Anda di halaman 1dari 6

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti

gagal jantungcongestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut ³silent killer
´karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau
penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat
menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.Diperkirakan sekitar 80%
kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2005 dari sejumlah 639 juta
kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2005. Prediksi ini
didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dantuberkulosis,
yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur diIndonesia. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahuihampir seperempat (24,5%) penduduk
Indonesia usia di atas 10 tahunmengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih.
Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia
18tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.Sedangkan
sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan
darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan60% risiko kematian akibat
penyakit kardiovaskuler.Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi
peningkatanrata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai
tahun1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatansebesar
46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebabkematian nomor tiga setelah
stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8%dari proporsi penyebab kematian pada
semua umur di Indonesia.Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak
dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang
belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-findingmaupun
penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar
penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak  berkisar antara 6
sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah sepertidi Ungaran, Jawa Tengah
1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, IrianJaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat
17,8%.Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil
Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi.
Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapatmenyebabkan kematian mendadak pada
masyarakat. Oleh karena cukup besarnyaangka kejadian hipertensi maka, akan dikaji lebih
lanjut mengenai penyakit hipertensi tersebut.

2.2 Penyebab Hipertensi


Hipertensi terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi, dapat berlangsung cepat
maupun perlahan-lahan.
Penyebab hipertensi diantaranya adalah :
1. Usia yang semakin tua
2. Stres dan tekanan mental
3. Makan berlebihan
4. Merokok
5. Terlalu banyak minum alcohol
6. Kelainan pada ginjal
 
1. Usia yang semakin tua
 Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu,
sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium dalam darah
(hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi
meningkat.
Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu
peningkatan tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas arteri
berkurang. Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang
mengalir sedikit dan kurang lancar.        
Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah
lebih kuat lagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan adanya arteriosclerosis, tekanan darah
menjadi semakin meningkat.
Oleh karena pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri, maka hanya
tekanan sistole yang meningkat tinggi. Tekanan sistole dan tekanan diastole pada orang tua
memiliki perbedaan yang besar.

2. Stres dan tekanan mental


Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon adrenalin.
Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan
penyempitan kapiler darah tepi.Hal ini berakibat terjadi peningkatan tekanan darah.  Saraf
simpatis di pusat saraf pada orang yang stres atau mengalami tekanan mental bekerja
keras.  Bisa dimaklumi,  mengapa orang yang stres atau mengalami tekanan mental
jantungnya berdebar-debar dan mengalami peningkatan tekanan darah.  Hipertensi akan
mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan pikiran yang
berlarut-larut.
Hal-hal yang membuat stres seperti : terjebak kemacetan, menemui permasalahan
yang sulit dipecahkan, mental merasa tertekan, menghadapi ujian/tes, suasana keluarga yang
sering ribut, suasana kerja/sekolah yang sering gaduh, suasana bising dan terburu-buru.

3. Makan Berlebihan
 Jumlah lemak total yang diperlukan tubuh maksimum 150 mg/dl, kandungan lemak
baik (HDL) optimum 45 mg/dl dan kandungan lemak jahat (LDL) maksimum 130 mg/dl.
Lemak baik masih diperlukan tubuh, sedang lemak jahat justru merusak organ tubuh.
Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas).  Kegemukan lebih cepat terjadi
dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olahraga). Jika makanan yang dimakan banyak
mengandung lemak jahat (seperti kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan lemak di
sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah
menjadi kurang lancar.
Pada orang yang memiliki kelebihan lemak (hyperlipidemia), dapat menyebabkan
penyumbatan darah sehingga mengganggu suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh.
Penyempitan dan sumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi,
agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi
meningkat, maka terjadilah hipertensi.   
4. Merokok
 Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh,  seperti tar, nikotin
dan gas karbon monoksida. 
Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa
jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu pengeluaran zat
catecholamine tubuh seperti hormon adrenalin.
Hormon adrenalin memacu kerja jantung untuk berdetak 10 sampai 20 X per menit, dan
meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat volume darah meningkat
dan jantung menjadi cepat lelah.
Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah, sehingga darah menjadi
lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah
memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan darah meningkat.           
Selain orang yang merokok (perokok aktif), orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap
rokok juga memiliki resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok pasif. Resiko perokok pasif
bahayanya 2X dari perokok aktif.

5. Terlalu banyak minum alkohol


 Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf simpatis
terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula. Pada seorang
yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan
cenderung meningkat tinggi.
Alkohol juga meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah
ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan
yang membutuhkan dengan cukup. Ini berarti terjadi peningkatan tekanan darah

6. Kelainan pada ginjal


Hipertensi dapat karena adanya penurunan massa ginjal yang dapat berfungsi dengan
baik, kelebihan produksi angiotensin dan aldosteron serta meningkatnya hambatan aliran
darah dalam arteri ginjal.Ginjal yang mengalami penurunan fungsi dalam menyaring darah,
menyebabkan sisa metabolisme yang seharusnya dibuang ikut beredar kembali ke bagian
tubuh yang lain. Akibatnya volume darah total meningkat, sehingga darah yang dikeluarkan
jantung juga meningkat. Dengan demikian darah yang beredar melalui kapiler jaringan akan
meningkat sehingga terjadi pengkerutan sfingter prekapiler. Peningkatan volume darah total
yang keluar dari jantung dan peningkatan hambatan pada pembuluh darah tepi yang
mengkerut, menyebabkan tekanan darah meningat

 3.1 Pengobatan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga
isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk
mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

3.1.1 Pengobatan non obat (non farmakologis)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda.
Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non
farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang
lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :


1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan
asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak
dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada
pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis
dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol
6. Perbanyak maknan yg mengandung kalsium,kalium dan magnesium
7. Perbanyak makanan yg mengandung serat
8. Menjaga berat badan
9.      Hindari kebiasaan minum kopi berlebihan

3.1.2 Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)


Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini.
Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
       Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
       Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
       Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia
(kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat
bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan
saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
       Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.
       Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin
timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
       Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan
muntah.
       Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sakit kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta
menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa
ditekan.
4.1 KESIMPULAN
Definisi Hipertensi :Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang
tekanan sistoliknya 140 mmhg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmhg atau lebih atau
sedang memakai obat anti hipertensi.
Faktor Resiko Hipertensia.
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi, seperti :
Mekanisme Terjadinya Penyakit Hipertensi Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE).
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensinI.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalammenaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Cara
Pencegahan Penyakit HipertensiHipertensi dapat dicegah dengan  pengaturan pola makan
yang  baik, serta aktivitas fisik yang cukup seperti olahraga secara teratur. Selain itu
dengan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol, sertakonsumsi
natrium/sodium yang berlebih seperti garam dapur yang berlebihan penyedap rasa (MSG).
Selain itu, dengan melakukan diagnosis dini sebagai cara pencegahan

DAFTAR PUSTAKA
Anonym.Tanpatahun.PenyakitDarahTinggi(Hipertensi).www.w3.orgArmilawat
y, dkk..2007.
Hipertensi dan Faktor Resiko dalam Kajian Epidemiologi. Makassar :FKM
Unhas.Bustan, M.N. 2007.
Epidemiologi Penyakit Menular Jakarta : Rineka CiptaDedy. 2010.
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Sidenreng.comSitorus, Sampe. 2009.
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Wordpress.comSurya, Andari. Tanpa
tahun.
Makalah Hipertensi  www.scribd.comTohaga, Edwin. Tanpa tahun.Hipertensi,
Gejala dan Komplikasi.Wordpress.comhttp://id.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai