Anda di halaman 1dari 13

GAMBARAN STRATEGI KOPING STRESS YANG DILAKUKAN PELAJAR DALAM

MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ) SELAMA PANDEMI


COVID-19
“Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pratikuum Metodologi Penelitian”

Disusun Oleh :
Annisa Mulia 1811312008

Dosen Pengampu:

Dr.Yulastri Arif, M.Kes

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wabah virus covid-19 atau dikenal dengan corona virus melanda hampir
seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Corona virus merupakan keluarga besar
virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti common cold atau pilek
dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Untuk 2019-nCoV masih belum
jelas bagaimana penularannya, diduga dari hewan ke manusia karena kasus-kasus yang
muncul di Wuhan semuanya mempunyai riwayat kontak dengan pasar hewan
Huanan. Terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 Indonesia telah
mengeluarkan status darurat bencana (Aida, 2020). Langkah-langkah telah dilakukan
oleh pemerintah untuk dapat menyelesaikan kasus luar biasa ini antara lain dengan
gerakan social distancing, physical distancing, penerapan PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar), work from home dan sekolah dari rumah bagi siswa sekolah. Adanya
kebijakan sekolah dari rumah bagi siswa baik siswa SD, SMP, maupun SMA dan
sederajad tentu mengharuskan siswa melakukan adaptasi terhadap proses belajar
mengajar yang dilaksanakan secara online atau berbasis daring. Adaptasi terhadap
proses belajar mengajar yang dimaksud untuk pencapaian kompetensi akademik dan
pencapaian kompetensi kognitif siswa sebagai wujud dari pencapaian tugas
perkembangan.

Walaupun era new normal sudah diberlakukan, masyarakat yang sudah tidak
melaksanakan WFH harus tetap patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan
protokol kesehatan, seperti menjaga jarak saat bersosialisasi, menggunakan masker, tidak
menyentuh wajah sembarangan, menjaga kebersihan tangan, ketika bersin harus
menutupinya dengan lengan bagian dalam, dan lain sebagainya. Sebagai upaya
pencegahan penularan virus corona, maka pada bidang pendidikan baik tingkat Taman
Kanak-Kanank (TK), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah
Pertama (SMP)/Madrasah Stanawiyah, Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah
Aliyah, dan Perguruan Tinggi baik yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia maupun yang berada di bawah Kementerian Agama
Republik Indonesia dihimbau untuk melaksanakan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ).

Adanya kebijakan belajar dari rumah berimplikasi terhadap metode pembelajaran,


semula dari tatap muka menjadi daring. Baik tenaga pengajar maupun pelajar beralih
memanfaatkan aplikasi seperti WhatsApp, Google Classroom, Zoom, dan fasilitas daring
lainnya. Hal tersebut turut menimbulkan kegoncangan pada kndisi psikologis siswa.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas, sebanyak 28,3% siswa
mengalami stres jika sistem ini berlangsung lama (Mediana, 2020). Lalu, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan bahwa 79,9% siswa tidak
senang belajar dari rumah karena 76,8% guru tidak melakukan interaksi selain
memberikan tugas (Fakhri, 2020). Melalui data tersebut dapat dilihat apabila sistem
belajar daring menyebabkan potensi stres pada siswa meningkat, terutama siswa sekolah
menengah tingkat akhir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Burzynska & Contreras (2020)
yang menyatakan bahwa akhir masa sekolah terukur sebagai potensi stres karena siswa
berada pada fase kegelisahan menentukan karier atau jurusan di perguruan tinggi. Serta
stres meningkat karena harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan
emosionalnya (Ferdiyanto & Muhid, 2020).

Penelitian Oktawirawan (2020) menemukan bahwa dalam mengikuti


pembelajaran jarak jauh pada kondisi pandemi ini, siswa mengalami tingkat
kecemasan cukup tinggi yang dipicu antara lain oleh kesulitan memahami materi,
kesulitan mengerjakan tugas-tugas, keterbatasan kondisi jaringan internet dan
bergam kendala teknis lainnya. Ini membuktikan bahwa secara psikologis,
pembelajaran jarak jauh yang diikuti siswa menyebabkan kekhawatiran dan
kecemasan yang dapat mengganggu kesehatan mental siswa.

Mengurangi stres akademik pada masing- masing peserta didik di sekolah


merupakan tujuan utama dan sangat penting guna membantu peserta didik dalam
mengembangkan kekuatan dalam dirinya untuk menentukan dan mengarahkan hidupnya
sendiri, sehingga pada akhirnya peserta didik akan memperoleh banyak pengalaman
dan pengetahuan yang dapat dijadikan pedoman hidupnya.
Tujuan diadakannya penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana
pelajar/siswa mengurangi rasa stress dalam melaksanakan kegiatan belajar, memudahkan
peserta didik dalam memahami pelajaran, dan diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi dalam membantu peserta didik untuk tetap semangat menjalani Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) selama pandemik covid-19.

1.2 Penetapan Masalah


a. Bagaimana strategi koping stress yang dilakukan pelajar dalam melaksanakan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19?
b. Apa bentuk-bentuk penyebab stress yang dialami pelajar dalam pelaksanaan
Pembelajaran Jarak Jauh
c. Bagaimana dampak yang timbul setelah pelajar melakukan coping stress pada saat
pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh

1.3 Tujuan Penelitian


1.1.1. Tujuan Umum :
a. Untuk menganalisis bagaimana strategi koping stress yang dilakukan pelajar
dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19
1.1.2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyebab stress yang dialami pelajar dalam
pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh
b. Untuk mengetahui dampak yang timbul setelah pelajar melakukan coping stress
pada saat pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh

1.4 Manfaat Penelitian

Dapat digunakan sebagai acuan/pedoman bagi para pelajar untuk melakukan coping
stress selama kuliah daring maupun saat kuliah biasa.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Koping Stress


2.1.1. Pengertian Coping Stres

Coping merupakan suatu proses yang dilakukan setiap waktu dalam lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, sekolah maupun masyarakat. Coping digunakan seseorang
untuk mengatasi stress dan hambatan–hambatan yang dialami.

Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2002 ; 112), coping behavior diartikan sebagai
sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan
sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan sesuatu (tugas atau masalah).

Rasmun mengatakan bahwa coping adalah dimana seseorang yang mengalami


stres atau ketegangan psikologik dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang
memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat
mengurangi stres yang dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah proses yang dilalui
oleh individu dalam menyelesaikan situasi stressful. Coping tersebut adalah merupakan
respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik.
(Rasmun, 2004 ; 29)

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa coping adalah segala usaha
individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan segala konflik yang muncul,
mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi baik yang
berasal dari individu maupun lingkungan dengan sumber daya yang mereka gunakan
dalam menghadapi stress.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas coping stress merupakan suatu bentuk


upaya yang dilakukan individu untuk mengatasi dan meminimalisasikan situasi yang
penuh akan tekanan (stress) baik secara kognitif maupun dengan perilaku.
2.1.2. Macam-Macam Coping Stress
a. Coping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres
psikologis tergantung pada dua faktor, yaitu:

1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya


seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap
stressor yang diterima.
2. Keefektifan strategi coping yang digunakan oleh individu; artinya
dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka
menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam
kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Coping psiko-sosial
Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang
diterima atau dihadapi oleh klien. Menurut Struat dan Sundeen
mengemukakan (dalan Rasmun ; 2004) bahwa terdapat 2 kategori coping
yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan:
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (task-oriented reaction).
Cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah,
menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3
macam reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:
 Perilaku menyerang (fight)
Individu menggunakan energinya untuk melakukan
perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas
pribadinya
 Perilaku menarik diri (withdrawl)
Merupakan perilaku yang menunjukkan
pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain.
 Kompromi
Merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan
individu untuk menyelesaikan masalah melalui musyawarah
atau negosiasi.

2) Reaksi yang berorientasi pada Ego


Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam
menghadapi stres, atau ancaman, dan jika dilakukan dalam waktu
sesaat maka akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika
digunakan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan
gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal
dan menurunkan produktifitas kerja. (Rasmun, 2004 ; 30-34)

2.1.1.3. Bentuk – Bentuk Coping

Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ; 1997) secara umum membedakan bentuk
dan fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu sebagai berikut:

a. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah strategi


untuk penanganan stress atau coping yang berpusat pada sumber masalah,
individu berusaha langsung menghadapi sumber masalah, mencari sumber
masalah, mengubah lingkungan yang menyebabkan stress dan berusaha
menyelesaikannya sehingga pada akhirnya stress berkurang atau hilang
Untuk mengurangi stressor individu akan mengatasi dengan mempelajari
cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan cenderung
menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi karena
individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stress. Strategi ini akan cenderung
digunakan seseorang jika dia merasa dalam menghadapi masalah dia mampu
mengontrol permasalahan itu.
b. Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah strategi
penanganan stress dimana individu memberi respon terhadap situasi stress dengan
cara emosional. Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress.
Pengaturan ini melalui perilaku individu bagaimana meniadakan
fakta-fakta yang tidak menyenangkan. Bila individu tidak mampu mengubah
kondisi yang menekan individu akan cenderung untuk mengatur emosinya dalam
rangka penyesuaian diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi
atau situasi yang penuh tekanan. Individu akan cenderung menggunakan strategi
ini jika dia merasa tidak bisa mengontrol masalah yang ada.

2.1.1.4. Fungsi Coping Stres

Folkman dan Lazarus (Rahmatus Sa‟adah, 2008 ; 65-66), coping yang berpusat
pada emosi (emotion-focused coping) berfungsi untuk meregulasi respon emosional
terhadap masalah. Coping ini sebagian besar terdiri dari proses-proses kognitif yang
ditujukan pada pengukuran tekanan emosional dan strategi yang termasuk di dalamnya
adalah :

a. Penghindaran, peminiman atau pembuatan jarak


b. Perhatian yang selektif
c. Memberikan penilaian yang positif pada kejadian yang negatif

Sedangkan coping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping)


berfungsi untuk mengatur dan merubah masalah penyebab stres. Strategi yang termasuk
di dalamnya adalah :
a. Mengidentifikasikan masalah
b. Mengumpulkan alternatif pemecahan masalah
c. Mempertimbangkan nilai dan keuntungan alternatif tersebut
d. Memilih alternatif terbaik
e. Mengambil tindakan
2.2 Pembelajaran Jarak Jauh
2.2.1. Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh

Beberapa orang ahli mengungkapkan pengertian pembelajaran jarak jauh, dian-taranya G.


Dogmen, G. Mackenzie, E. Christensen, dan P. Rigby, O. Peter, M. Moore, B. Holmeberg
(Aristorahadi, 2008). Menurut Dogmen ciri-ciri pembe-lajaran jarak jauh adalah adanya
organisasi yang mengatur cara belajar mandiri, materi pembelajaran disampaikan melalui media,
dan tidak ada kontak langsung antara penngajar dengan pembelajar. Mackenzie, Christensen, dan
Rigby men-gatakan pendidikan jarak jauh merupakan metode pembelajaran yang menggu-nakan
korespondensi sebagai alat untuk berkomunikasi antara pembelajar dengan pengajar. Salah satu
bentuk pendidikan jarak jauh adalah Sekolah Korespondensi. Korenspondensi merupakan metode
pembelajaran menggunakan korespondensi sebagai alat untuk berkomunikasi antara pembelajar
dengan pengajar. Karak-teristiknya antara lain pembelajar dan pengajar bekerja secara terpisah,
namun keduanya dipersatukan dengan korespondensi. Korespondensi diperlukan agar terjadi
interaksi antara pembelajar dan pengajar. Menurut mereka karakteristik pembelajaran jarak jauh
adalah pembelajar dan pengajar bekerja secara terpisah, pembelajar dan pengajar dipersatukan
melalui korespondensi, dan perlu adanya interaksi antara pembelajar dan pengajar. Pendidikan
jarak jauh itu merupakan bentuk pendidikan yang memberikan kesempatan kepada pembelajarnya
untuk belajar secara terpisah dari pengajarnya. Namun ada kemungkinan untuk acara pertemuan
antara pengajar dan pembelajar hanya dilakukan kalau ada peristiwa yang istimewa atau untuk
melakukan tugas-tugas tertentu saja.

2.2.2. Bentuk Pembelajaran Jarak Jauh Online


Pembelajaran jarak jauh ada beberapa bentuk, antara lain:

a. Program pendidikan mandiri


b. Program tatap muka diadakan di beberapa tempat pada waktu yang telah
ditentukan. Informasi pendidikan tetap disampaikan, dengan/ tanpa interaksi dari
pembelajar.
c. Program tidak terikat pada jadwal pertemuan, di satu tempat. Pembe-lajaran jarak jauh
didasarkan pada dasar pemikiran bahwa pembelajar adalah pusat proses pembelajaran,
bertanggung jawab terhadap pembe-lajaran mereka sendiri, dan berusaha sendiri di
tempat mereka sendiri.
d. Pembelajaran jarak jauh dengan e-learning, yaitu pembelajaran online berbasis
teknologi informasi via internet. Sistem pembelajaran ini dapat dilengkapi dengan
modul atau buku-buku pelengkap.

Pembelajaran jarak jauh di perguruan tinggi yang diatur dalam KEP-MEN


107/U/2001. harus mendapat ijin dari Dikti Dalam pasal 2 disebutkan, Tujuan
penyelenggaraan program pendidikan tinggi jarak jauh adalah terwujudnya tujuan pendidikan
tinggi serta terciptanya ke- sempatan mengikuti pendidikan tinggi. Kemudian dalam pasal 4 ayat
2 dinyatakan bahwa “Sudah mempunyai ijin penyelengaraan program studi secara tatap muka
dalam bidang studi yang sama dan telah diakre-ditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN – PT) dengan nilai A atau U (Unggulan)”. Dalam point j dinyatakan: Bekerja sama
dengan perguruan tinggi lain yang sudah mempunyai ijin pe-nyelenggaraan program studi yang
sama untuk memfasilitasi kegiatan pengembangan program dan materi pembelajaran, pemberian
layanan bantuan belajar, layanan perpustakaan dan pelaksanaan praktikum dan pemantapan
pengalaman lapangan, serta penyelenggaraan evaluasi ha-sil belajar secara jarak jauh”. Jardiknas
mendukung model pembelaja-ran jarak jauh, yaitu jejaring media informasi menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang diadakan oleh Departemen Pen-didikan Nasional
(Depdiknas) yang menghubungkan sekolah-sekolah di seluruh wilayah nusantara Indonesia

.2.3. Sasaran, Tujuan dan Prinsip Pembelajaran Jarak Jauh


a. Sasaran Pembelajaran Jarak Jauh
Sasaran pembelajaran jarak jauh adalah:
1) Memberikan kesempatan kepada anak bangsa yang belum mengikuti pendidikan
yang lebih tinggi, seperti pembelajar yang putus sekolah pada tingkat pendidikan
dasar atau pendidikan menengah.
2) Memberikan kesempatan kepada para pengajar untuk meningkatkan kualitas
kemampuan/kompetensinya, seperti berkaitan dengan ke-mampuan didaktik,
metodik dan paedogogik dengan mengikuti pen-didikan tinggi. Misalnya, bagi
para pengajar yang mempunyai keingi-nan dan minat untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi, namun memiliki keterbatasan waktu, tempat
pendidikan tinggi yang jauh, atau keterbatasan dana. Ditambah lagi pengajar tidak
mungkin meninggalkan proses pembelajaran di sekolah sebagai tugas rutinnya
sehari-hari, sehingga cita-cita untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi
belum tercapai. Dengan pembelajaran jarak jauh ini, tanpa harus meninggalkan
tempat mengajarnya para pengajar yang tempat bertugasnya di daerah terpencil, di
pedalaman, di pegunungan yang terbatas oleh berbagai hal, seperti transportasi,
dapat mengikuti pembelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan
komputer beserta internetnya atau materi pembelajaran tercetak, seperti modul
atau buku-buku.

b. Tujuan Pembelajaran Jarak Jauh


Pembelajaran jarak jauh memungkinkan pembelajar untuk memperoleh
pendi-dikan pada semua jenis, jalur, dan jenjang secara mandiri dengan
menggunakan berbagai sumber belajar dengan program pembelajaran yang sesuai
dengan kara-kteristik, kebutuhan, dan kondisinya. Pembelajaran jarak jauh
menyediakan ber-bagai pola dan program Pembelajaran jarak jauh untuk melayani
kebutuhan ma-syarakat dan mengembangkan dan mendorong terjadinya inovasi
berbagai proses pembelajaran dengan berbagai sumber belajar.

