Oleh:
Salsa Adelia Rahmadani (2111166312)
PROGRAM B
FAKULTAS KEPERERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
1. MENYUSUN HIPOTESIS PENELITIAN
a. Pengalaman praktik
Diagnosis keperawatan bisa menjadi suatu dasar pengembangan
hipotesis. Misal, hubungan teoretis yang diidentifikasi Orem tahun
1985 dalam Polit & Back (2012), tentang teori perawatan diri dan
kurangnya kebersihan dalam melakukan perawatan luka sehubungan
dengan adanya nyeri pada sendi dan keterbatasan pergerakan/
mobilitas. Pertama, kita dapat menguji tentang efektivitas dari
tindakan dalam mengurangi nyeri sendi dan meningkatkan mobilitas
dan dampak perawatan individual. Contoh penulisan hipotesis
meliputi: Klien artritis yang menggunakan pengobatan relaksasi akan
mengalami penurunan rasa nyeri dan membutuhkan waktu yang relatif
lebih sedikit dalam pengobatannya dibandingkan dengan klien yang
tidak mendapatkan terapi relaksasi.
b. Teori
Hubungan yang digunakan dalam suatu teori dapat menjadi dasar
penyusunan hipotesis. Jika seorang peneliti tertarik melakukan
pengujian terhadap suatu pernyataan dalam teori, akan membawa
pengaruh yang besar terhadap perkembangan praktik perawatan.
c. Kajian literatur
Pada kajian literatur, peneliti menganalisis dan mensintesis hasil dari
berbagai penelitian. Hubungan yang diidentifikasi dari sintesis dalam
suatu penemuan sangat berguna untuk penyusunan hipotesis.
Nursalam tahun 2007, meneliti pengaruh pendakatan Asuhan
keperawatan terhadap respons pasien terinfeksi HIV and AIDS,
hipotesis yang digunakan berdasarkan konsep teori
Psikoneuroimunologi dan Adaptasi.
1.4 Tipe Hipotesis
Perbedaan tipe hubungan dan jumlah variabel diidentifikasi dalam
hipotesis. Penelitian mungkin mempunyai satu, tiga, atau lebih hipotesis,
bergantung pada kompleksnya suatu penelitian.
a. Hipotesis nol (H0 ) adalah hipotesis yang digunakan untuk
pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat
sederhana atau kompleks dan bersifat sebab atau akibat. Misal
pengaruh teori adaptasi terhadap perbaikan kinerja perawat anak.
Maka dalam Ho; tidak adanya pengaruh penerapan teori adaptasi
dalam asuhan keperawatan terhadap perbaikan kinerja perawat anak.
b. Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hoptesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara
dua atau lebih variabel. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut
dapat sederhana atau kompleks, dan bersifat sebab-akibat. Misalnya,
ada pengaruh antara senam nifas dan proses involusi pada ibu
pascasalin. Ada perbedaan tingkat kecemasan antara klien laki-laki
dan perempuan pada infark miokard akut (IMA).
a) Biaya. Jika kita ingin meneliti pada populasi suku Madura, maka
peneliti harus belajar budaya dan bahasa Dayak agar dapat terjadi
interaksi dengan baik. Keadaan tersebut memerlukan waktu yang lama
sehingga juga memerlukan biaya tambahan.
b) Praktik. Kesulitan dalam melibatkan populasi sebagai subjek karena
berasal dari daerah yang sulit dijangkau (misalnya, masyarakat Dayak
yang tinggal terpencil di pegunungan).
c) Kemampuan orang untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kondisi
kesehatan seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan
pertimbangan dalam penentuan populasi. Misalnya orang dengan
gangguan mental, tidak sadar, dan kondisi mental yang tidak stabil perlu
dikeluarkan sebagai kriteria populasi.
d) Pertimbangan rancangan penelitian. Pada penelitian dengan
menggunakan rancangan eksperimen, maka diperlukan populasi yang
mempunyai kriteria homogenitas dalam upaya untuk mengendalikan
variabel random, perancu, dan variabel lainnya yang akan mengganggu
dalam penelitian.
Penggunaan kriteria tersebut dapat digunakan untuk mendefinisikan
suatu populasi dalam penelitian dan mempunyai dampak dalam
menginterpretasi dan melakukan generalisasi hasil.
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses
menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.
a. Syarat-syarat sampel
Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel,
yaitu representatif (mewakili) dan (2) sampel harus cukup banyak.
1) Representatif
Sampel yang representatif adalah sampel yang dapat mewakili populasi
yang ada. Untuk memperoleh hasil/kesimpulan penelitian yang
menggambarkan keadaan populasi penelitian, maka sampel yang
diambil harus mewakili populasi yang ada. Untuk itu dalam “sampling”
harus direncanakan dan jangan asal saat mengambil sampel. Misalnya,
kita ingin meneliti hubungan antara pengetahuan klien dan ketaatan diet
pada klien diabetes. Dasar pendidikan klien ada yang tidak sekolah,
tidak lulus SD, Lulus SD, SMP, SMU, akademi, perguruan tinggi, dan
lain-lain. Semua tingkat pendidikan tersebut harus terdapat dalam
sampel. Istilahnya terwakili dalam sampel penelitian kalau semua
tingkat pendidikan klien yang ada dalam populasi telah terwakili.
2) Sampel harus cukup banyak
Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin akan lebih
representatif. Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah terwakili,
kalau jumlahnya kurang memenuhi, maka kesimpulan hasil penelitian
kurang atau bahkan tidak bisa memberikan gambaran tentang populasi
yang sesungguhnya. Sebenarnya tidak ada pedoman umum yang
digunakan untuk menentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian.
Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan
ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri. Polit dan Hungler (1999)
menyatakan bahwa semakin besar sampel yang dipergunakan semakin
baik dan representatif hasil yang diperoleh. Dengan kata lain semakin
besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan. Prinsip umum
yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian digunakan jumlah
sampel sebanyak mungkin. Namun demikian, penggunaan sampel
sebesar 10%–20% untuk subjek dengan jumlah lebih dari 1000
dipandang sudah cukup. Makin kecil jumlah populasi, persentasi sampel
harus semakin besar. Terdapat beberapa rumus yang dapat
dipergunakan untuk menentukan besar sampel.
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995 & Nursalam,
2008). Cara pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
probability sampling dan nonprobability sampling.
b. Nonprobability sampling