Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA LANSIA


Untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu: Mifftahul Falah, MSN

Disusun Oleh:
Program Studi Keperawatan Tingkat 4A
Kelompok 5
1. Faizal Rifky A (C1614201014)
2. Ai Sarah S.K.I (C1714201002)
3. Desti Nurrahma W (C1714201011)
4. Dinda Nur F.S (C1714201012)
5. Fawaaz Fajri (C1714201014)
6. Khoerul Muhlasin (C1714201017)
7. Rahajeng Sri S (C1714201023)
8. Sri Rahayu (C1714201029)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SubhanahuWata’ala, yang telah
mengizinkan dan memberikan Rahmat serta hidayah-Nya, Sholawat beserta Salam senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga-Nya dan sahabat-sahabat
yang taat kepada-Nya. Berkat Irodat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah,
yang berjudul “Komunikasi Pada Lansia”.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas Keperawatan Gerontik. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan penyusunan yang
akan datang. Akhir kata, semoga kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh dan
ibadah bagi kita semua, dan mendapatkan balasan lebih dari Allah SWT dari apa yang telah
diberikan.

Tasikmalaya, 23 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitaian ................................................................ 2
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Dengan Lansia..................................................
2.2 Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Dan Lansia.........
2.3 Masalah Yang Terjadi Pada Lansia Dalam Komunikasi......
2.4 Perumusan Diagnosis Keperawatan Komunikasi Lansia......
2.5 Perencanaan Keperawatan Pada Lansia................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................
3.2 Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan
orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan lanjut usia
diperlukanpemberian informasi kepada ilansia baik individu maupunn kelompok
secara terus-menerus agar lansia tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu agar
lansia dapat hidup sehat dan produktif, namun dengan keterbatasan lansia baik dari
fisik, psikologis dan mentalnya maka diperlukan pendekatan dan metode agar pesan
yang disampaikan lebih efektif.
Komunikasi merupakan elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan
orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga
pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan (Potter-Perry,
301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus
waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi
pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris
dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian
dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran
teradap suara.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan lanjut usia diperlukan pemberian
informasi kepada ilansia baik individu maupunn kelompok secara terus-menerus agar
lansia tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu agar lansia dapat hidup sehat dan
produktif, namun dengan keterbatasan lansia baik dari fisik, psikologis dan mentalnya
maka diperlukan pendekatan dan metode agar pesan yang disampaikan lebih efektif.
Agar lansiatetap sehat dan produktif perlu dilakukan kebijakan tentang memomosikan
kesehatan dalam setiap siklus kehidupan,, menciptakan lingkungan ramah lansia yang
mendorong kesehatan dan partisipasi aktif lansia, menyediakan layanan kesehatan
yang ramah lansia, meniingkatkan peran serta lansia dalam pembuatan kebijakan
publik ramah lansia, mempertimbangkan pandangan lansia dalam setiap pengambilan
keputusan dalam pembangunan di setiap tingkatan, menyadari nilai kearifan lansia
dan bantu mereka berpartisipasi dalam keluarga dan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi dengan lansia ?
2. Apa yang dimaksud dengan kelompok keluarga dan lansia ?
3. Apa yang dimaksud masalah yang terjadi pada lansia dalam komunikasi ?
4. Apa yang dimaksud terjadi pada lansia dalam komunikasi ?
5. Apa yang dimaksud perencanaan keperawatan pada lansia ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud komunikasi dengan lansia
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kelompok keluarga dan lansia
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud masalah yang terjadi pada lansia dalam
komunikasi
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud terjadi pada lansia dalam komunikasi
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perencanaan keperawatan pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Dengan Lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi,

lingkungan ketrampilan komunikasi yang tepat juga perlu memperhatikan waktu yang

tepat.

a. Keterampilan komunikasi

Listening/Pendengaran yang baik yaitu:

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.

2. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.

3. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.

b. Teknik komunikasi dengan lansia

Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain

pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau 

perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di

lakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang

diinginkan.Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:

1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara

dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan

memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau

pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika

berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk

menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

2. Responsif

Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien

merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat

mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun

hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya

dengan mengajukan pertanyaan “Apa yang sedang bapak/ibu pikirkan saat

ini”, “apa yang bisa saya bantu?”  berespon berarti bersikap aktif tidak

menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan

ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien

3. Fokus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi

komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-

pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya

mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena

umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak

relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.

