Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK

MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU


TEKNIK MENYUSUI PADA IBU PRIMIPARA DI BPS
KECAMATAN KALIBAWANG
KULONPROGO TAHUN 2011 1

Laily Himawati 2 , Retno Mawarti 3

Abstract : This research is a pre-experiment research with “One Group Pretest


Posttest design”. The population includes all mothers with a 0 – 1 month baby as
many as 30 people. The sampling technique used was quota sampling and
involved 30 respondents. Data collecting for the knowledge used questionnaires
and data collecting for behavior used checklists. Paired t-test was used to analyze
the data. The result of the research shows that there is an influence of health
education about breast-feeding technique on the knowledge of breast-feeding
technique (t = -670; p (0,00) < 0.05) and behavior (t = -1081); p (0,00) < 0.05) of
primiparous mothers. It is suggested that midwives actively give health education
concerning the knowledge and behavior of mothers in breast-feeding their babies
and that they hold periodical evaluation to reach the ultimate goal of breast-feed

Key Words : Health Education, Knowledge, Breast-feeding technique Behavior


PENDAHULUAN Disebutkan dalam Pasal 128
Teknik menyusui yang benar sering ayat (1) bahwa setiap bayi berhak
kali terabaikan, ibu kurang memahami mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
tata laksana laktasi yang benar, Eksklusif sejak dilahirkan selama 6
misalnya pentingnya ASI, bagaimana bulan kecuali atas indikasi medis.
ASI keluar (fisiologis menyusui), Dalam penjelasan pasal ini disebutkan
bagaimana posisi menyusui dan bahwa yang dimaksud dengan
perlekatan yang baik sehingga bayi “pemberian air susu ibu eksklusif”
dapat menghisap secara efektif. Jika adalah pemberian hanya air susu ibu
hal ini tidak ditindaklanjuti akan selama 6 bulan,dan dapat terus
berdampak pada pertumbuhan bayi, dilanjutkan sampai dengan 2 (dua)
bayi kurang optimal dalam tahun dengan memberikan makanan
mendapatkan nutrisi, sehingga pendamping air susu ibu (MP-ASI)
pertumbuhannya menjadi terhambat sebagai tambahan makanan sesuai
(Hegar, 2008). dengan kebutuhan bayi. Sedangkan
1
kriteria apakah “indikasi medis” itu
Judul Skripsi
2 dijelaskan bahwa yang dimaksud
Mahasiswa DIV Bidan Pendidik STIKES
‘Aisyiyah Yogyakarta dengan “indikasi medis” dalam
3
Dosen STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta ketentuan ini adalah kondisi kesehatan

 
 
ibu yang tidak memungkinkan jam setelah lahir dan 62,1 % bayi
memberikan air susu ibu berdasarkan mendapat ASI dalam 1 hari setelah
indikasi medis yang ditetapkan oleh lahir. Pemberian ASI Ekslusif tidak
tenaga medis. Terkait dengan Pasal diterapkan secara meluas. Hanya 64 %
128 tadi, UU Kesehatan ini kemudian anak umur dibawah 2 bulan yang
menetapkan sanksi yang tercantum mendapat ASI Eksklusif, persentase
dalam Pasal 200, yakni ”Setiap orang ini menurun menjadi 46 % untuk anak
yang dengan sengaja menghalangi 2 – 3 bulan dan 14 % untuk anak 4-5
program pemberian air susu ibu bulan (SDKI 2006)
eksklusif sebagaimana dimaksud Dalam alqur’an surat Al-
dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana baqarah ayat 233 yang secara eksplisit
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan dianjurkan agar para ibu memberikan
denda paling banyak Rp ASI sampai bayi berusia 2 tahun dan
100.000.000,00 (Seratus Juta sudah sejak lama organissi kesehatan
Rupiah).” (Judarwanto, 2010) dunia (WHO) menganjurkan
Berbagai tindakan yang dengan pemberian ASI eksklusif selama 6
sengaja menghalangi program bulan.
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif Survey Demografi Kesehatan
dapat dikenai pidana penjara paling Indonesia (SDKI) 2005 dan 2006
lama satu tahun dan denda paling memperlihatkan data yang menarik
banyak seratus juta Rupiah. Pasal yang tentang penurunan perilaku pemberian
mengatur hal tersebut sudah tercantum ASI kepada bayi di Indonesia. Tahun
dalam Undang-Undang Republik 2005, terdapat 96,3 % ibu yang pernah
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 menyusui bayinya namun
Tentang Kesehatan, yang disahkan persentasinya menurun hanya 95,9 %
oleh Presiden RI, DR H Susilo pada tahun 2006. Tahun 2005, ada 8 %
Bambang Yudhoyono bersama ibu yang menyusui bayinya 1 jam
Menteri Hukum dan Hak Asasi pertama, tahun 2006 persentasenya
Manusia RI, Andi Mattalatta pada 13 menurun menjadi hanya 3,7 % (SDKI
Oktober 2009. 2005 dan 2006).
Dalam alqur’an surat Al- Berdasarkan sumber yang
baqarah ayat 233 yang secara eksplisit berasal dari Dinas Kesehatan Propinsi
dianjurkan agar para ibu memberikan DIY tahun 2007 didapatkan data
ASI sampai bayi berusia 2 tahun dan bahwa cakupan ASI Eksklusif sebesar
sudah sejak lama organissi kesehatan 54,77 %. Tahun 2007 Kabupaten
dunia (WHO) menganjurkan Kulonprogo menduduki peringkat
pemberian ASI eksklusif selama 6 ketiga dari kabupaten lainnya di DIY
bulan. yaitu 30,7 % ibu yang memberikan
Survey Demografi Kesehatan ASI Eksklusif. Hal ini salah satunya
Indonesia (SDKI) 2006 menunjukkan disebabkan bayi tidak mau menyusui
bahwa hampir semua bayi (95,9 %) di dengan lama dan ibu tidak telaten
Indonesia mendapat ASI, sebanyak selama menyusui bayinya, ibu malas
38,7 % BBL mendapat ASI dalam 1 menyusui bayinya karena setiap

 
 
disusui bayi tidak puas dan sering yang benar. Cara menyusui
menangis saat disusui (Dinas berpengaruh terhadap keberhasilan
Kesehatan Propinsi DIY, 2007). menyusui. Bidan serta petugas
WHO menetapkan standar 80 % kesehatan yang lain harus melakukan
pemberian ASI Eksklusif. Banyak pendampingan dan memberikan
diantara mereka yang mengalami dukungan selama menyusui. Untuk
gangguan dalam menyusui, seperti mencapai keberhasilan menyusui,
bayi tidak mau disusui, saluran ASI bidan harus memberikan bimbingan
tersumbat, payudara bengkak. Masalah cara menyusui yang benar, sehingga
laktasi pada minggu pertama pada ibu ibu tidak mengalami masalah selama
nifas sering merupakan hambatan menyusui dan bayi pun mendapatkan
keberhasilan menyusui dan pada saat ASI Eksklusif (Perinasia, 2004).
itu penanggulangan sangat penting Manfaat yang diperoleh dari
agar ibu dapat meneruskan proses menyusui bagi bayi tidak lepas dari
laktasi yang baik. Kunci kesuksesan tata cara atau proses menyusui yang
menyusui adalah rasa cinta, ketekunan, benar pada bayi. Banyak ibu dalam
kesabaran, percaya diri, disertai menyusui tidak dilakukan dengan
penerapan manajemen laktasi yang benar, bahkan banyak pula ibu yang
baik. Hal-hal yang menyebabkan tidak bersedia menyusui bayinya.
terhambatnya ibu dalam memberikan Keberhasilan menyusui harus diawali
ASI Eksklusif harus ditangani. Bidan dengan kepekaan terhadap waktu tepat
atau tenaga kesehatan harus saat pemberian ASI, yaitu dengan
mendampingi dan memberikan tanda-tanda antara lain berupa
pengetahuan tentang pentingnya gerakan-gerakan memainkan mulut
pemberian ASI Eksklusif. Bidan tidak dan lidah atau memainkan tangan
lupa untuk memberikan motivasi dan dimulut. Kepekaan terhadap waktu
pendampingan cara menyusui yang menyusui tidak cukup untuk
benar pada ibu agar tidak mengalami keberhasilan menyusui. Kegagalan
masalah dalam memberikan ASI menyusui disebabkan oleh teknik dan
Eksklusif. Ibu yang tidak mengetahui posisi menyusui yang kurang tepat
pentingnya ASI Eksklusif dan cara (Perinasia, 2004).
menyusui yang benar menjadi malas Berdasarkan studi pendahuluan
untuk menyusui bayinya (Dinas yang penulis lakukan di lokasi
Kesehatan Bantul, 2007). penelitian yaitu di BPS Sinar Indah
Kemampuan ibu dalam Kulonprogo melalui observasi yang
menyusui dengan benar khususnya telah dilakukan terdapat 11 orang ibu
bagi ibu primipara sangat mendukung primipara dan ditemukan bahwa 7
keberhasilan ibu dalam menyusui orang ibu primipara menyusui bayi
dengan teknik yang benar. Seorang ibu dengan teknik yang tidak benar antara
dengan bayi pertamanya mungkin lain payudara ibu tidak diolesi ASI,
akan mengalami masalah ketika badan bayi tidak menempel pada perut
menyusui yang sebetulnya hanya ibu, dagu bayi tidak menempel pada
karena tidak tahu cara-cara menyusui payudara, sebagian besar areola tidak

