Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN STUDI KASUS (CASE STUDY)

MALNUTRISI PADA ANAK


STASE KEPERAWATAN ANAK

DOSEN KOORDINATOR
Ns. Winarianti, S.Kep.

DISUSUN OLEH :
ATRASINA AZYYATI
NIM. I4051201012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
KASUS

Anak H dengan usia 9 bulan masuk ke rumah sakit dan didiagnosa marasmus. Keluhan utama

saat dikaji adalah keluarga mengatakan anak H mengalami panas kurang lebih 5 hari. Keluarga

juga mengatakan anaknya mnegalami panas kurang lebih selama 5 hari saat di rumah dan nafsu

makan menurun. Keluarga mengatakan berat badan anak H tidak bertambah sejak ia menginjak

usia 4 bulan, dan sering ditimbang di posyandu. Pasien dibawa ke puskesmas oleh keluarga

dan dirujuk ke RSUD Surakarta. Saat di IGD, pasien dipasang NGT dan perawatan dilanjutkan

di bangsal rumah sakit.


A. Komunikasi Efektif

Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi

alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan

karena perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam setiap

aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi.

Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kegiatan dalam menyampaikan

informasi yang berarti. Hal ini dapat terjadi antara komunikan dengan komunikator

yaitu perawat dengan pasien. Komunikasi memerlukan pengirim, pesan, dan penerima

pesan yang dituju, meskipun terkadang penerima tidak perlu hadir, namun tetap

menyadari dan memahami maksud pesan yang dikirmkan pengirim. Komunikasi

mensyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berbagi area kesamaan

komunikatif. Proses komunikasi dikatakan lengkap sekali jika penerima telah

memahami pesan dari pengirim. Lebih luas lagi praktek komunikasi dalam

pengembangan kepribadian membutuhkan cara khusus sehingga tercapai komunikasi

yang efektif yang diperlukan dalam membentuk kepercayaan diri seseorang.

Komunikasi efektif bermanfaat dan berperan dalam kesembuhan klien, berhubungan

dalam kolaborasi yang dilakukan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya, dan juga

berpengaruh pada kepuasan klien dan keluarga. Komunikasi memegang peranan yang

cukup penting dalam hubungannya dengan upaya peningkatan kualitas layanan bagi

perawat. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengupayakan proses

komunikasi yang efektif, yaitu antara lain: Sensitivitas kepada penerima komunikasi,

kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis, penentuan waktu yang tepat dan

umpan balik, komunikasi tatap muka.

Bayi, anak, dan remaja adalah kelompok usia yang mempunyai karakteristik khusus

dalam berkomunikasi. Bayi atau anak yang kemampuan bicaranya belum berkembang,
melakukan komunikasi dengan orang di sekitarnya dengan cara menangis, mengoceh,

isyarat dengan menggerak-gerakkan tubuh/kakinya, ungkapan emosional yang

tergambar dalam ekspresi wajah, serta menangis atau menyembunyikan wajah. Pada

anak yang kemampuan bicaranya sudah berkembang, komunikasi dilakukan secara

verbal maupun nonverbal. Pada remaja, komunikasinya sudah berkembang dengan baik

sehingga diperlukan penjelasan yang logis dan rasional saat berbicara dengan mereka.

B. Keterampilan interpersonal efektif

Komunikasi interpersonal yang efektif dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna

mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan.

Komunikasi interpersonal juga dilakukan oleh perawat dengan pasien, komunikasi

yang dilakukan antara perawat dengan pasien dilakukan dengan saling pengertian.

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang

dengan orang lain. Hubungan terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerja

sama yang ditandai dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman

ketika membina hubungan intim yang terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah

komunikasi interpersonal antara perawat dan klien yang dilakukan secara sadar ketika

perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang

bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman

emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien.

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membantu mengatasi masalah klien untuk

mengurangi beban perasaan dan pikiran, membantu mengambil tindakan yang efektif

untuk klien/pasien, memperbaiki pengalaman emosional klien, dan mencapai tingkat

kesembuhan yang diharapkan. Terdapat beberapa tahap komunikasi interpersonal,

yaitu:

a) Prainteraksi
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi

dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasangka buruk kepada pasien,

karena akan menggangu dalam hubungan saling percaya. Seorang perawat

profesional harus belajar peka terhadap kebutuhan-kebutuhan pasien dan mampu

menciptakan hubungan komunikasi interpersonal yang baik, agar pasien merasa

senang dan merasa dihargai

b) Perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap

pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Pada tahap ini, perawat dan pasien

mulai mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal yaitu, dengan

memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada pasien,

memperkenalkan diri, menayakan nama pasien, dan menayakan keluhan pasien,

dan lain-lain.

c) Orientasi

Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama

pasien berada di rumah sakit. Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan

pasien, memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan

pasien saat itu, dan mengevaluasi hasil tindakan.

d) Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat

dengan pelaksanaan komunikasi interpesonal. Perawat menfokuskan arah

pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keadaan pasien, keluhan-keluhan

pasien. Selain itu hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal

yaitu dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan

pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan


anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur,

untuk mencapai kesembuhan.

e) Tahap Terminasi

Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari

pertemuan antara perawat dengan pasien. Dalam tahap akhir ini, pasien sudah

dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit, hendaknya perawat tetap

memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan

kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat degan pasien terjalin

dengan baik.

C. Teknologi dan informasi

Perkembangan teknologi informasi mulai merambah dunia keperawatan. Kebutuhan

layanan kesehatan juga termasuk keperawatan yang cepat, efisien dan efektif menjadi

tuntutan masyarakat modern saat ini. Perkembangan teknologi informasi khususnya

perangkat lunak saat ini sudah banyak dikembangkan untuk menunjang kegiatan/kerja

di berbagai bidang dalam hal ini sistem informasi kesehatan. Sistem informasi

kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola

siklus informasi(mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik

informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Salah satu pengembangkan

sistem informasi kesehatan adalah sistem manajamen keperawatan.

D. Asuhan keperawatan Anak


FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN 2020

I. BIODATA

A. Identitas Klien

Nama : An. H

Tempat Tgl Lahir / Usia : 2 Juli 2009 / 9 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Banjarsari, Surakarta

Tgl. Masuk : 28 Oktober 2020

Tgl. Pengkajian : 29 Oktober 2020

Diagnosa Medik : Marasmus

Rencana Terapi : Pemasangan NGT

B. Identitas Orang Tua

1. Ayah

Nama : Tn. I

Usia :45 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Agama : Islam

Alamat : Banjarsari, Surakarta

2. Ibu
Nama : Ny. J

Usia : 40 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Banjarsari, Surakarta

3. Identitas Saudara Kandung

No. Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

1.

2.

3.

II. KELUHAN UTAMA

Saat dikaji, keluarga mengatakan anaknya mengalami panas kurang lebih 5 hari

III. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluarga mengatakan bahwa An. H panas kurang lebih seudah 5 hari saat di

rumah, nafsu makan menurun, dan berat badan tidak bertambah sejak usia 4

bulanm dan sering ditimbang di Posyandu

B. Riwayat Kesehatan Lalu

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit.


C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram 3 Generasi

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

Kesimpulan :

IV. RIWAYAT IMUNISASI

No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Klien

1. BCG 2 bulan

2. DPT (I,II,III) 2 bulan

3. POLIO (I,II,III,IV) 3 bulan

4. CAMPAK 9 bulan
5. HEPATITIS 0 bulan

A. Pemeriksaan Fisik

Berat badan : 5.5 kg

Tinggi badan : 62 cm

Waktu tumbuh gigi : 6 bulan

Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat:

1. Berguling : 5 bulan

2. Duduk : 7 bulan

3. Merangkak : 8 bulan

4. Berdiri : 13 bulan

5. Berjalan : 14 bulan

6. Senyum pertama kali kepada orang lain pada umur – 2 bulan

7. Bicara pertama kali : 2 bulan

8. Berpakaian tanpa bantuan : 1 tahun 1 bulan

V. RIWAYAT NUTRISI

A. Pemberian Asi

- Pertama kali disusui : saat lahir

- Cara pemberian :

- Lama pemberian :

B. Pemberian Susu Formula

- Alas an pemberian :
- Jumlah pemberian :

- Cara pemberian :

C. Pemberian Makanan Tambahan

- Pertama kali diberikan usia :

- Jenis :

D. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai pada nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

1. 0 – 4 Bulan

2. 4 – 12 Bulan

3. 1 – 3 Tahun

4. 3 – 6 Tahun

5. 6 – 9 Tahun

6. Saat ini

VI. RIWAYAT PSYCHOSOSIAL

VII. RIWAYAT SPIRITUAL

VIII. REAKSI HOSPITALISASI

A. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

B. Pemahaman keluarga tentang sakit dsan rawat inap

IX. AKTIVITAS SEHARI-HARI

A. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit


- Selera makan Menurun Menurun

- Menu makan Susu formula

- Frekuensi makan 2 kali sehari 1 kali sehari

- Makanan yang Tidak ada Tidak ada

disukai

- Makanan pantangan

- Pembatasan pola

makan

- Cara Makan

- Ritual saat makan

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit

- Jenis minuman Susu formula Susu formula

- Frekuensi minum 2 kali sehari 1 kali sehari

- Kebutuhan cairan

- Cara pemenuhan

C. Eliminasi BAB dan BAK

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

BAB

- Tempat

pembuangan

- Frekuensi (waktu)

- Konsistensi
- Kesulitan

- Obat Pencahar

BAK

- Tempat

pembuangan

- Frekuensi (waktu)

- Konsistensi

- Kesulitan

- Obat Pencahar

D. Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

- Jam Tidur

Siang

Malam

- Pola Tidur

- Kebiasaan sebelum

tidur

- Kesulitan tidur

E. Olahraga

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

- Program olahraga

- Jenis dan frekuensi


- Kondisi setelah

olahraga

F. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

- Mandi

Cara

Frekuensi

Alat mandi

- Cuci Rambut

Frekuensi

Cara

- Gunting Kuku

Frekuensi

Cara

- Gosok gigi

Frekuensi

Cara

G. Aktivitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

- Kegiatan Sehari-

hari

- Pengaturan jadwal

harian
- Penggunaan alat

bantu aktifitas

- Kesulitan

pergerakan tubuh

H. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

- Perasaan saat

sekolah

- Waktu luang

- Perasaan setelah

rekreasi

- Waktu senggang

keluarga

- Kegiatan hari libur

X. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum Klien:

Keluarga pasien mengatakan An. H demam kurang lebih 5 hari. Mukosa bibir

kering dan tidak terdapat stomatitis

2. Tanda-tanda vital

- Suhu : 36 C

- Nadi : 120 kali permenit

- Tekanan darah : 100/70 mmHg

- Respirasi : 23 kali permenit


3. Antropometri

- Tinggi badan : 62 cm

- Berat badan : 5.5 kg

- Lingkar lengan atas : 10 cm

- Lingkar kepala :

- Lingkar dada : 44 cm

- Lingkar perut :

4. Sistem Pernafasan

5. Sistem Kardiovaskuler

6. Sistem Pencernaan

7. Sistem Indra

- Mata

Vinus

- Hidung

- Telinga

8. Sistem Syaraf

- Fungsi Serebral

- Fungsi Cranial

NI :

N II :

N III, IV, VI :

NV :
N VIII :

N IX :

NX :

N XI :

N XII :

9. Sistem Muskuloskletal

10. Sistem Endokrin

11. Sistem Perkemihan

12. Sistem Immun

- Tidak ada riwayat alergi

XI. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

- 6 Tahun ke atas:

- Perkembangan Kognitif:

- Perkembangan Psikososial:

XII. TEST DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan laboratorium: Hb: 10.9 g/dl, eritrosit: 3.86 juta/mm3, leukosit 7.11

ribu/3
DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

DS: DO:

a. Keluarga mengatakan An. H panas a. BB: 5.5 kg, TB: 62 cm

kurang lebih 5 hari lalu dan dibawa b. Suhu: 36 C, nadi: 120 kali permenit

ke rumah sakit dengan rujukan dari c. Terpasang selang NGT

puskesmas d. HB: 10.9 gr/dl, eritrosit 3.86

b. Keluarga mengatakan An. H nafsu juta/mm3, leukosit: 7.11 ribu/mm3

makannya menurun, susah minum, e. Mukosa bibir kering, tidak ada

dan BB tidak naik sejak usia 4 bulan stoma

c. Keluarga mengatakan bahwa An.H f. Pasien terpasang NGT dan diberikan

saat ini hanya bisa berguling miring F75 60cc/2 jam

kanan dan kirir, tengkurap tanpa g. An. H hanya bisa berguling miring

bantuan di usianya yang 9 bulan ke kanan dan kiri serta tengkurap

tanpa bantuan

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Defisit nutrisi berhubungan


Malabsorbsi
a. Keluarga dengan ketidakmampuan

mengatakan An. H Daya tahan tubuh menurun mencerna mengabsorbsi

panas kurang lebih 5 nutrien

hari lalu dan dibawa Keadaan umum lemah

ke rumah sakit
dengan rujukan dari
Nafsu makan menurun
puskesmas

b. Keluarga
Defisit nutrisi
mengatakan An. H

nafsu makannya

menurun, susah

minum, dan BB tidak

naik sejak usia 4

bulan

c. Keluarga

mengatakan bahwa

An.H saat ini hanya

bisa berguling miring

kanan dan kirir,

tengkurap tanpa

bantuan di usianya

yang 9 bulan

DO:

a. BB: 5.5 kg, TB: 62

cm

b. Suhu: 36 C, nadi:

120 kali permenit

c. Terpasang selang

NGT
d. HB: 10.9 gr/dl,

eritrosit 3.86

juta/mm3, leukosit:

7.11 ribu/mm3

e. Mukosa bibir kering,

tidak ada stoma

f. Pasien terpasang

NGT dan diberikan

F75 60cc/2 jam

g. An. H hanya bisa

berguling miring ke

kanan dan kiri serta

tengkurap tanpa

bantuan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Masalah/Diagnosa Tgl. ditemukan Tgl. Teratasi

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan 28 Oktober 2020

ketidakmampuan mencerna

mengabsorbsi nutrien
RENCANA KEPERAWATAN

Tgl. NDX dan data Tujuan Rencana tindakan Rasional

penunjang

28/10 1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 3 x Manajemen Nutrisi  .Untuk mengetahui

berhubungan dengan 24 jam masalah teratasi dengan  Observasi kenaikan berat badan

ketidakmampuan kriteria hasil:  Identifikasi status nutrisi tubuh

mencerna a. Status nutrisi membaik  Idnetifikasi alergi dan intoleransi  Untuk

mengabsorbsi nutrien b. Nafsu makan membaik makanan menyeimbangkan

c. Berat badan membaik  Identifikasi kebutuhan kalori dan asupan kalori klien

jenis nutrien  Untuk kebutuhan

 Monitor asupan makanan asupan makanan klien

 Monitor berat badan  Untuk memberikan

 Monitor hasil pemeriksaan kenaikan berat badan

laboratorium klien

 Terapeutik
 Berikan makanan tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

 Berikan makanan tinggi kalori dan

tinggi protein

 Hentikan pemberian makan

melalui selang nasogatrik jika

asupan oral dapat ditoleransi

 Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian medikasi

sebelum makan

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang dibutuhkan

Pemantauan Nutrisi

 Observasi
 Identifikasi faktor yang

memengaruhi asupan gizi

 Identifikasi perubahan berat badan

 Identifikasi kelainan pada rambut

 Identifikasi pola makan

 Monitor mual muntah

 Monitor hasil laboratorium

 Terapeutik

 Timbang berat badan

 Ukur antropometrik komposisi

tubuh

 Hitung perubahan berat badan

 Dokumentasi hasil pemantauan


CATATAN TINDAKAN

Tgl. NDX Jam Tindakan Keperawatan dan hasil

18/9 1 Manajemen Nutrisi

 Observasi

 Mengidentifikasi status nutrisi

 Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan

 Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

 Melakukan monitor asupan makanan

 Melakukan monitor berat badan

 Melakukan monitor hasil pemeriksaan laboratorium

 Terapeutik

 Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

 Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

 Menghentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik

jika asupan oral dapat ditoleransi

 Kolaborasi

 Melakukan kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

 Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

Pemantauan Nutrisi

 Observasi

 Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi asupan gizi

 Mengidentifikasi perubahan berat badan

 Mengidentifikasi kelainan pada rambut


 Mengidentifikasi pola makan

 Melakukan monitor mual muntah

 Melakukan monitor hasil laboratorium

 Terapeutik

 Menimbang berat badan

 Mengukur antropometrik komposisi tubuh

 Menghitung perubahan berat badan

 Mendokumentasi hasil pemantauan

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl. NDX Jam EVALUASI / SOAP

S:

a. Keluarga mengatakan klien masih merasa lemas

b. Keluarga mengatakan badan klien masih hangat

O:

a. Klien tampak kurang makan

b. Badan klien lemas

c. Klien hanya berguling ke kanan ke kiri

A:

Masalah belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi
E. Etik keperawatan

Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan anak dan orang

tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek dalam memberikan pelayanan

kesehatan dan bekerjasama dengan anggota tim lain, dengan keluarga terutama dalam

membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan perawatan anak.

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan

berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk

mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan

asuhan keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus

terlibat dalam perumusan rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan. Perawat

harus mempunyai suara untuk didengar oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif

dalam gerakan yang,bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Perawat yang

paling mengerti tentang pelayanan keperawatan anak. Oleh karena itu perawat harus

dapat meyakinkan pemegang kebijakan bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan

keperawatan yang diajukan dapat memberi dampak terhadap peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan anak.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika keperawatan

adalah mampu :

 Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktekkeperawatan.

 Membentuk strategi/cara menganalisis masalah moral yang terjadi dalam

praktek keperawatan.

 Menghubungkan prinsip-prinsip moral yang baik dan dapat

dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada

Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya


Adapun etika keperawatan menurut Syafridayani adalah:

 Autonomy (Autonomi)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir

secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu

memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan

hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri, dan

perawat haruslah bisa menghormati dan menghargai kemandirian ini. Salah satu

contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa

keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan

 Beneficence (Berbuat Baik)

Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu

dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan. Contoh

perawat menjelaskan klien dengan penyakit jantung tentang program latihan

untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk

tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung. Hal tersebut merupakan

penerapan prinsip beneficence. Walaupun memperbaiki kesehatan secara umum

adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas

kebaikan yang haruslah dilakukan.

 Justice (Keadilan)

Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan

dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang

berlaku. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru

masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka

perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian

bertindak sesuai dengan asas keadilan.


 Non-maleficence (tidak merugikan)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada

klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis

menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)

membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan

pemberian transfuse darah. Akhirnya transfusi darah ridak diberikan karena

prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi

nonmaleficince.

 Veracity (Kejujuran)

Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh

pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien

untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,

komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan

saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan

informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagai

macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan

tersebut dan meninggal dunia. Ny. A selalu bertanya-tanya tentang keadaan

suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum

memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui

alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter

harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran

 Fidelity (Menepati janji)

Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan,

mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.


Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan

menghargai komitmennya kepada orang lain.

 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.

Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan

pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area

pelayanan harus dihindari.

 Accountability (Akuntabilitasi)

Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional

dapat dinilai dalam kondisi tanpa terkecuali. Contoh perawat bertanggung jawab

pada diri sendiri, profesi, klien, sesama teman sejawat, karyawan, dan

masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat

digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif,

dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

F. Kolaborasi aspek pemenuhan kebutuhan

Bekerjasama merupakan suatu cara mengerjakan suatu pekerjaan dengan orang lain

dengan cara membagi kerja dan saling membantu untuk mencapai target menyelesaikan

suatu pekerjaan dan mencapai tujuan tertentu. Dengan bekerjasama maka sebagian

besar tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan tersebut dapat diselesaikan bersama

orang lain. keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan setiap anggota/staf. Bentuk

bekerjasama dalam tim work akan bervariasi tergantung jenis pekerjaan dan target yang

akan dicapai baik oleh institusi/ kelompok kerja tertentu. Latihan kerjasama ini

dimaksudkan agar mahasiswa mampu menerapkan konsep bekerjasama yang baik dan

saling menguntungkan bagi diri sendiri karena akan menambah kematangan seseorang
dan pengalaman dalam mengatasi kesulitan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan

kualitas lembaga tempat seseorang bekerja dan belajar.

Kolaborasi yang di lakukan perawat terhadap tenaga medis lainnya ada beberapa

prinsip antara lain sebagai berikut :

 Patient-centered Care

Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien. Pasien dan

keluarga merupakan pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya. Prinsip ini

merupakan kolaborasi yang memiliki tujuan untuk tercapainya kepentingan dan

kebutuhan dari pasien seperti perawat yang berkolaborasi dengan dokter untuk

menentukan terapi apa yang akan diberikan kepada pasien untuk mengobati penyakit

yang diderita pasien

 Recognition of patient-physician relationship

Kepercayaan dan berperilaku sesuai dengan kode etik dan menghargai satu sama

lain. Prinsip ini bertujuan agar selama melaksanakan kolaborasi perawat dan tim

medis lainnya dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik dan dapat

menghargai satu sama lain sehinggah terciptalah kolaborasi yang tepat sehingga

asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan benar.

