oleh
Ifka Wardaniyah
NIM 152310101114
UNIVERSITAS JEMBER
2016
ii
MAKALAH
oleh
Ifka Wardaniyah
NIM 152310101114
UNIVERSITAS JEMBER
2016
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau
reproduksi ulang makalah yang telah ada.
Penyusun,
Ifka Wardaniyah
NIM 152310101114
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Makalah ........................................................................................ 2
BAB II. KONSEP DASAR OBAT TRADISIONAL ............................................. 3
2.1 Definisi Obat Tradisional ......................................................................... 3
2.2 Tingkatan Obat Tradisional ...................................................................... 4
2.3 Syarat-Syarat Obat Tradisional ................................................................ 7
2.4 Peraturan Terkait Obat Dan Pengobatan Tradisional ............................. 10
BAB III. ANALISIS ARTIKEL ........................................................................... 12
3.1 Deskripsi Tanaman Kunyit ..................................................................... 12
3.2 Kandungan Dalam Kunyit (Curcuma Domestica Val.) .......................... 14
3.3 Farmasetika ............................................................................................ 16
3.4 Farmakokinetik ....................................................................................... 18
3.5 Farmakodinamik ..................................................................................... 19
3.6 Dosis ....................................................................................................... 19
3.7 Indikasi dan Kontraindikasi.................................................................... 21
3.8 Efek Samping Obat ................................................................................ 21
3.9 Hal-hal yang Harus di Perhatikan .......................................................... 21
3.10 Implikasi keperawatan ............................................................................ 22
BAB IV. PENUTUP ............................................................................................. 23
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 23
4.2 Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
v
ii
BAB I. PENDAHULUAN
Pemanfaatan tanaman sebagai bahan obat dapat berasal dari bahan dapur
seperti rempah-rempah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-
rempah. Terdapat banyak rempah yang selain untuk bahan masakan dapat pula
digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit. Salah satu rempah
yang terdapat di Indonesia dan banyak ditemui adalah kunyit. Kunyit merupakan
rempah yang mempunyai banyak khasiat, bahkan tidak sedikit orang yang
menjadikannnya sebagai herbal tradisional. Kurkuminoid dan minyak atsiri yang
terkandung dalam kunyit memiliki banyak manfaat bagi kesehatan untuk
mencegah maupun menyembuhkan penyakit. Khasiat yang terkandung dalam
kunyit ini antara lain dapat berguna sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti
racun, anti kanker, anti bakteri, dll. Selain itu kunyit juga dapat menyembuhkan
beberapa penyakit seperti demam, pilek, rematik, diare, asam lambung, hingga
dapat melancarkan organ pencernaan, mencegah kanker, dll.
1
masyarakat dianggap masih kurang sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
organ pencernaan seperti diare, asam lambung, hingga kanker kolorektal. Hal
tersebut apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan masalah yang lebih
besar terhadap organ pencernaan sehingga termasuk biaya yang dikeluarkan juga
akan besar.
2
BAB II. KONSEP DASAR OBAT TRADISIONAL
Bahan ramuan obat tradisional yang berasal dari alam baik dari tumbuhan
dan hewan, serta sediaan sarian atau galenik memiliki fungsi, pengaruh serta
khasiat sebagai obat disebut sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah
yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga
dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (MMI, 1995).
a. Simplisia nabati
Merupakan simplisia yang berupa tanaman untuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan
belum berupa zat kimia.
3
b. Simplisia hewani
Merupakan simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c. Simplisia pelikan (mineral)
Merupakan simplisia yang berupa bahan-bahan pelican (mineral) yang
belum diolah atau telah diolah dengna cara sederhan dan belum berupa zat
kimia.
