Anda di halaman 1dari 3

Vivi Yenni Aryanti

19620056

UTS SPH II

1. Daur Ovarium
Daur ovarium terdiri dari dua fase, yaitu fase folikel dan fase lutein.
1) Fase folikel merupakan masa pertumbuhan folikel hingga menjadi folikel deGraaf
dan terjadinya ovulasi. Fase folikel selesai ketika oosit dibuahi oleh spermatozoa.
2) Fase lutein merupakan tahap akhir daur ovarium atau tahap awal siklus estrus. Tahap
ini dimulai dengan pembetukan corpus luteum dan dapat berujung pada kehamilan.
2. Daur Uterus
Daur uterus dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase proliferasi, fase sekresi, dan fase
menstruasi.
1) Fase proliferasi, fase ini ditandai dengan kelenjar endometrium yang tumbuh dengan
mitosis berulang (proliferasi) pada sel epithel serta jaringan ikat yang membina
lamina propia (stroma). Fasi ini berawal dari waktu selesainya masa haid dan
endometrium tumbuh terus sampai menjadi 2-3 kali lipat tebal asli. Akhir fase ini
ialah ketika terjadi ovulasi pada ovarium.
2) Fase sekresi, fasi ini ditandai dengan adanya sel dan kelenjar di dalam stroma yang
menggetahkan lendir sehingga endometrium bertambah tebal dan pembuluh
darahjuga tumbuh mengikuti penebalan itu secara spiral kea rah vertical. Lendir
yang digetahkan oleh endometrium bertujuan untuk meregangkan otot myometrium
sehingga lumen uterus lapang dan spermatozoa lancar bergerak menuju
infundibulum.
3) Fase mentruasi, fase ini terjadi jika ovum tidak dibuahi sehingga implantasi tidak
terjadi. Corpus luteum berhenti bekerja sehingga kadar estrogen dan progesterone
turun mendadak. Fase ini diawali dengan pembuluh darah di dasar lapisan
fungsional yang mengalami penciutan, lumennya pun menjadi sempit dan akhirnya
tertutup. Lapisan fungsionalis mengalami kehancuran dan disalurkan ke luar tubuh
lewat vagina. Fase menstruasi berlangsung selama 3-5 hari, dan hari pertama haid
merupakan hari pertama daur pembiakan.
3. Mekanisme fisiologis dan hormonal menstruasi:
Mekanisme fisiologis menstruasi diawali dengan pembuluh darah di dasar lapisan
fungsional yang mengalami penciutan, lumennya pun menjadi sempit dan akhirnya
tertutup. Lapisan fungsionalis mengalami kehancuran dan disalurkan ke luar tubuh
lewat vagina. Terjadinya proses tersebut dipengaruhi oleh system hormonal,
diantaranya:
a) FSH-RH (Follicle Stimulating Hormone Releasing Hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
b) LH-RH (Luteinizing Hormone Releasing Hormone) yang dikeluarkan hipotalamus
untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
c) PIH (Prolactin Inhibiting Hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolactin.
4. Definisi hormon: hormone merupakan zat perantara kimiawi jarak jauh yang secara
spesifik disekresikan ke dalam darah oleh kelenjar endokrin sebagai respon terhadap
sinyal yang sesuai.
Fungsi hormon:
- Mengatur homeostasis internal.
- Mensupport pertumbuhan sel.
- Mengkoordinasi perkembangan.
- Mengkoordinasi reproduksi.
- Menghasilkan respon dari stimulus eksternal.

Cara mengontrol hormon dapat dilakukan melalui pengaturan aktivitas reseptor, karena
perubahan konsentrasi reseptor dalam sel sasaran. Defisiensi reseptor, dan feedback
inhibitor atau umpan balik yang dapat bersifat positif dan negative.

5. Fertilisasi (pembuahan), merupakan serangkaian proses yang dimulai dari peristiwa


penetrasi spermatozoa ke dalam sitoplasma oosit hingga terjadinya fusi dari pronucleus
jantan dan betina. Proses fertilisasi diantaranya:
- Spermatozoa bergerak dari vagina ke rahim  masuk ke tuba falopi.
- Akrosom (kepala spermatozoa) terlepas dan berkontak dengan corona radiata
sehingga dilepaskan hyaluronidase yang dapat melarutkan corona radiata sehingga
membantu spermatozoa melewati zona pellucida untuk mencapai ovum.
- Setelah spermatozoa berhasil menyentuh zona pellucida, terjadi pelekatan yang kuat
dan penembusan yang sangat cepat, sehingga terjadi reaksi khusus di zona pellucida
yang bertujuan mencegah masuknya spermatozoa lain, yang mengakibatkan jarang
sekali terjadi penembusan zona pellucida oleh lebih dari satu sel spermatozoa.
6. Control gonad oleh poros hipotalamus-hipofisa (FSH dan LH) pada hewan jantan:
a) Control LH: Hypotalamus menghasilkan LHRH untuk bekerja dalam hipofisa
anterior  oleh pengaruh LHRH, hipofisa anterior mensekresikan LH.
Pada gonad jantan, LH akan bekerja pada sel Leydig dan memicu sel Leydig untuk
menghasilkan tertosteron.
b) Control FSH: Hypotalamus menghasilkan FSH-RH, dimana FSH-RH akan bekerja
dalam hipofisa anterior  oleh pengaruh FSH-RH, hipofisa anterior mensekresikan
FSH.
Pada gonad jantan, FSH akan bekerja pada sel Sertoli sehingga sel Sertoli mampu
menghasilkan ABP (Andogen Binding Protein) dan Inhibin (control umpan balik
melalui hipofisa anterior).
7. Control gonad oleh poros hipotalamus-hipofisa (FSH dan LH) pada hewan betina
a) Control LH: Hypotalamus menghasilkan LHRH untuk bekerja dalam hipofisa
anterior  oleh pengaruh LHRH, hipofisa anterior mensekresikan LH.
Pada gonad betina, LH bekerja pada stromal sel untuk pertumbuhan folikel yang
menghasilkan estrogen hingga pada proses ovulasi  hingga membentuk corpus
luteum dari sel-sel yang mengalami luteinisasi dan membentuk progesterone.
b) Control FSH: Hypotalamus menghasilkan FSH-RH, dimana FSH-RH akan bekerja
dalam hipofisa anterior  oleh pengaruh FSH-RH, hipofisa anterior mensekresikan
FSH.
Pada gonad betina, FSH bekerja pada pembentukan dan perkembangan folikel. FSH
lebih banyak bekerja pada ovarium yang menghasilkan Inhibin (control umpan balik
melalui hipofisa anterior) dan estradiol (control umpan balik melalui hipotalamus).

Anda mungkin juga menyukai