1. Factor predisposisi.
Menurut Stuart (2013) faktor predisposisi merupakan faktor
risiko atau faktor protektif seseorang yang mempengaruhi
individu dalam merespon stresor. Faktor predisposisi ini
mencakup biologis, psikososial dan sosial kultural. (Wuri
Wuryaningsih Emi Dkk, 2020. Hal 50)
Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori
yang dapat menjelaskan ansietas, di antaranya sebagai
berikut
Faktor biologis.
Factor psikologis
Sosial budaya
Lanjutan...
2. Factor presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus internal maupun eksternal yang
disetujui individu (Stuart, 2013). Faktor presipitasi ini disebut
sebagai faktor pencetus atau perubahan yang dapat menyebabkan
ansietas.
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya
kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi
seseorang. (Ah Yusuf, dkk, 2015. Hal:87)
Penilaian terhadap stresor
1. Antisipasi
Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu dengan lingkungan. (Azizah, dkk,
2016. Hal:136)
2. Ansietas ringan
Ansietas ringan hampir terjadi setiap hari, ditandai dengan lapang persepsi meningkat (suara-
suara dilingkungan dapat sangat terdengar dengan jelas, objek disekitar tampak lebh jelas),
kesadaran diri meningkat, lebih waspada.
3. Ansietas sedang
Individu yang mengalami ansietas sedang akan mengalami penurunan lapang persepsi seperti
tidak mendengar ketika seseorang berbicara padanya, objekdi ruangan diabaikan. Individu
tersebut hanya berfokus pada kekhawatirannya saja.
4. Ansietas berat
Ditandai dengan penurunan lapang persepsi yang siginifikan. Seseorang yang mengalami
ansietas ini berfokus pada diri sendiri dan tidak mampu memikirkan hal-hal lainnya. Seseorang
dengan ansietas berat kadang-kadang hanya berfokus pada satu objek saja, bahkan tidak mampu
mengikuti arahan orang lain
5. Panic.
Persepsi menyimpang sangat kacau dan tidak terkentrol, berfikir tidak teratur, perilaku tidak
tepat dan aitasi/hiperaktif. (azizah, dkk.2016. hal: 136)
Penatalaksanaan medis
Pengkajian
Proses terjadinya kecemasan dijelaskan dengan
psikodinamika dengan menggunakan pendekatan model
stuart stress adaptasi. Menurut stuart 2013 dalam
waryuningsi, 2018, psikodinamika masalah keperawatan
dimulai dengan menilai factor predisposisi, presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, mekanisme
koping, yang digunakan oleh seorang individu sehingga
menghasilkan respon baik yang bersifat konstruktif
maupun destruktif dalam rentang adaptif sampai
maladaptive. (waryuningsi, dkk. 2018. Hal: 50)
• Diagnose keperawatan
Diagnosis diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan pasien. Diagnosis khas untuk pasien dengan
gangguan kecemasan meliputi berikut ini:
Risiko untuk bunuh diri
Kecemasan
Kematian kecemasan
Stres yang berlebihan
Mutilasi diri sendiri
Keputusasaan
Ketidak berdayaan isolasi sosial
Terganggu persepsi indera
Proses pemikiran terganggu
Insomnia
Gangguan memori
Kekurangan pengetahuan
Ketakutan
Kelelahan kronis
Harga diri rendah
Gangguan citra tubuh
Perilaku kesehatan yang rentan resiko. (fortinash, 2012. Hal:196)
• Rencana tidak keperawatan
Pedoman keseluruhan untuk intervensi keperawatan dasar adalah
sebagai berikut:
Identifikasi sumber daya masyarakat yang dapat menawarkan perawatan
khusus yang terbukti sangat efektif untuk orang dengan berbagai gangguan
kecemasan.
Identifikasi kelompok pendukung masyarakat untuk orang-orang dengan
gangguan kecemasan spesifik dan keluarga mereka.
Gunakan komunikasi terapeutik, terapi lingkungan, kemajuan kegiatan
perawatan diri, psikoterapi, dan pengajaran kesehatan dan promosi kesehatan
yang sesuai. (Varcarolli’s, 2013. Hal: 181)
TERIMA KASIH : )