4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis

secara bertahap  menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan

ini perlu di sikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya

dengan mengiyakan , senyum dan menganggukan kepala ketika lansia

mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama

lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia

sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya dengan demikaian di

harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan

kemampuannya selama memberi dukungan baik secara materil maupun

moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien

karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas

kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,

meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau

mengajari misalnya: “saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya,

untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya dan bila diperlukan kami dapat

membantu”.

5. Klarifikasi

Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses

komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara

mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali

perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima

dan di persepsikan sama oleh klien “bapak/ibu bisa menerima apa yang saya
sampaikan tadi?”, “bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali

apa yang saya sampaikan tadi?”

6. Sabar dan Ikhlas

Seperti di ketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-

perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini

bila tidak di sikapi dengan sabar dan iklas dapat menimbulkan perasaan

jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik,

salut namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan

menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan

terganggu apabila ada sikap agresif dan sikan non asertif.

a. Agresif

Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan perilaku-

perilaku di bawah ini:

1. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)

2. Meremehkan orang lain

3. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain

4. Menonjolkan diri sendiri

5. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan

maupun tindakan

b. Non asertif

Tanda-tanda dari non asertif ini adalah:

1. Menarik diri bila di ajak berbicara


2. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)

3. Merasa tidak berdaya

4. Tidak berani mengungkap keyakinaan

5. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya

6. Tampil diam (pasif)

7. Mengikuti kehendak orang lain

8. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik

dengan orang lain

2.2 Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Dan Lansia


a. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi
1) Pendekatan Fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di
alami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di
capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
2) Pendekatan Psikologis

Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka

umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan

pendekatan ini, perawat sebagai konselor, advokat terhadap segala sesuatu

yang asing atau sebagai pena,pung masalah pribadi dan sebagai sahabat yang

akrab bagi klien.

3) Pendekatan Sosial

Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi

dengan lingkungan. Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain

merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi

dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan.


4) Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan

tuhan atau agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau

mendekati kematian.

b. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan

Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara

sadar terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian –

kejadian nyata sesuatu yang merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima

perubahan yang terjadi pada dirinya.

Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia

dengan penolakan antara lain:

1) Penolakan segera reaksi penolakan klien

Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi

klien bila sedang mengalami puncak reaksi.

b. Ungkapkan kenyataan yang dialami klien secara perlahan di mulai dari

kenyataan yang merisaukan.

c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan

yang cocok bagi klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai

menolak.

2) Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri


Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap

perawatan yang akan dilakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara

lain:

a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan

waktu, tempat dan macam perawatan.

b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai

mengenal kenyataan.

c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahan atau

perasaan sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan terbuka,

mendengarkan dan meluangkan waktu bersamanya.

3) Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat

Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan

memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan

rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya ini

dapat dlaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia

menentukan perasaannya.

b. Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang

bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada klien lansia serta

hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka membantu.

c. Hendaknya pihak-pihak lain memuji usaha klien lansia untuk

menerima kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman

fisik) apabila klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.

2.3 Masalah Yang Terjadi Pada Lansia Dalam Komunikasi


Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunnya fisik dan psikis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional
perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik
atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan dengan
efektif antara lain:
 Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien.

 Keraskan suara Anda jika perlu.

 Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat

melihat mulut Anda.

 Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik.

Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang

cukup.

 Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.

Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak

kooperatif.

 Jangan berharap untuk berkomunikasi denagn cara yang sama dengan orang yang

tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang

tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan

pemahamannya.

 Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek

dengan bahasa yang sederhana.

 Bantulah kata-kata Anda dengan isyarat visual.


 Serasikan bahasa tubuh Anda dengan pembicaraan Anda, misalnya ketika

melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita

tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada

suara Anda yang menggembirakan (misalnya dengan senyum, ceria atau tertawa

secukupnya).

 Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.

 Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan

Anda.

 Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan

keinginan Anda menyelesaikan kalimat.

 Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya.

 Arahkan ke suatu topik pada suatu saat.

 Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama Anda. Orang

ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu

proses komunikasi.

 Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi

dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.

 Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan,

mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.

 Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut

membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.

 Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.


 Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling

percaya.

 Gangguan sensoris dalam pendengarannya

 Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.

 “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak

orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.

 Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya

fokus pada rasa sakit, haus, lapar, capek, kandung kemih penuh, udara yang tidak

enak, dan lain-lain.

 Hambatan pada pribadi: penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek

pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi

atau dimensia, gangguan kontak dengan realita.

 Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu

banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara,

peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes.

2.4 Perumusan Diagnosis Keperawatan Komunikasi Lansia


2.5 Perencanaan Keperawatan Pada Lansia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai