Anda di halaman 1dari 9

ANALISA KASUS

TRANSKULTURAL DALAM PROSES KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK BAGIAN LOMBOK TIMUR

1. DIANA NOVITA
2. EKA MARDIANTI
3. FITRA ALUYA
4. HERIAWAN
5. HIKMAH NURUL ASLAMIYAH
6. HIMMATUL MAULA
7. JINAN ESTIDA HAYATI UMAJAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2020
ANALISA KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Tn. A
Usia : 25 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Sasak
Alamat : Mamben Lauk, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur
Daignosa medis : Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Usia : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Suku : Sasak
Alamat : Mamben Lauk, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur
Hubungan dengan : Orang tua klien
klien
2. Riwayat kesehatan sekarang
Tn. A mengeluh nyeri pada bagian kandung kemihnya sejak tiga hari yang lalu,
dengan budaya yang ada pada lingkungan Tn. A hanya menggunakan obat tradisional
dan mengikat kedua ibu jari kaki dengan sehelai serabut sapu ijuk. Menurut
kepercayaan masyarakat daerah setempat, dengan mengikat ibu jari kaki bisa
menyembuhkan penyakit infeksi saluran kemih, setelah beberapa hari tidak ada
perubahan pada Tn. A, klien pun tetap masih merasakan nyeri pada kandung
kemihnya. Sehingga Tn. A pun pergi ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan.
3. Factor teknologi
Klien memeriksakan rasa nyerinya kepada belian (Dukun) bersama ibunya. Sebelum
dilakukan pemeriksaan seperti mengikat ibu jari kaki, Tn. A disuruh untuk meminum
obat obatan tradisional seperti jamu untuk menghilangkan rasa sakitnya kemudian
mengikat ibu jari kaki menggunakan sehelai serabut sapu ijuk untuk menghilangkan
rasa nyerinya.
4. Factor agama dan falsafah hidup
Klien mengatakan beragama islam, keluarganaya dan warga setempat percaya pada
budaya yang ada seperti mengikat ibu jari kaki menggunakan sehelai serabut sapu
ijuk untuk menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan pada kandung kemih, keluarga
klien percaya dengan budaya yang lahir sejak turun temurun bahwa apa yang
dikatakan orang tua-orang tua dulu adalah hal yang benar adanya.
5. Factor sosial dan keterikatan keluarga
Keterikatan keluarga klien dengan orang tua sanagat kuat mulai dari ibu klien sangat
percaya bahwa anaknya bisa sembuh dengan menggunakan obat obatan tradisional
dan budaya yang ada, sedangkan orang tua yakni bapaknya juga mendukung sang
klien agar cepat sembuh, pengambilan keputusan diambil oleh sang bapak setelah
berunding dengan sang ibu untuk kesembuhan sang klien
6. Factor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Bahasa yang digunakan oleh klien adalah bahsa sasak. Sebelum klien melakukan
pengobatan menurut budayanya, klien tidak mempunyai pantangan makan dan
minum, yang dianjurkan pada saat klien akan melakukan pengobatana klien disuruh
untuk meminum obat tardisional seperti jamu untuk memulai pengobatan dengan
mengikat ibu jari kaki dengan sehelai serabut sapu ijuk
7. Factor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Belian (Dukun) yang ada pada daerah setempat klien dihormati karena sudah banyak
menolong orang sakit, sehingga jika ada orang yang mengalami Sakit apapun atau
mengalami sakit pada kandung kemihnya akan berobat ke belian (Dukun), ketika para
warga setempat pergi ke klinik, puskesmas atau tenaga kesehatan setempat mereka
akan diberika kebebasan untuk berobat sesuai tempat yang mereka inginkan, tidak
mesti mereka hanya ke belian saja.
8. Factor ekonomi
Klien bekerja di wiraswasta sehingga kemungkinan untuk membiayai kesehatnnya
sendiri serta klien memiliki kartu BPJS untuk berobat.
9. Factor pendidikan
Pendidikan yang dimiliki klien adalah SMA, klien mengatakan bahwa sakitnya itu
harus ke tenaga kesehatan tetapi dia lebih mempercayai perkataan orangtuanya untuk
kesembuhannya sendiri.
B. Diagnose Keperawatan
Diagnose yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah ketidakpatuhan keluarga
berhubungan dengan tenaga medis.
C. Perencanaan dan Pelaksanaan
Berdasarkan data-data yang ada dimana pasien lebih mempercayai kata-kata keluarganya
daripada tenaga medis, maka tindakan yang harus dilakukan adalah:
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
pengobatan
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Jelaskan tentang pentingnya pengobatan medis untuk mengobati penyakit klien
3) Libatkan keluarga dalam perencanaan keperawatan
c. Cultural care repartening/reperation
1) Jelaskan kepada keluarga klien tentang pentingnya melakukan pengobatanpada
pelayanan kesehatan
2) Gunakan gambar-gambar yang mudah dipahami oleh klien dan keluarga klien
3) Gunakan pihak ketiga misalnya keluarga yang berpendidikan sampai S1 atau
pada saat menjelaskan juga menghadirkan kepala desa sebagai pimpinan didaerah
tersebut
4) Berikan informasi pada klien tentang hal-hal yang dapat mencegah kembali
penyakit yang diderita klien

