Kelompok 3
Sekilas Tentang Madeleine
Leininger
Lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925.
Tahun 1948, dia menyelesaikan sekolahnya di diploma keperawatan
St‘Anthony Denver.
Tahun 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca
sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan
psikiatrik, yang di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas
bahasa dan digunakan di seluruh dunia.
Tahun 1960, Leininger pertama kali menggunakan kata transcultural nursing,
ethnonursing, dan cross-cultural nursing
Tahun 1985, Leininger mempublikasikan teorinya untuk pertama kali,
sedangkan ide-ide dan teorinya mulai dipresentasikan pada tahun 1988. Teori
Leininger kemudian disebut sebagai Cultural Care Diversity and Universality.
Tahun 1991, menerbitkan teorinya tentang perawatan keanekaragaman
budaya dan universal dan menciptakan istilah “culturally congruent care’
sebagai tujuan dari teorinya.
Konsep Teori Keperawatan
Transkultural
1. Budaya (Kultur).
2. Nilai budaya.
3. Cultur care diversity (Perbedaan budayadalam
asuhan keperawatan).
4. Cultural care universality (Kesatuan perawatan
kultural).
5. Etnosentris.
6. Etnis.
7. Ras.
8. Etnografi.
9. Care.
10. Caring.
11. Cultural Care .
12. Culturtal imposition.
7 (tujuh) komponen dalam sunrise
model
A. Model Keperawatan
Pada tahun 1970-an dan awal 1980-an, Mendeline Leininger
membuat model konseptual tentang pemberian asuhan
transkultural. Konsepnya : “Sunrise Model” dipublikasikan
diberbagai buku dan artikel jurnal dan menarik banyak
perhatian dari berbagai penjuru dunia
Hal ini menghasilkan dikembangkannya konsep kerangka
kerja pemberian asuhan transkultural, yang mengakui adanya
perbedaaan (diversitas), dan persamaan (universalitas) dalam
pemberian asuhan di budaya yang berbeda.
a. Konsep Inti Teori Madeline Leininger
Asuhan
Budaya
Asuhan Transkultural
Diversitas asuhan kultural
Universal Asuhan Kultural
b. Case Study
Nama : Mona Sinaga
Kerja : Bapelkes (Badan Pelatihan Kesehatan)
Nama Suami : JonathanSimanjuntak
Mereka tinggal dirumah orang tua laki-laki.
Ekonomi mapan ( lebih dari cukup )
Pendidikan : D IV bidan
Suku : Batak
Agama : Kristen
Melahirkan : Kamis, 22 Maret 2007
b. Case Study
Tempat : Rumah sakit Vinaestetika : 2 hari.
Selama hamil, ibu Mona rajin berenang, suka makan buah dan rutin
memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan.
Dan diprediksi melalui USG anaknya perempuan tetapi masih ada
harapan yang besar bagi mereka, bahwa nantinya anak mereka lahir
laki-laki. Hal ini disebabkan karena suaminya adalah anak tunggal dan
diharapkan sebagai ahli waris nantinya.
Melahirkan dengan cara Caesar, karena panggulnya merata.
Sebelumnya dokter bilang bahwa dia harus dioperasi, dia menolak
karena dia ingin melahirkan anaknya secara normal. Dokterpun
menurutinya, setelah beberapa jam ia mengedan kuat-kuat dan
berteriak, tidak berhasil juga.
Akhirnya dia mau caesar, akan tetapi rasa cemas dan takut terus
menghantuinya. Disamping rasa takut tersebut ada juga rasa malu
karena bagian perutnya hitam-hitam padahal ia adalah seorang bidan.
Setelah operasi selesai, keluarganya datang, tapi mereka kurang puas
karena mereka tidak dapat langsung menggendong sibayi dan suster/
perawatnya kurang memperhatikan bayinya. Lebih dikesalkannya siibu
tidak bisa menyusui anaknya karena air susunya tidak bisa keluar.
c. Pengkajian
1. Faktor Sosial dan Kekeluargaan (Social and kinship factor)
Nyonya Mona sinaga, usia 26 tahun, wanita, status menikah,
kehamilan pertama, tinggal bersama orang mertua (orang tua
suami), hubungan dengan orang tua/ mertua erat, penggambilan
keputusan secara musyawarah.
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup
Agama Kristen protestan, intensitas ibadah selama hamil
meningkat. Ibu mona menginginkan anak pertamanya laki-laki
karena merupakan penerus marga dalam keluarganya (suku
batak) ditambah lagi karena suaminya adalah anak tunggal
walaupun berdasarkan hasil USG diprediksi anak mereka
perempuan.
3. Faktor Teknologi
Selama hamil ibu mona rutin dalam memeriksakan
kandungannya setiap bulan, selama kehamilan, klien pernah
USG dan hasil dari USG diprediksikan ibu mona akan melahirkan
bayi perempuan. Pada saat melahirkan, ibu mona dioperasi.
4. Faktor Pendidikan
Pendidikan ibu mona adalah D IV bidan, dan suaminya adalah
sarjana Ekonomi. Pekerjaan ibu mona dan suami adalah
sebagai PNS. Pengetahuan ibu mona mengenai persalinan
cukup luas karena profesi beliau adalah bidan.
5. Faktor Ekonomi (Economical Factor)
Klien seorang PNS, biaya persalinan tidak jadi masalah
(ditangguna bersama), jumlah anak yang ditanggung tidak
ada, selama kehamilan klien dan suami telah mempersiapkan
biaya untuk keperluan selama hamiln dan biaya persalinan
dengan cara menabung.
6. Faktor Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Dalam keluarga menggunakan bahasa daerah dan bahasa
Indonesia,Ibu mona selalu membersihkan diri dan merawat
kulitnya dengan lotion. Makan dengan porsi yang besar dan
selama kehamilan ibu mona tidak membatasi diet
makanannya. Beliau rajin berenang, rajin makan buah
(memperhatikan gizi).
B. Diagnosa Keperawatan