Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK H DENGAN DIAGNOSA

SIMPLEXS FEBRILE SEIZURE DI RUANG AL IKHLAS

DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun oleh:
MUHAMMAD TEDDY NUGRAHA
1910206090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Simplex Febrile Seizure


Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau anak yang
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam terjadi pada usia 6
bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau
> 3 tahun. Suhu tubuh yang tinggi dapat menimbulkan kejang, ada anak yang
mempunyai ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedangkan
pada anak yang ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C atau
lebih (Pudiastuti, 2011). Kejang demam adalah perubahan aktifitas motorik dan
behaviour yang bersifat paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya
aktifitas listrik abnormal diotak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagdo,
2011). Kejang demam adalah kejang bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
suhu rektum (dubur) diatas 38°C. Kejang yang berhubungan dengan demam (suhu diatas
38,4°C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut
(Anurogo, 2013). Bedasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Kejang
demam adalah kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang
mengalami kenaikan suhu tubuh dari 38°C sampai 40°C tanpa adanya infeksi susunan
saraf pusat atau gangguan elektrolit akut.

B. Etiologi SimplexFebrile Seizure


Kejang demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial atau
ekstrakranium seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis. Penyakit virus merupakan
penyebab utama kejang demam. Kepustakaan terbaru menunjukan keterlibatan human
herpes simplex virus 6 (HHSV-6) sebagai penyebab timbulnya roseola pada 20% dari
sekelompok klien yang datang dengan kejang demam mereka yang pertama. Genetik
juga merupakan penyebab dari kejang demam, kejang demam cenderung terjadi pada
keluarga. Bila anak terkena kejang demam maka resiko saudara kandungnya terkena
adalah sebesar 10%. Kemungkinan ini menjadi 50% jika orangtuanya pernah menderita
kejang demam (Anurogo, 2012).
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu populasi
neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal otak dan juga
dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang terganggu. Kejang itu
sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang
membahayakan (Pudiastuti, 2011).
Menurut pendapat NANDA (2015), kejang demam disebabkan oleh hipertemia yang
muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umunya
berlangsung singkat dan mungkin terdapat predisposisi familial. Beberapa kejadian
kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang
non demam pada kehidupan selanjutnya. Beberapa faktor risiko berulang kejang yaitu :
a. Riwayat kejang dalam keluarga b. Usia kurang dari 18 bulan c. Tingginya suhu badan
sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang demam, semakin kecil kemungkinan
kejang demam akan berulang d. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak
antara mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar resiko kejang
demamberulang.

C. Klasifikasi
Menurut NANDA (2015), kejang demam dibagi kedalam 2 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile sizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik : Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya
berlangsung <15 menit, tidak berulang dalam waktu 24 jam atau hanya terjadi
sekali dalam 24 jam, kejang bersifat umum dan tonik-klonik dan tanpa
gerakan fokal, kejang ini tidak meningkatkan resiko kematian/kelumpuhan
atau retardasi mental, pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness).
b. Kejang demam kompleks (complexs febrile seizure), merupakan kejang
demam dengan karakteristik: Kejang demam berlangsung >15 menit, kejang
fokal/parsial satu sisi, kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

D. Maniestasi Klinis
Manifestasi klinis kejang demam, menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012)
adalah sebagai berikut :
a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C.
b. Timbulnya kejang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik.
Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun
tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan
persarafan.
c. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
d. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung.
Sedangkan gejala kejang demam sesuai klasifikasinya menurut NANDA
(2015) adalah sebagai berikut:

Kejang Karakteristik
Parsial Kesadaran utuh walaupun mungkin
berubah, fokus disatu bagian tetapi
dapat menyebar kebagian lain.
1. Parsial Sederhana  Dapat bersifat motorik
(gerakan abnormal unilateral),
sensorik (merasakan,
membaul, mendengar sesuatu
yang abnormal), automik
(takikardia, bradikardia,
takipneu, kemerahan, rasa
tidak enak di epigastrium),
psikik (disfagia, gangguan
daya ingat)
 Biasanya berlangsung kurang
dari 1 menit
2. Parsial Kompleks  Dimulai sebagai kejang parsial
sederhana berkembang
menjadi perubahan kesadaran
yang disertai oleh:
- Gejala motorik, gejala
sensorik, otomatisme
(mengecapkan bibir,
mengunyah, menarik-
menarik baju)
- Beberapa kejang parsial
kompleks mungkin
berkembang menjadi
kejang generalisata
- Biasanya berlangsung 1-3
menit.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012) dibagi
menjadi 2, yaitu :
a. Penatalaksanaan di Rumah Sakit Penatalaksanaan di Rumah Sakit dibagi menjadi 3
tahap, yaitu :
Pengobatan saat terjadi kejang
1) Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian: a) 5 mg untuk anak 3 tahun. b) 5 mg
untuk BB 10 kg c) 0,5-0,7 mg/kgBB/kali.
2) Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per
menit untuk menghindari depresi pernafasanan. Bila kejang berhenti sebelum
obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan
jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan
per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3) Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg
IM dan pasang ventilator bila perlu.
Setelah kejang berhenti
Bila Kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan
dengan pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk
mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa :
1) Antipiretik a) Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4
kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping
berupa hiperdosis. b) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali.
2) Antikonvulsan a) Berikan diazepam oral dosis 0.3-0.5 mg/kgBB setiap 8 jam
pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang. b) Diazepam rektal
dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari

Bila kejang berulang


Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan
dosis valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosi, sedangkan fenbobarbital
3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Indikasi untuk diberikan pengobatan
rumatan adalah : 1) Kejang lama 15 menit. 2) Anak mengalami kelainan
neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya hemiparise,
cerebral palsy, hidrocefalus. 3) Kejang fokal. 4) Bila ada keluarga sekandung
yang mengalami epilepsi.

b. Penatalaksanaan di Rumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka orang tua
atau pengasuh anak perlu diberi bekal untuk memberikan tindakan awal pada anak
yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain :
1) Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman
seperti dilantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda
berbahayas eperti gelas, pisau.
2) Posisi anak hiperekstensi pakaian dilonggarkan. Masukan sendok yang
dibalut dengan kain bersih kedalam mulut untuk mencegah lidah anak
tertekuk atau tergigit.
3) Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu dibuka supaya terjadi
pertugaran oksigen lingkungan.
4) Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh dirumah
menyediakan diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat

F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi Ketika kejang demam adalah: Retardasi mental, kerusakan
jaringan otak, epilepsi.
G. Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan luar kranial seperti tonsillitis, otitis media akut, bronchitis
penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang di hasilkan oleh
mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus sebagai tanda tubuh
mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu tubuh dihipotalamus akan
merangsang kenaikan suhu dibagian tubuh yang lain seperti otot, kulit, sehingga terjadi
peningkatan kontaraksi otot.
Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai
pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan protagladin. Pengeluaran mediator kimia ini
dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkat potensial inilah dapat
merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel.
Peristiwa ini lah yang diduga dapat menaikan fase dipolarisasi neuron dengan cepat sehingga
timbul kejang. Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan
respon kesadaran, otot ekstermitas maupun bronkus juga dapat mengalami spasma sehingga anak
berisiko terhapat injuri.
H. Pathway

Faktor-faktor infeksi pada bronkus, tonsil, telinga

Peningkatan suhu tubuh di hipotalamus dan jaringan

Pelepasan mediator kimia oleh neuron seperti prostaglandin dan epinefrin

Peningkatan masukan ion kalium dan ion natrium ke dalam neuron dengan
cepat

Metabolisme dasar Risiko tinggi gangguan Spase tonus, otot, lidah,


meningkat kebutuhan nutrisi mulut

O2 ke otak menurun

Kejang demam TIK meningkat Gangguan perfusi


jaringan

Kejang demam sederhana Kejang demam kompleks Risiko tinggi gangguan


tumbuh kembang

Risiko injuri Risiko kejang berulang

Sumber : Ilmu Kedokteran Anak, Jilid 2 Hal 847. Cetakan ke 9 2015. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI
FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama mahasiswa : Muhammad Teddy Nugraha


Tempat praktek : RS PKU Muhammadiyah Bantul
Tanggal pengkajian : 06 Juli 2020

I. DATA IDENTITAS
Nama : Haidar Putra Darmawan
Alamat : Bantul
Tempat /tanggal lahir : Bantul ,23-08-2014
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Nama ayah /ibu : Ny. B
Pekerjaan ayah : TNI
Pendidikan ayah : SMA
Pekerjaan ibu : IRT
Pendidikan ibu : SMA
RM : 103752xx
Dx : Simplex Febrile Seizure

