Anda di halaman 1dari 52

KONTRAK BELAJAR

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

NERS ANGKATAN XI

DISUSUN OLEH :

YULIANTI YUNUS, S.Kep

NIM. C03119130
MENGETAHUI :

PRESEPTOR AKADEMIK Ns. Pipin Yunus, M.Kep TTD :

1. TGL :
TANGGAL PENGUMPULAN 2. TEPAT WAKTU
3. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
AKADEMIK

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2020
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

KONTRAK BELAJAR

Nama Mahasiswa :Yulianti Yunus

NIM :C03119130

Ruang : Kelompok IV A

Hari/Tanggal : Senin – Sabtu/ 22-27 Juni 2020


Tujuan Sumber Pembelajaran Strategi Pembelajaran Hasil Yang Diharapkan Waktu

Selama 6 hari 1. PPNI (2017). Standar Untuk mencapai tujuan Selama pembelajaran saya Untuk menjaga agar saya
proseses Diagnosis tersebut saya akan: akan menunjukkan dapat mencapai tujuan,
pembelajaran Pada Keperawatan kemampuan saya dalam saya merencanakan waktu
1. Mencari sumber yang
awal praktek di Indonesia: Definisi mengelola pasien dengan sebagai berikut:
relevan
Ruang ICU saya dan Indikator Luka Bakar melalui: Hari Pertama:
2. Konsultasi dan
mampu membuat Diagnostik, Edisi 1.
diskusi dengan 1. Mempresentasekan 1. Orientasi
Laporan Pendahuluan Jakarta: DPP PPNI
preseptor. hasil laporan kepada 2. Melakukan bimbingan
pada Pasien yang 2. PPNI (2018). Standar
pembimbing/presptor dengan dosen
mengalami ARDS Luaran Keperawatan
2. Tersusunnya laporan preceptor akademik
(Adult Resiratory Indonesia: Definisi
kasus pukul 09.00 melalui
Distres Syndrom) dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. 3. Pengesahan media online zoom
Jakarta: DPP PPNI pembimbing untuk 3. Membuat Kontrak
3. PPNI (2018). Standar mencapai kompentesi Belajar
Intervensi a. Mengumpulkan data 4. Membuat laporan
Keperawatan riwayat kesehatan pendahuluan dengan
Indonesia: Definisi b. Pemeriksaan fisik diagnosa medis ARDS
dan Tindakan c. Memberikan sesuai kasus yang di
Keperawatan, Edisi 1. tindakan mandiri berikan
Jakarta: DPP PPNI sesuai dengan 5. Hari Kedua:
kebutuhan pasien 1. Pembagian kasus oleh
d. Melakukan preceptor
observasi pada 2. menyususn asuhan
pasien keperawatan dengan
diagnosa medis ARDS
di muali dari
pengkajian sampai
pada analisa data focus
3. Melakukan
bimbingan/konsultasi
demgan dosen
preseptor akademik
melalui media online
zoom pukul 08:30

Hari Ketiga:

1. Melakukan penegakan
diagnosis keperawatan
sampai pada
intervensi
keperawatan
2. Melakukan
bimbingan/konsultasi
dengan preseptor dan
responsi laporan
pendahuluan

Hari Keempat:

1. Diskusi dan
konsultasi dengan
preceptor
2. Menyusun rencana
keperawatan meliputi
implementasi dan
evaluasi keperawatan
pada pasien ARDS.
3. Membuat leaflet dan
SAP ARDS
4. Menyelesaikan
perbaikan kontrak
belajar, laporan
pendahuluan dan
asuhan keperawatan
ARDS.

Hari Kelima:

1. Melakukan Video
Baseside Learning
terkait intervensi yang
di rencanakan.
2. Melakukan minicies
kasus ARDS

Hari Keenam:

1. Melakukan simulasi
penkes ARDS
2. Pengumpulan seluruh
tugas
LAPORAN PENDAHULAN ADULT RESPIRATORY DISTRES SYNDROM
(ARDS)

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

NERS ANGKATAN XI

DISUSUN OLEH :

YULIANTI YUNUS, S.Kep

NIM. C03119130
MENGETAHUI :

PRESEPTOR AKADEMIK Ns. Pipin Yunus, M.Kep TTD :

1. TGL :
TANGGAL PENGUMPULAN 4. TEPAT WAKTU
5. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
AKADEMIK

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
I. Definisi Adult Respiratory Distres Syndrome (ARDS)
ARDS adalah suatu penyakit yang ditandai oleh kerusakan luas alveolus 
dan / atau membran kapiler paru.ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan
besar pada system paru, kardiovaskular, atau tubuh secara luas
(Corwin,2000;420).

ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk


kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang
telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau nonpulmonal (Hudak
Gallo,1997;579).

ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif


kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera
(Smeltzer,2001;615).

ARDS merupakan suatu bentuk gagal nafas akut yang berkembang


progresif pada penderita kritis dan cedera  tanpa penyakit paru sebelumnya,
ditandai dengan adanya inflamasi parenkim paru dan peningkatan permeabilitas
unit alveoli kapiler yang mengakibatkan hiperventilasi, hipoksemia berat dan
infiltrate luas.

ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun


1967.Diperkirakan ada 150.000 orang yang menderita ARDS tiap tahunnya dan
laju mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat bervariasi.Tingkat
mortilitasnya 50 %.Sepsis sistemik merupakan penyebab ARDS terbesar sekitar
50%, trauma 15 %, cardiopulmonary baypass 15 %, viral pneumoni 10 % dan
injeksi obat 5 %.;LKI
II. ETIOLOGI

ARDS dapat terjadi akibat cedera langsung kapiler paru atau alveolus.
Namun, karena kapiler dan alveolus berhubungan sangat erat, maka destruksi
yang luas pada salah satunya biasanya menyebabkan estraksi yang lain. Hal ini
terjadi akibat pengeluaran enzim-enzim litik oleh sel-sel yang mati, serta reaksi
peradangan yang terjadi setelah cedera dan kematian sel. Contoh-contoh kondisi
yang mempengaruhi kapiler dan alveolus disajikan di bawah ini.

Destruksi kapiler, apabila kerusakan berawal di membran kapiler, maka


akan terjadi pergerakan plasma dan sel darah merah ke ruang interstisium. Hal ini
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbon dioksida untuk
berdifusi, sehingga kecepatan pertukaran gas menurun. Cairan yang menumpuk di
ruang interstisium bergerak ke dalam alveolus, mengencerkan surfaktan dan
meningkatkan tegangan permukaan. Gaya yang diperlukan untuk
mengembangkan alveolus menjadi sangat meningkat. Peningkatan tegangan
permukaan ditambah oleh edema dan pembengkakan ruang interstisium dapat
menyebabkan atelektasis kompresi yang luas.

Destruksi Alveolus apabila alveolus adalah tempat awal terjadinya


kerusakan, maka luas permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas berkurang
sehingga kecepatan pertukaran gas juga menurun. Penyebab kerusakan alveolus
antara lain adalah pneumonia, aspirasi, dan inhalasi asap. Toksisitas oksigen, yang
timbul setelah 24-36 jam terapi oksigen tinggi, juga dapat menjadi penyebab
kerusakan membran alveolus melalui pembentukan radikal-radikal bebas oksigen.

Tanpa oksigen, jaringan vaskular dan paru mengalami hipoksia sehingga


semakin menyebabkan cedera dan kematian sel. Apabila alveolus dan kapiler
telah rusak, maka reaksi peradangan akan terpacu yang menyebabkan terjadinya
edema dan pembengkakan ruang interstitium serta kerusakan kapiler dan alveolus
di sekitarnya. Dalam 24 jam setelah awitan ARDS, terbentuk membran hialin di
dalam alveolus. Membran ini adalah pengendapan fibrin putih yang bertambah
secara progesif dan semakin mengurangi pertukaran gas. Akhirnya terjadi fibrosis
menyebabkan alveolus lenyap. Ventilasi, respirasi dan perfusi semuanya
terganggu. Angka kematian akibat ARDS adalah sekitar 50%. (Elisabeth J.
Cowin, 2001, hal. 420-421).

Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), gangguan yang dapat mencetuskan


terjadinya ARDS adalah :

1. Sistemik :
a. Syok karena beberapa penyebab
b. Sepsis gram negative
c. Hipotermia
d. Hipertermia
e. Takar lajak obat ( Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat, Metadone,
Bleomisin )
f. Gangguan hematology ( DIC, Transfusi massif, Bypass kardiopulmonal )
g. Eklampsia
h. Luka bakar
2. Pulmonal :
a. Pneumonia ( Viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii )
b. Trauma ( emboli lemak, kontusio paru )
c. Aspirasi ( cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon )
d. Pneumositis
3. Non-Pulmonal :
A. Cedera kepala
B. Peningkatan TIK
C. Pascakardioversi
D. Pankreatitis
E. Uremia
F. TANDA DAN GEJALA

ARDS biasaya timbul dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah kerusakan


awal pada paru. Awalnya pasien akan mengalami dispnea, kemudian biasanya
diikuti dengan pernapasan yang cepat dan dalam. Sianosis terjadi secara sentral
dan perifer, bahkan tanda yang khas pada ARDS ialah tidak membaiknya sianosis
meskipun pasien sudah diberi oksigen. Sedangkan pada auskultasi dapat ditemui
ronkhi basah kasar, serta kadang wheezing.

Diagnosis dini dapat ditegakkan jika pasien mengeluhkan dispnea, sebagai


gejala pendahulu ARDS. Diagnosis presumtif dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan analisa gas darah serta foto toraks. Analisa ini pada awalnya
menunjukkan alkalosis respiratorik (PaO2 sangat rendah, PaCO2 normal atau
rendah, serta peningkatan pH). Foto toraks biasanya memperlihatkan infiltrat
alveolar bilateral difus yang mirip dengan edema paru atau batas-batas jantung,
namun siluet jantung biasanya normal. Bagaimanapun, belum tentu kelainan pada
foto toraks dapat menjelaskan perjalanan penyakit sebab perubahan anatomis yang
terlihat pada gambaran sinar X terjadi melalui proses panjang di balik perubahan
fungsi yang sudah lebih dahulu terjadi.

PaO2 yang sangat rendah kadang-kadang bersifat menetap meskipun


konsentrasi oksigen yang dihirup (FiO2) sudah adekuat. Keadaan ini merupakan
indikasi adanya pintas paru kanan ke kiri melalui atelektasis dan konsolidasi unit
paru yang tidak terjadi ventilasi. Keadaan inilah yang menandakan bahwa paru
pasien sudah mengalami bocor di sana-sini, bentuk yang tidak karuan, serta
perfusi oksigen yang sangat tidak adekuat.

Setelah dilakukan perawatan hipoksemia, diagnosis selanjutnya


ditegakkan dengan bantuan beberapa alat. Untuk menginvestigasi adanya gagal
jantung dapat dipasang kateter Swan-Ganz, dari sini dapat dilihat bahwa
pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) akan terukur rendah (<18 mmHg)
pada ARDS serta meningkat (>20 mmHg) pada gagal jantung. Jika terdapat
emboli paru (keadaan yang menyerupai ARDS) mesti dieksplorasi hingga pasien
stabil sambil mencari sumber trombus yang mungkin terdapat pada pasien,
misalnya dari DVT. Pneumosystis carinii dan infeksi-infeksi paru lainnya patut
dijadikan diagnosis diferensial, terutama pada pasien-pasien imunokompromais.
III. PATHOFISIOLOGI

Mula – mula terjadi kerusakan pada membrane kapiler alveoli


menyebabkan terjadi peningkatan permeabilitas endotel kapiler paru dan epitel
alveoli mengakibatkan terjadi edema alveoli dan interstitial. Cairan yang
berkumpul di interstitium sehingga alveoli mulai terisi cairan menyebabkan
atelektasis kongesti yang luas. Terjadi pengurangan volume paru, paru-paru
menjadi kaku dan keluwesan paru (compliance ) menurun, fungsional residual
capacity juga menurun. Hipoksemia yang berat merupakan gejala penting ards,
penyebabnya adalah ketidakseimbangan ventilasi – perfusi, hubungan arterio –
venous ( aliran darah mengalir kealveoli yang kolaps ) dan kelainan difusi alveoli
– kapiler sebab penebalan dinding alveoli – kapiler.
IV. PATHWAY
Trauma langsung / trauma tidak
langsung pada paru

Timbul serangan

ARDS

Inflamasi/kerusakan
jringan paru

Kelemahan otot
Ekspansi paru menurun Permeabilitas ka[iler meningkat

Hipoksemia Mudah lelah Penekanan tekanan osmotic


interstisial

Pola Napas Tidak Efektif Intoleransi


Aktivitas Edema paru

Mudah lelah Aliran darah dan cairan


dalam alveoli menurun

Gg. Ventilasi Gagal Napas


(hiperkarbia)
Gangguan Ventilalsi Gangguan Pertukaran
Spontan Gas

V. MANIFESTASI KLINIK
a. Penurunan kesadaran mental
b. Takikardi, takipnea
c. Dispnea dengan kesulitan bernafas
d. Terdapat retraksi interkosta
e. Sianosis
f. Hipoksemia
g. Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
h. Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
a. Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 )
b. Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi
c. Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
d. Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
e. Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
2. Pemeriksaan Rontgent Dada :
a. Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
b. Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
3. Tes Fungsi paru :
a. Pe ↓ komplain paru dan volume paru
b. Pirau kanan-kiri meningkat
VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk menegakkan diagnosa ARDS sangat tergantung dari pengambilan
anamnesa klinis yang tepat. Pemeriksaan laboraturium yang paling awal adalah
hipoksemia, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan gas-gas darah arteri
pada situasi klinis yang tepat, kemudian hiperkapnea dengan asidosis respiratorik
pada tahap akhir. Pada permulaan, foto dada menunjukkan kelainan minimal dan
kadang-kadang terdapat gambaran edema interstisial. Pemberian oksigen pada
tahap awal umumnya dapat menaikkan tekanan PO2 arteri ke arah yang masih
dapat ditolelir. Pada tahap berikutnya sesak nafas bertambah, sianosis penderita
menjadi lebih berat ronki mungkin terdengar di seluruh paru-paru. Pada saat ini
foto dada menunjukkan infiltrate alveolar bilateral dan tersebar luas. Pada saat
terminal sesak nafas menjadi lebih hebat dan volume tidal sangat menurun,
kenaikan PCO2 dan hipoksemia bertambah berat, terdapat asidosis metabolic
sebab hipoksia serta asidosis respiratorik dan tekanan darah sulit dipertahankan.
VIII. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pasang jalan nafas yang adekuat “ Pencegahan infeksi
b. Mekanik “ Dukungan nutrisi
c. TEAP “Monitor system terhadap respon
d. Pemantauan oksigenasi arteri “Perawatan kondisi dasar
e. Cairan
f. Farmakologi ( O2, Diuretik, A.B )
IX. KOMPLIKASI
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat terjadi
pada ARDS adalah :
a. Abnormalitas obstruktif terbatas ( keterbatasan aliran udara )
b. Defek difusi sedang
c. Hipoksemia selama latihan
d. Toksisitas oksigen
e. Sepsis

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. Pengkajian primer
1) Airway
a) Kaji apakah ada Peningkatan sekresi pernapasan
b) Kaji apakah Terdengar adanya bunyi napas ronchi
c) Kaji apakah Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
a) Kaji apakah ada Peningkatan frekuensi napas
b) Kaji pernapasan Napas dangkal dan cepat
c) Kaji apakah ada Kelemahan otot pernapasan
d) Kaji apakah ada Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
a) Kaji apakagh ada Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Kaji apakah klien mengeluh Sakit kepala
c) Kaji apakah klien Pingsan, berkeringat banyak, Reaksi emosi yang
kuat, Pusing, mata berkunang – kunang
4) Disability
a) Dapat terjadi penurunan kesadaran
Triase : merah
B. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder adalah pengkajian yang terstruktur dan sistematif
bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi pasien lebih detail dan
berfokus.
1) Riwayat kesehatan : dalam hal ini, keluarga dan orang terdekat
pasien dapat di libatkan dalam menggali riwayat kesehatan pasien
2) Pital sign : pengkajian ini termasuk denyut nadi,
pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh dan saturasi oksigen.
3) Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik di lakukan secara head to
toe. Dalam hal ini di lakukan pemeriksaan fisik mulai dari :
a. Pernafasan
Inspeksi : Bentuk dada tidak simetris antara kiri dan kanan,
pergerakan dada tidak simetris antara kiri dan kanan, ekspansi paru
menurun, terdapat odema di semua lapang paru dextra sinistra, nampak
terpasang ventilator degan frekuensi pernapasan 17x/menit dengan
PEEP, tampak pernapasan lambat nafas dangkal.
Palpasi : Tidak ada kelainan pada kulit bagian dada, tidak ada
masa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Perkusi paru kiri dan kanan redup, batas paru ICS ke-5
Auskultasi : suara nafas vesikuer kiri dan kanan, tidak terdapat suara
nafas tambahan.

b. Kardiovaskuler
Inspeksi : Bentuk dada normal, tidak ada jejas
Palpasi : Tidak terdapat masa, dan tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Batas jantung atas pada ICS 3, batas jantung bawah pada
ICS 5, batas kiri pada midclavikula, batas kanan sejejar dengan sisi
sternum kanan.
Askultasi : suara jantung 1 terdengar bunyi “lub” pada ICS ke 5
sebelah kiri sternumdi atas apeks jantung, suara jantung 2 terdengar
“dub” ICS 2, tidak ada bunyi jantung tambahan.

c. Neurologis dan sensoris


Nervus I : Fungsi saraf sensori untuk penciuman tidak dapat di kaji
klien dalam keadaan penurunan kesadaran denagan kesdaran somnolen
Nervus II : Fungsi saraf sensori untuk penglihatan refleks pupil +/-,
pupil miosis.
Nervus III :Fungsi saraf motorik untuk mengangkat kelopak mata
keatas, tidak dapat dikaji klien dalam keadaan penurunan
kesadaran dengan kesadaran somnolen
Nervus IV :Fungsi ssafar motorik untuk mengangkat kelopak mata
kebawah, tidak dapat di kaji, klien dalam keadaan
penurunan keasdaran degan kesadaran somnolen
Nervus V : Fungsi saraf untuk gerak menguyah, tidak dapat di kaji.
Nervus VI : Fungsi saraf motorik defiasi mata kelateral kelopak mata
bawah, tidak dapat di kaji klien dalam pnurunan kesadaran
dengan kesadaran somnolen.
Nervus VII : Fungsi saraf motorik untuk ekspresi wajah, tidak dapat di
kaji.
Nervus VIII : Fungsi saraf sensori untuk pendengaran dan
keseimbangan, tidak dapat di kaji, klien dalam keadaan
penurunan kesadaran dengan kesadaran somnolen.
Nervus IX : Fungsi saraf sensori dan motorik untuk sensasi rasa, Tidak
dapat di kaji, klien dalam keadaan penurunan kesadaran
dengan kesadaran somnolen.
Nervus X : Fungsi saraf dan motorik refleks muntah dan menelan,
tidak terdapat reflex menelan dan muntah.
Nervue XI : Fungsi saraf motorik untuk mengerakan bahu, tidak dapat
di kaji.
Nervue XII : Fungsi motorik untuk mengerakan lidah, tidak dapat di
kaji klien dalam keadaan penurunan kesadaran, dengan
kesadaran somnolen.

d. Gastrointestinal
Inspeksi :Bentuk abdomen simetris kiri dan kanan, tidak ada luka,
tidak ada pembengkakan, tidak ada pendarahan.
Auskultasi : Bisisng usus normal 12x/menit di hitung selama satu menit
penuh.
Palpasi : Dinding perut normal, Tidak ada pembengkakan hepar.
Perkusi : Tidak ada bunyi tambahan

e. Muskuloskeletal
Kekuatan otot : Klien terjadi penurunan kesadaran
1111 1111

1111 1111

f. Genitourinaria
Klien Tidak terpasang kateter.

g. Integumen
Turgor kulit baik, kulit teraba hangat dan tampak pucat.
h. Endokrin
Tyroid : Tidak ada pembengkakan Tiroid.
DM : Tidak dapat di kaji.

i. Psikososial
Lingkungan tempat tinggal klien bersih, rumah klien berdekatan dengan
tetangga, pasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga.

j. Istirahat tidur
Saat sehat pola tidur klien kurang lebih 8-9 jam/hari, setelah Sakit klien
dalam keadaan penurunan kesadaran, klien dalam keadaan mengantuk.

k. Nutrisi:
Sebelum sakit pola makan klien baik dengan frekuensi makan 3x/hari,
setelah sakit klien makan dengan menggunakan alat bantu makanan dan
dibantu keluarga.

2. PATHWAY ARDS
Trauma langsung / trauma tidak
langsung pada paru

Timbul serangan

ARDS

Inflamasi/kerusakan
jringan paru

Kelemahan otot
Ekspansi paru menurun Permeabilitas ka[iler meningkat

Hipoksemia Mudah lelah Penekanan tekanan osmotic


interstisial

Pola Napas Tidak Efektif Intoleransi


Aktivitas Edema paru
Mudah lelah Aliran darahPertukaran
Gangguan dan cairan
dalam alveoli
Gasmenurun

Gg. Ventilasi Gangguan Ventilalsi


Gagal Napas
(hiperkarbia) Spontan

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan
nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
4. Hipervolemia

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
No
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan Terapi Oksigen


intervensi keperawatan
Berhubungan dengan Tindakan
selama …. x 24 jam maka
hambatan upaya napas
Pola napas membaik Observasi
ditandai dengan
dengan kriteria hasil :
1. Monitor kecepatan
Gejala dan tanda mayor
1. Dispnea : Menurun aliran oksigen
Subjetif 2. Penggunaan otot bantu 2. Monitor posisi alat
napas : Menurun terapi oksigen
1. Dispnea
3. Ortopnea : Menurun 3. Monitor efektifitas
Objektif
4. Frekuensi napas : terapi oksigen (mis.
1. Penggunaan otot bantu Membaik Oksimetri, analisa
pernapasan 5. Kedalaman Napas : gas darah), jika perlu
2. Fase ekspirasi Membaik 4. Monitor kemampuan
memanjang melepaskan oksigen
3. Pola napas abnormal saat makan
(mis. 5. Monitor tanda-tanda
takipnea,bradipnea, hipoventilasi
hiperentilasi, kussmaul, 6. Monitor integritas
cheyne-stokes) mukosa hidung
Gejala dan tanda minor akibat pemasangan
oksigen
Subjektif
Terapeutik
1. Ortopnea
1. Bersihkan secret
Objektif
pada mulut, hidung
1. Pernapasan pursed-lip dan trakea, jika perlu
2. Pernapasan cuping 2. Pertahankan
hidung kepatenan jalan
3. Diameter Thoraks napas
anterior-posterior 3. Siapkan dan atur
meningkat peralatan pemberian
4. Ventilasi semanit oksigen
manurun 4. Berikan oksigen
5. Kapasitas vital tambahan, jika perlu
menurun 5. Tetap berikan
6. Tekanan ekspirasi oksigen saat pasien
menurun ditransportasi
7. Tekanan inspirasi 6. Gunakan perangkat
menurun oksigen yang sesuai
8. Ekskursi dada berubah dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi

1. Ajarkan pasien dan


keluarga cara
menggunakan
oksigen di rumah
Kolaborasi

1. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas
dan/atau tidur.

2. Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi


Gas keperawatan selama …. x
Tindakan
24 jam makaPertukaran
Gejala dan tanda mayor
gas meningkat dengan Observasi
Subjektif kriteria hasil :
1. Monitor frekuensi,
1. Dispnea 1. Tingkat kesadaran : irama, kedalaman dan
Meningkat upaya napas
2. Dispnea : Menurun 2. Monitor pola napas
Objektif
3. Pusing : Menurun (seperti
1. PCO2 4. Penglihatan kabur : bradipnea,takipnea,hi
meningkat/menurun Menurun perventilasi,kussmaul,
2. PO2 menurun 5. Diaforesis : Menurun chyne-stokes, biot,
3. Ph arteri meningkat/ 6. Gelisah : Menurun ataksik)
menurun 7. Napas cuping hidung : 3. Monitor adanya
4. Bunyi napas tambahan Menurun sumbatan jalan napas
Gejala dan tanda minor 8. PCO2 : Membaik 4. Palpasi kesimetrisan
9. PO2 : Membaik ekspansi paru
Subjektif
10.Ph arteri : Membaik 5. Auskultasi bunyi
1. Pusing 11.Sianosis : Membaik napas
2. Penglihatan kabur 12.Pola napas : Membaik 6. Monitor saturasi
Objektif oksigen
7. Monitir nilai AGD
1. Sianosis
Terapeutik
2. Diaforesis
3. Gelisah 1. Atur intervasl
4. Napas cuping hidung pemantauan respirasi
5. Pola napas abnormal sesuai kondisi pasien
(cepat/lambat, 2. Dokumentasikan hasil
reguler/ireguler, pemantauan
dalam/dangkal Edukasi
6. Warna kulit abnormal (
1. Jelaskan tujuan dan
mis. pucat, kebiruan)
prosedur pemantauan
7. Kesadaran menurun
2. Informasikan hasil
pemantauan, Jika
Perlu
3. Intolran Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 0bservasi
kelemahan ditandai jam diharapkan intoleransi 1. Identifikasi
aktivitas meningkat dengan gangguan fungsi
dengan
kriteria hasil : tubuh yang
a. Data subjektif :
1. kemudahan mengakibatkan
1) Klien mengeluh
melakukan aktivitas kelelahan
lemas
sehari-hari 2. Monitor kelelahan
2) Klien mengeluh ( meningkat ) fisik dan emosional
sesak napas 2. kecepatan berjalan Terapeutik
b. Data objektif : ( meningkat ) 1. SediakanSediakan
1) Frekuensi nadi 3. keluhan lelah lingkungan nyaman
110x/menit ( menurun ) dan rendah

2) Denyut nadi teraba 4. dispneu saat aktivitas stimulus

kuat ( menurun ) ( mis.cahaya,suara,


5. dispnue setelah kunjungan )
aktivitas ( menurun ) 2. Lakukan latihan
6. perasaan lemah rentang gerak pasif
( menurun ) dan / atau aktif
7. frekuensi nadi 3. Berikan aktivitas
(membaik ) distraksi yang
8. saturasi oksigen menenangkan
( membaik ) 4. Pasilitasi duduk
9. frekuensi napas disisi tempat
(membaik ) tidur,jika tidak
EKG iskemia ( membaik dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
2. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H. dan A. Mukty. 1995. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru .


Surabaya: Airlangga University Press.
Asher M.I. dan P.H. Beadry. 1990. Lung Abscess in Infections of
Respiratory Tract. 3rd ed. Kanada: Prentice Hall Inc.

Bunner, Suddath, dkk . 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 1.


Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall.2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisin 8.


Jakarta : EGC.

Corwin J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta :


EGC.

Doenges, Marilyn. E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi : 3. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta :
Mediaesculapius
Price, Sylvia. A. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Wong, Donna. L. 2004. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC.

Patofisiologi ,Edisi 6 .Penerbit Sylvia A,Price Dan Lorraine M,Wilson


ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

PADA Tn. “C” DENGAN DIAGNOSA ARDS DIRUANG ICU

STASE KEPERAWATAN DASAR

NERS ANGKATAN XI

DISUSUN OLEH :

YULIANTI YUNUS, S.Kep

NIM. C03119130
MENGETAHUI :

PRESEPTOR AKADEMIK Ns. Pipin Yunus, M.Kep TTD :

1. TGL :
TANGGAL PENGUMPULAN 6. TEPAT WAKTU
7. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
AKADEMIK

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. C
DENGAN DIAGNOSA ADULT RESPIRATORY DISTRES
SYNDROM (ARDS)
DI RUANGAN ICU

1. Identitas Klien

Nama : Tn. C Hari rawat ke :

Umur : 32 Tahun No. RM :

Alamat : Telaga Biru Tgl Masuk : 22 juni 2020

Jenis Kelamin : Laki – laki Tgl. Pengkajian : 23 juni 2020

Pekerjaan : Wiraswasta Diagnosa Medis : ARDS

2. Alasan masuk RS : Klien masuk rumah sakit di IGD pada


tanggal 22 juni 2020 pada pukul 11:00 Dalam kesadaran somnolen, dari
hasil pengkajian didapatkan terdapat odema di semua lapang paru dextra
dan sinistra, dengan tanda – tanda vital: tekanan darah 100/70 mmHg,
frekuensi napas 17x/menit dengan PEEP frekuensi nadi 85x/menit, suhu
38,5 oC.
3. Alasan masuk ICU/ICCU : Pada tanggal 22 juni 2020 pukul 14.00
klien masuk ICU setelah di tangani dari ruangan UGD, Hasil indikasi
medis masuk ICU karena klien terjadi penurunan kesadaran, klien
terpasang ventilator, terdapat odema di semua lapang paru dextra dan
sinistra dengan tanda – tanda vital : frekuensi pernapsan 17x/menit dengan
PEEP, frekuensi nadi 85x/menit, tekanan drah 100/70 mmHg, suhu 38,5
0C. PCO2 32 mmHg, PaO2 70 mmHg.
4. Riwayat Penyakit sekarang : Pada saat di lakukan pengkajian pada hari
selasa 23-juni-2020 pukul 10:00 didapatkan klien dalam penurunan
kesadaran dengan kesadaran somnolen, dengan frekuensi pernapasan
17x/menit dengan PEEP, klien terpasang ventilator, terdapat odema di
semua lapang paru dextra dan sinistra, dengan hasil pemeriksaan
laboratorium PaO2 70 mmhg, PCO2 32 mmHg,
5. Pengkajian fisik
a. Pernafasan
Inspeksi : Bentuk dada tidak simetris antara kiri dan kanan,
pergerakan dada tidak simetris antara kiri dan kanan, ekspansi paru
menurun, terdapat odema di semua lapang paru dextra sinistra, nampak
terpasang ventilator degan frekuensi pernapasan 17x/menit dengan
PEEP, tampak pernapasan lambat nafas dangkal.
Palpasi : Tidak ada kelainan pada kulit bagian dada, tidak ada
masa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Perkusi paru kiri dan kanan redup, batas paru ICS ke-5
Auskultasi : suara nafas vesikuer kiri dan kanan, tidak terdapat suara
nafas tambahan.

b. Kardiovaskuler
Inspeksi : Bentuk dada normal, tidak ada jejas
Palpasi : Tidak terdapat masa, dan tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Batas jantung atas pada ICS 3, batas jantung bawah pada
ICS 5, batas kiri pada midclavikula, batas kanan sejejar dengan sisi
sternum kanan.
Askultasi : suara jantung 1 terdengar bunyi “lub” pada ICS ke 5
sebelah kiri sternumdi atas apeks jantung, suara jantung 2 terdengar
“dub” ICS 2, tidak ada bunyi jantung tambahan.

c. Neurologis dan sensoris


Nervus I : Fungsi saraf sensori untuk penciuman tidak dapat di kaji
klien dalam keadaan penurunan kesadaran denagan kesdaran somnolen
Nervus II : Fungsi saraf sensori untuk penglihatan refleks pupil +/-,
pupil miosis.
Nervus III :Fungsi saraf motorik untuk mengangkat kelopak mata
keatas, tidak dapat dikaji klien dalam keadaan penurunan
kesadaran dengan kesadaran somnolen
Nervus IV :Fungsi ssafar motorik untuk mengangkat kelopak mata
kebawah, tidak dapat di kaji, klien dalam keadaan
penurunan keasdaran degan kesadaran somnolen
Nervus V : Fungsi saraf untuk gerak menguyah, tidak dapat di kaji.
Nervus VI : Fungsi saraf motorik defiasi mata kelateral kelopak mata
bawah, tidak dapat di kaji klien dalam pnurunan kesadaran
dengan kesadaran somnolen.
Nervus VII : Fungsi saraf motorik untuk ekspresi wajah, tidak dapat di
kaji.
Nervus VIII : Fungsi saraf sensori untuk pendengaran dan
keseimbangan, tidak dapat di kaji, klien dalam keadaan
penurunan kesadaran dengan kesadaran somnolen.
Nervus IX : Fungsi saraf sensori dan motorik untuk sensasi rasa, Tidak
dapat di kaji, klien dalam keadaan penurunan kesadaran
dengan kesadaran somnolen.
Nervus X : Fungsi saraf dan motorik refleks muntah dan menelan,
tidak terdapat reflex menelan dan muntah.
Nervue XI : Fungsi saraf motorik untuk mengerakan bahu, tidak dapat
di kaji.
Nervue XII : Fungsi motorik untuk mengerakan lidah, tidak dapat di
kaji klien dalam keadaan penurunan kesadaran, dengan
kesadaran somnolen.

d. Gastrointestinal
Inspeksi :Bentuk abdomen simetris kiri dan kanan, tidak ada luka,
tidak ada pembengkakan, tidak ada pendarahan.
Auskultasi : Bisisng usus normal 12x/menit di hitung selama satu menit
penuh.
Palpasi : Dinding perut normal, Tidak ada pembengkakan hepar.
Perkusi : Tidak ada bunyi tambahan

e. Muskuloskeletal
Kekuatan otot : Klien terjadi penurunan kesadaran
1111 1111

1111 1111

f. Genitourinaria
Klien Tidak terpasang kateter.

g. Integumen
Turgor kulit baik, kulit teraba hangat dan tampak pucat.

h. Endokrin
Tyroid : Tidak ada pembengkakan Tiroid.
DM : Tidak dapat di kaji.

i. Psikososial
Lingkungan tempat tinggal klien bersih, rumah klien berdekatan dengan
tetangga, pasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga.

j. Istirahat tidur
Saat sehat pola tidur klien kurang lebih 8-9 jam/hari, setelah Sakit klien
dalam keadaan penurunan kesadaran, klien dalam keadaan mengantuk.

k. Nutrisi:
Sebelum sakit pola makan klien baik dengan frekuensi makan 3x/hari,
setelah sakit klien makan dengan menggunakan alat bantu makanan dan
dibantu keluarga.
6. Monitoring tiap jam (form monitoring)
Tidak dapat di kaji.
7. Terapi
Nebulizer via Ventilator
8. Pemeriksaan laboratorium
- Hasil AGD:
- PH : 7,47
- PaO2 : 70 mmHg
- PCO2 : 32 mmHg
- SaO2 : 90%
- HCO3 : 23 mmHg
- Leukosit : 14.000/mm3
- WBC : 1200/mm3
9. Analisa data
No Tgl/jam Data Fokus Etiologi Problem
1. 23-juni- Data subjektif : - ARDS Gangguan
2020/ Data Objektif : Pertukaran
12:00 1) PaO2 : 70 Inflamasi/kerusakan Gas
mmHg jaringan paru
2) PCO2 : 32
mmHg Permeabilitas kapiler
3) PH : 7,47 meningkat
4) Klien Nampak
terpasang Penekanan tekanan osmotic
ventilator interstisial
5) Nampak
Terdapat odema Edema paru
di semua lapang
paru dextra Aliran darah dan cairan
sinistra. dalam alveoli menurun

Kolaps alveoli

Gangguan Pertukaran
Gas
2. 23-juni- Data subjektif : - Aktivasi kaskade inflamasi Hipertermia
2020/ Data Objektif :
13:30 1) Dari hasil Aktifitasi sel efektor (fase
pemeriksaan amplifikasi)
laboratorium
leukosit : 14.000 Neutrofil tertarik dan
mm/3 tertahan di paru
2) Tanda-tanda
vital : Melepaskan mediator
Suhu badan : inflamasi ( oksidan dan
38,5OC peotease)
Tekanan darah :
100/70 mmHg Terjadi inflamasi
Frekuensi
pernapasan : Mempengaruhi hipotalamus
17x/menit
dengan PEEP peningkatan set poin
Frekiensi nadi : hipotalamus
85x/menit

Hipertermia

10. Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
Data subjektif : -
Data Objektif :
a) PaO2 : 70 mmHg
b) PCO2 : 32 mmHg
c) PH : 7,47
d) Klien Nampak terpasang ventilator
e) Nampak Terdapat odema di semua lapang paru dextra sinistra.
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Data subjektif : -
Data Objektif :
a) Dari hasil pemeriksaan laboratorium leukosit : 14.000 mm/3
b) Tanda-tanda vital :
a. Suhu badan : 38,5OC
b. Tekanan darah : 100/70 mmHg
c. Frekuensi pernapasan : 17x/menit dengan PEEP
d. Frekiensi nadi :85x/menit
11. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


No
keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi


Pertukaran Gas tindakan keperawatan
Tindakan
berhubungan selama …. x 24 jam
dengan makaPertukaran gas Observasi
ketidakseimbangan meningkat dengan
1) Monitor
ventilasi perfusi kriteria hasil :
frekuensi, irama,
Data subjektif : -
1) Tingkat kedalaman dan
Data Objektif :
kesadaran : upaya napas
1) PaO2 : 70
Meningkat 2) Monitor pola
mmHg
2) Dispnea : napas (seperti
2) PCO2 : 32
Menurun bradipnea,takipnea,
mmHg
3) Diaforesis : hiperventilasi,kuss
3) PH : 7,47
Menurun maul, chyne-stokes,
4) Klien Nampak
4) Gelisah : biot, ataksik)
terpasang
Menurun 3) Monitor adanya
ventilator
5) PCO2 : sumbatan jalan
5) Nampak Terdapat
Membaik napas
odema di semua 6) PO2 : Membaik 4) Palpasi
lapang paru dextra 7) Ph arteri : kesimetrisan
sinistra. Membaik ekspansi paru
8) Pola napas : 5) Auskultasi
Membaik bunyi napas
6) Monitor saturasi
oksigen
7) Monitir nilai
AGD
Terapeutik

8) Atur intervasl
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
9) Dokumentasika
n hasil pemantauan
Edukasi

10) Jelaskan tujuan


dan prosedur
pemantauan
11) Informasikan
hasil pemantauan,
Jika Perlu

2. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen


berhubungan tindakan keperawatan Hipertermia

dengan proses selama 3 x 24 jam Observasi


diharapkan termoregulasi 1) Identifikasi
penyakit
membaik dengan kriteria penyebab
Data subjektif : -
hasil : hipertermia (mis.
Data Objektif :
1) Dari hasil 1) Menggigil Dehidrasi,
pemeriksaan (menurun) terpapar

laboratorium 2) Kulit merah lingkungan panas,


(menurun) penggunaan
leukosit :
3) Kejang inkubator)
14.000 mm/3
(menurun) 2) Monitor suhu
2) Tanda-tanda
4) Akrosianosis tubuh
vital :
(menurun) 3) Monitor kadar
a) Suhu badan : 5) Konsumsi elektrolit
38,5OC oksigen 4) Monitor haluaran
b) Tekanan darah (menurun) urine
: 100/70 6) Piloereksi 5) Monitor
mmHg (menurun) komplikasi akibat

c) Frekuensi 7) Vasokontriksi hipertermia

pernapasan : perifer (menurun) Terapeutik


8) Kutis memorata 6) Sediakan
17x/menit
(menurun) lingkungan yang
dengan PEEP
9) Pucat (menurun) dingin
d) Frekiensi
10) Takikardi 7) Longgarkan atau
nadi :
(menurun) lepaskan pakaian
85x/menit 11) Takipnea 8) Basahi dan kipasi
(menurun) permukaan tubuh
12) Bradikardi 9) Berikan cairan
(menurun) oral
13) Dasar kuku 10) Ganti linen setiap
sianotik hari atau lebih
(menurun) sering jika
14) Hipoksia mengalami
(menurun) hiperhidrosis
15) Suhu tubuh (keringan
(membaik) berlebih)
16) Suhu kulit 11) Lakukan
(membaik) pendinginan
17) Kadar glukosa eksternal (mis.
darah (membaik) Selimut
18) Pengisian kapiler hipotermia atau
(membaik) kompres dingin
19) Ventilasi pada dahi, leher,
(membaik) dada, abdomen,
20) Tekanan darah aksila)
(membaik) 12) Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
13) Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
14) Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

12. Implementasi

Jam Nomor Tindakan Evaluasi Tindakan


Tindakan diagnosa
Rabu, 17- (I. S:
juni-2020 06194) O:
10:00 1) Kesadaran
1) Memonitor frekuensi, somnolen
irama, kedalaman dan 2) PaO2 : 70
10:10 upaya napas mmHg dibawah
2) Memonitor adanya normal
10:15 sumbatan jalan napas 3) PCO2 : 32
3) Melakukan Palpasi mmHg dibawah
kesimetrisan ekspansi normal
10:15 paru 4) Klien Nampak
masih Terdapat
10:17 odema di semua
lapang paru dextra
sinistra.
A : masalah belum
teratasi
P : lanjut intervensi
1) Memonitor
pola napas
(seperti
brdipnea,
takipnea,
hiperventilasi.
2) Melakukan
palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
3) Auskultasi
bunyi napas
4) Memonitor
analaisa AGD

Kamis, (L.01001 S:
25-juni- ) O:
2020 1) Kesadaran
13:00 1) Mengidentifikasi somnolen
penyebab hipertermia
2) Tanda-tanda
(mis. Dehidrasi, terpapar
vital :
lingkungan panas,
penggunaan inkubator) a) Suhu badan :
2) Memonitor suhu tubuh 38,5OC
13:15 3) Memonitor haluaran b) Tekanan
urine
13:25 darah : 100/70
4) Memberikan cairan oral
13:45 mmHg
5) Melakukan pendinginan
c) Frekuensi
eksternal (mis. Selimut
pernapasan :
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
17x/menit

dada, abdomen, aksila) dengan PEEP


d) Frekiensi nadi :
85x/menit
A : masalah belum
teratasi
P : lanjut intervensi
5) Memonitoring
suhu tubuh
6) Memberikan
cairan oral

Jumat, 26- (I. S:


juni- 2020 06194) O:
09:00 1) Memonitor pola napas 5) Kesadaran
(seperti brdipnea, somnolen
takipnea, 6) PaO2 : 70
hiperventilasi. mmHg dibawah
09:10 2) Melakukan palpasi normal
kesimetrisan ekspansi 7) PCO2 : 32
paru mmHg dibawah
09: 15 3) Auskultasi bunyi napas normal
09:20 4) Memonitor analaisa 8) Klien Nampak
AGD masih Terdapat
odema di semua
lapang paru dextra
sinistra.
A : masalah belum
teratasi
P : lanjut intervensi.
1) Melakukan
Auskultasi
bunyi napas
2) Memonitor
analaisa AGD
Jumat, 26- (I. S:
juni- 2020 06194) O:
10:00 1) Memonitoring suhu 3) Kesadaran
tubuh somnolen
10:15 2) Memberikan cairan 4) Tanda-tanda
oral vital :
e) Suhu badan :
38,5OC
f) Tekanan
darah : 100/70
mmHg
g) Frekuensi
pernapasan :
17x/menit
dengan PEEP
h) Frekiensi nadi :
85x/menit
A : masalah belum
teratasi
P : lanjut intervensi
1) Memonitor
haluaran urine
2) Memonitor
cairan oral

27-juni- (I. S:
2020 06194) O:
1) Kesadaran
11:00 1) Melakukan Auskultasi somnolen
bunyi napas 2) PaO2 : 70
11:15 2) Memonitor analisa gas mmHg
darah dibawah
11: 20 3) Memonitor saturasi normal
oksigen 3) PCO2 : 32
mmHg
dibawah
normal
4) Klien Nampak
masih Terdapat
odema di
semua lapang
paru dextra
sinistra.
A : masalah belum
teratasi
P : lanjut intervensi.
1) Melakukan
Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
12) Melakukan
Auskultasi bunyi
napas
13) Monitor
saturasi oksigen
27-juni- (I. S:
2020 06194) O:
5) Kesadaran
somnolen
11:45 1) Memonitor haluaran 6) Tanda-tanda
urine vital :
11:50 2) Memonitor cairan oral i) Suhu badan :
11:55 3) Melonggarkan atau 38,5OC
melepaskan pakaian j) Tekanan
12:00 4) Membasahi dan kipasi darah : 100/70
permukaan tubuh mmHg
12:10 5) Memberikan cairan oral k) Frekuensi
pernapasan :
17x/menit
dengan PEEP
l) Frekiensi nadi :
85x/menit
A : masalah belum
teratasi
P : lanjut intervensi
1) Memonitor
cairan oral
2) mengganti linen
setiap hari atau
lebih sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringan
berlebih)
SATUAN ACARA PENYULUHAN ARDS

STASE KEPERAWATAN DASAR

NERS ANGKATAN XI

DISUSUN OLEH :

YULIANTI YUNUS, S.Kep

NIM. C03119130
MENGETAHUI :

PRESEPTOR AKADEMIK Ns. Pipin Yunus, M.Kep TTD :

1. TGL :
TANGGAL PENGUMPULAN 8. TEPAT WAKTU
9. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
AKADEMIK

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

ARDS

Pokok Bahasan : ARDS

Sub Pokok Bahasan : Perawatan pada pasien ARDS

Hari/Tanggal : Jumat 25 juni 2020

Waktu : 09.00-selesai

Sasaran : Masyarakat

Metode : Kelompok

Media : leaflet

Materi : terlampir

A. Tujuan
Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan/pendidikan kesehatan maka


masyarakat mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang sakit
dalam hal perawatan pasien ARDS. untuk mencegah terjadinya penularan dan
komplikasi lebih lanjut

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan / penyuluhan kesehatan selama 1 x 45


menit keluarga masyarakat mampu:

1. Mengetahui pengertian ARDS


2. Mengetahui penyebab ARDS
3. Mengetahui tanda dan gejala ARDS
4. Mengetahui penatalaksanaan ARDS
5. Mengetahui komplikasi ARDS
6. Mengetahui pengobatan ARDS
B. Sasaran dan Target
Sasaran ditujukan pada masyarakat

C. Strategi Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada hari Jumat tanggal 25 juni 2020 pukul
09.00 WIB

D. Metode
 Ceramah
 Diskusi/ tanya jawab
E. Susunan Acara
Tahap Kegiatan Waktu

Pembukaan 1. Mengucapkan salam 5 menit


2. Penyampaian maksud dan tujuan pertemuan
sesuai kontrak waktu

3. Melakukan penyuluhan tentang pengertian


ARDS
Proses 15 menit
4. Melakukan penyuluhan tentang penyebab
ARDS
5. Melakukan penyuluhan tentang tanda dan
gejala ARDS
6. Melakukan penyuluhan tantang cara latihan
pernafasan
7. Melakukan penyuluhan tentang pencegahan
ARDS
8. Melakukan penyuluhan tentang
penatalaksanaan pada pasien ARDS
9. Memberikan pertanyaan pada keluarga
10. Menutup pertemuan dan mengucapkan
salam
11. Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya

Penutup 5 menit

F. Media
1) Leaflet
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
1) Kesepakatan dengan keluarga Tn C. (waktu dan tempat)
2) Kesiapan materi penyaji
2. Evaluasi Proses
1) Masyarakat antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak
diketahuinya
2) Masyarakat menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
1. Mahasiswa
1) Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
2) Dapat menjalankan peranannya sesuai dengan tugas
2. Evaluasi Hasil
1) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
2) Adanya kesepakatan antara keluarga dengan perawat dalam melaksanakan
implementasi keperawatan selanjutnya.
3. Daftar pertanyaan
a. Apa definisi ARDS
b. Bagaimana pencegahan yang bisa dilakukan secara mandiri ARDS
ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
1) DEFINISI
ARDS adalah suatu sindrom gagal napas akut akibat kerusakan sawar
membran kapiler alveoli sehingga menyebabkan edema paru akibat peningkatan
permeabilitas. Hal ini dapat timbul sebagai komplikasi pada berbagai penyakit
interna dan bedah. Harus dibedakan antara ARDS dengan acute lung injury (ALI)
yaitu suatu bentuk ARDS yang lebih ringan.

ARDS adalah suatu penyakit yang ditandai oleh kerusakan luas alveolus 
dan / atau membran kapiler paru.ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan
besar pada system paru, kardiovaskular, atau tubuh secara luas
(Corwin,2000;420).

2) ETIOLOGI

ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa


trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebabnya
bisa penyakit apapun,yang secara langsung ataupun tidak langsung melukai paru-
paru:

1. Trauma langsung pada paru

a. Pneumoni virus,

b. Bakteri

c. Aspirasi cairan lambung paru

d. Inshalasi asap berlebihan

2. Trauma tidak langsung

a. Luka bakar berat


b. Keracunan obat
3) Tanda dan gejala
Bebrapa tanda da gejala yang mucul pada pada penderita ARDS :
a. Napas pendek dan cepat
b. Sesak napas
c. Tubuh terasa sangat lelah
d. Keringat berlebih
e. Bibir atau kuku berwarnakebiuan (sianosis)
f. Nyeri dada
g. Denyut jantung meningkat
h. Batuk
i. Demam
j. Sakit kepala atau pusing
k. Bingung
4) PENATALAKSANAAN MEDIS
g. Pasang jalan nafas yang adekuat “ Pencegahan infeksi
h. Mekanik “ Dukungan nutrisi
i. TEAP “Monitor system terhadap respon
j. Pemantauan oksigenasi arteri “Perawatan kondisi dasar
5) KOMPLIKASI
a. Atau Penugumpulan darah di kaki karena berabring lama di rumah sakit
b. Pneumatoraxs atau peningkatan tekanan udara diparu akibat penggunaan
ventilator dengan tekanan tinggi
c. Infeksi dari kontaminasi alat bantu napas.
d. Fibrosis paru atau pembentukan jaringan ikat di paru
e. Penurunan kemampuan berpikir dan kognitif akibat rendahnya kadar
oksigen dlam jangka panjang
f. Kelemahan otot akibat tirah baring
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat terjadi
pada ARDS adalah :
a. Abnormalitas obstruktif terbatas ( keterbatasan aliran udara )
b. Defek difusi sedang
c. Hipoksemia selama latihan
d. oksisitas oksigen
e. Sepsis
6) Pengobtan ARDS
a. Antibiotik dapat mencegah dan mengatasi infeksi
b. Obat anti gelisah dapat membantu pasien lebih tenang dan rileks
c. Pengencer darah dapat mencegah pembekuan pada paru – paru atau kaki.
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H. dan A. Mukty. 1995. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru .


Surabaya: Airlangga University Press.
Asher M.I. dan P.H. Beadry. 1990. Lung Abscess in Infections of
Respiratory Tract. 3rd ed. Kanada: Prentice Hall Inc.

Bunner, Suddath, dkk . 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 1.


Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall.2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisin 8.


Jakarta : EGC.

Corwin J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta :


EGC.

Doenges, Marilyn. E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi : 3. Jakarta :
EGC.
ACUTE RESPIRATORY
DISTRESS SYNDROME APA ITU ARDS??? Tanda dan gejala
(ARDS) Napas pendek dan cepat, Sesak
ARDS adalah suatu sindrom gagal
napas
napas akut akibat kerusakan sawar
Tubuh terasa sangat lelah
membran kapiler alveoli sehingga
menyebabkan edema paru akibat Keringat berlebih
DISUSUN OLEH :
peningkatan permeabilitas. Bibir atau kuku kebiruan
YULIANTI YUNUS
Nyeri dada
NIM. C03119130 Denyut jantung meningkat
PROGRAM STUDI NERS Batuk dan demam
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
GORONTALO
TAHUN 2020
ETIOLOGI
1. Trauma langsung pada paru
a. Pneumoni virus, Bakteri
b. Aspirasi cairan lambung paru
c. Inshalasi asap berlebihan
2. Trauma tidak langsung

a. Luka bakar berat ,Keracunan


obat
PENATALAKSANAAN Komplikasi PENGOBATAN
MEDIS

Atau Penugumpulan darah di kaki


Antibiotik dapat mencegah
Pasang jalan nafas yang karena berabring lama di rumah
sakit
dan mengatasi infeksi
adekuat
Pneumatoraxs atau peningkatan Obat anti gelisah dapat
Pencegahan infeksi tekanan udara diparu akibat
membantu pasien lebih
penggunaan ventilator dengan
Mekanik “ tekanan tinggi
tenang dan rileks

Dukungan nutrisi Infeksi dari kontaminasi alat bantu Pengencer darah dapat
napas.
mencegah pembekuan pada
Monitor system terhadap
Fibrosis paru atau pembentukan paru – paru atau kaki.
respon jaringan ikat di paru

Pemantauan oksigenasi Penurunan kemampuan berpikir dan


kognitif akibat rendahnya kadar
arteri
oksigen dlam jangka panjang

Anda mungkin juga menyukai