Pembelajaran jarak jauh diharapkan dapat mengatasi masalah kesenjangan


pem-erataan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi dalam bidang
pendidikan yang disebabkan oleh berbagai hambatan seperti jarak, tempat, dan
waktu. Untuk itu, penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh harus sesuai dengan
karakteristik pembelajar, tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran. Dengan
demikian, tujuan pembelajaran jarak jauh adalah untuk memberikan kesempatan
pendidikan kepada warga masyarakat yang tidak dapat mengikuti pembelajaran
konvensional secara tatap muka.

c. Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh


1 Tujuan yang jelas
Perumusan tujuan harus jelas, spesifik, teramati, dan terukur untuk men-
gubah perilaku pembelajar

2 Relevan dengan kebutuhan


3 Program pembelajaran jarak jauh relevan dengan kebutuhan pembelajar,
masyarakat, dunia kerja, atau lembaga pendidikan.
4 Mutu pendidikan
5 Pengembangan program pembelajaran jarak jauh merupakan upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan yaitu mutu proses pembelajaran yang
ditandai dengan proses pembelajaran yang lebih aktif atau mutu lulusan
yang lebih produktif.
6 Efisien dan efektivitas program
Pengembangan program pembelajaran jarak jauh harus mempertim-
bangkan efisiensi pelaksanaan dan ekfektivitas produk program. Efisien
mencakup penghematan dalam penggunaan tenaga, biaya, sumber dan
waktu, sedapat mungkin menggunakan hal-hal yang tersedia. Efektifitas
memperhatikan hasil-hasil yang dicapai oleh lulusan, dampaknya terha-
dap program dan terhadap masyarakat
7 Pemerataan dan perluasan kesempatan belajar.
Pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, khususnya bagi yang ti-dak
sempat mengikuti pendidikan formal karena jauh atau sibuk bekerja. Itulah
sebabnya pembelajaran jarak jauh memberikan kemudahan bagi
pembelajar untuk belajar mandiri yang belajarnya tidak terikat dengan
ruangan kelas dan waktu.
8 Kemandirian
Kemandirian baik dalam pengelolaan, pembiayaan, dan kegiatan belajar.
9 Keterpaduan
Keterpaduan, yaitu mengharuskan adanya keterpaduan berbagai aspek
seperti ketepaduan mata kuliah atau mata pelajaran secara multi disipliner.
10 Kesinambungan
Tugas tutor memberikan bantuan kepada pembelajar secara berkala ke-tika
pembelajar menghadapi kesulitan dalam memahami materi pembe-lajaran,
mengerjakan tugas, latihan, atau soal. Bantuan yang diberikan adalah
membimbing untuk memahami tujuan yang akan dicapai, cara dan teknik
mempelajari materi pembelajaran, penerapan metode belajar, dan bantuan
lainnya yang dapat mengkondisikan pembelajar untuk bela-jar dan
mencapai hasilnya secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, A., Suradika, A., & Asmas, T. B. (2020, December). Strategi Mengurangi
Kejenuhan Anak Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui Aplikasi ICANDO pada
Siswa Kelas I SDN Pondok Pinang 08 Pagi. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian
LPPM UMJ (Vol. 1, No. 1).

Sari, I. D. A. (2020). Mereduksi Stres Dalam Belajar Dengan Menggunakan Strategi


Relaksasi. Nusantara of Research: Jurnal Hasil-hasil Penelitian Universitas Nusantara
PGRI Kediri, 7(2), 79-85.

Ritonga, A. N. (2020). Pelaksanaan konseling kelompok untuk mengatasi stres akademik


siswa MTsN 3 Medan Helvetia (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Medan).

Fitriasari, A., Septianingrum, Y., Budury, S., & Khamida, K. (2020). Online Learning
Stress Relates to Student Coping Strategies During the Covid-19 Pandemic. Jurnal
Keperawatan, 12(4), 985-992.

Saputri, A. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Kesejahteraan Psikologis (Psycal-Well-


Being) Selama pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar Kabupaten Batang.

Sari, P., Bulantika, S. Z., Utami, F. P., & Kholidin, F. I. (2020). Pengaruh Manajemen
Stress dan Kelola Emosi Terhadap Tingkat Kecemasan Siswa di Masa New Normal.
Bulletin of Counseling and Psychotherapy, 2(2), 62-67.

Masitoh, A. (2020). Strategi Koping Siswa dalam Menghadapi Stres Akademik di Era
Pandemi Covid-19. Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 4(2), 185-198.

Anda mungkin juga menyukai