II. KELUHAN UTAMA


1. Alasan utama dibawa ke rumah sakit
Anak H, laki-laki berumur 5 tahun 11 bulan datang dibawa oleh orang tuanya
ke UGD RS PKU Muhammadiyah Bantul tanggal 06 Juli 2020 pukul 16.00
wib dengan keluhan demam sudah 5 hari dan anak mengalami kejang demam
dengan suhu 39oC. Anak kejang <10 menit disertai mata mendelik keatas dan
tangan kakinya kaku. Pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum baik,
kesadaran koposmentis, suhu 39,3oC, nadi 120x/menit, RR 24x/menit,
konjingtia anemis,kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut sedikit
pucat, cubitan dinidng abdoen kembali segera, kapilarry refill kembali <2
detik, pemeriksaan lab tanggal 07 Juli 2020 12,80. leukosit 10,56. trombosit
232,1. monosit: 5,9.
III.RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
Lama kelahiran 38 minggu, tidak ada komplikasi kehamilan
b. Intranatal
Anak lahir dengan spontan, bb lahir 3500gr, Panjang 47.
c. Postnatal
Pemberian ASI sampai umur 26 bulan, imunisasi lengkap
2. Penyakit waktu kecil
Ibu mengatakan anak ada riwayat kejang demam, dan berobat 2 tahun.
3. Pernah dirawat di rumah sakit
Ibu mengatakan anak tidak pernah dirawat di RS.
4. Obat-obatan yang digunakan
Ibu mengatakan, pada saat anak demam 5 hari yang lalu, anak diperiksakan
ke praktik dokter dan diberi obat paracetamol dan diazepam. Dan anak sudah
diberikan pegobatan selama 2 tahun dengan obat Asam volproat.
5. Tindakan (operasi)
Ibu mengatakan anak tidak pernah mengalami Tindakan operasi
6. Alergi
Ibuprofen
7. Kecelakaan
Tidak pernah mengalami
8. Imunisasi yang telah didapatkan
Imunisasi lengkap

IV. RIWAYAT KELUARGA


1. Penyakit yang pernah/sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan/tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita anak)
Tidak ada
2. Gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (simbol dan 3 generasi)

Ket:

: Pasien/anak
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh anak dan alasannya
Anak diasuh oleh kedua orang tuanya.
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan anak dengan keluarga baik, ibu yang membawa anak ke RS.
3. Hubungan dengan teman sebaya
Tidak terkaji
4. Pembawaan secara umum (periang, pemalu, pendiam dan kebiasaan
menghisap jari, membawa gombal, ngompol)
Periang
5. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman keselamatan anak,
ventilasi, letak barang-barang, disertai dengan denah rumah)
Tidak terkaji
VI. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi metabolik
a. Pemberian ASI / PASI (jumlah minum, kekuatan menghisap)
Anak diberi ASI sampai umur 26 bulan
b. Makanan yang disukai / tidak disukai (jenis, selera makan baik frekuensi,
porsi makan, dan pola makan.
Anak suka makan sayur, pola makan 3x sehari.
c. Makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan
tambahan/vitamin
Makan 3x, minum 2,5 botol isi 600cc. Makanan dan minuman terkontrol
dan disediakan di rumah sakit.
d. Kebiasaan makan
Makan 3x sehari.
e. Alat makan yang digunakan
Anak makan disuap oleh orang tua.
f. BB lahir dan BB saat ini
BB lahir 3300 gr, dan BB sekarang 21 kg.
g. Masalah di kulit : kulit anak panas karna demam.
2. Pola istirahat tidur
Terkontrol,
3. Mandi
a. Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, di mana, sabun yang digunakan)
Terkontrol 3x sehari
b. Kebersihan sehari-hari
Terkontrol
4. Aktivitas
a. Aktivitas sehari-hari (jenis permaian, lama, teman bermain, penampilan
anak saat bermain, dll)
-
b. Tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, toleransi
-
c. Persepsi terhadap kekuatan ( kuat/lemah)
-
d. Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting, berpakaian, dll)
Mandi 3x sehari, Terkontrol
5. Eliminasi (BAK dan BAB)
a. Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak)
BAB dan BAK baik
b. Mengganti pakaian dalam / diapers (bayi)
Terkontrol
c. Pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah / hari, kekuatan
keluarnya uin, bau, warna )
BAK anak baik.
6. Kenyamanan:  Nyeri, skala……
Tidak terkaji
7. Pola kognitif – persepsi : Baik
8. Keamanan dan perlindungan: Pasien sudah diberikan manajemen pasien
safety.
 Resiko Jatuh, skor........

VII. KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosis medis
Simplex Febrile Seizure
2. Tgl masuk RS
07 Juli 2020
3. Tindakan operasi
Tidak ada
4. Status nutrisi/gizi
IMT (BB/TB2): 21 kg, 150 cm.
5. Status cairan: tidak terkaji
Input: 1200cc Output: 600 cc
6. Aktivitas (mandiri atau dibantu)
Mandiri
7. Hasil laboratorium
Tes laboratorium pada saat penurunan adalah sebagai berikut: Hb 12,8
Leukosit:10,56 Trombosit:232 Monosit: 5,9.
No. Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
3 HB (HEMOGLOBIN) 12.80 11-17
4 AL (LEUKOSIT) 10.56 4-11
5 DIFF EOSINOFIL 0.85 0-3
6 DIFF BASOFIL 0.54 0-1
7 DIFF SEGMEN 67.46* 40-70
8 DIFF LIMFOSIT 25.25* 20-40
9 DIFF MONOSIT 5.9 2-8
10 HMT (HEMATOKRIT) 37.40 32-52
11 AT (TROMBOSIT) 232.1 150-450

13 AE (ANTAL ERITROSIT) 4.53 3.5-5.5


18 GULA DARAH SEWAKTU 100* 80-120
19 HBSAG NON REAKTIF NON REAKTIF
20 HIV SCREENING NON REAKTIF NON REAKTIF

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


Data klinis : TB 150 cm BB (aktual/perkiraan) 21 kg, kesadaran :
composmentis
Suhu 39,40C, nadi 110, tekanan darah : 90/60, RR: 24x/menit.
a. Keadaan Umum
Composmentis, GCS E4M5V6
b. Kulit
Teraba panas, tidak ada pteki, turgor elastis dan tipis, CR <2 detik.
c. Kepala : Simetris
d. Mata : konjungtiva pucat, sklera putih.
e. Telinga : simetris, tidak tampak kotor, tidak ada serumen
f. Hidung : simetris
g. Mulut : membran mukosa bibir pucat
h. Tenggorok
Tonsil / pharinx :  DBN  meradang  dan lain-lain
i. Leher : simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
j. Dada
Bentuk :  simetris  Barrel chest  funnel chest  pigeone chest 
kifoskoliosis torakik  flail chest  benjolan  lain-lain
Retraksi dinding dada
k. Paru-paru :
Inspeksi :  stridor  RR: 65 x/min, irama pernapasan :  normal 
takipnea
 hiperventilasi  cheyne stoke  biots  dyspnea  retraksi intercostal/
supra : sternal  d’effort inspirasi/ekspirasi  orthopnoe
Palpasi :  NT  ekspansi pernapasan  taktil fremitus
Perkusi :  sonor  redup  pekak  timpani
Auskultasi : irama  teratur  suara napas  vesicular  brokho-vesikular 
bronkhial  trakeal  vokal resonans  normal  bronchophony 
pectoniloquy  egophony, suara tambahan  rales halus/ sedang/ kasar 
ronchi kering/ basah  pleural friction rub.
Jantung : normal
Infeksi : ictus cordis normal
Palpasi : perabaan ictus cordias normal
Auskultasi : irama jantung agak tinggi
l. Abdomen
Bentuk  simetris  tidak  defence muskuler  kembung  acties
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, tidak ada pembesaran hepar
m. Genitalia dan anus
Pemberian kateter
Penis :  normal  fimosis  hipospadia  discharge.....
Scrotum dan testis  normal  hernia  hidrokel  orkitis  peidedemitis 
varikokel  lain-lain...
Anus  pelebaran vena ani  prolap recti  fissura  fistula  atresia ani 
lain-lain....

n. Ekstremitas atas
Dipasang Infus iv di sebelah kiri.
IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (GUNAKAN
KPSP/DENVER)
1. Kemandirian dan bergaul
Tidak terkaji
2. Motorik halus
Tidak terkaji
3. Bernalar dan berbahasa
Tidak terkaji
4. Motorik kasar
Tidak terkaji
X. INFORMASI LAIN
Terapi Obat: RL:15 tpm, Sanmol 350mg/4 jam, Paracetamol 300g/jam,
Praxion Forte 250mg/5ml (3x6 ml/4-5 jam), Diazepam 2g 3x1 hari, Asam
Valproat 2x4ml, Cefixime trihydrate 2x5ml.

XI. RINGKASAN RIWAYAT KESEHATAN


Anak H, laki-laki berumur 5 tahun 11 bulan datang dibawa oleh orang tuanya
ke UGD RS PKU Muhammadiyah Bantul tanggal 06 Juli 2020 pukul 16.00 wib
dengan keluhan demam sudah 5 hari dan anak mengalami kejang demam dengan
suhu 39oC. Anak kejang <10 menit disertai mata mendelik keatas dan tangan
kakinya kaku. Pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum baik, kesadaran
koposmentis, TD: 90/60 mmhg suhu 39,3oC, nadi 120x/menit, RR 24x/menit,
konjingtia anemis,kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut sedikit
pucat, cubitan dinidng abdoen kebali segera, kapilarry refill kembali <2 detik,
pemeriksaan lab tanggal 07 Juli 2020 12,80. leukosit 10,56. trombosit 232,1.
monosit: 5,9.
Ibu mengatakan sebelum ke RS, anak diperiksakan ke praktik dokter terlebih
dahulu dan diberi obat paracetamol dan diazepam. Dan anak sudah diberikan
pegobatan selama 2 tahun dengan obat Asam volproat untuk mengatasi kejang.

ANALISIS DATA
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS: ibu mengatakan anak demam Penyakit, dan terjadi Hipertermi
dan panas sejak 5 hari yang lalu kenaikan suhu tubuh
dan disertai kejang.
DO:
- Kulit panas
- Pemeriksaan fisik didapatkan:
keadaan umum baik,
kesadaran koposmentis,
TD: 90/60 mmhg, suhu
39,3oC, nadi 120x/menit,
RR 24x/menit
- Pemeriksaan lab tanggal 07
Juli 2020 12,80. leukosit
10,56. trombosit 232,1.
monosit: 5,9.
DS: Riwayat kejang Ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Ibu mengatakan demam sudah 5
hari dan anak mengalami kejang
demam dengan suhu 39oC. Anak
kejang <10 menit disertai mata
mendelik keatas dan tangan
kakinya kaku.
DO:
- Pemeriksaan fisik didapatkan:
keadaan umum baik,
kesadaran koposmentis, suhu
39,3oC, nadi 120x/menit, RR
24x/menit, konjingtia
anemis,kelopak mata tidak
cekung, mukosa bibir dan
mulut sedikit pucat, cubitan
dinidng abdoen kebali segera,
kapilarry refill kembali <2
detik,
- Pemeriksaan lab tanggal 07
Juli 2020 12,80. leukosit
10,56. trombosit 232,1.
monosit: 5,9.

PRIORITAS MASALAH / DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Hipertermi bd penyakit, dan kenaikan suhu tubuh
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak bd Riwayat kejang.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1. Hipertermi bd Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu tubuh minimal 2 1. Mengontrol suhu tubuh
penyakit, dan keperawatan selama 3x8 jam jam, sesuai kebutuhan dalam batas normal
kenaikan suhu diharapkan anak 2. Monitor ttv 2. Perubahan TT tubuh
tubuh menunjukkan penurunan 3. Monitor hidrasi (turgor kulit, secara signifikan akan
suhu tubuh dengan kriteria: kelembapan membran mukosa) mempengaruhi
4. Monitor tanda2 hipertermia (kulit metabolisme tubuh
1. Suhu kulit dalam rentan kering, sakit kepala, suhu tubuh 3. Hipertermi
normal (36,5-37,5OC) 37OC lebih) memberikan dampak
2. Nadi dan pernafasan 5. Tingkat sirkulasi udara kehilangan banyak
dalam rentan yang 6. Tingkatkan intake cairan dan cairan
diharapkan nutrisi 4. Hipertermi akan
7. Kolaborasi pemberian obat menyebabkan kejang
antipiretik berulang
8. Kolaborasi pemberian cairan 5. Agar membantu
intravena memperlancar sirkulasi
9. Monitor Intake dan output. udara
10.Ajarkan keluarga tehnik kompres 6. Agar cairan dan nutrisi
hangat (di aksila, leher, lipatan seimbang
paha, hindari penggunaan 7. Dapat menurunkan
alcohol untuk kompres). panas dengan segera
8. Untuk mencukupi
kebutuhan cairan,
akibat kehilangan
banyak cairan karena
hipertermi
9. Memonitor input dan
output cairan tubuh
10. Terapi kolaboratif ,
dan juga keluarga
dapat meberikan
penanganan terhadap
panas anak secara dini.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Atur posisi pasien dengan 1. Untuk meningkatkan
perfusi jaringan keperawatan selama 3x8 jam memberikan posisi kepala sirkulasi udara diotak
O
otak bd riwayat diharapkan ketidakefektifan elevasi 30-40 dengan leher 2. Melihat level orientasi
kejang. perfusi jaringan otak dapat dalam posisi normal. pasien terhadap
teratasi dengan kriteria: 2. Monitor level kebingungan dan lingkungan sekitar
1. Tidak ada peningkatan orientasi 3. Melihat ada tidaknya
TIK 3. Monitor adanya diplopia, nyeri kepala,
2. Pasienmampu pandangan kabur, nyeri kepala pandangan tidak fokus
berkomunikasi dengan 4. Monitor tanda gejala TIK 4. TIK akan menyeabkan
jelas 5. Monitor adanya kejang berulang sakit kepala, dan
3. Pasien menunjukan 6. Monitor pergerakan tonus otot memicu kejang relaps
perhatian dan pergerakan 5. Monitor adanya kejang
konsentrasi baik 7. Monitor KU dan TTV relaps
4. Pasien mampu meproses 8. Kolaborasikan obat anti kejang. 6. Monitor ada tidaknya
informasi indikasi kejang
5. Tingakat kesadaran ditandai dengan
membaik. pergerakan tonus otot
yg tidak stabil
7. TTV mempengaruhi
metabolise tubuh
8. Memberikan obat
kolaborasi agar kejang
tidak berulang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi
keperawatan dan Jam
Hari ke 1
Hipertermi bd 06 Juli 1. Memonitor suhu tubuh S:
penyakit, suhu 2020 minimal 2 jam, sesuai - Ibu mengatakan anak
tubuh meningkat kebutuhan saya masih demam
Jam 2. Memonitor ttv tinggi
14.30 3. Memonitor hidrasi - ibu memberikan
WIB (turgor kulit, kompres hangat pada
kelembapan membran anak
mukosa) O:
4. Memonitor tanda2 - Kulit panas
hipertermia (kulit
kering, sakit kepala, - Pemeriksaan fisik
suhu tubuh 37OC lebih) didapatkan:
5. Meningkatkan keadaan umum
sirkulasi udara baik, kesadaran
6. Meningkatkan intake koposmentis, TD:
cairan dan nutrisi 90/60 mmhg, suhu
7. Mengkolaborasikan 39,3oC, nadi
pemberian obat 120x/menit, RR
antipiretik (Sanmol 24x/menit, CPR<2
350mg/4 jam, detik
Paracetamol 300g/jam, A: masalah hipertermi
Praxion Forte teratasi sebagian
250mg/5ml (3x6 ml/4- P:
5 jam), dan Cefixime Lanjutkan intervensi
trihydrate 2x5ml. - Monitor suhu /2jam
8. Mengkolaborasikan - Dalam waktu 24 jam
pemberian cairan kejang tidak
intravena infus rl berulang
15tpm macro - Monitor cairan tubuh
9. Memonitor Intake dan - Berikan sanmol inf,
output. injeksi pct 350g/4
10. Mengajarkan keluarga jam, infus rl 15tpm
tehnik kompres hangat macro, Cefixime
(di aksila, leher, trihydrate 2x5ml.
lipatan paha, hindari - Kompres dingin bila
penggunaan alcohol suhu 40OC.
untuk kompres). -

Yogyakarta,6-07-
2020

Muhammad
Teddy Nugraha
Ketidakefektifan 6 Juli 1. Mengatur posisi pasien S:
perfusi jaringan 2020 dengan memberikan - Ibu mengatakan
otak posisi kepala elevasi 30- demam masih tinggi
Jam 40O dengan leher dalam namun anaknya
15.00 posisi normal. sudah kooperatif,
WIB 2. Memonitor level dan kejang tidak
kebingungan dan timbul
orientasi O:
3. Memonitor adanya - Tidak ada tanda
diplopia, pandangan kejang berulang
kabur, nyeri kepala - Cairan tubuh
4. Memonitor tanda gejala terpenuhi, terkontrol
TIK - Kesadaran
5. Memonitor adanya koposmentis, tidak
kejang berulang ada tanda2 sakit
6. Memonitor pergerakan kepala/TIK.
tonus otot pergerakan - Sudah diberika obat
7. Memonitor KU dan anti kejang (Praxion
TTV Forte 250mg/5ml
8. Mengkolaborasikan obat (3x6 ml/4-5 jam),
anti kejang (Diazepam Diazepam 2g 3x1
2g 3x1 hari, Asam hari, Asam Valproat
Valproat 2x4ml). 2x4ml).
- TD: 90/60 mmhg,
suhu 37,8oC, nadi
120x/menit, RR
24x/menit, CPR<2
detik.
A: Masalah
ketidakeektifan perfusi
jaringan otak teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor adanya TIK
- Kolaborasikan obat
anti kejang (Praxion
Forte 250mg/5ml
(3x6 ml/4-5 jam),
Diazepam 2g 3x1
hari, Asam Valproat
2x4ml).
- Dalam waktu 24 jam
kejang tidak
berulang

Yogyakarta, 06-07-2020
Muhammad
Teddy Nugraha

Hari ke 2
Hipertermi bd 07 Juli 1. Memonitor suhu S:
penyakit, suhu 2020 tubuh minimal 2 - Ibu mengatakan anak
tubuh meningkat jam, sesuai saya masih demam
Jam kebutuhan - ibu memberikan
21.00 2. Memonitor ttv kompres hangat pada
WIB 3. Memonitor hidrasi anak
(turgor kulit, O:
kelembapan - Kulit panas
membran mukosa)
4. Memonitor tanda2 - Pemeriksaan fisik
hipertermia (kulit didapatkan:
kering, sakit kepala, keadaan umum
suhu tubuh 37OC baik, kesadaran
lebih) koposmentis, TD:
5. Meningkatkan 90/60 mmhg, suhu
sirkulasi udara 37,8oC, nadi
6. Meningkatkan 110x/menit, RR
intake cairan dan 24x/menit, CPR<2
nutrisi detik
7. Mengkolaborasikan - pemeriksaan lab
pemberian obat tanggal 07 Juli
antipiretik (Sanmol 2020 12,80.
350mg/4 jam, leukosit 10,56.
Paracetamol trombosit 232,1.
300g/jam, Praxion monosit: 5,9.
Forte 250mg/5ml
(3x6 ml/4-5 jam), A: masalah hipertermi
dan Cefixime teratasi sebagian
trihydrate 2x5ml. P:
8. Mengkolaborasikan Lanjutkan intervensi
pemberian cairan - Monitor suhu /2jam
intravena infus rl - Dalam waktu 24 jam
15tpm macro kejang tidak
9. Memonitor Intake berulang
dan output. - Monitor cairan tubuh
10. Mengajarkan - Berikan sanmol inf,
keluarga tehnik injeksi pct 350g/4
kompres hangat (di jam, infus rl 15tpm
aksila, leher, lipatan macro, Cefixime
paha, hindari trihydrate 2x5ml.
penggunaan alcohol - Kompres dingin bila
untuk kompres). suhu 40OC.
-
Yogyakarta,7-07-
2020

Muhammad Teddy
Nugraha

Ketidakefektifan 7 Juli 1. Mengatur posisi S:


perfusi jaringan 2020 pasien dengan - Ibu mengatakan
otak memberikan posisi anaknya demam
Jam kepala elevasi 30- namun anaknya
21.30 40O dengan leher sudah kooperatif,
WIB dalam posisi dan kejang tidak
normal. timbul
2. Memonitor level O:
kebingungan dan - Tidak ada tanda
orientasi kejang berulang
3. Memonitor adanya - Cairan tubuh
diplopia, terpenuhi, terkontrol
pandangan kabur, - Kesadaran
nyeri kepala koposmentis, tidak
4. Memonitor tanda ada tanda2 sakit
gejala TIK kepala/TIK.
5. Memonitor adanya - Sudah diberika obat
kejang berulang anti kejang (Praxion
6. Memonitor Forte 250mg/5ml
pergerakan tonus (3x6 ml/4-5 jam),
otot pergerakan Diazepam 2g 3x1
7. Memonitor KU dan hari, Asam Valproat
TTV 2x4ml).
8. Mengkolaborasikan - TD: 90/60 mmhg,
obat anti kejang suhu 37.5oC, nadi
(Diazepam 2g 3x1 120x/menit, RR
hari, Asam 24x/menit, CPR<2
Valproat 2x4ml). detik.
A: Masalah
ketidakeektifan perfusi
jaringan otak teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor adanya TIK
- Kolaborasikan obat
anti kejang (Praxion
Forte 250mg/5ml
(3x6 ml/4-5 jam),
Diazepam 2g 3x1
hari, Asam Valproat
2x4ml).
- Dalam waktu 24 jam
kejang tidak
berulang

Yogyakarta, 07-07-2020

Muhammad
Teddy Nugraha

Hari ke 3
Hipertermi bd 09 Juli 1. Memonitor suhu tubuh S:
penyakit, suhu 2020 minimal 2 jam, sesuai - Ibu mengatakan
tubuh meningkat kebutuhan anaknya sudah
Jam 2. Memonitor ttv membaik
09.00 3. Memonitor hidrasi O:
WIB (turgor kulit, - Pemeriksaan fisik
kelembapan membran didapatkan:
mukosa) keadaan umum
4. Memonitor tanda2 baik, kesadaran
hipertermia (kulit koposmentis, TD:
kering, sakit kepala, 90/60 mmhg, suhu
suhu tubuh 37OC lebih) 37,5oC, nadi
5. Meningkatkan sirkulasi 90x/menit, RR
udara 21x/menit, CPR<2
6. Meningkatkan intake detik
cairan dan nutrisi
7. Mengkolaborasikan - pemeriksaan lab
pemberian obat tanggal 07 Juli
antipiretik (Sanmol 2020 12,80.
350mg/4 jam, leukosit 10,56.
Paracetamol 300g/jam, trombosit 232,1.
Praxion Forte monosit: 5,9.
250mg/5ml (3x6 ml/4- A: masalah hipertermi
5 jam), dan Cefixime teratasi
trihydrate 2x5ml. P:
8. Mengkolaborasikan Stop intervensi
pemberian cairan
intravena infus rl
15tpm macro Yogyakarta,09-
9. Memonitor Intake dan 07-2020
output.
10. Mengajarkan keluarga
tehnik kompres hangat Muhammad Teddy
(di aksila, leher, lipatan Nugraha
paha, hindari
penggunaan alcohol
untuk kompres).
Ketidakefektifan 9 Juli 1. Mengatur posisi S:
perfusi jaringan 2020 pasien dengan - Ibu mengatakan
otak memberikan posisi anaknya sudah
Jam kepala elevasi 30- membaik, sudah
10.00 40O dengan leher kooperatif, dan
WIB dalam posisi kejang tidak timbul
normal. O:
2. Memonitor level - Tidak ada tanda
kebingungan dan kejang berulang
orientasi - Cairan tubuh
3. Memonitor adanya terpenuhi, terkontrol
diplopia, pandangan - Kesadaran
kabur, nyeri kepala koposmentis, tidak
4. Memonitor tanda ada tanda2 sakit
gejala TIK kepala/TIK.
5. Memonitor adanya - Sudah diberika obat
kejang berulang anti kejang (Praxion
6. Memonitor Forte 250mg/5ml
pergerakan tonus (3x6 ml/4-5 jam),
otot pergerakan Diazepam 2g 3x1
7. Memonitor KU dan hari, Asam Valproat
TTV 2x4ml).
8. Mengkolaborasikan - TD: 90/60 mmhg,
obat anti kejang suhu 37,0oC, nadi
(Diazepam 2g 3x1 90x/menit, RR
hari, Asam Valproat 21x/menit, CPR<2
2x4ml). detik.
A: Masalah
ketidakeektifan perfusi
jaringan otak teratasi
P:
- Hentikan intervensi

Yogyakarta, 09-07-2020

Muhammad
Teddy Nugraha

Discharge Planning
- Memberikan Pendidikan Kesehatan menganai cara mengatasi anak demam dengan
kompres hangat, dan memberikan obat penurun panas (sanmol, paracetamol).
- Memberikan obat pulang, diazepam untuk anti kejang as.volfoat
- Menganjurkan untuk selalu memberikan nutrisi dan cairan yang sehat dan tercukupi.

Anda mungkin juga menyukai