Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. S.

T DENGAN SKIZOFRENIA
PARANOID DI PROF.DR.V.L RATUMBUYSANG
MANADO SULAWESI UTARA

Ns. Lenny Ganika, M.Kep

OLEH :
RAFLI SURYANTO MANGGOPA, S.kep
210141040016

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MANADO 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasi

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera. Halusinasi
merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi
palsu (Maramis, 2019).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2019). Dari
beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka pen ulis
mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2018), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti :
darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
e. Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa
mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
g. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena
atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
h. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2019):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi
klien sangat membahayakan.

4. Tanda dan Gejala


Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan
pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba
marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati
sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang
dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
(Budi Anna Keliat, 2018) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

5. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2016), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis
yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.

6. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2016).
Menurut Stuart (2016), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

7. Penyebab
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss berat yang
mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend, M.C, 2018). Menurut
Carpetino, L.J (2017) isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan
Heacock, P.E (2016), isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi
dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku (Carpentino, L.J 2016) :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan
b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial
c. Mengungkapkan perasaan tak berguna
Data objektif :
a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama
b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk
d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri
e. Kurang aktivitas
f. Wajah tampak murung dan sedih
g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain

8. Akibat
9. Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2016). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana
seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri
sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar
terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik
secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau
hiasan dinding, majalah dan permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi
yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus
mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien
yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang
ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga,
bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke
kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan
dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang
mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan
tidak bertentangan.
d. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Masalah utama : Klien mengatakan melihat Tampak bicara dan ketawa
gangguan persepsi atau mendengar sesuatu. sendiri.
sensori halusinasi Klien tidak mampu Mulut seperti bicara tapi
mengenal tempat, waktu, tidak keluar suara.
orang. Berhenti bicara seolah
mendengar atau melihat
sesuatu. Gerakan mata yang
cepat.

Klien mengatakan merasa Tidak tahan terhadap kontak


2. Isolasi sosial : menarik kesepian. yang lama.
diri Klien mengatakan tidak Tidak konsentrasi dan
dapat berhubungan sosial. pikiran mudah beralih saat
Klien mengatakan tidak bicara.
berguna. Tidak ada kontak mata.
Ekspresi wajah murung,
sedih.
Tampak larut dalam pikiran
dan ingatannya sendiri.
Kurang aktivitas.
Tidak komunikatif.

Wajah klien tampak tegang,


Klien mengungkapkan takut. merah.
Klien mengungkapkan apa Mata merah dan melotot.
3. Resiko mencederai diri yang dilihat dan didengar Rahang mengatup.
sendiri dan orang lain mengancam dan Tangan mengepal.
membuatnya takut. Mondar mandir.
e. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


Orang lain dan lingkungan Akibat

Core
Problem Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi sosial menarik diri Cause

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 2006)

f. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :
1. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi
2. Isolasi sosial: Menarik Diri
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

g. FOKUS INTERVENSI
A. Tinjauan Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat professional atau ners
mealui kerjasama yang bersifat kolaboratif, baik dengan klien maupun tenaga kesehatan
lain, dalam upaya untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan termasuk praktik
keperawatan individu dan berkelompok.
Standar praktik professional terdiri dari lima tahap standar yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Kemampuan perawat yang diharapkan dalam pengumpulan data diantaranya
memiliki kesaaran/tilik diri, kemampuan mengobservasi dengan akurat, komunikasi
terapeutik, dan mampu berespon secara efektif. Data yang dikumpulkan pada
pengkajian untuk proses keperawatan jiwa yaitu bilogis, psikologis, sosial dan
spiritual. Pengelompokan data dibagi dengan faktor redisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber kping, dan kemampuan koping yang dimiliki
dengan dimensi meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial, spiritual, dan kultural.
2. Diaknosis Keperawatan
3. Merupakan fase ke dua dalam proses keperawatan dimana terjadi proses
menganalisis pengkajian untuk menginterptretasikan data untuk merumuskan
diagnosis keperawatan.
4. Perencanaan keperawatan
Yaitu proses pembuatan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan dan meningkatkan kesehatan lain. Perencanaan dikembangkan berdasarkan
diagnosis keperawatan yang terdiri dari prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan. Rencana tindakakn keperawatan sendiri terdiri dari tujuan umum, tujuan
khusus dan rencana tindakan keperawatan.
5. Implementasi/ Tindakan Keperawatan
Proses dimana perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
partisipasi klien dalam tindakan keperawatan pada hasil yang diharapkan.
6. Evaluasi Keperawatan
Merupakan prosis mengevaluasi perkembangan kesehatan terhadap tindakan dalam
mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan merevisi data
dasar dan perencanaan. Proses ini berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien dan keluarga agar data melihat perubahan dan berupa upaya
mempertahankan.
B. Peran Perawat
1. Peran Perawat dalam model psychoanalytical
Yaitu perawat melakukan pengkajian keadaan traumatic atau stressor yang dianggap
bermakna pada masalalunya seperti menjadi korban perilaku kekerasan fisik, sosial,
emosional maupun seksual dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik.
Efektivitas dari asuhan keperawatan sendiri tergantung pada pengkajian yang
berulang-ulang.

2. Peran Perawat dalam Terapi


a. Share anxieties atau berbagi pengalaman mengenai apa-apa saja yang dirasakan oleh
klien dana pa yang membuat klien menjadi cemas saat berhubungan dengan orang
lain.
b. Therapist use empathy and relationship bersikap empati dan turut merasakan apa-apa
yang dirasakan oleh klien. Perawat emberikan respon verbal yang mendorong
munculnya rasa aman untuk klien dalam berhubungan dengan orang lain.

3. Peran Perawat dalam Mode Medical


Adalah melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi,
laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnosa, dan menentukan jenis
pendekatan terapi yang digunakan dimana medical model ini terus mengeksplorasi
penyebab gangguan jiwa secara ilmiah.

4. Peran Perawat dalam pemberian obat psikofarmaka


Meliputi pengkajian klien, koordinasi terapi modalitas, pemberian piranti
psikofarmakologik, pemantauan efek obat, pendidikan klien, program rumatan obat,
dan peran serta dalam penelitian klinik interdisiplin terhadap uji coba obat.
5. Peran Perawat dalam memberikan asukhan keperawatan
6. Perawat berperan untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan jiwa secara komperhensif dan holistic yaitu meiputi aspek bip psiko sosio
spiritual dri klien.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa Refika Aditama : Jakarta


Keliat, B.A dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC
Videbeck, S. L. (2015). Buku Ajar keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental Health Nursing)
Terjemahan. Jakarta: EGC.
Subu, M. A., Holmes, D., & Elliot, J. (2016). Stigmatisasi dan Perilaku Kekerasan pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Indonesia. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 19(3), 191– 199.
Zahnia, Siti, & Sumekar, D. . (2016). Epidemiologis Skizofrenia. Medical Journal of
Lampung University, 5(4), 162–163.
Sutejo. 2017. Konsep dan Prakti Asuhan Keperawatan Kesehatan jiwa : Gangguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.
Yudhantara, D. S., & Istiqomah, R. 2018. Sinopsos Skizfrenia untuk Mahasiswa Kedokteran.
Malang : UB Press.
Sovitriana, R. 2019. Dinamika Psikologis Kasus Penderita Skizofrenia. Ponorogo : Uwais
Inspirasi Indonesia.
Rabba, E. P., Dahrianis., & Fauf, S. P. 2014. Hubungan Antara Pasien Halusinasi
Pendengaran Terhada Resiko Perilaku Kekerasan Diruang Kenari RS Khusus
Daerah Provinsi Sul-Sel. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.
Rina, S. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan
Isolasi SOsial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Universitas Muhamadiyah
Ponorogo.
Mubin, M. F., & Livana, P. H. (2019). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan
Kekambuhan Pasien Skizofrenia Paranoid. Jurnal Farmasetis, 8(1), 21-24.
http://journal.stikeskendal.ac.id/inde x.php/far/article/view/493
Stuart, G.W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 5. EGC, Jakart
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN RAWAT: Maengket TANGGAL DIRAWAT : November 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. S.T (P) Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2022
Umur : 56 tahun
Informan : Ny. S.T

I. ALASAN MASUK/KONDISI SAAT INI


Klien mengatakan dimana sering melamun sendiri, pandangan kosong, tidak
memikirkan apa-apa, sering melihat bayangan hitam dan ketakutan.

II. FAKTOR PRESIPITASI


1. Riwayat gejala dan penyebab timbulnya gejala gangguan/masalah kesehatan
jiwa saat ini
Awalnya Ny. S.T tidak mengalami masalah gangguan jiwa tapi dikarenakan
adanya masalah dalam rumah tangga dan tidak mampu menghadi stresor tersebut
sehingga klien mengalami gangguan jiwa.
2. Upaya yang telah dilakukan dan hasilnya
Ny. A.P mengatakan pertama kali dibawah ke RS bulan November tahun 2021
sampai saat ini klien masih dirawat karena kondisi klien masih belum membaik.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya  Tidak
2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil X kurang berhasil X tidak berhasil x

3. Pernah mengalami gangguan kesehatan fisik dimasa lalu? Ya X Tidak X

4. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


X X X X X X
Aniaya fisik
X X X X X X
Aniaya seksual

XPenolakan X X X X X X

XKekerasan dalam keluarga X X X X X X

X X X X X X
Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 :

5. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

/masalah kesehatan jiwa Ya Tidak √

Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawaran

Jelaskan :

6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : masalah rumah tangga

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 130/80 mmHg N : 80 x/menit S : 36o C P : 18 x/menit
2. Ukur : TB : BB :

3. Keluhan fisik : Ya X Tidak

Jelaskan :

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

2. Konsep diri

a Gambaran diri : klien mengatakan didalam tubuhnya dan diseluruh anggota tubuhnya
tidak ada yang tidak disukai oleh klien, semua anggota tubuh disenangi
klien
b. Identitas : Klien mengatakan selalu merasa puas dengan dirinya sebagai ibu
c. Peran : di dalam keluarga klien selalu melakukan perannya sebagai IRT
d. Ideal diri : klien mempunyai harapan agar bisa cepat sembuh dan pulang ke
rumah agar bisa memasak untuk keluarganya
e. Harga diri : klien juga sering bersosialisasi dengan orang lain dan teman dekatnya.
Klien mengatakan tidak tahu pendapat orang lain tentang klien.

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : Klien mengatakan bahwa klien mempunyai teman dekat yaitu

tempat bercerita , curhat-curhatan, dan tempat mengadu tentang

masalah klien.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien selalu berperan aktif didalam

Rumah sakit.

c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : tidak ada hambatan untuk klien

berhubungan dengan masyarakat

lain.

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan beragama kristen katolik

b. Kegiatan ibadah : selalu mengikuti ibadah di rumah sakit

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti


tidak sesuai biasanya

Jelaskan : klien berpenampilan rapih dan sesuai

2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan


Jelaskan : klien berbicara dengan nada jelas dan menjawab pertanyan dengan sesuai

3. Aktivitas Motorik:

Lesu Tegang √ Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : terlihat klien ingin segera mengakhiri pembicaraan

4. Alam perasaaan

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : tidak jelas, kadang ketakutan, khawatir dan gembira


5. Afek

Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai

Jelaskan : tidak menentu

6. lnteraksi selama wawancara

bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) √ Defensif Curiga

Jelaskan : tidak sesuai pertanyaan dan jawaban yang diberikan

7. Persepsi


Pendengaran √ Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien selalu melihat bayangan hitam dan sering berbicara dengan bayangan hitam

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

√ flight of idea blocking pengulangan


pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : sering melompat ke topik lain dan tidak logis


9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria


depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

WahamAgama Somatik Kebesaran Curiga

nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : tidak ada masalah

10. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan : tidak ada masalah

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : klien lupa kapan terakhir dibawah ke rumah sakit

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

mudah beralih √ tidak mampu konsentrasi Tidak mampu


berhitung sederhana

Jelaskan : lambat dan sering berlompat

13. Kemampuan penilaian

√ Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : Klien masih bisa memilih mandi atau makan dahulu

14. Daya tilik diri/insight

√ mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : klien tidak tahu kalau sedang sakit gangguan jiwa


VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantual total

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : Klien mampu melakukan aktifitas dengan mandiri

5. Istirahat dan tidur

X Tidur siang lama : s/d

√ Tidur malam lama : 21.00 s/d 06.00

√ Kegiatan sebelum / sesudah tidur : Berdoa dan merapikan tempat tidur

Apakah ada gangguan tidur

Jelaskan : Tidak ada gangguan tidur

6. Kemampuan klien dalam :

Mengantisipasi kebutuhan sendiri


√ Ya Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
Ya √ Tidak
Mengatur penggunaan obat:
√ Ya Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri:
Ya √ Tidak

Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) :


√ Ya Tidak

Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri


Ya √ Tidak

Jelaskan : pengaturan makan, obat dan kesehatan di atur oleh petugas rumah sakit
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan √ Ya tidak

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif √ menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya Lainnya :

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik

Masalah dengan pendidikan, spesifik


Masalah dengan pekerjaan, spesifik

Masalah dengan perumahan, spesifik

Masalah ekonomi, spesifik

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik

√ Masalah lainnya, spesifik

Jelaskan : klien mengatakan adanya masalah rumah tangga tapi tidak dijelaskan, klien
tertutup

X. Pengetahuan Kurang Tentang:

Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik


Koping obat-obatan

Lainnya :

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid


Terapi Medik : Trihexipenidil 2mg 3x1, Risperidon 2mg 3x1, Asam Folat 3x1
ANALISA DATA

DATA FOKUS MASALAH KEPERAWTAN


DS :
- Klien mengatakan selalu melihat
bayangan hitam dan sering berbicara
dengan bayangan hitam dan
memanggilnya.
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran dan penglihatan
DO :
- Klien tampak gelisah, bingung dan
tiba – tiba tertawa dan bernyanyi
- Klien tampak ketakutan ketika
melihat bayangan hitam yang
muncul seperti orang yang sudah
meninggal

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan penglihatan


DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWTAN
1 Gangguan persepsi sensori : Klien mampu SP 1
halusinasi pendengaran dan mengontrol halusinasi 1) Mengidentifikasi jenis halusinasi 1) Mengetahui jenis halusinasi
penglihatan sesuai strategi pasien. 2) Mengetahui isi halusinasi
pelaksanaan tindakan 2) Mengidentifikasi isi halusinasi 3) Mengetahui waktu
meperawatan 3) Mengidentifikasi waktu halusinasi halusinasi
4) Mengidentifikasi frekuensi 4) Mengetahui frekuensi
halusinasi halusinasi
5) Mengidentifikasi situasi yang 5) Mengetahui situasi
menimbulkan halusinasi halusinasi
6) Mengidentifikasi respon pasien 6) Mengetahui respon klien
terhadap halusinasi 7) Mengalihkan perhatian
7) Mengajarkan pasien menghardik 8) Mengalihkan dan
halusinasi menghilangkan halusinasi
8) Menganjurkan pasien memasukkan
cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
SP 2
1) Mengendalikan halusinasi
1) Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap –
cakap dengan orang lain
2) Menganjurkan pasien memasukkan 2) Mengendalikan halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
1) Mengendalikan halusinasi
1) Melatih pasien mengendalikan
2) Mengendalikan halusinasi
halusinasi dengan melakukan
kegiatan
2) Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP 4 1) Mengingatkan jadwal
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan kegiatan
harian pasien 2) Mengobati sakit klien
2) Memberikan penkes tentang
penggunaan obat secara teratur 3) Mengendalikan halusinasi
3) Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


Rabu/25 Mei 2022 SP 1 S:
1. Membantu klien mengenal halusinasi (isi, waktu, frekuensi, situasi - Klien mengatakan isi halusinasinya berisi
pencetus, perasaan saat terjadi). suara yang memanggil dan melihat
2. Melatih pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara bayangan hitam yang menyerupai manusia
menghardik. yang meninggal, terjadi jika klien sendiri
dan ketika klien mau tidur, klien merasa
gelisah dan takut ketika suara dan
bayangan itu datang.
O:
- klien mengikuti peragaan cara
menghardik.
- klien tampak mengerti dengan
penjelasan perawat dan senang.

A : Klien mampu dan mengerti cara


menghardik halusinasi.
P : melanjutkan ke-SP 2.
Kamis/26 Mei 2022 SP 2 S :Klien sudah bisa melakukan sesuai yang
diajarkan dengan bercakap – cakap dengan
1. melatih pasien dalam mengendalikan halusinasi dengan bercakap teman kamarnya.
– cakap dengan orang lain. O:
2. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. - Klien kooperatif
- Kontak mata (+)
- Tidak gelisah
A : Klien sudah bisa melakukan cara kedua
yaitu dengan cara bercakap – cakap
dengan orang lain.
P : Melanjutkan dengan SP 3 dan SP 4.

Jumat/27 Mei 2022 SP 3 S:


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. - Klien mengatakan mampu melakukan
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan aktifitas/kegiatan sehari – hari untuk
kegiatan. mengendalikan halusinasinya.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. - Klien mengatakan akan minum obat
secara teratur.
SP 4 O:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. - Klien tampak tenang.
2. Memberikan penkes tentang penggunaan obat secara teratur. - Klien tampak kooperatif.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. A:
- Klien mampu menjelaskan kegiatan
hariannya.
- Klien mampu minum obat dengan
teratur.
P : Pertahankan tindakan dan mendorong
klien melakukan SP 1 – SP 2.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
SKIZOFRENIA PARANOID
SP I

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
Ds :
- Klien mengatakan sering mendengar suara – suara bisikan yang
memanggil klien.
- Klien juga mengatakan sering melihat bayangan – bayangan di sekitar,
bayangan berwarna hitam yang membentuk manusia yang sudah
meninggal.

Do :
- Kontak mata baik
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak bingung
- Klien tampak gembira
- Klien tampak sedih

2. Diagnosa keperawatan :
- Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
- Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan

Tujuan khusus :
- Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien.
- Mengidentifikasi isi halusinasi
- Mengidentifikasi waktu halusinasi
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
- Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
- Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian

3. Tindakan keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi traupetik
- Bantu klien mengenal jenis halusinasi
- Bantu klien mengungkapkan isi halusinasi
- Bantu klien mengetahui frekuensi halusinasi
- Bantu klien merespon terhadap halusinasi
- Ajarkan klien menghardik halusinasinya
- Anjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


Fase orientasi:
1. Salam traupetik
Selamat pagi ibu? Perkenalkan nama saya Rafli Manggopa, bisa di panggil Api’. Saya
mahasiswa Profesi Ners Unsrat Manado. Saya sedang praktek disini selama kurang
lebih 7 hari. Boleh saya tau nama ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?

2. Evaluasi
Ibu bagaimana perasaan ibu hari ini?
Bagaimana tidurnya semalam?
Adakah masalah yang membuat ibu gelisah/tidak?

3. Validasi
Klien mampu mengungkapkan isi jenis, frekuensi, waktu halusinasi.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

4. Kontrak
Topik dan tujuan
Apakah ibu tidak keberatan mengobrol dengan saya? Menurut ibu sebaiknya kita
mengobrol apa saja? Bagaimana kalau kita mengobrol tentang apa yang ibu rasakan
dan ibu dengar tentang suara dan tentang apa yang ibu lihat selama ini?

Waktu
Ibu kira-kira berapa lama kita bisa mengobrol? Bagaimana kira-kira 20 menit bisa ibu?

Tempat
Dimana kita bisa mengobrol? Bagaimana kalau duduk ditampat makan?

Fase keraja : (Langkah-langka tindakan keperawatan)


Ibu gimana apakah ibu mendengar suara-suara? Jika ada, apakah yang dikatakan suara
itu? Apakah ibu melihat sesuatu, bayangan, atau bentuk apapun yang mengganggu
ibu? Jika ya, seperti apa kelihatannya? Apakah terus menerus terlihat dan
terdengar? Atau ada waktu tertentu saja? Seberapa sering ibu melihat dan
mendengarnya?
Apa yang ibu rasakan saat mengalami itu? Apa yang ibu lakukan? Bagaimana kalau
kita belajar cara mencegah/menghardik suara-suara dan bayangan itu agar tidak
muncul?
Pertama dengan cara menghardik suara tersebut, kedua denga cara bercakap’cakap,
ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan keempat minum obat secara
teratur.
Bagaimana kalau kita belajar satu dulu yaitu denga cara menghardik. Caranya: saat
suara itu muncul langsung ibu tutup telinga dan katakan :Pergi, saya tidak mau
dengar, kamu suara palsu !” dan apabila ibu melihat sesuatu seperti
bayangan/makhluk, ibu tutup mata dan katakan :Pergi-pergi, saya tidak mau
melihat, kamu tidak nyata!”. Begitu diulang-ulang sampai suara dan bayangan itu
hilang.
Ayo…! Silahkan ibu coba. Iya… bagus itu sudah bisa. Sebaiknya latihan ini ibu
lakukan secara rutin, sehingga jika sewaktu-waktu halusinasi ini muncul ibu sudah
terbiasa.

Fase terminasi :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu dengan obrolan kita tadi?

Evaluasi objektif
Dapatkah ibu memperagakan cara menghardik yang kita lakukan tadi?

2. Rancana tindak lanjut klien


Jika suara-suara atau bayangan itu muncul lagi, silahkan ibu coba cara tersebut.
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya?

3. Rencana tindak lanjut perawat/kontrak yang akan datang


Topik : bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi tentang cara berbincang-bincang.
Waktu : kira-kira waktunya kapan? Bagaimana kalau besok jam 09.00?
Tempat : kira-kira tempat buat kita mengobrol besok bisa ditempat ini lagi?
Sampai jumpa besok. Selamat pagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
SKIZOFRENIA PARANOID
SP II

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
Ds : klien mengatakan masih mendengar dan melihat bisikan-bisikan yang
memanggilnya.

Do :
- Klien tampak gelisah
- Klien mata (+)
- Klien berbicara – beribicara sendiri
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dan pendengaran

Tujuan
Bercakap – cakap dengan teman sekamar atau dengan petugas rumah sakit

3. Tindakan keperawatan
Melatih klien bercakap-cakap dengan orang lain

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


Fase orientasi
1. Salam traupetik
Selamat pagi ibu, ibu masih ingat dengan saya? Iya benar saya yang kemarin datang
bercakap-cakap dengan ibu S. hari ini saya akan bercakap-cakap lagi dengan ibu
tetapi sudah berbeda dari kemarin, namun sebelumnya saya mau tanya kembali yang
saya ajrkan kemarin.
2. Evaluasi
Bagaiman perasaan ibu saat ini ?
Bagaimana tidur tadi malam?
Apakah ada keluhan tidak?

3. Validasi
klien mampu melakukan apa yang diajarkan yaitu bercakap-cakao

4. Kontrak
Topik dan tujuan
Seperti janji kita kemarin, kita sekarang berbincang-bincang tentang suara-suara yang
sering ibu dengar agar bisa dikendalikan dengan bercakap-cakap.
Wktu
Kita akan berbincang kurang lebih 20 menit.
Tempat
Kita akan berbincang-bincang diruangan makan ya bu, jam 09.00

Fase kerja : (Langkah-langkah tindakan keperawatan)


Selamat pagi ibu, bagaimana kabar hari ini? Masih suka dengar-dengar atau lihat-lihat
sesuatu tidak? Jadi kalau ibu masih suka dengar-dengar suara bisikan atau melihat
bayangan-bayangan tidak nyata, apa yang ibu lakukan? Apa yang saya ajarkan
dipertemuan sebelumnya kemarin? Apakah sudah dilakukan atau belum? Baik
kalalau sudah dilakukan.
Saat ini saya akan mengajarkan satu cara lagi yaitu cara kedua dengan bercakap-cakap
bersama saya atau teman sekamar ibu. Jadi bagaimana, apakah ibu bisa bersedia?
Saya harap ibu bisa lakukan apa yang saya ajarakan hari ini yaitu dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain jika ibu mendengar atau melihat bayangan palsu
itu.
Oke kalau begitu ibu akan melakukannya nanti, kalau begitu kita sampai disini dulu.
Kita akan bertemu lagi besok dipertemuan selanjutnya untuk membicarakan cara-cara
selanjutnya.

Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif : tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali
ibu mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan ibu setelah
berbincang-bincang?

Evaluasi objektif : coba ibu jelaskaan lagi cara mengontrol halusinasi yang kedua?

2. Rencana tindak lanjut klien


Menjadwalkan kegiatan harian klien dan edukasi untuk minum obat secara teratur.

3. Rencana tindak lanjut perawata/kontrak yang akan datang


Topik : cara mengontrol halusinasi dengan menjadwalakan kegiatan harian dan
mengajarakan cara minum obat dengan teratur
Waktu : nanti kita akan mengobrol lagi besok jam 09.00.
Tempat : besok kita berbincang-bincang disini. Terimaksih ibu sudah mau berbincang-
bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
SKIZOFRENIA PARANOID
SP III DAN SP IV

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Ds : klien mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan dan melihat bayangan hitam
Do :
- Klien tampak gelisah
- Klien mata (+)
- Klien berbicara -berbicara sendiri

2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dan pendengaran

Tujuan
Melakukan kegiatan harian/aktifitas
Minum obat secara teratur

3. Tindakan keperawatan
Mengajarkan klien untuk melakukan jadwal harian / beraktifitas
Menganjurkan klien minum obat secara teratur

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


Fase orientasi
1. Salam traupetik
Selamat pagi ibu,… ibu masih mengingata saya? Iya benas saya yang kemarin datang
bercakap-cakap dengan ibu S. hari ini saya akan berbincang lagi dengan ibu tetapi
sudah beda dari kemarin, namun sebelumnya saya mau tanya kembali yang saya
ajarkan !

2. Evaluasi
Bagaiman perasaan ibu saat ini?
Bagaimana tidurnya semalam?
Apakah ada keluhan?

3. Validasi
Klien sudah mampu mengingat jadwal harian yang diberikan dan pengajaran untuk
meminum obat secara teratur

4. Kontrak
Topik dan tujuan : seperti janji kita , sekarang saya akan memberikan edukasi cara agara
dapat meminum obat dengan teratur dan mengatur kegiatan jdwal harian ibu
Waktu
Kita akan berbincang kurang lebih 20 menit
Tempat
Kita akan berbincang diruangan tempat makan 10.00

Fase kerja : (Langkah – langkah tindakan keperawatan


Selamat pagi ibu,.. bagaimana kabar hari ini? Masih melihat dan mendengar sesuatu yang
tidak nyata? Apa yang saya ajrakan di pertemuan sebelumnya? Apakah sudah dapat
dilakukan dalam kegiatan harian ibu? Baik kalau sudah dilakukan.
Saat ini saya akan mengajarakan cara lain yaitu dengan melakukan aktifitas/kegiatan
yang ibu senangi, dan juga dengan minum obat secara teratur.
Kalau begitu pertemuan kita saat ini sudah selesai.
Kita akan bertemu lagi besok dipertemuan selanjutnya untuk mengobrol-ngobrol.
Fase terminasi :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif : bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap mengenai obat
dan kegiatan harian ibu?
Evluasi objektif : coba ibu sebutkan kembali obat-obat yang ibu konsumsi dan kegiatan
harian ibu? Ya benar sekali! Dan lakukan apa saja yang saya sudah ajarakan dihari
sebelumnya?

2. Rencana tindak lanjut klien


Baiklah ibu, bagaimana kalau besok kita mendiskusikan lebih dalam lagi tentang apa
yang sebelumnya belum ibu pahami?

3. Rencana tindak lanjut perawat/kontrak yang akan datang


Topik : mendiskusikan apa yang belum dipahami
Waktu : kita bertemu ditempat ini pukul 10.00
Tempat ; bagaimana kalau kita bertemu diruangan depan kamar ? baik. Sampai jumpa

Anda mungkin juga menyukai