Selain bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan obat tradisional,
diperlukan cara untuk menguji keamanan obat sehingga dapat dipakai dalam
pelayanan kesehatan. Langkah yang dapat digunakan dalam pengembangan
pemanfaatan obat tradisional adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Uji praklinik yang menentukan keamanan melalui uji
toksisitas yang meliputi toksisitas subkronis, toksisitas akut, toksisitas
khas/khusus dan menentukan khasiat melalui uji farmakodinamik
Langkah 2 : standarisasi bahan baku dan mutu yaitu, standarisasi
simplisia, standarisasi ekstrak, dan standarisasi sediaan.
Langkah 3 : teknologi farmasi yang menentukan identitas secara
seksama sampai dapat dibuat produk yang terstandarisasi.
Langkah 4 : uji klinik pada orang sakit dan atau orang sehat. Tahapan
uji klinik dapat melalui empat fase, antara lain :
Fase I : dilakukan pada sukarelawan sehat
Fase II : dilakukan pada kelompok pasien terbatas
Fase III: dilakukan pada pasien dengan jumlah yang lebih besar dari fase II
Fase IV: post marketing survailance, untuk melihat kemungkinan efek
samping yang tidak terkendali saat uji praklinik maupun saat uji
klinik fase I-III
4
lebih aman karena hanya mempunyai sedikit resiko untuk adanya efek samping
terhadap tubuh.
Berdasarkan cara pembuatan dan jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat obat bahan alam di Indonesia, obat tradisional digolongkan
menjadi tiga (BPOM, 2004), antara lain :
1. Jamu (Empricial Based Herbal Medicine)
Jamu merupakan obat tradisional yang disiapkan dan disediakan secara
tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu
tersebut, higienis (bebas cemaran) dan digunakan secara tradisional berdasarkan
pengalaman.
Kriteria obat tradisional yang harus dipenuhi untuk dapat didaftarkan
sebagai jamu menurut BPOM meliputi :
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
d. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan
tingkat pembuktiannnya yaitu secara umum dan medium
e. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata: “ secara tradisional
digunakan untuk...” atau sesuai dengan yang disetujui ketika pendaftaran
5
Obat herbal terstandar bentuk sediaannya berupa ekstrak dengn bahan dan
proses pembuatan yang terstandarisasi serta harus melewati uji praklinis seperti
uji toksisitas (keamanan), kisaran dosis, farmakodinamik (kemanfaatan),
teratogenik (keamanan terhadap janin).
Kriteria obat tradisional yang harus dipenuhi untuk dapat didaftarkan
sebagai obat herbal terstandar menurut BPOM meliputi :
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik,
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi,
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
6
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
7
Cd : ≤ 0,3 mg/kg atau mg/L atau ppm
As : ≤ 5 mg/kg atau mg/L atau ppm
Hg : ≤ 0,5 mg/kg atau mg/L atau ppm
Bahan tambahan yang digunakan tidak boleh mengandung pengawet,
pengharum, dan pewarna.
Keseragaman bobot yang digunakan untuk serbuk simplisia tidak
lebih dari dua kemasan dari sepuluh kemasan.
Keseragaman bobot yang digunakan untuk serbuk instan dan serbuk
simplisia tidak lebih dari dua kemasan yang masing-masing bobot isi
rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan untuk setiap 20
kemasan primer.
Untuk pembuatan pil tidak boleh lebih dari dua pil yang menyimpang
dari rata-rata yang sudah ditentukan.
Kapsul dan Kapsul Lunak .
8
Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang
dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%
dari volume yang dinyatakan pada penandaan.
Penentuan kadar alkohol dengan cara destilasi dilanjutkan dengan
kromatografi gas.
2. Obat Luar
a. Sediaan cair
Dalam proses pengolahan, pengamatan dilakukan terhadap bentuk,
rasa, bau, dan warna.
Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak
kurang dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang
dari 95% dari volume yang dinyatakan pada penandaan.
