Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Oksigenasi

I.1 Definisi kebutuhan oksigenasi


Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang
dibutuhkan oleh tubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen,
karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang diperlukan
oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh
seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta
pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen.
Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke
dalam sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen
ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas.
Pernapasan atau respirasimerupakan proses pertukaran gas antara
individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara
menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan
kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon
dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme
tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai
aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan
oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).

I.2 Fisiologi sistem pernafasan


Nares anterior adalah saluran-saluran di lubang hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir
yang sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan
lapisan faring dan dengan selaput lendir semua sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Faring (tekak)
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungan esofagus pada ketinggian tulang rawan terikoid.
Maka letaknya di belakang hidung, di belakang mulut dan di
belakang laring. Laring (tengkorak) terletak di depan bagian
terendah faring yang memisahkan dari kolumna vertebra. Laring
terdiri dari lapisan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen
dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid
dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang
dikenal sebagai jakun, yaitu didepan leher. Trakhea atau batang
tenggorakan kira-kira sembilan sentimeter panjangnya. Trakhea
tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap
berupa cicin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan
fibrosa. Trakhea dilapisan oleh selaput lendir yang terdiri dari
epithelium bersilia dan sel cangkir. Trakhea servikalis yang
berjalan melalui leher, disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu
belahan dari kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakhea. Bronkus
mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis
sel yang sama. Brinkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari
pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang yang disebut brinchus lobus atas
cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri
disebut bronchus lobus bawah (Pearce, 2002).
Paru-paru merupakan salah satu alat tubuh yang sebagian
besar terdiri dari gelembung-gelembung (alveoli). Alveoli terdiri
dari sel-sel epitel dan endotel.Jika dibentang luas permukaan < 90
m2, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk
kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari dalam darah. Banyaknya
gelembung paru-paru ini < 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan
kanan). Paru-paru ini dibagi menjadi 2 yaitu paru-paru kanan yang
terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus. Letak
paru-paru adalah pada rongga dada tepatnya pada cavum
mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput halus yang
disebut pleura visceral, sedangkan selaput yang berhubungan
langsung dengan rongga dada sebelah dalam adalah selaput fleur
parietal. Diantara pleura ini terdapat sedikit cairan, berfungsi untuk
melicinkan permukaan selaput fleura agar dapat bergerak akibat
inspirasi dan ekspirasi, paru-paru akan terlindungi dinding dada.

I.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem


oksigenasi
Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen antara
lain fisiologi, perkembangan, perilaku, dan lingkungan.
a) Faktor fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada
anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti
pada obstruksi saluran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,
demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding
dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus
skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti
TBC paru.
b) Faktor perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya
pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran
pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak
sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan
penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang
mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c) Faktor perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan
penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi
anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet
yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) :
menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d) Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.

I.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem


oksigenasi
Permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada
sistim respirasi, baik pada anatomi maupun fisiologis dari orga-
organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan masalah tersebut
juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem tubuh
lain, seperti sistem kardiovaskuler (Abdullah, 2014).
Gangguan respirasi dapat disebabkan oleh beberapa hal,
seperti adanya peradangan, obstruksi, trauma, kanker,
degenerative, dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan
kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak terpenuhi secara adekuat.
Menurut Abdullah (2014) secara garis besar, gangguan pada
respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama atau
frekuensi, insufisiensi pernapasan dan hipoksia,
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
II.1Pengkajian
II.1.1 Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayat kesehatan keluarga
II.1.2 Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Tingkat kesadaran
c) TTV
d) Kepala
e) Mata
f) Mulut dan bibir
g) Hidung
h) Telinga
i) Leher
j) Kulit
k) Thoraks
l) Abdomen
m) Ekstermitas
II.1.3 Pemeriksaan penunjang
a) EKG
b) Ekodkardiografi
c) Rontgen torax
d) Laboratorium

II.2Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Penurunan curah jantung (00029)
II.2.1 Definisi
Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
II.2.2 Batasan karakteristik
1) Perubahan Frekuensi/Irama Jantung
Aritmia, bradikardia, perubahan EKG, palpitasi,
takikardia
2) Perubahan Preload
Penurunan tekanan vena sentral (central venous
pressure, CVP), penurunan tekanan baji arteri paru
(pulmonary artery wedge pressure, PAWP), edema,
keletihan, peningkatan CVP, peningkatan PAWP,
distensi vena jugular, murmur, peningkatan berat
badan
3) Perubahan Afterload
Kulit lembap, penurunan nadi perifer, penurunan
resistansi vascular paru (pulmonary vascular
resistance, PVR), penurunan resistansi vascular
sistemik (systemic vascular resistance, SVR),
dispnea, peningkatan PVR, peningkatan SVR,
oliguria, pengisian kapiler memanjang, perubahan
warna kulit, variasi pada pembacaan tekanan darah
4) Perubahan Kontraktilitas
Batuk, crackle, penurunan indeks jantung,
penurunan fraksi ejeksi, penurunan left ventricular
stroke work index (LVSWI), penurunan stroke
volume index (SVI), ortopnea, dispnea paroksismal
nocturnal, bunyi S3, bunyi S4
5) Perilaku/Emosi
Ansietas, gelisah
II.2.3 Faktor yang berhubungan
Perubahan afterload, perubahan kontraktilitas,
perubahan frekuensi jantung, perubahan preload,
perubahan irama, perubahan volume sekuncup
Diagnosa 2: Ketidakefektifan Pola nafas (00032)
II.2.4 Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak member ventilasi
adekuat
II.2.5 Batasan karakteristik
Perubahan kedalaman pernapasan, perubahan ekskursi
dada, mengambil posisi tiga titik, bradipnea, penurunan
tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,
penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital,
dispnea, peningkatan diameter anterior-posterior,
pernapasan cuping hidung, ortopnea, fase ekspirasi
memanjang, pernapasan bibir, takipnea, penggunaan
otot aksesorius untuk bernapas
II.2.6 Faktor yang berhubungan
Ansietas , posisi tubuh, deformitas tulang, deformitas
dinding dada, keletihan, hiperventilasi, sindrom
hipoventilasi, gangguan musculoskeletal, kerusakan
neurologis, imaturitas neurologis, disfungsi
neuromuscular, obesitas, nyeri, keletihan otot
pernapasan, cedera medulla spinalis

II.3Perencanaan
Diagnosa 1: Penurunan curah jantung
II.3.1 Tujuan dari kriteria hasil
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan curah jantung meningkat.
b. Kriteria hasil :(curah jantung L.02008)
• Tanda vital dalam rentang normal
• Kekuatan nadi perifer meningkat
• Tidak ada edema
II.3.2 Intervensi keperawatan
(Perawatan jantung I.02075)
a. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
jantung
b. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
curah jantung
c. Monitor intake dan output cairan
d. Monitor keluhan nyeri dada
e. Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi
strees, jika perlu
f. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
g. Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
h. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Diagnosa 2: ketidakefektifan pola nafas
II.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pola nafas membaik.
b. Kriteria hasil : (pola nafas L.01004)
• Frekuensi nafas dalam rentang normal
• Tidak ada pengguanaan otot bantu pernafasan
• Pasien tidak menunjukkan tanda dipsnea
II.3.4 Intervensi keperawatan
(Manajemen jalan nafas I.01011)
a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas)
b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis: gagling,
mengi, Wheezing, ronkhi)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
d) Posisikan semi fowler atau fowler
e) Ajarkan teknik batuk efektif
f) Kolaborasi pemberian bronkodilato, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu.
III. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai