Anda di halaman 1dari 6

Anemia Dalam Kehamilan

1. Pengertian

 Pengertian Anemia Secara Umum

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin dalam darah kurang dari 13,5 g/dl pada
pria dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa (Hoffbrand, 2005).

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl pada wanita yang
tidak hamil (Cunningham, 2012).

 Pengertian Anemia Dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi  dimana kadar Hemoglobin dibawah 11 g% pada
trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 g% pada trimester 2 (Saifuddin, 2009).

Anemia untuk wanita hamil apabila Hb kurang dari 10,0 gram per desiliter (Varney, 2007).

1. Etiologi Anemia

Menurut Manuaba (2007) penyebab anemia pada kehamilan adalah:

 Kekurangan asupan zat besi

Kecukupan akan zat besi tidak hanya dilihat dari konsumsi makanan sumber zat besi tetapi juga
tergantung variasi penyerapannya. Yang membentuk 90% Fe pada makanan non daging
(seperti biji-bijian, sayur, telur, buah) tidak mudah diserap tubuh.

 Peningkatan kebutuhan fisiologis

Kebutuhan akan Fe meningkat selama kehamilan untuk memenuhi kebutuhan ibu, janin, dan
plasenta serta untuk menggatikan kehilangan darah saat persalinan.

 Kebutuhan yang berlebihan

Bagi ibu yang sering mengalami kehamilan (multiparitas),  kehamilan kembar, riwayat anemia
maupun perdarahan pada kehamilan sebelumnya membutuhkan pemenuhan zat besi yang lebih
banyak.

 Malabsorbsi

Gangguan penyerapan zat besi pada usus dapat menyebabkan pemenuhan zat besi pada ibu
hamil terganggu.

 Kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, operasi, perdarahan akibat infeksi
kronis misalnya cacingan)

 
1. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

 Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya proses pembentukan sel
darah merah akibat kurangnya zat besi dalam darah (Wirakusumah, 2006).     Pada ibu hamil
konsentrasi  hemoglobin <11,0 g/dl di trimester pertama, <10,5 g/dl di trimester kedua, dan <11,0
g/dl di trimester ketiga. Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat peningkatan kebutuhan zat besi
atau ketidakadekuatan absorbsi zat besi (Robson, 2011). Sebagai gambaran berapa banyak
kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan, antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatnya Sel Darah Ibu             500 mg Fe


1. Terdapat dalam Plasenta           300 mg Fe
2. Untuk Darah Janin                    100 mg Fe   +

Jumlah:                            900 mg Fe

(Manuaba, 2010).

Jumlah zat besi fungsional di dalam tubuh dan konsentrasi protein Hb yang mengandung zat
besi yang bersikulasi di dalam sel darah merah diukur dengan dua uji darah sederhana yakni
konsentrasi Hb dan hematokrit, dan konsentrasi feritin serum (Robson, 2011). Pada
pemeriksaan darah seseorang pertama kali dicurigai menderita anemia defisieni besi jika
pemeriksaan hitung darah lengkap rutin menunjukkan kadar Hb yang rendah. Pada pemeriksaan
apusan darah bisa menunjukkan sel darah merah lebih kecil dan lebih pucat dari normal maupun
sel darah merah yang bervariaasi dalam ukuran dan bentuk (Bothamley, 2011).

 Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folat dan juga dapat terjadi karena
defisiensi vitamin B12 (kobalamin) (Saifuddin, 2009).

Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan peningkatan MCV mengindikasikan terjadinya


anemia megaloblastik (Bothamley, 2011).

 Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik terjadi karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah
baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis),
keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi (Hoffbrand,2005).

 Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah merah lebih cepat dari
pembuatannya.

Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan,
serta gejala komplikasi pada organ-organ vital.

(Hoffbrand, 2005).
 

1. Penilaian Klinis Anemia

 Tanda-tanda Klinis
 Letih, sering mengantuk, malaise.
 Pusing, lemah.
 Nyeri kepala.
 Luka pada lidah.
 Kulit pucat.
 Membran mukosa pucat (misal konjungtiva).
 Bantalan kuku pucat.
 Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah

(Varney, 2007).

 Diagnosis

Diagnosis anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan dilakukannya  anamnesa.Pada


anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual muntah hebat pada hamil muda .

Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa anemia menurut Aziz (2006):

 Anamnesa
 Riwayat nutrisi.
 Latar belakang geografis.
 Gejala dan keluhan pada penderita.
 Pemeriksaan fisik, meliputi tanda-tanda anemia, serta yang mendasari penyakit-penyakit
tertentu penyebab anemia.
 Pemeriksan hematologik dasar untuk pemeriksaan kadar Hb.

Derajat anemia ibu hamil menurut Manuaba (2010) :

 Normal > 11 gr%


 Anemia ringan 9-10 gr%
 Anemia sedang 7-8 gr%
 Anemia berat < 7 gr%
 Prognosis
 Bahaya anemia terhadap kehamilan :

Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g%), mola hidatidosa, hiperemesis
gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD). Anemia pada trimester tiga
meningkatkan resiko buruknya pemulihan akibat kehilangan darah saat persalinan, begitu juga
takikardi,napas pendek dan keletihan maternal (Robson, 2011).

 Bahaya anemia terhadap janin:

Anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menganggu pertumbuhan


dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk
abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas, berat badan lahir rendah, kelahiran
dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian
perinatal, dan inteligensia rendah (Manuaba, 2010).
1. Patofisiologi

Menurut Saifuddin (2009), anemia dalam kehamilan dapat terjadi karena peningkatan  volume
plasma darah yang menyebabkan konsentrasi sel darah merah menurun dan darah menjadi
encer, inilah yang menyebabkan kadar hemoglobin dalam darah menurun. Pengenceran darah
yang terjadi ini memiliki manfaat yaitu meringankan kerja jantung dalam memompa darah dan
mencegah terjadinya kehilangan unsur besi yang berlebih saat persalinan.

Penurunan konsentrasi sel darah merah ini harus disertai pemenuhan gizi yang cukup terutama
kebutuhan akan zat besi. Hal ini untuk mencegah terjadinya anemia yang lebih lanjut dimana
kadar hb dibawah 10,5 gr/dl.

1. Penanganan Anemia dalam Kehamilan

Penatalaksanaan dan asuhan medis terhadap anemia yaitu:

1) Pada pemeriksaan ANC bidan mengkaji penyebab anemia dari riwayat diet untuk mengetahui
adakah kemungkinan pica, kebiasaan mengidam berlebihan dan mengonsumsi makanan-
makanan tertentu dan riwayat medis yang adekuat dan uji yang tepat (Robson, 2011).

2) Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali sehari. Sulfat ferosa diberikan 1 tablet pada hari
pertama kemudian dievaluasi apakah ada keluhan (misalnya mual, muntah, feses berwarna
hitam), apabila tidak ada keluhan maka pemberian sulfat ferosa dapat dilanjutkan hingga anemia
terkoreksi (Robson, 2011)

3) Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil (misalnya pasien tidak kooperatif) maka bisa
diberikan dosis parenteral (per IM atau per IV) dihitung sesuai berat badan dan defisit zat besi
(Robson, 2011).

4) Transfusi darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat kehilangan darah atau prosedur
operasi darurat. Wanita hamil dengan anemia sedang yang secara hemodinamis stabil, dapat
beraktifitas tanpa menunjukan gejala menyimpang dan tidak septik, transfusi darah tidak
diindikasikan, tetapi diberi terapi besi selama setidaknya 3 bulan (Cunningham, 2013)

5) Evaluasi pemberian terapi dengan cara pemantauan kadar Hb dapat dilakukan 3-7 hari
setelah hari pertama pemberian dosis sulfat ferosa (retikulosit meningkat mulai hari ketiga dan
mencapai puncaknya pada hari ketujuh). Sedangkan pemantauan kadar Hb pada pasien yang
mendapat terapi transfusi dilakukan minimal 6 jam setelah transfuse (Yan, 2011).

Tabel 2.1 Tabel Transfusi Darah untuk Penatalaksanaan Anemia

SUBSTANSI URAIAN CATATAN

Darah Lengkap Produk darah mengandung 1 unit diberikan dala 2-4 jam. Butuh
komponen darah normal, 1 waktu 12-24 jam untuk Hb dan Ht
(Whole blood) unit setara dengan 500ml. mencapai keseimbangan. Waspadai
reaksi transfusi dan kelebihan cairan.
   
 
   
Diberikan dalam kecepatan yang lebih
Produk darah, mengandung lambat daripada darah lengkap.
 
eritrosit dan 20% plasma
Packed cells
tanpa faktor pembeku, 1 unit Waspadai reaksi transfusi.
setara 250-300 ml.
(Packed red
blood cells)

Sumber: Saiffudin, 2009

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tatalaksana anemia:

 Pengobatan hendaknya berdasarakan diagnosis definitif.


 Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan.
 Pengobatan anemia dapat berupa :

 Terapi untuk kedaan darurat misalnya anemia berat.


 Terapi suportif.
 Terapi khas untuk masing-masing anemia.
 Terapi kausal.
o Terapi percobaan untuk diagnosa definitif yang tidak dapat ditegakkan (perlu
pemantauan terhadap kondisi pasien dan perjalanan penyakitnya).

(Handayani dkk, 2008)

Pemberian vitamin zat besi ini dimulai dengan memberikan satu tablet per hari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang. Tablet zat besi ini sebaiknya tidak diminum bersama teh atau
kopi, karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2009).

Terapi pemberian zat besi dapat menimbulkan efek samping seperti mual, feses berwarna
kehitaman dan konstipasi yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien (Varney,
2007)

Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan pemantauan cara minum
yang benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan zat besi. Vitamin C
dan protein hewani merupakan elemen yang sangat membantu dalam penyerapan zat besi,
sedangkan kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat (terkandung dalam kacang-kacangan)
akan menghambat penyerapan zat besi. Ibu hamil perlu diberikan konseling mengenai makanan
yang banyak mengandung zat besi dan cara pengolahannya. Beberapa contoh makanan yang
kaya zat besi adalah: daging sapi, ayam, sarden, roti gandum, kapri, buncis panggang, kacang
merah, sayuran berdaun, brokoli, daun bawang, bayam, buah-buahan kering, dan telur
(Sulistyawati, 2009).

1. Pencegahan Anemia Kehamilan

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia. Makan makanan yang
tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan
kacang tanah) (Proverawati, 2011).  Pemberian tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama
kehamilan dengan dosis 60mg setiap harinya (Sulistyawati, 2009).

3. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum didefinisikan sebagai perdarahan dari jalan lahir yang terjadi pada
kehamilan setelah 20 minggu Penyebab perdarahan antepartum dapat dibagi menjadi faktor
plasenta (placental causes – obstetric causes) dan faktor lokal (local causes – non obstetric
causes).

Faktor plasenta menyumbang 50-70% kasus perdarahan antepartum terutama plasenta previa,
solusio plasenta, vasa previa, ruptur sinus marginal dan plasenta sirkumvalata. Adapun
penyebab lokal terutama disebabkan oleh polip,ektopi, kanker serviks, varises vagina, servisitis
dan perdarahan yang tidak dapat ditentukan penyebabnya (indeterminate bleeding)

Komplikasi yang menyertai perdarahan antepartum antara lain adalah syok, peningkatan resiko
persalinan preterm, hipoksia janin dan kematian janin tiba-tiba.

(Krisnadi dkk, 2012)

Anda mungkin juga menyukai