Angka lempeng total
Cairan Obat Luar dan Parem cair : ≤ 105 koloni/g
Cairan Obat Luar untuk luka : negatif/mL
Angka kapang khamir
Cairan Obat Luar berupa minyak : tidak dipersyaratkan
Cairan Obat Luar non minyak dan parem cair: ≤ 102 koloni/mL
Cairan Obat Luar untuk luka : negatif/mL
Pseudomonas aeruginosa : negatif /g
Staphylococcus aureus : negatif /g
9
Salep, Krim untuk luka : negatif/g
Pseudomonas aeruginosa
Salep, Krim untuk luka : negatif/g
c. Sediaan padat
Parem, Pilis, Tapel, Koyok/Plester, Supositoria untuk wasir.
Dari 10 Supositoria, tidak lebih dari 1 Supositoria yang
menyimpang dari rata-rata, dan tidak satupun yang menyimpang
dua kali lipat dari rata-rata tersebut.
Cemaran mikroba
Angka Lempeng Total
Parem, Pilis, Tapel, Koyok/Plester : ≤ 105 koloni/g
Supositoria : ≤ 103 koloni/g
Angka Kapang Khamir
Parem, Pilis, Tapel, Koyok/Plester : ≤ 104 koloni/g
Supositoria : ≤ 102 koloni/g
10
1. Obat tradisional dilarang mengandung lebih dari 1% etil alkohol, kecuali
dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan pengenceran.
2. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat.
3. Narkotika atau psikotropika
4. Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan atau berdasarkan
penelitian membahayakan kesehatan.
Pasal 8
Obat tradisional dilarang dibuat atau diedarkan dalam bentuk sediaan :
1. Intravaginal
2. Tetes mata
3. Parenteral
4. Supositoria, kecuali untuk wasir.
11
BAB III. ANALISIS ARTIKEL
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberaceae
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
12
kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda dengan pangkal berwarna
putih, setiap bunga mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tiga lembar tajuk
bunga, dan empat helai benang sari. Bunga pada tanaman kunyit ini memiliki
daun pelindung yang berwarna putih. Diujung bagian atas daun pelindung
terdapat garis-garis berwarna hijau atau merah jambu. Sementara itu bagian
bawah daun pelindung berwarna hijau muda yang bersifat majemuk. Tangkai
bunga berambut dan bersisik dengan panjang tangkai yang mencapai 16-40 cm.
Selain batang, daun, dan bunga, terdapat rimpang kunyit yang bercabang
membentuk rumpun. Rimpang memiliki bentuk yang bulat panjang dan cabang
yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri atas rimpang induk atau umbi
kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Panjang rimpang bida mencapai 22,5 cm
dengan tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm.
Ciri-ciri tersebut sangat mudah untuk diingat dengan ciri khas yang
dimiliki oleh kunyit. Kunyit akan sangat mudah dikenali dengan bentuk rimpang
yang berwarna kuning tersebut, sehingga proses pencariannnya pun tidak akan
membingungkan para konsumen. Kunyit dapat ditemui dimana saja baik
supermarket, pasar tradisional, maupun warung-warung kecil yang disekitar
lingkungan perumahan.
13
3.2 Kandungan Dalam Kunyit (Curcuma Domestica Val.)
Kunyit yang digunakan sebagai obat herbal mempunyai bagian tubuh yang
sangat membantu dalam proses pemulihan kesehatan. Komponen kimia yag
terdapat dalam rimpang kunyit antara lain adalah minyak asiri, pati, zat pahit,
resim, selulosa, dan beberapa mineral. Kandungan minyak asiri pada kunyit
sekitar 3-5% yang terdiri dari d-alfa-pelandren (1%), d-sabinen (0,56%), cineol
(1%), borneol (0,5%), zingiberen (25%), tirmeron (58%), seskuiterpen alkohol
(5,8%), alfalanton dan gama-atlanton. Sementara itu, komponen utama pati pada
kunyit berkisar 40-50% dari berat kering rimpang.
Komponen zat warna atau pigmen pada kunyit yang utama adalah
kurkumin, yakni sebanyak 2,5-5% yang juga mengandung
monodesmetoksikurkumin dan diodesmetoksikurkumin. Setiap rimpang segar
kunyit mengandung 3 senyawa tersebut sebanyak 0,8%.
Kunyit sebagai obat tradisional memiliki khasiat untuk berbagai jenis
penyakit. Beberapa fungsi dari kandungan tanaman kunyit antara lain:
a. Sebagai anti oksidan
Menurut artikel terkait khasiat kunyit, Kunyit sebagai antioksidan
berperan untuk menangkap senyawa-senyawa radikal bebas. Secara in-
vitro telah dibuktikan bahwa kurkuminoid kunyit dapat menghambat
proses peroksidasi lemak pada hati sehingga dapat dijadikan sebagai
penetral senyawa radikal bebas, penghambat enzim reaksi oksidasi seperti
sitokrom P-450, memadamkan oksigen sehingga tidak tersedia untuk
reaksi oksidasi.
b. Anti tumor dan antikanker
Secara in-vitro senyawa kurkumin yang terkandung dalam rimpang kunyit
bersidat sitotksik yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker dan
dapat mengurangi dan menghilangkan bau, rasa gatal dan nyeri, cairan
eksudat yang keluar dari luka, dan mengurangi ukuran luka dari kanker.
c. Antipikun
Aktivitas kunyit sebagai Cox-2 inhibitor telah digunakan untuk studi
mengenai penyakit Alzeimer. Kurkumin diketahui dapat mengurangi
14
inflamasi dan terjadinya kerusakan sel-sel pada otak tikus, sehingga
berpotensi untuk digunakan sebagai obat pencegah penyakit Alzeimer.
d. Sebagai antimikroba, antiseptik, dan antiinflamasi.
Menurut penelitian secara in-vitro, in-vivo, dan uji klinis telah dibuktikan
bahwa kunyit sebagai antimikroba dapat menghambat pertumbuhan dan
membunuh beberapa jenis jamur, bakteri dan virus. Senyawa kurkumin
yang terkandung dalam rimpang kunyit juga bersifat toksik terhadap
beberapa bakteri. Selain itu kandungan kunyit juga dapat menghambat
repliksi dari virum Human Immunpdeficiency Virus (HIV).
e. Menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah dan hati.
f. Sebagai antiracun dan penetral zat yang tidak digunakan oleh tubuh.
15
yang mana jumlahnya setara dengan kurkuminoid 100 mg. Bahan dasar yang
setara dengan 100 mg kurkuminoid tersebut bermanfaat sebagai anti oksidan
alami yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas dan dapat menghambat
peroksidasi lemak dihati sehingga dapat melindungi secara alami dari bahan
makanan yang dapat merusak sel dalam tubuh. Selain itu terdapat manfaat lain
dari kandungan sido muncul sari kunyit, antara lain:
a. Memelihara kesehatan lambung.
b. Mengobati nyeri lambung dengan mengurangi sekresi asam lambung &
meningkatkan produksi mucus yang berfungsi melapisi mukosa lambung
c. Memelihara kesehatan pencernaan/usus, mengurangi terbentuknya gas &
mengobati diare
d. Membantu pengobatan Inflammatory Bowel Disease (IBD) dengan
menghambat pembentukan sel radang yang disebut NF Kappa B
e. Membantu pengobatan rheumatoid arthritis
f. Anti oksidan untuk menetralisir radikal bebas
g. Memperbaiki fungsi hati
h. Mencegah oksidasi kolesterol dalam tubuh sehingga mencegah kerusakan
pembuluh darah & mencegah timbulnya plak dalam darah
i. Menurunkan kolesterol & trigliserida darah
j. Mencegah kepikunan atau penyakit Alzheimer
k. Mencegah & mengobati infeksi bakteri
3.3 Farmasetika
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
yang meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan
obat-obatan termasuk dari seni peracikan obat hingga pembuatan sediaan farmasi
menjadi bentuk tertentu yang siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan
obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang
dapat digunakan dan diberikan kepada pasien.
16
3.3.1 Bahan Sediaan Obat (BSO)
Bahan Sediaan Obat (BSO) yang digunakan dari kunyit mengandung
ekstrak kurkuminoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Ekstrak kurkuminoid
yang digunakan dibuat dalam bentuk kapsul yang lebih cepat hancur dan mudah
larut sehingga lebih cepat untuk diserap. Selain itu ekstrak dalam bentuk kapsul
lebih mudah untuk ditelan karena lapisannya yang licin dan dapat menutupi rasa
dan bau bagi konsumen yang kurang menyukainya.
17
Hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan kunyit menjadi obat tradisional
antara lain:
Lakukan pengamatan terhadap bentuk, rasa, bau dan warna ekstrak yang
telah diolah untuk hasil yang maksimal.
Kadar air yang digunakan ≤ 10%, kecuali untuk efervesen ≤ 5%.
Waktu hancur ≤ 30 menit
Bobot isi kapsul antara 10% sampai 25%
3.4 Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari
nasib dan perjalanan obat dalam tubuh dari saat diminum hingga menuju tempat
kerja obat tersebut. Dalam fase farmakokinetik terdapat empat tahap dalam proses
penyerapan obat antara lain tahap absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Awal mula kapsul yang mengandung bahan kurkuminoid ini dimasukkan
melalui oral menuju lambung. Setelah sampai dilambung, obat akan diproses dan
diserap oleh usus halus yang kemudian akan ditransfusikan ke hati.
Berdasarkan hasil analisa jurnal, dikatakan bahwa kurkuminoid yang
masuk melalui oral lebih sulit untuk dideteksi di saluran cerna hal ini disebabkan
karena proses penyerapan obat dalam bentuk kapsul akan sedikit lambat karena
dosis dalam kapsul tersebut harus dipecah terlebih dahulu untuk memajankan zat
kimia pada eksresi lambung dan usus halus. Kemudian setelah itu obat akan
diproses kembali ke bagian jaringan yang membutuhkan obat tersebut. Hal ini
yang disebut dengan fase distribusi.
Ekstrak kunyit diabsorbsi dalam bentuk kapsul didalam lambung.
Kemudian dibawa oleh pembuluh darah dan berikatan dengan albumin untuk
menyuplai ekstrak kunyit dan dibawa ke hati untuk di metabolisme. Dalam
metabolisme ini senyawa asli dari ekstrak kunyit akan mengalami perubahan
kimiawi untuk diubah menjadi bahan aktif sebagai efek obat. Setelah mengalami
metabolisme obat akan dibawa kembali ke hati untuk di detoksifikasi untuk
diekskresikan. Organ yang digunakan dalam eksresi obat yaitu ginjal. Obat yang
dieksresikan tidak akan mengalami perubahan struktur atau sebagai metabolit.
18
Metabolit obat akan dibentuk di hati lalu akan diekskresikan kedalam usus
melalui empedu. Hasil dari ekskresi obat tersebut akan dibuang melalui feses,
namun terkadang hasil ekskresi dalam bentuk feses diserap kembali disaluran
cerna yang kemudian diekskresi lagi didalam ginjal dan menghasilkan keluaran
berupa urin.
3.5 Farmakodinamik
Berdasarkan analisa jurnal terkait dengan khasiat kunyit, efek dari
kandungan kurkuminoid pada kunyit dapat menangkal generasi dan efek dari
reaksi radikal bebas nitrogen dan oksigen sehingga dapat mengembalikan sel yang
rusak. Efek radikal bebas yaitu suatu molekul yang mengambil elektron dalam sel
sehingga membuat ketidakseimbangan elektron pada tubuh dan mempengaruhi
susunan rantai elektron serta menimbulkan kerusakan. Radikal bebas akan
menyerang struktur tubuh yang kemudian dapat menyebabkan penyakit seperti
kanker, diabetes, kerusakan hati, dll. Kandungan kurukuminoid dalam ekstrak
kunyit ini berfungsi untuk memodulasi beberapa jaringan seluler yang terlibat
dalam karsinogenesis sehingga dapat mengurangi perkembangan resistensi
terhadap kanker seperti kanker kolorektal. Kurkumin menginaktifasi faktor
transkripsi penting dalam pengaturan kegiatan seluler khususnya yang berkaitan
dengan stres dan cedera yang berperan penting untuk peradangan dan respon
kekebalan tubuh. Jadi efek kurkuminoid dalam ekstrak kunyit berfungsi sebagai
anti oksidan untuk menetralisir adanya radikal bebas yang terdapat dalam sistem
gastrointestinal.
3.6 Dosis
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang pasien, baik untuk obat dalam
maupun luar yang diberikan untuk menghasilkan efek yang diinginkan. Dosis obat
yang diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan
tergantung banyak faktor antara lain umur, bobot badan, luas permukaan tubuh,
19
jenis kelamin, kondisi penyakit, dan kondisi daya-tangkis penderita. Adapun
macam-macam dosis, antara lain:
a. Dosis terapi, yaitu takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan
dapat menyembuhkan penderita.
b. Dosis minimum, yaitu takaran obat terkecil yang diberikan yang masih
dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
c. Dosis maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan keracunan penderita.
d. Dosis toksis, adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat
menyebabkan keracunan pada penderita.
e. Dosis letalis, adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat
menyebabkan kematian pada penderita. Dosis letalis terdiri dari:
L.D 50, adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan.
L.D 100%, adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 100%
hewan percobaan.
20
3.7 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi : Pasien dengan gangguan pencernaan seperti asam
lambung, diare, sembelit, kanker kolorektal, kanker
pankreas, dll
Kontraindikasi : Wanita hamil dan ibu menyusui
21
3.10 Implikasi keperawatan
Sebagai tenaga kesehatan khususnya seorang perawat sudah seharusnya
dapat membantu memberikan solusi untuk kesehatan klien. Dalam hal ini seorang
perawat dapat membantu klien untuk mengambil keputusan atau kebijakan dalam
mengatasi penyakitnya. Setiap klien yang datang kerumah sakit tidak selalu
memiliki cukup biaya untuk biaya pengobatan terutama klien dengan kehidupan
ekonomi menengah kebawah. Dalam hal ini seorang perawat dapat memberikan
edukasi terkait tindakan yang dapat dilakukan oleh klien untuk mengatasi masalah
kesehatannya. Perawat dapat memberikan pengetahuan terkait tanaman yang
dapat digunakan baik sebagai terapi, pengobatan, maupun pencegahan terhadap
masalah kesehatannya. Perawat dapat memberitahukan mulai dari cara
pemanfaatan tanaman hingga aturan pakai yang harus diterapakan dalam
mengkonsumsi obat. Selain dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan,
bagi klien yang dapat mengembangkan informasi yang telah didapat dari perawat
tersebut klien dapat mengembangkannya sebagai produksi. Jadi dalam hal ini
seorang perawat juga dapat membantu kondisi ekonomi klien.
22
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24
13. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_staphylococcus.pdf
14. http://faktakanker.com/kanker-umum/pengobatan/manfaat-kunyit-untuk-
kanker
15. http://www.beautips.net/2015/10/kriteria-obat-bahan-alam-perbedaan-
jamu.html
16. http://asrot.pom.go.id/img/Peraturan/Peraturan%20Kepala%20BPOM%20
No.%2012%20Tahun%202014%20tentang%20Persyaratan%20Mutu%20
Obat%20Tradisional.pdf
17. http://biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2016/PP%20Yankestrad.pdf
25