Disusun oleh:
MUHAMMAD TEDDY NUGRAHA
1910206090
C. Klasifikasi
Menurut NANDA (2015), kejang demam dibagi kedalam 2 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile sizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik : Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya
berlangsung <15 menit, tidak berulang dalam waktu 24 jam atau hanya terjadi
sekali dalam 24 jam, kejang bersifat umum dan tonik-klonik dan tanpa
gerakan fokal, kejang ini tidak meningkatkan resiko kematian/kelumpuhan
atau retardasi mental, pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness).
b. Kejang demam kompleks (complexs febrile seizure), merupakan kejang
demam dengan karakteristik: Kejang demam berlangsung >15 menit, kejang
fokal/parsial satu sisi, kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.
D. Maniestasi Klinis
Manifestasi klinis kejang demam, menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012)
adalah sebagai berikut :
a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C.
b. Timbulnya kejang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik.
Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun
tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan
persarafan.
c. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
d. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung.
Sedangkan gejala kejang demam sesuai klasifikasinya menurut NANDA
(2015) adalah sebagai berikut:
Kejang Karakteristik
Parsial Kesadaran utuh walaupun mungkin
berubah, fokus disatu bagian tetapi
dapat menyebar kebagian lain.
1. Parsial Sederhana Dapat bersifat motorik
(gerakan abnormal unilateral),
sensorik (merasakan,
membaul, mendengar sesuatu
yang abnormal), automik
(takikardia, bradikardia,
takipneu, kemerahan, rasa
tidak enak di epigastrium),
psikik (disfagia, gangguan
daya ingat)
Biasanya berlangsung kurang
dari 1 menit
2. Parsial Kompleks Dimulai sebagai kejang parsial
sederhana berkembang
menjadi perubahan kesadaran
yang disertai oleh:
- Gejala motorik, gejala
sensorik, otomatisme
(mengecapkan bibir,
mengunyah, menarik-
menarik baju)
- Beberapa kejang parsial
kompleks mungkin
berkembang menjadi
kejang generalisata
- Biasanya berlangsung 1-3
menit.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012) dibagi
menjadi 2, yaitu :
a. Penatalaksanaan di Rumah Sakit Penatalaksanaan di Rumah Sakit dibagi menjadi 3
tahap, yaitu :
Pengobatan saat terjadi kejang
1) Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian: a) 5 mg untuk anak 3 tahun. b) 5 mg
untuk BB 10 kg c) 0,5-0,7 mg/kgBB/kali.
2) Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per
menit untuk menghindari depresi pernafasanan. Bila kejang berhenti sebelum
obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan
jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan
per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3) Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg
IM dan pasang ventilator bila perlu.
Setelah kejang berhenti
Bila Kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan
dengan pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk
mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa :
1) Antipiretik a) Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4
kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping
berupa hiperdosis. b) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali.
2) Antikonvulsan a) Berikan diazepam oral dosis 0.3-0.5 mg/kgBB setiap 8 jam
pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang. b) Diazepam rektal
dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
b. Penatalaksanaan di Rumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka orang tua
atau pengasuh anak perlu diberi bekal untuk memberikan tindakan awal pada anak
yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain :
1) Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman
seperti dilantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda
berbahayas eperti gelas, pisau.
2) Posisi anak hiperekstensi pakaian dilonggarkan. Masukan sendok yang
dibalut dengan kain bersih kedalam mulut untuk mencegah lidah anak
tertekuk atau tergigit.
3) Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu dibuka supaya terjadi
pertugaran oksigen lingkungan.
4) Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh dirumah
menyediakan diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat
F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi Ketika kejang demam adalah: Retardasi mental, kerusakan
jaringan otak, epilepsi.
G. Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan luar kranial seperti tonsillitis, otitis media akut, bronchitis
penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang di hasilkan oleh
mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus sebagai tanda tubuh
mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu tubuh dihipotalamus akan
merangsang kenaikan suhu dibagian tubuh yang lain seperti otot, kulit, sehingga terjadi
peningkatan kontaraksi otot.
Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai
pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan protagladin. Pengeluaran mediator kimia ini
dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkat potensial inilah dapat
merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel.
Peristiwa ini lah yang diduga dapat menaikan fase dipolarisasi neuron dengan cepat sehingga
timbul kejang. Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan
respon kesadaran, otot ekstermitas maupun bronkus juga dapat mengalami spasma sehingga anak
berisiko terhapat injuri.
H. Pathway
Peningkatan masukan ion kalium dan ion natrium ke dalam neuron dengan
cepat
O2 ke otak menurun
Sumber : Ilmu Kedokteran Anak, Jilid 2 Hal 847. Cetakan ke 9 2015. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI
FORMAT PENGKAJIAN ANAK
I. DATA IDENTITAS
Nama : Haidar Putra Darmawan
Alamat : Bantul
Tempat /tanggal lahir : Bantul ,23-08-2014
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Nama ayah /ibu : Ny. B
Pekerjaan ayah : TNI
Pendidikan ayah : SMA
Pekerjaan ibu : IRT
Pendidikan ibu : SMA
RM : 103752xx
Dx : Simplex Febrile Seizure
Ket:
: Pasien/anak
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh anak dan alasannya
Anak diasuh oleh kedua orang tuanya.
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan anak dengan keluarga baik, ibu yang membawa anak ke RS.
3. Hubungan dengan teman sebaya
Tidak terkaji
4. Pembawaan secara umum (periang, pemalu, pendiam dan kebiasaan
menghisap jari, membawa gombal, ngompol)
Periang
5. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman keselamatan anak,
ventilasi, letak barang-barang, disertai dengan denah rumah)
Tidak terkaji
VI. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi metabolik
a. Pemberian ASI / PASI (jumlah minum, kekuatan menghisap)
Anak diberi ASI sampai umur 26 bulan
b. Makanan yang disukai / tidak disukai (jenis, selera makan baik frekuensi,
porsi makan, dan pola makan.
Anak suka makan sayur, pola makan 3x sehari.
c. Makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan
tambahan/vitamin
Makan 3x, minum 2,5 botol isi 600cc. Makanan dan minuman terkontrol
dan disediakan di rumah sakit.
d. Kebiasaan makan
Makan 3x sehari.
e. Alat makan yang digunakan
Anak makan disuap oleh orang tua.
f. BB lahir dan BB saat ini
BB lahir 3300 gr, dan BB sekarang 21 kg.
g. Masalah di kulit : kulit anak panas karna demam.
2. Pola istirahat tidur
Terkontrol,
3. Mandi
a. Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, di mana, sabun yang digunakan)
Terkontrol 3x sehari
b. Kebersihan sehari-hari
Terkontrol
4. Aktivitas
a. Aktivitas sehari-hari (jenis permaian, lama, teman bermain, penampilan
anak saat bermain, dll)
-
b. Tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, toleransi
-
c. Persepsi terhadap kekuatan ( kuat/lemah)
-
d. Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting, berpakaian, dll)
Mandi 3x sehari, Terkontrol
5. Eliminasi (BAK dan BAB)
a. Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak)
BAB dan BAK baik
b. Mengganti pakaian dalam / diapers (bayi)
Terkontrol
c. Pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah / hari, kekuatan
keluarnya uin, bau, warna )
BAK anak baik.
6. Kenyamanan: Nyeri, skala……
Tidak terkaji
7. Pola kognitif – persepsi : Baik
8. Keamanan dan perlindungan: Pasien sudah diberikan manajemen pasien
safety.
Resiko Jatuh, skor........
n. Ekstremitas atas
Dipasang Infus iv di sebelah kiri.
IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (GUNAKAN
KPSP/DENVER)
1. Kemandirian dan bergaul
Tidak terkaji
2. Motorik halus
Tidak terkaji
3. Bernalar dan berbahasa
Tidak terkaji
4. Motorik kasar
Tidak terkaji
X. INFORMASI LAIN
Terapi Obat: RL:15 tpm, Sanmol 350mg/4 jam, Paracetamol 300g/jam,
Praxion Forte 250mg/5ml (3x6 ml/4-5 jam), Diazepam 2g 3x1 hari, Asam
Valproat 2x4ml, Cefixime trihydrate 2x5ml.
ANALISIS DATA
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS: ibu mengatakan anak demam Penyakit, dan terjadi Hipertermi
dan panas sejak 5 hari yang lalu kenaikan suhu tubuh
dan disertai kejang.
DO:
- Kulit panas
- Pemeriksaan fisik didapatkan:
keadaan umum baik,
kesadaran koposmentis,
TD: 90/60 mmhg, suhu
39,3oC, nadi 120x/menit,
RR 24x/menit
- Pemeriksaan lab tanggal 07
Juli 2020 12,80. leukosit
10,56. trombosit 232,1.
monosit: 5,9.
DS: Riwayat kejang Ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Ibu mengatakan demam sudah 5
hari dan anak mengalami kejang
demam dengan suhu 39oC. Anak
kejang <10 menit disertai mata
mendelik keatas dan tangan
kakinya kaku.
DO:
- Pemeriksaan fisik didapatkan:
keadaan umum baik,
kesadaran koposmentis, suhu
39,3oC, nadi 120x/menit, RR
24x/menit, konjingtia
anemis,kelopak mata tidak
cekung, mukosa bibir dan
mulut sedikit pucat, cubitan
dinidng abdoen kebali segera,
kapilarry refill kembali <2
detik,
- Pemeriksaan lab tanggal 07
Juli 2020 12,80. leukosit
10,56. trombosit 232,1.
monosit: 5,9.
Yogyakarta,6-07-
2020
Muhammad
Teddy Nugraha
Ketidakefektifan 6 Juli 1. Mengatur posisi pasien S:
perfusi jaringan 2020 dengan memberikan - Ibu mengatakan
otak posisi kepala elevasi 30- demam masih tinggi
Jam 40O dengan leher dalam namun anaknya
15.00 posisi normal. sudah kooperatif,
WIB 2. Memonitor level dan kejang tidak
kebingungan dan timbul
orientasi O:
3. Memonitor adanya - Tidak ada tanda
diplopia, pandangan kejang berulang
kabur, nyeri kepala - Cairan tubuh
4. Memonitor tanda gejala terpenuhi, terkontrol
TIK - Kesadaran
5. Memonitor adanya koposmentis, tidak
kejang berulang ada tanda2 sakit
6. Memonitor pergerakan kepala/TIK.
tonus otot pergerakan - Sudah diberika obat
7. Memonitor KU dan anti kejang (Praxion
TTV Forte 250mg/5ml
8. Mengkolaborasikan obat (3x6 ml/4-5 jam),
anti kejang (Diazepam Diazepam 2g 3x1
2g 3x1 hari, Asam hari, Asam Valproat
Valproat 2x4ml). 2x4ml).
- TD: 90/60 mmhg,
suhu 37,8oC, nadi
120x/menit, RR
24x/menit, CPR<2
detik.
A: Masalah
ketidakeektifan perfusi
jaringan otak teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor adanya TIK
- Kolaborasikan obat
anti kejang (Praxion
Forte 250mg/5ml
(3x6 ml/4-5 jam),
Diazepam 2g 3x1
hari, Asam Valproat
2x4ml).
- Dalam waktu 24 jam
kejang tidak
berulang
Yogyakarta, 06-07-2020
Muhammad
Teddy Nugraha
Hari ke 2
Hipertermi bd 07 Juli 1. Memonitor suhu S:
penyakit, suhu 2020 tubuh minimal 2 - Ibu mengatakan anak
tubuh meningkat jam, sesuai saya masih demam
Jam kebutuhan - ibu memberikan
21.00 2. Memonitor ttv kompres hangat pada
WIB 3. Memonitor hidrasi anak
(turgor kulit, O:
kelembapan - Kulit panas
membran mukosa)
4. Memonitor tanda2 - Pemeriksaan fisik
hipertermia (kulit didapatkan:
kering, sakit kepala, keadaan umum
suhu tubuh 37OC baik, kesadaran
lebih) koposmentis, TD:
5. Meningkatkan 90/60 mmhg, suhu
sirkulasi udara 37,8oC, nadi
6. Meningkatkan 110x/menit, RR
intake cairan dan 24x/menit, CPR<2
nutrisi detik
7. Mengkolaborasikan - pemeriksaan lab
pemberian obat tanggal 07 Juli
antipiretik (Sanmol 2020 12,80.
350mg/4 jam, leukosit 10,56.
Paracetamol trombosit 232,1.
300g/jam, Praxion monosit: 5,9.
Forte 250mg/5ml
(3x6 ml/4-5 jam), A: masalah hipertermi
dan Cefixime teratasi sebagian
trihydrate 2x5ml. P:
8. Mengkolaborasikan Lanjutkan intervensi
pemberian cairan - Monitor suhu /2jam
intravena infus rl - Dalam waktu 24 jam
15tpm macro kejang tidak
9. Memonitor Intake berulang
dan output. - Monitor cairan tubuh
10. Mengajarkan - Berikan sanmol inf,
keluarga tehnik injeksi pct 350g/4
kompres hangat (di jam, infus rl 15tpm
aksila, leher, lipatan macro, Cefixime
paha, hindari trihydrate 2x5ml.
penggunaan alcohol - Kompres dingin bila
untuk kompres). suhu 40OC.
-
Yogyakarta,7-07-
2020
Muhammad Teddy
Nugraha
Yogyakarta, 07-07-2020
Muhammad
Teddy Nugraha
Hari ke 3
Hipertermi bd 09 Juli 1. Memonitor suhu tubuh S:
penyakit, suhu 2020 minimal 2 jam, sesuai - Ibu mengatakan
tubuh meningkat kebutuhan anaknya sudah
Jam 2. Memonitor ttv membaik
09.00 3. Memonitor hidrasi O:
WIB (turgor kulit, - Pemeriksaan fisik
kelembapan membran didapatkan:
mukosa) keadaan umum
4. Memonitor tanda2 baik, kesadaran
hipertermia (kulit koposmentis, TD:
kering, sakit kepala, 90/60 mmhg, suhu
suhu tubuh 37OC lebih) 37,5oC, nadi
5. Meningkatkan sirkulasi 90x/menit, RR
udara 21x/menit, CPR<2
6. Meningkatkan intake detik
cairan dan nutrisi
7. Mengkolaborasikan - pemeriksaan lab
pemberian obat tanggal 07 Juli
antipiretik (Sanmol 2020 12,80.
350mg/4 jam, leukosit 10,56.
Paracetamol 300g/jam, trombosit 232,1.
Praxion Forte monosit: 5,9.
250mg/5ml (3x6 ml/4- A: masalah hipertermi
5 jam), dan Cefixime teratasi
trihydrate 2x5ml. P:
8. Mengkolaborasikan Stop intervensi
pemberian cairan
intravena infus rl
15tpm macro Yogyakarta,09-
9. Memonitor Intake dan 07-2020
output.
10. Mengajarkan keluarga
tehnik kompres hangat Muhammad Teddy
(di aksila, leher, lipatan Nugraha
paha, hindari
penggunaan alcohol
untuk kompres).
Ketidakefektifan 9 Juli 1. Mengatur posisi S:
perfusi jaringan 2020 pasien dengan - Ibu mengatakan
otak memberikan posisi anaknya sudah
Jam kepala elevasi 30- membaik, sudah
10.00 40O dengan leher kooperatif, dan
WIB dalam posisi kejang tidak timbul
normal. O:
2. Memonitor level - Tidak ada tanda
kebingungan dan kejang berulang
orientasi - Cairan tubuh
3. Memonitor adanya terpenuhi, terkontrol
diplopia, pandangan - Kesadaran
kabur, nyeri kepala koposmentis, tidak
4. Memonitor tanda ada tanda2 sakit
gejala TIK kepala/TIK.
5. Memonitor adanya - Sudah diberika obat
kejang berulang anti kejang (Praxion
6. Memonitor Forte 250mg/5ml
pergerakan tonus (3x6 ml/4-5 jam),
otot pergerakan Diazepam 2g 3x1
7. Memonitor KU dan hari, Asam Valproat
TTV 2x4ml).
8. Mengkolaborasikan - TD: 90/60 mmhg,
obat anti kejang suhu 37,0oC, nadi
(Diazepam 2g 3x1 90x/menit, RR
hari, Asam Valproat 21x/menit, CPR<2
2x4ml). detik.
A: Masalah
ketidakeektifan perfusi
jaringan otak teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Yogyakarta, 09-07-2020
Muhammad
Teddy Nugraha
Discharge Planning
- Memberikan Pendidikan Kesehatan menganai cara mengatasi anak demam dengan
kompres hangat, dan memberikan obat penurun panas (sanmol, paracetamol).
- Memberikan obat pulang, diazepam untuk anti kejang as.volfoat
- Menganjurkan untuk selalu memberikan nutrisi dan cairan yang sehat dan tercukupi.