 Physician as the clinical leader

Pemimpin yang baik dalam pengambilan keputusan terutama dalam kasus yang

bersifat darurat. Ketika perawat dihadapkan pada suatu keadaan darurat perawat

harus berkolaborasi dengan tim medis lain khususnya dokter dalam pemecahan

kedaruratan yang dialami pasien sehingga keadaan darurat tersebut dapat

terselesaikan dengan cepat dan tepat.

 Mutual respect and trust


Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing-

masing. Prinsip ini mendorong agar perawat dan tim medis lain dapat melakukan

tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mempercayai tim medis lainnya

untuk menjalankan tugas yang dijalankannya dengan baik dan benar

G. Pola kritis

Pada kasus, terdapat data-data seperti hasil pemeriksaan tanda vital pasien yang

dituliskan. Pencatatan atau dokumentasi data umum pasien sangat diperlukan untuk

memudahkan pembaca untuk menganalisa masalah yang dialami klien.

Pencatatan yang dilakukan mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan unik

klien dan respon klien terhadap masalah/dignosis keperawatan yang berpengaruh pada

layanan keperawatan yang diberikan, menyusun informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber kedalam sumber yang bersifat umum sehingga pola kesehatan klien dapat

dievaluasi dan masalahnya dapat terindentifikasi,menjamin adanya informasi dasar

yang berguna untuk memberikan referensi dalam mengukur perubahan kondisi klien,

mengidentifikasi karakteristik unik dari situasi klien dan responnya yang berpengaruh

pada perencanan keperawatan dan tindakan keperawatan, menyajikan data yang cukup

bagi kebutuhan klien untuk tindakan keperawatan dan menjadi dasar bagi pencatatan

rencana keperawatan yang efektif

H. Advokasi

Advokasi merupakan peran profesional perawat untuk melakukan pembelaan dan

perlindungan kepada pasien. Dalam pelaksanaannya terdapat faktor yang penghambat

dan pendukung peran advokat perawat.

Peran perawat sebagai advokasi pasien adalah perawat mampu memberikan

perlindungan terhadap pasien, keluarga pasien, dan orang – orang disekitar pasien. Hal

ini didukung dengan hasil penelitian Umasugi (2018) bahwa perawat sebagai
pelindung, perawat mampu mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman dan

mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan dari

hasil pengobatan, contohnya mencegah terjadinya alergi terhadap efek pengobatan

dengan memastikan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi. Salah satu untuk

mencegah terjadinya hal – hal yang merugikan pasien perawat harus saling

berkoordinasi dengan adanya standar komunikasi yang efektif dan terintegrasi dalam

kegiatan timbang terima yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan.


Daftar Pustaka
Afidah, E. N. & Sulisno, M. (2013). Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat di Rumah
Sakit Negeri di Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen vol 1(2). Keperawatan.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/1008
Hamzah, Hamzah (2016). Rancang Bangun Sistem Informasi Asuhan Keperawatan Bagi
Penderita Pneumonia. Jurnal Sistem Informasi (JSI) vol 8(1).
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/index
Murdiyanti, D. (2012). Studi Analisis Penerapan Telenursing sebagai Salah Satu Cara
Menyediakan Pelayanan Keperawatan dalam Era Teknologi Informasi. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawtaan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Pusdik SDM Kesehatan (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Pusdik SDM Kesehatan (2016). Keperawatan Anak. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pusdik SDM Kesehatan (2016). Komunikasi dalam Keperawatan. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Ramadhan, R. W. (2015) Asuhan Keperawatan Pada An. H Dengan Malnutrisi (Marasmus)
Di Bangsal Anggrek III Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta. Diploma thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Syafridayani, F. (2019). Kolaborasi Perawat Dengan Tim Medis Lain Untuk Mencapai
Keselamatan Pasien.
Telaumbanua, Hariesty. (2020). Peran Perawat Sebagai Advokat Pasien Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan. DOI: 10.31219/osf.io/njwr2.

Anda mungkin juga menyukai