D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap peningkatan pemahaman keluarga klien tentang:
1. Pasien menerima anjuran terapi dari perawat
2. Pasien tidak binggung dengan pankes yang diberikan perawat

PEMBAHASAN

Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang di untukan untuk
memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi: mempertahankan keadaan kesehatan klien ynag
optimal, apabila keadaannya berubah membuat suatu jumlah dan kualitas tindakan keperawatan
terhadap kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal. Jika kesehatan yang optimal tidak
dapat tercapai, proses keperawatan harus dapat memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal
berdasarkan keadaan untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama hidupnya (Iyer
et al, 1996). Person (1996) menyatakan konsep proses keperawatan dalam konteks budaya
mendefinisikan sebagai siklus, ada saling keterkaitan antar elemen proses keperawatan dan
bersifat dinamis (Royal Collage Nursing, 2006). Keperawatan transkultural adalah suatu proses
pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk
mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Sehingga
didapatkan kesinambungan antara proses keperawatan dengan keperawatan transkultural.
Kasus yang dibahas pada makalah ini adalah kasus pada pasien yang mengalami Infeksi
Saluran Kemih (ISK). Dalam kasus ini pasien yang mengalami Infreksi Saluran Kemih
menggunakan pengobatan secara tradisional dengan cara meminum obat obatan tradsional
seperti jamu dan mengikat ibu jari kaki dengan menggunakan sehelai serabut sapu ijuk. Setelah
beberapa hari pengobatannya tidak kunjung sembuh klien pun pergi ke puskesmas untuk
memeriksa kesehatnnya, setelah diketahui penyakitnya klien pun berobat, jika pasien sudah
sembuh dan tidak melakukan seperti yang dianjurkan oleh perawat maka penyakitnya bisa saja
bisa datang kembali. Bila kasus ini terjadi maka tujuan dari asuhan keperawatan tidak akan
tercapai.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer, Taptich & Bernochi). Pengkajian pada
konteks budaya didefinisikan sebagai proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
”Sunrise Model” yaitu : Factor teknologi , Factor agama dan filosofi, Factor sosial dan
kekerabatan keluarga, Nilai budaya dan gaya hidup, Factor ekonomi , Faktor pendidikan,
Factor politik dan peraturan yang berlaku.
1. Factor teknologi
Factor ini menguraikan alasan klien memilih pengobatan tradisional dari pada
pengobatan dari tenaga medis karena, keluarga pasien kental dengan adat dan budaya
pada daerahnya, berpikiran bahwa pengobatan dengan meminum obat-obatan
tradisional yang terbuat dari herbal herbalan seperti jamu dan mengikat ibu jari kaki
dengan sehelai serabut sapu ijuk dapat menyembuhkan sakit pada infeksi saluran
kemih, walaupun berobat ke belian (Dukun) tidak membuat warga setempat tidak
diperbolehkan ke bagin tenaga medis, mereka bisa berobat kemana saja tetapi sebagai
penghormatan kepada belian (dukun) dan kentalnya budaya.
2. Factor agama dan falsafah hidup
Meskipun klien beragama islam dan mengetahui tentang kesehatan tetapi, klien
mengikuti adat dan kentalnya budaya pada keluarga dan daerahnya diamana klien
memilih pergi berobat ke belian (dukun) untuk penyembuhan penyakit yang
dideritanya dengan cara meminum obatan tradisional dan mengikat ibu jari kaki
denga sehelai serabut sapu ijuk agar sembuh dari penyakitnya.
3. Factor sosial dan kerterikatan keluarga
Keterikatan keluarga dalam kasus ini memungkinkan seorang perawat tidak akan
mengetahui budaya dan adat dari si klien yang keluaganya lebih memilih keputusan
untuk berobat ke belian (dukun) dengan konteks penyembuhan infeksi saluran kemih
yang diderita oleh klien, jadi dalam pengambian keputusan seharusnya klien
memberitahukan kepada keluarganya tentang kesehatan dan pentingnya berobat ke
tenaga medis.
4. Nilai budaya dan gaya hidup
Nilai budaya dan gaya hidup yang dimiliki oleh klien dan keluarganya sangat
bertentangan dengan kesehatan. Hal ini jelas terlihat dari klien yang pergi berobat ke
belian (dukun) dan meminum obat – obatan tradisional seperti jamu dan mengikat ibu
jari kaki denga sehelai serabut sapu ijuk. Untuk mengatasai hal ini diperlukan
tindakan untuk mengubah pola pandang keluarga berkaitan dengan budaya yang ada
pada daerahnya atau pada keluarga klien serta hal ini perlu dengan cara hati hati agar
tidak menimbulkan persepsi persepsi menurut warga setempat.
5. Factor politik dan peraturan yang berlaku
Hasil pengkajian yang didapatkan baha belian (dukun) dihargai dan dihormati oleh
warga setempat krena telah banyak menolong warga-warga setempat dari penyakit
yang diderita nya termasuk seperti infeksi saluran kemih pada klien Tn.A sehingga
klien pergi berobaat ke belian untuk penyembuhannya, di daerah ini warga di
bebaskan berobat kemana saja tetapi unrtuk menghormati adat dan kentalnya budaya
dalam keluarga klien pergi ke belian (dukun)
6. Factor ekonomi
Hasil pengkajian didapatkan keinginan keluarga untuk mengatasi kesembuhan klien,
akan tetapi klien bisa mengatasi keuangannya untuk kesembuhannya dan memiliki
bpjs untuk melakukan pengobatan
7. Factor pendidikan
Pendidikan klien sampai SMA sudah mengetahui tentang pengobatan yang diberikan
tenaga medis, sedangkan pendidikan keluarga klien hanya sampai SD dan lebih
mengetahui tentang pengobatan tradisional. Sehingga dalam pemberian informasi,
perawat hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti keluarga klien.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnose yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah ketidakpatuhan keluarga
berhubungan dengan tenaga medis.
C. Perencanaan dan pelaksanaan
Berdasarkan data-data yang ada dimana pasien lebih mempercayai kata-kata keluarganya
daripada tenaga medis, maka tindakan yang harus dilakukan adalah:
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
pengobatan
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Jelaskan tentang pentingnya pengobatan medis untuk mengobati penyakit klien
3) Libatkan keluarga dalam perencanaan keperawatan
c. Cultural care repartening/reperation
1) Jelaskan kepada keluarga klien tentang pentingnya melakukan pengobatanpada
pelayanan kesehatan
2) Gunakan gambar-gambar yang mudah dipahami oleh klien dan keluarga klien
3) Gunakan pihak ketiga misalnya keluarga yang berpendidikan sampai S1 atau
pada saat menjelaskan juga menghadirkan kepala desa sebagai pimpinan didaerah
tersebut
4) Berikan informasi pada klien tentang hal-hal yang dapat mencegah kembali
penyakit yang diderita klien

A. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap peningkatan pemahaman keluarga klien tentang:
1. Pasien menerima anjuran terapi dari perawat
2. Pasien tidak binggung dengan pankes yang diberikan perawat
KESIMPULAN

Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang di tujukan untuk
memenuhi tujuan keperawatan dan kebutuhan keperawatan, transkultural adalah suatu
proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok
untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang
budaya. Sehingga mendapatkan kesinambungan antara proses keperawatan dengan
keperawatan transkultural jadi perawatan transkultuar dengan kebudayaan memilki kaitan
masing-masing untuk proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai