tidak disukai oleh klien, semua anggota tubuh disenangi
klien
b. Identitas : Klien mengatakan selalu merasa puas dengan dirinya sebagai ibu
c. Peran : di dalam keluarga klien selalu melakukan perannya sebagai IRT
d. Ideal diri : klien mempunyai harapan agar bisa cepat sembuh dan pulang ke
rumah agar bisa memasak untuk keluarganya
e. Harga diri : klien juga sering bersosialisasi dengan orang lain dan teman dekatnya.
Klien mengatakan tidak tahu pendapat orang lain tentang klien.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan bahwa klien mempunyai teman dekat yaitu
masalah klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien selalu berperan aktif didalam
Rumah sakit.
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : tidak ada hambatan untuk klien
lain.
4. Spiritual
1. Penampilan
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
3. Aktivitas Motorik:
4. Alam perasaaan
7. Persepsi
√
Pendengaran √ Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : klien selalu melihat bayangan hitam dan sering berbicara dengan bayangan hitam
8. Proses Pikir
Disorientasi
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
1. Makan
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
Jelaskan : pengaturan makan, obat dan kesehatan di atur oleh petugas rumah sakit
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan √ Ya tidak
Adaptif Maladaptif
√
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Lainnya Lainnya :
Jelaskan : klien mengatakan adanya masalah rumah tangga tapi tidak dijelaskan, klien
tertutup
√
Koping obat-obatan
Lainnya :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
Ds :
- Klien mengatakan sering mendengar suara – suara bisikan yang
memanggil klien.
- Klien juga mengatakan sering melihat bayangan – bayangan di sekitar,
bayangan berwarna hitam yang membentuk manusia yang sudah
meninggal.
Do :
- Kontak mata baik
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak bingung
- Klien tampak gembira
- Klien tampak sedih
2. Diagnosa keperawatan :
- Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
- Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
Tujuan khusus :
- Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien.
- Mengidentifikasi isi halusinasi
- Mengidentifikasi waktu halusinasi
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
- Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
- Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
3. Tindakan keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi traupetik
- Bantu klien mengenal jenis halusinasi
- Bantu klien mengungkapkan isi halusinasi
- Bantu klien mengetahui frekuensi halusinasi
- Bantu klien merespon terhadap halusinasi
- Ajarkan klien menghardik halusinasinya
- Anjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
2. Evaluasi
Ibu bagaimana perasaan ibu hari ini?
Bagaimana tidurnya semalam?
Adakah masalah yang membuat ibu gelisah/tidak?
3. Validasi
Klien mampu mengungkapkan isi jenis, frekuensi, waktu halusinasi.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Kontrak
Topik dan tujuan
Apakah ibu tidak keberatan mengobrol dengan saya? Menurut ibu sebaiknya kita
mengobrol apa saja? Bagaimana kalau kita mengobrol tentang apa yang ibu rasakan
dan ibu dengar tentang suara dan tentang apa yang ibu lihat selama ini?
Waktu
Ibu kira-kira berapa lama kita bisa mengobrol? Bagaimana kira-kira 20 menit bisa ibu?
Tempat
Dimana kita bisa mengobrol? Bagaimana kalau duduk ditampat makan?
Fase terminasi :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu dengan obrolan kita tadi?
Evaluasi objektif
Dapatkah ibu memperagakan cara menghardik yang kita lakukan tadi?
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
Ds : klien mengatakan masih mendengar dan melihat bisikan-bisikan yang
memanggilnya.
Do :
- Klien tampak gelisah
- Klien mata (+)
- Klien berbicara – beribicara sendiri
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dan pendengaran
Tujuan
Bercakap – cakap dengan teman sekamar atau dengan petugas rumah sakit
3. Tindakan keperawatan
Melatih klien bercakap-cakap dengan orang lain
3. Validasi
klien mampu melakukan apa yang diajarkan yaitu bercakap-cakao
4. Kontrak
Topik dan tujuan
Seperti janji kita kemarin, kita sekarang berbincang-bincang tentang suara-suara yang
sering ibu dengar agar bisa dikendalikan dengan bercakap-cakap.
Wktu
Kita akan berbincang kurang lebih 20 menit.
Tempat
Kita akan berbincang-bincang diruangan makan ya bu, jam 09.00
Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif : tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali
ibu mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan ibu setelah
berbincang-bincang?
Evaluasi objektif : coba ibu jelaskaan lagi cara mengontrol halusinasi yang kedua?
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Ds : klien mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan dan melihat bayangan hitam
Do :
- Klien tampak gelisah
- Klien mata (+)
- Klien berbicara -berbicara sendiri
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dan pendengaran
Tujuan
Melakukan kegiatan harian/aktifitas
Minum obat secara teratur
3. Tindakan keperawatan
Mengajarkan klien untuk melakukan jadwal harian / beraktifitas
Menganjurkan klien minum obat secara teratur
2. Evaluasi
Bagaiman perasaan ibu saat ini?
Bagaimana tidurnya semalam?
Apakah ada keluhan?
3. Validasi
Klien sudah mampu mengingat jadwal harian yang diberikan dan pengajaran untuk
meminum obat secara teratur
4. Kontrak
Topik dan tujuan : seperti janji kita , sekarang saya akan memberikan edukasi cara agara
dapat meminum obat dengan teratur dan mengatur kegiatan jdwal harian ibu
Waktu
Kita akan berbincang kurang lebih 20 menit
Tempat
Kita akan berbincang diruangan tempat makan 10.00