Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR DALAM KOMUNIKASI PERAWATAN

PALIATIF

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. KETUT PUTRAYASA ( 17089014067 )


2. LUH PUTU SATYARINI GIRI ( 17089014077 )
3. PANDE PUTU YAMASITA I. P ( 17089014097 )
4. NI PUTU YULI ASTARI ( 17089014103 )
5. NI KOMANG SRI MELIANI ( 17089014106 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PRODI S1 KEPERAWATAN

2020

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna dengan
rahmat nya karunia. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Menjelang dan
Paliatif, dengan judul : “KONSEP DASAR DALAM KOMUNIKASI
PERAWATAN PALIATIF’’

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas


bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus untuk menyelesaikan makalah, saran
dan kritik sehingga dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatas nya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagi pihak. Akhirnnya kami berharap
semoga makalah ini dapat mmemberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan kesehatan.

Singaraja, 3 Oktober 2020

Penulis

ii
KATA PENGANTAR

Kata Pengantar................................................................................................ ii

Daftar Isi ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2.Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3.Tujuan ............................................................................................. 2
1.4.Manfaat ........................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Definisi Terapeutik.......................................................................... 5

3.2. Prinsip Komunikasi Terapeutik Dalam Perawatan Paliatif ........... 5

3.3. Kegiatan dan disaster recov............................................................. 7

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13

4.2 Saran ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan dimana komunikasi
tersebut harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien. komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, Komunikasi terapeutik
adalah landasan dasar untuk kepastian pengobatan, hasil kesehatan yang
positif, kepatuhan pasien dan kualitas perawatan secara keseluruhan. Sehingga
seorang perawat harus memiliki dan menguasai skill komunikasi yang
dibutuhkan supaya mereka bisa bekerja secara efektif dan membangun
hubungan interpersonal yang kontruktif dan sukses antara perawat dan pasien.
(Minanton & Dewi, 2019).
Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah menghargai setiap kehidupan,
menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau
menunda kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil
keputusan, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, serta
mengintergrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan
pasien dan keluarga. (Paliatif et al., 2020).Prinsip pelayanan perawatan paliatif
yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik
lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap
kematian sebagai proses normal.
Penelitian pada anggota keluarga pasien yang selamat dari kematian yang
traumatik menunjukkan, bahwa hal terpenting dari penyampaian berita buruk
adalah attitude (sikap dan perilaku) penyampai berita, informasi yang jelas,
privasi dan kemampuan penyampai berita menjawab pertanyaan.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa itu definisi komunikasi terapeutik keperawatan paliatif ?
2. Apakah prinsip komunikasi dalam perawatan paliatif ?
3. Bagaimana cara menyampaiakan berita buruk dalam perawatan paliatif ?

1
1.3. Tujuan
1. Tujuan umum
Dengan diadakan pembuatan makalah ini mahasiswa dapat memahami dan
menerapkan keperawatan paliatif dalam dunia keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan apaitu definisi komunikasi terapeutik.
b. Mampu menjelaskan Apakah prinsip komunikasi dalam perawatan
paliatif.
c. Mampu menjelaskan Bagaimana cara menyampaiakan berita buruk
dalam perawatan paliatif.
1.4. Manfaat
1. Manfaat teriotis
Makalah ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan ilmu
keperawatan palatif.
2. Manfaat praktis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi mahasiswa
terkait keperawatan palatif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communicatio yang


artinya pemberitahuan atau pertukaran ide. Terapeutik merupakan suatu hal
yang diarahkan kepada proses dalam memfasilitasi penyembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan segala yang ada
dalam fikiran dan diri pasien ke arah yang lebih positif yang nantinya akan
dapat mengurangi beban perasaan pasien dalam menghadapi maupun
mengambil tindakan tentang kesehatannya. Komunikasi terapeutik adalah
landasan dasar untuk kepastian pengobatan, hasil kesehatan yang positif,
kepatuhan pasien dan kualitas perawatan secara keseluruhan. Sehingga
seorang perawat harus memiliki dan menguasai skill komunikasi yang
dibutuhkan supaya mereka bisa bekerja secara efektif dan membangun
hubungan interpersonal yang kontruktif dan sukses antara perawat dan pasien.
(Minanton & Dewi, 2019). Komunikasi terapeutik adalah landasan dasar
untuk kepastian pengobatan, hasil kesehatan yang positif, kepatuhan pasien
dan kualitas perawatan secara keseluruhan.
Perawatan paliatif mencakup seluruh spektrum perawatan medis,
keperawatan, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual. Pendekatan
holistik, dengan memasukkan aspek-aspek perawatan yang lebih luas ini,
adalah praktik medis yang baik dan dalam perawatan paliatif itu sangat
penting. Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah menghargai setiap
kehidupan, menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak
mempercepat atau menunda kematian, menghargai keinginan pasien dalam
mengambil keputusan, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, serta mengintergrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual
dalam perawatan pasien dan keluarga, menghindari tindakan medis yang sia-
sia, memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai
dengan kondisinya sampai akhir hayat, serta memberikan dukungan kepada
keluarga dalam masa duka cita.(Paliatif et al., 2020).

3
Petugas medis harus mempertimbangkan dampak pemberian
informasi prognosis. Pasien yang ingin merencanakan hidup mereka
biasanya mengharapkan informasi yang lebih rinci. Sedangkan pasien
yang sangat khawatir atau cemas, mungkin akan lebih baik mendapat
informasi secara umum saja. Penerimaan informasi setiap orang dapat
berbeda tergantung suku, agama, ras, sosial dan budaya masing-masing.
Setiap orang mempunyai hak untuk menolak atau menerima informasi
lebih lanjut. Jika pasien menunjukkan tanda tidak menginginkan informasi
yang lebih detail, maka petugas medis harus menghormati keinginannya
dan menanyakan pada siapa informasi sebaiknya diberikan.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan dimana komunikasi
tersebut harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien. komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan
psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Sehingga seorang perawat harus memiliki dan menguasai skill komunikasi
yang dibutuhkan supaya mereka bisa bekerja secara efektif dan membangun
hubungan interpersonal yang kontruktif dan sukses antara perawat dan pasien
Komunikasi terapeutik adalah landasan dasar untuk kepastian pengobatan,
hasil kesehatan yang positif, kepatuhan pasien dan kualitas perawatan secara
keseluruhan. Sehingga seorang perawat harus memiliki dan menguasai skill
komunikasi yang dibutuhkan supaya mereka bisa bekerja secara efektif dan
membangun hubungan interpersonal yang kontruktif dan sukses antara
perawat dan pasien. (Minanton & Dewi, 2019)
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan
dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu klien mencapai kembali
kondisi yang adaptif dan positif.

3.2 Prinsip Komunikasi Dalam Perawatan Paliatif


Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah menghargai setiap kehidupan,
menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau
menunda kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil
keputusan, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, serta
mengintergrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan
pasien dan keluarga, menghindari tindakan medis yang sia-sia, memberikan
dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya

5
sampai akhir hayat, serta memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa
duka cita.(Paliatif et al., 2020).
Prinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan
mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri,
menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal,
tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, memberikan
dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien
dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai
masa dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan
pasien dan keluarganya.

3.2.1 Prinsip komunikasi


1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,
memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya,
dan   saling menghargai.
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental.
5. Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah
lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi.
6. Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun masalah.
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
8. Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka.
10. Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan
meyakinkan orang lain tentang kesehatan.

6
11. Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara
manusiawi
12. Bertanggung jawab

3.3 Teknik Menyampaikan Berita Buruk


Penelitian pada anggota keluarga pasien yang selamat dari kematian yang
traumatik menunjukkan, bahwa hal terpenting dari penyampaian berita buruk
adalah attitude (sikap dan perilaku) penyampai berita, informasi yang jelas,
privasi dan kemampuan penyampai berita menjawab pertanyaan. Terdapat
enam langkah dalam menyampaikan berita buruk:
3.3.1 Melakukan persiapan
1. Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita yang
akan disampaikan. Idealnya data rekam medis pasien, hasil laboratorium
atau pun pemeriksaan penunjang ada saat percakapan. Persiapkan juga
pengetahuan dasar tentang prognosis atau pun terapi pilihan terkait
penyakit pasien.
2. Aturlah waktu yang memadai dengan lokasi yang privat dan nyaman.
Pastikan bahwa selama percakapan tidak ada gangguan dari staf medis lain
atau pun dering telepon.
3. Jika memungkinkan, sebaiknya ada anggota keluarga yang hadir.
Perkenalkan diri pada setiap yang hadir dan tanyakan nama dan hubungan
mereka dengan pasien.
4. Latihlah mental dan emosi untuk menyampaikan berita buruk. Tulislah
kata2 spesifik jika perlu, yang akan disampaikan atau yang harus dihindari
dalam penyampaian

3.3.2 Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya


Mulailah diskusi dengan menanyakan apakah pasien tahu bahwa dirinya
sakit parah, atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang
penyakitnya tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjajagi apakah pasien
atau keluarganya dapat memahami berita buruk yang akan disampaikan.
Contoh pertanyaan yang dapat diajukan:

7
1. Apa yang Anda ketahui tentang sakit Anda?
2. Bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda saat ini?
3. Apakah Anda khawatir mengenai sakit atau kondisi Anda?
4. Apakah petugas medis Anda sebelumnya mengatakan apa penyakit Anda?
Atau menyarankan Anda melakukan suatu pemeriksaan?
5. Dengan gejala2 yang ada, menurut Anda penyakit apa yang mungkin
terjadi?

3.3.3 Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya


Tahap selanjutnya adalah mencari tahu seberapa besar keinginan
tahu pasien, orang tua (jika pasien anak) atau keluarga. Penerimaan
informasi setiap orang dapat berbeda tergantung suku, agama, ras, sosial
dan budaya masing-masing. Setiap orang mempunyai hak untuk menolak
atau menerima informasi lebih lanjut. Jika pasien menunjukkan tanda tidak
menginginkan informasi yang lebih detail, maka petugas medis harus
menghormati keinginannya dan menanyakan pada siapa informasi
sebaiknya diberikan.
Sering keluarga pasien meminta petugas medis untuk tidak
menyampaikan pada pasien diagnosis atau informasi penting lainnya.
Sementara petugas medis mempunyai kewajiban secara hukum untuk
memberikan inform consent pada pasien dan disisi lain hubungan
terapeutik yang efektif juga membutuhkan kerjasama dengan keluarga.
Maka jika keluarga meminta demikian, tanyakan mengapa mereka tidak
menginginkan petugas medis memberikan informasi pada pasien, apa yang
mereka takutkan akan apa yang petugas medis sampaikan, dan apa
pengalaman mereka tentang berita buruk. Sarankan bahwa petugas medis
bersama keluarga menemui pasien dan menanyakan apakah pasien ingin
informasi mengenai kesehatannya dan apa pertanyaan yang mungkin
diajukan.

8
3.3.4 Menyampaikan berita
Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif
dan penuh empati. Hindari penyampaikan seluruh informasi dalam satu
kesempatan. Sampaikan informasi, kemudian berikan jeda. Gunakan kata-
kata sederhana yang mudah dipahami. Hindari katakata manis
(eufemisme) ataupun istilah-istilah kedokteran. Lebih baik gunakan kata
yang jelas seperti “meninggal”atau “kanker”. Jangan meminimalkan
keparahan penyakit. Sering-sering memberikan jeda setelah penyampaian
suatu kalimat. Cek apakah pasien dapat memahami apa yang disampaikan.
Gunakan sikap dan bahasa tubuh yang sesuai saat diskusi. Hindari kalimat
“Saya minta maaf” atau “Maafkan saya” karena kalimat tersebut dapat
diniterpretasikan bahwa petugas medis bertanggung jawab atas apa yang
terjadi, atau bahwa semua ini karena kesalahan petugas medis. Lebih baik
gunakan kalimat “Maafkan saya harus menyampaikan pada Anda
mengenai hal ini”.

3.3.5 Memberikan respon terhadap perasaan pasien


Setelah berita buruk disampaikan sebaiknya petugas medis diam
untuk memberi jeda. Beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi.
Respon pasien dan keluarga dalam menghadapi berita buruk beragam. Ada
pasien yang menangis, marah, sedih, cemas, menolak, menyalahkan,
merasa bersalah, tidak percaya, takut, merasa tidak berharga, malu,
mencari alasan mengapa hal ini terjadi, bahkan bisa jadi pasien pergi
meninggalkan ruangan. Siapkan diri dalam menghadapi berbagai reaksi.
Dengarkan dengan tenang dan perhatian penuh. Pahami emosi pasien dan
ajak pasien untuk menceritakan perasaannya.
Selalu diingat bahwa reaksi mereka normal. Sebaiknya sediakan
kertas tisu. Komunikasi non verbal yang akan sangat membantu adalah :
Petugas medis menyodorkan tisu, menawarkan minuman. Gunakan
sentuhan jika memang pantas, karena ada juga 6 pasien atau anggota
keluarga tidak suka disentuh, bersikap sensitif terhadap perbedaan budaya
dan pilihan personal. Hindari humor atau komentar yang tidak pada

9
tempatnya. Beri waktu pasien dan keluarga mengekspresikan perasaan
mereka. Jangan mendesak dengan terburu-buru menyampaikan informasi
lebih lanjut.

3.3.6 Merencanakan tindak lanjut


Buatlah rencana untuk langkah selanjutnya, ini bisa berupa:
1. Pemeriksaan lanjut untuk mengumpulkan tambahan informasi
2. Pengobatan gejala-gejala yang ada
3. Membantu orang tua mengatakan pada anak tentang penyakit dan
pengobatannya
4. Tawarkan harapan yang realistis. Walaupun tidak ada kemungkinan untuk
sembuh, bangun harapan pasien dan sampaikan tentang pilihan terapi apa
saja yang tersedia.
5. Mengatur rujukan yang sesuai
6. Menjelaskan rencana untuk terapi lebih lanjut
7. Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan
secara emosi dan praktis, misal keluarga, teman, tokoh yang disegani,
pekerja sosial, konselor spiritual, peer group, atau pun terapis profesional
Rencana tindak lanjut ini akan meyakinkan pasien dan keluarga,
bahwa petugas medis tidak meninggalkan atau mengabaikan mereka, dan
petugas medis akan terlibat aktif dalam rencana yang akan dijalankan.
Katakan mereka dapat menghubungi petugas medis jika ada pertanyaan
lebih lanjut. Tentukan waktu untuk pertemuan berikutnya. Petugas medis
juga harus memastikan bahwa pasien akan aman dan selamat saat pulang.
Cari tahu: apakah pasien dapat mengemudikan sendiri kendaraan saat
pulang? Apakah pasien sangat cemas atau khawatir, merasa putus asa atau
ingin bunuh diri? Apakah ada seseorang di rumah yang dapat memberikan
dukungan pada pasien?

10
3.3.7 Mengkomunikasikan Prognosis
Pasien sering menanyakan mengenai prognosis, tentang bagaimana
perjalanan penyakit mereka ke depannya. Motivasinya antara lain mereka
ingin mempunyai kepastian tentang masa depan sehingga dapat
merencanakan hidup mereka, atau pasien merasa ketakutan dan berharap
bahwa Petugas medis akan mengatakan penyakitnya tidak serius. Sebelum
langsung menjawab pertanyaan pasien tentang prognosis, sebaiknya
Petugas medis mengumpulkan informasi tentang alasan mereka
menanyakan hal tersebut.
Petugas medis harus mempertimbangkan dampak pemberian
informasi prognosis. Pasien yang ingin merencanakan hidup mereka
biasanya mengharapkan informasi yang lebih rinci. Sedangkan pasien
yang sangat khawatir atau cemas, mungkin akan lebih baik mendapat
informasi secara umum saja. Jawaban Petugas medis yang definitif
seperti : “Anda hanya mempunyai usia harapan hidup sampai 1 tahun”
akan berisiko menyebabkan kekecewaan jika ternyata terbukti usia
harapan hidupnya lebih singkat. Jawaban seperti ini juga dapat
menimbulkan kemarahan dan rasa frustasi jika dokter merendahkan usia
harapan hidup pasien. Kalimat berikut lebih disarankan dalam menjawab
pertanyaan tentang prognosis: “Sekitar sepertiga pasien dengan kasus
seperti ini dapat bertahan hidup sampai satu tahun, separuhnya bertahan
hidup dalam 6 bulan, apa yang akan terjadi sesungguhnya pada diri Anda,
saya sungguh tidak tahun”
Setelah jawaban tersebut Petugas medis sebaiknya melanjutkan
dengan menyampaikan bahwa kita harus berharap untuk yang terbaik,
sambil tetap berencana untuk kemungkinan terburuk. Sampaikan juga ke
pasien dan keluarga bahwa kejutan yang tidak diharapkan dapat terjadi hal
ini dan pasien lebih mempersiapkan mental untuk menghadapi sehingga
dapat mengurangi penderitaan. Petugas medis harus meyakinkan pasien
dan keluarga bahwa Petugas medis akan siap mendukung dan membantu
mereka.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna
terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu
klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.Prinsip-prinsip
perawatan paliatif adalah menghargai setiap kehidupan, menganggap
kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau menunda
kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan,
menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, serta
mengintergrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan
pasien dan keluarga, menghindari tindakan medis yang sia-sia, memberikan
dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya
sampai akhir hayat, serta memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa
duka cita.

4.2 Saran
Dengan disusun makalah ini kami mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat mengetahui dan memahami Komunikasi terapeutik
paliatif, prinsip komunikasi dalam perawatan paliatif,berita buruh dalam
perawatan paliatif dengan baik sehingga tujuan keperawatan paliatif dapat
tercapai dengan baik. Demikian saran yang dapat penulis sampaikan semoga
dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Minanton, M., & Dewi, A. (2019). Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan


Kanker Dan Paliatif. Citra Delima : Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima
Bangka Belitung, 3(1), 52–70. https://doi.org/10.33862/citradelima.v3i2.47
Paliatif, S., Centama, C., & Wilayah, D. I. (2020). PEMBERDAYAAN KADER
KESEHATAN TENTANG. 3(2), 123–131.

13

Anda mungkin juga menyukai