 
 
masuk kedalam mulut bayi, dan puting eksperimen (program). (Notoadmodjo,
susu lecet dan ibu merasakan nyeri. 2005)
Masih banyak ibu primipara yang Bentuk penelitian ini
kurang memperhatikan perihal menggunakan rancangan One Group
menyusui. Pengetahuan teknik Pretest-Postest dengan pola:
menyusui, berapa lama harus Gambar 3.1
menyusui, dan tentang teknik Desain penelitian.
menyusui itu sendiri masih tergolong
rendah, dimungkinkan karena tingkat O1 O1 X O2
pendidikan dan pengetahuan ibu yang
rendah, faktor budaya yang berlaku Keterangan :
dimasyarakat, tingkat sosial ekonomi, O1 : Pretest (sebelum eksperiment)
serta kurangnya tenaga kesehatan yang X :Treatment (perlakuan)
memberikan penyuluhan kesehatan. O2 : Posttest (setelah eksperiment)
Berdasarkan latar belakang Didalam desain ini, observasi
masalah tersebut peneliti tertarik untuk dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
melakukan penelitian apakah sebelum eksperimen dan sesudah
pendidikan kesehatan tentang teknik eksperimen. Observasi yang dilakukan
menyusui yang benar, akan sebelum eksperimen (01) disebut pre-
berpengaruh terhadap pengetahuan test dan observasi sesudah eksperimen
dan perilaku menyusui ibu primipara (02) disebut post-test. Perbedaan antara
di BPS Kecamatan Kalibawang 01 dan 02 yakni 02-01 diasumsikan
Kulonprogo Tahun 2011 merupakan efek dari treatment atau
Tujuan penelitian ini untuk eksperimen (Arikunto, 2006).
mengetahui pengaruh pemberian Populasi dalam penelitian ini
pendidikan kesehatan tentang teknik adalah semua ibu primipara yang
menyusui terhadap pengetahuan dan mempunyai bayi 0—1 bulan pada
perilaku menyusui ibu primipara di bulan Mei 2011 di BPS Kecamatan
BPS Kecamatan Kalibawang Kalibawang Kulonprogo sebanyak 30
Kulonprogo Tahun 2011 orang.
Teknik pengambilan sampel
METODE PENELITIAN dalam penelitian ini menggunakan
Jenis penelitian yang akan teknik kuota sampling yaitu teknik
digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan sampel dari
rancangan pra-eskperimen (pre– populasi yang mempunyai ciri-ciri
experiment design) dengan rancangan tertentu sampai jumlah (kuota) yang di
“One Group Pretest-Postest” inginkan. (Sugiyono, 2007) dengan
rancangan ini tidak ada kelompok kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
pembanding (kontrol), tetapi a. Kriteria inklusi :
sebelumnya sudah dilakukan observasi 1) Ibu primipara yang mempunyai
pertama (pretest) yang memungkinkan bayi 0—1 bulan yang
peneliti dapat menguji perubahan- menyusui bayinya.
perubahan yang terjadi setelah adanya

 
 
2) Ibu bertempat tinggal di BPS 30 pertanyaan didapatkan 4 soal tidak
Kecamatan Kalibawang valid karena mempunyai r hitung lebih
Kulonprogo (BPS Sinar indah kecil dari r tabel (0, 444) atau
dan BPS Sukartini) mempunyai nilai p lebih besar dari
3) Ibu yang datang ke BPS 0,05 yaitu soal nomor 10, 15, 22 dan
Kecamatan Kalibawang pada 27 sehingga soal yang digunakan
saat jadwal imunisasi dilakukan sebagai instrumen penelitian pada
4) Ibu primipara bersedia menjadi tingkat pengetahuan yaitu 26 soal.
responden penelitian. Check-list yang digunakan dalam
b. Kriteria eksklusi : penelitian ini telah disesuaikan dengan
1) Pada saat penelitian teori tentang pengamatan tanda-tanda
dilaksanakan, ibu tidak sedang menyusui yang benar sehingga peneliti
berada dilokasi penelitian yaitu tidak melakukan uji validitas check-list
di BPS Kecamatan Kulonprogo. karena sudah dianggap baku.
2) Ibu yang memiliki bayi gemelli Kuesioner dalam penelitian ini
(kembar) telah dilakukan uji reliabilitas
Data mengenai pengetahuan menggunakan teknik analisis yaitu
responden tentang teknik meyusui rumus Spearman Brown. Berdasarkan
didapat melaui alat ukur berupa hasil uji reliabilitas pada kuesioner
kuisioner tertutup dengan 26 tingkat pengetahuan didapatkan r
pertanyaan, data mengenai perilaku hitung sebesar 0,863 > r tabel 0,444
teknik menyusui dalam penelitian ini karena nilai r hitung > r tabel maka
menggunakan alat ukur berupa data pada kuesioner tingkat
checklist, proses observasi, pengamat pengetahuan sudah reliabel. Checklist
tinggal memberikan tanda check (√) dalam penelitian ini tidak dilakukan
pada lembar observasi. Dalam cheklist uji reliabilitas karena checklist
terdiri dari 16 item penilaian dengan dianggap sudah baku sehingga peneliti
jawaban dikotomi continue. tinggal melakukan observasi.
Kuesioner untuk mengukur Metode pengumpulan data, data
pengetahuan dilakukan uji validitas mengenai pengetahuan ibu primipara
menggunakan komputer dengan teknik diambil melalui data primer dengan
statistik koefisien korelasi product menggunakan kuesioner, sedangkan
moment. Dalam penelitian ini peneliti data mengenai perilaku didapatkan
melakukan uji validitas di PKD Banjar melalui observasi berdasarkan
Arum Kulonprogo yang terletak di checklist. Setelah kuesioner dikatakan
kecamatan Kalibawang Kulonprogo valid dan reliabel, peneliti mencari
dengan cara memberikan kuesioner responden yang bersalin di BPS Sinar
kepada ibu-ibu primipara di PKD indah dan BPS Sukartini untuk
Banjar Arum Kulonprogo sebanyak 20 dilakukan pretest dengan cara memilih
orang kemudian mempersilahkan ibu- responden yang memenuhi kriteria
ibu untuk mengisi kuesioner tersebut. inklusi dan eksklusi untuk selanjutnya
Berdasarkan hasil uji validitas pada meminta responden mengisi kuesioner
kuesioner tingkat pengetahuan dengan dan mengamati perilaku teknik

 
 
menyusui serta menilai dalam Metode pengolahan data
checklist observasi, yang sebelumnya menggunakan uji t test termasuk
telah menyetujui dan mau menjadi dalam uji statistik parametrik yaitu uji
resonden dalam penelitian ini, pretest yang menggunakan asumsi-asumsi
dilakukan ketika responden selesai data berdistribusi normal, dengan
bersalin (post partum). Penelitian varians homogen dan diambil dari
dilakukan di BPS Kecamatan sampel yang acak. Digunakan uji t tes
Kalibawang Kulonprogo, dibantu apabila untuk membandingkan rata-
teman peneliti sebanyak 5 orang yang rata dari dua kelompok. Menggunakan
sebelumnya telah disamakan paired t test, apabila data yang
persepsinya mengenai pengetahuan dikumpulkan dari dua sampel yang
teknik menyusui dan perilaku teknik saling berhubungan, artinya bahwa
menyusui yang benar, dalam hal ini satu sampel akan mempunyai dua data
peneliti meminta bantuan mahasiswa (Riwidikdo, 2009).
yang sedang melakukan praktik klinik
kebidanan di kedua BPS tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan pre-test lalu Penelitian ini dilakukan di BPS
peneliti memberikan pendidikan Kecamatan Kalibawang Kulonprogo
kesehatan tentang teknik menyusui peneliti mengambil tempat penelitian
dan memberikan bimbingan tentang di BPS Sinar Indah dan BPS Sukartini
perilaku teknik menyusui yang benar kedua BPS ini berada di Kecamatan
kepada ibu-ibu primipara yang Kalibawang, jenis pelayanan yang
bersalin di BPS kecamatan diberikan kedua BPS meliputi
Kalibawang Kulonprogo dan pelayanan ANC (Antenatal Care),
kemudian meminta responden untuk persalinan normal, imunisasi bayi dan
datang kembali pada saat jadwal balita, serta pelayanan KB (Keluarga
imunisasi dilakukan di BPS kecamatan Berencana). Penelitian yang berjudul
Kalibawang Kulonprogo. Post-test “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dilakukan dengan cara meminta tentang Teknik Menyusui terhadap
responden mengisi kuesioner yang Pengetahuan dan Perilaku Menyusui
sama ketika pretest dan mengamati Ibu Primipara di BPS Kecamatan
perilaku teknik menyusui Kalibawang Kulonprogo” bertujuan
menggunakan checklist, post test menggambarkan pengetahuan dan
dilakukan pada saat jadwal imunisasi perilaku ibu primipara dalam
dilakukan di BPS Kecamatan menyusui bayi sebelum diberi
Kalibawang Kulonprogo yaitu minggu pendidikan kesehatan tentang teknik
ke 2 dan ke 4 setiap bulannya, yang menyusui, menggambarkan
sebelumnya peneliti telah mencatat pengetahuan dan perilaku menyusui
siapa saja responden yang telah ibu primipara setelah diberi
melakukan pretest dengan cara pendidikan kesehatan tentang teknik
memberikan kartu kontrol. menyusui, membuktikan hipotesis
pengaruh pemberian pendidikan

 
 
kesehatan tentang teknik menyusui Diagram di atas
terhadap pengetahuan dan perilaku menunjukkan bahwa sebagian besar
menyusui pada ibu primipara dan responden memiliki tingkat
menggambarkan peningkatan pendidikan SLTA sebanyak 18
pengetahuan dan perubahan perilaku responden (60,0%).
menyusui ibu primipara sebelum dan
sesudah diberi pendidikan kesehatan di
BPS Kecamatan Kalibawang
Kulonprogo dengan jumlah responden
sebanyak 30.
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh gambaran karakteristik
responden berdasarkan umur,
pendidikan, pekerjaan dan peran
petugas kesehatan dalam pendidikan
kesehatan sebagai berikut:
Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan Sumber : Data primer diolah, 2011
umur di BPS Kecamatan Kalibawang
Kulonprogo pada Bulan Mei-Juni 2011 Gambar 4. 2
No Kategori Umur Frekuensi Prosentase (%) Diagram Pie Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan
1. 20-35 tahun 30 100,0

Jumlah 30 100,0 Gambar 4.2 Diagram pie di atas


menunjukkan sebagian besar
responden memiliki pekerjaan ibu
Sumber : Data Primer Penelitian, 2011
rumah tangga sebanyak 21 responden
Tabel di atas menunjukkan
(70%).
bahwa dari 30 responden yang diteliti Tabel 4. 2
berusia 20—35 tahun. Karakteristik responden berdasarkan peran
petugas kesehatan dalam pendidikan kesehatan
Di BPS Kecamatan Kalibawang Kulonprogo 2011

No Kategori Frekuensi Prosentase (%)

1. Ya 0 0,0
2. Tidak 30 100,0
Jumlah 30 100,0

Tabel diatas menunjukkan


bahwa 30 responden yang diteliti tidak
pernah mendapatkan pendidikan
Gambar 4.1 kesehatan tentang teknik menyusui
Diagram Pie Karakteristik Responden dari petugas kesehatan yaitu 30
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
responden (100,0%).

 
 
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh peningkatan pengetahuan diperoleh perubahan perilaku
responden yang ditunjukkan pada responden yang ditunjukkan pada
grafik sebagai berikut: grafik sebagai berikut

Sumber : Data Primer Penelitian, 2011 Sumber : Data Primer Penelitian, 2011

Gambar 4.4 Diagram batang perubahan


Gambar 4.3 Diagram batang peningkatan
perilaku responden pretest-posttest di BPS
pengetahuan responden pretest-posttest
Kecamatan Kalibawang Kulonprogo pada
di Kecamatan Kalibawang Kulonprogo
bulan Mei—Juni 2011
pada bulan Mei—Juni 2011
Diagram batang di atas dapat
Diagram batang di atas dapat
diketahui bahwa jumlah responden
diketahui responden sebelum
pretest termasuk dalam kriteria tidak
dilakukan pemberian pendidikan
sesuai teknik sebanyak 18 responden
kesehatan (pretest) mempunyai
(60,0%) dan sesuai teknik sebannyak
pengetahuan baik sebesar 11
12 responden (40,0%). Hasil posttest
responden (36,7%), cukup 16
diketahui 30 responden (I00,0%)
responden (53,3%) dan kurang 3
termasuk kriteria sesuai teknik, dapat
responden (10%).  Setelah diberikan
disimpulkan bahwa sebelum diberikan
pendidikan kesehatan (posttest)
pendidikan kesehatan kriteria perilaku
responden mempunyai pengetahuan
responden termasuk dalam kriteria
baik sebesar 29 responden (96,7%),
tidak sesuai teknik, sedangkan kriteria
cukup 1 responden (3,3%). Dalam hal
perilaku responden setelah diberikan
ini dapat disimpulkan bahwa sesudah
pendidikan kesehatan adalah sesuai
diberikan pendidikan kesehatan
teknik.
terdapat peningkatan pengetahuan
Ada tidaknya pengaruh
responden.
pemberian pendidikan kesehatan
tentang teknik menyusui terhadap
pengetahuan dan perilaku menyusui ibu
primipara, dihitung secara statistik

 
 
menggunakan rumus paired t-test Tabel 4.6 Hasil Pengolahan Data Perilaku
Menggunakan Rumus Paired t-test
dengan tingkat kepercayaan 0,05
Nilai Std. Dev
Data N Nilai t
Tabel 4.5 rata-rata
Hasil Pengolahan Data Pengetahuan Menggunakan Pre test 10,76 1,94 30 -
Rumus paired t test Post test 15,00 1,14 30 -
Perbedaan -4,23 2,14 30 -10.812
Nilai Std. Dev
Kegiata N Nilai t
rata-rata Dari data di atas dapat
Pre test 18,23 2,88 30 -
Post test 22,53 1,47 30 -
diketahui bahwa perilaku menyusui
Perbedaan -4.300 1,41 30 -6,70 rata-rata responden sebelum diberikan
pendidikan kesehatan adalah 10,76
Sumber : Data penelitian diolah,2011
dengan standar deviasi 1,94 sedangkan
Berdasarkan tabel di atas dapat
rata-rata perilaku menyusui responden
diketahui bahwa pengetahuan rata-rata
setelah diberikan pendidikan
responden sebelum diberikan
kesehatan adalah 15,00 dengan standar
pendidikan kesehatan adalah 18,23
deviasi 1,14 hal ini menggambarkan
dengan standar deviasi 2,88 sedangkan
adanya peningkatan perubahan
rata-rata pengetahuan responden
perilaku menyusui ibu primipara
setelah diberikan pendidikan
tentang teknik menyusui sebesar 4,23
kesehatan adalah 22,53 dengan standar
dengan standard deviasi 2,14. Uji
deviasi 1,47 hal ini menggambarkan
komparasi t-test dua sampel yang
adanya peningkatan pengetahuan ibu
berkorelasi menggambarkan hal yang
primipara tentang teknik menyusui
sama. Hal ini dapat dilihat dari hasil
sebesar 4,30 dengan standard deviasi
perhitungan perilaku yang dibantu
1,41. Uji komparasi t-test dua sampel
oleh program computer didapatkan
yang berkorelasi menggambarkan hal
nilai t hitung : -10,812 dibandingkan
yang sama. Hal ini dapat dilihat dari
dengan nilai t tabel pada N = 30, taraf
hasil perhitungan pengetahuan yang
kesalahan 5% dengan dk = 29
dibantu oleh program computer
didapatkan nilai t = 2,045 jadi t hitung
didapatkan nilai t hitung : -6,70
> t tabel atau nilai ρ (0,00) <
dibandingkan dengan nilai t table pada
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
N = 30, taraf kesalahan 5% dengan dk
artinya ada pengaruh positif pemberian
= 29 didapatkan nilai t = 2,045 jadi t
pendidikan kesehatan tentang teknik
hitung > t tabel, atau
menyusui terhadap perilaku menyusui
nilai ρ (0,00) < 0,05 maka Ho ditolak
ibu primipara, sehingga hasil pre-test
dan Ha diterima artinya ada pengaruh
dan post-test perilaku adalah
positif pemberian pendidikan
signifikan.
kesehatan tentang teknik menyusui
 
terhadap pengetahuan ibu primipara,  
sehingga hasil pretest dan post-test  
pengetahuan adalah signifikan.  
 

 
 
1. Peningkatan pengetahuan pendidikan seseorang maka akan
responden tentang teknik semakin baik pengetahuan (Soekanto,
menyusui sebelum dan sesudah 2003). Hasil penelitian ini juga
pemberian pendidikan kesehatan. didukung oleh penelitian Pujiasih
Hasil pretest pengetahuan (2009) yang menyatakan bahwa
responden tentang teknik menyusui pendidikan mempengaruhi tingkat
sebelum diberikan pendidikan pengetahuan ibu, dengan pendidikan
kesehatan menunjukkan sebagian semakin tinggi diharapkan tingkat
besar responden memiliki pengetahuan pengetahuannya baik, sehingga ibu
dengan kategori cukup sebanyak 16 bisa berperilaku baik dalam menyusui
reponden (53,3%) dan masih terdapat bayi.
3 responden (10,00%) dalam kategori Meningkatnya pengetahuan ibu
kurang. Hasil posttest pengetahuan disebabkan karena bertambahnya
responden tentang teknik menyusui pengetahuan ibu setelah diberi
setelah dilakukan pendidikan pendidikan kesehatan yang mencakup
kesehatan menunjukkan pengetahuan dalam domain kognitif yang
baik sebanyak 29 responden (96,70%) berpengaruh dalam membentuk
dengan uji paired t test terdapat tindakan seseorang (over behavior).
peningkatan sebesar 4,30. Hal ini sesuai dengan teori
Hasil penelitian ini didukung pengetahuan yang mencakup dalam
oleh penelitian Pujiasih, E (2009) domain kognitif (Notoatmodjo, 2003)
menyatakan bahwa umur, pendidikan yaitu : tahu (mengingat suatu materi
dan pengalaman (paritas) yang telah dipelajari sebelumnya) dan
mempengaruhi tingkat pengetahuan memahami (kemampuan untuk
ibu. menjelaskan secara benar tentang
Dalam penelitian ini sebagian obyek yang diketahui dan dapat
besar responden berusia 20-35 tahun menginterpretasikan materi secara
yaitu 30 orang (100,0%). Usia 20—35 benar).
tahun merupakan usia reproduksi yang Hasil penelitian ini didukung
baik Menurut Soekanto, 2003 oleh penelitian Nurdin (2006) bahwa
mengatakan bahwa perbedaan umur peningkatan pengetahuan ini dapat
mempengaruhi penerimaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
pengetahuan. salah satu faktornya adalah faktor
Responden dalam penelitian ini penyuluhan dari tenaga kesehatan.
sebagian besar berpendidikan terakhir Hasil penelitian ini didukung juga oleh
SLTA yaitu 18 orang (60,0%). penelitian Winarsih (2006)
Pendidikan membentuk pola pikir menyatakan bahwa aspek pengetahuan
hingga memberikan kemudahan dalam setelah diberi pendidikan kesehatan
menerima informasi atau penyuluhan dengan metoda partisipatif dan metoda
tentang teknik menyusui yang ceramah mengalami perubahan
diberikan petugas kesehatan. Lembaga signifikan antara pre intervensi dengan
pendidikan meletakkan konsep post intervensi pada kedua kelompok
pengertian sehingga semakin tinggi responden yaitu kelompok intervensi

 
 
pretest 76,00 dan posttest menjadi terhadap ibu-ibu menyusui, sehingga
99,00 sedangkan pada kelompok akan timbul masalah kesehatan.
kontrol pretest 76,033 dan posttest Berdasarkan hasil penelitian
menjadi 96,83. diperoleh dari 30 responden tentang
Hasil pengetahuan ibu sebelum peran petugas kesehatan dalam
diberi pendidikan kesehatan baik, memberikan pendidikan kesehatan
walaupun pengetahuan ibu primipara tentang teknik menyusui hasilnya 0 %,
tentang ASI dan teknik menyusui baik, sehingga 30 ibu primipara tersebut
tetapi perilaku menyusui ibu primipara belum pernah mendapatkan
sebelum diberi pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan tentang teknik
hasilnya belum tentu baik atau tidak menyusui yang benar dari petugas
sesuai teknik. kesehatan. Hal tersebut harus segera
ditindak lanjuti, karena bila tidak
2. Perubahan perilaku teknik segera, akan dapat berpengaruh
menyusui responden sebelum dan terhadap pengetahuan dan perilaku
sesudah pemberian pendidikan menyusui ibu primipara sehingga
kesehatan tentang teknik dalam menyusui bayi akan timbul
menyusui. masalah.
Hasil pengamatan teknik Penelitian ini juga sejalan
menyusui responden sebelum dengan penelitian sebelumnya oleh
pemberian pendidikan kesehatan Riyanto (2008) menyatakan bahwa
sebagian besar responden menyusui dukungan tenaga kesehatan
tidak sesuai teknik sebesar 18 mempunyai hubungan yang bermakna
responden (60%). Sedangkan hasil dengan perilaku menyusui, sedangkan
pengamatan teknik menyusui setelah teori L. Green dalam menganalisis
pemberian pendidikan kesehatan perilaku berpendapat bahwa perilaku
menunjukkan 30 responden (100%) seseorang atau masyarakat salah
telah menyusui sesuai teknik dengan satunya ditentukan oleh perilaku atau
peningkatan sebesar 4,30. dukungan petugas kesehatan sebagai
Faktor-faktor yang berpengaruh faktor pendorongnya. Sehingga ibu
terhadap rendahnya nilai keterampilan primipara harus mendapatkan
ibu primipara yang menyusui bayi pendidikan kesehatan dari petugas
lebih banyak termasuk dalam faktor kesehatan agar dapat berpengaruh
predisposisi yaitu kurangnya terhadap pengetahuan dan perilaku
pengetahuan ibu primipara tentang menyusui ibu primipara menjadi lebih
teknik menyusui, sikap, tradisi, baik dan tidak ada timbul masalah
kepercayaan terhadap hal-hal yang dalam menyusui bayi.
terkait dengan kesehatan, tingkat Kemampuan ibu dalam
pendidikan dan faktor penguat yaitu menyusui dengan benar khususnya
kurangnya peran petugas kesehatan bagi ibu primipara sangat mendukung
dalam memberikan pendidikan keberhasilan ibu dalam menyusui
kesehatan tentang teknik menyusui dengan teknik yang benar. Seorang ibu
dengan bayi pertamanya mungkin

 
 
akan mengalami masalah ketika yang tidak bekerja atau ibu rumah
menyusui yang sebetulnya hanya tangga lebih banyak waktu luangnya
karena tidak tahu cara-cara menyusui untuk mencari informasi kesehatan
yang benar. Cara menyusui sehingga bisa berperilaku baik.
berpengaruh terhadap keberhasilan Meningkatnya nilai keterampilan
menyusui. Bidan serta petugas ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
kesehatan yang lain harus melakukan antara lain :
pendampingan dan memberikan 1) Para responden memahami
dukungan selama menyusui. Untuk dengan baik tentang materi
mencapai keberhasilan menyusui, pendidikan kesehatan dengan
bidan harus memberikan bimbingan metode individual yaitu
cara menyusui yang benar, sehingga bimbingan, penyuluhan dan
ibu tidak mengalami masalah selama menggunakan alat bantu
menyusui dan bayi mendapatkan ASI sederhana leaflet dan memang
Eksklusif (Perinasia, 2004). benar-benar menerapkannya
Hasil penelitian ini didukung dalam kehidupan sehari-hari. Hal
oleh penelitian Riyanto (2008) ini sesuai dengan teori proses
menyatakan bahwa faktor yang perubahan perilaku “unfreezing to
berhubungan dengan perilaku refreezing” menurut Lewin (1951)
menyusui adalah dukungan tenaga yang dikutip Notoatmodjo (2007)
kesehatan, sehingga apabila tidak ada yang berlangsung dalam 5 tahap,
dukungan dari tenaga kesehatan dalam yaitu : fase pencairan, fase
memberikan pendidikan kesehatan diagnosa masalah, fase penentuan
tentang teknik menyusui, faktor-faktor tujuan, fase tingkah laku baru dan
tersebut tidak akan berpengaruh atau fase pembekuan ulang.
berhubungan terhadap perilaku 1. Adanya motivasi diartikan
menyusui. Selain itu, penelitian sebagai dorongan untuk
Gapmelezzy (2001), dan Ekowati bertindak agar mencapai suatu
(2009) menyebutkan bahwa perilaku tujuan tertentu. Hasil dari
menyusui ditentukan oleh pengetahuan dorongan dan gerakan ini
ibu yang baik. Pengetahuan yang baik diwujudkan dalam bentuk
tentang ASI Eksklusif dan cara-cara perilaku (Notoatmodjo, 2003)
menyusui akan membentuk sikap yang Motivasi tersendiri berupa
positif, selanjutnya akan terjadi penilaian atau evaluasi dari
perilaku menyusui yang benar. peneliti, sehingga para
Pekerjaan ibu-ibu dalam responden berusaha
penelitian ini yaitu ibu rumah tangga menampilkan yang terbaik
21 orang (70,0%). Hasil penelitian ini dengan menyusui menggunakan
didukung oleh penelitian teknik yang benar, sesuai dengan
Hestiningrum (2006) menyatakan teori bahwa manusia berperilaku
bahwa sikap ibu nifas yang positif atau beraktivitas karena adanya
dapat mempengaruhi perilaku kebutuhan untuk mencapai suatu
menyusui dengan baik. Mayoritas ibu tujuan atau global, dengan

 
 
adanya need atau kebutuhan yang dikutip dari jurnal Winarsih
dalam diri seseorang, maka akan (2006) mengatakan bahwa kelompok
muncul motivasi atau ibu menyusui yang mendapat
penggerak/pendorong. Sehingga konseling secara kelompok ternyata
individu/manusia itu berperilaku, mengalami perubahan perilaku
baru tujuan tercapai, dan pemberian ASI lebih rendah dibanding
individu mengalami kepuasan kelompok ibu menyusui yang diberi
(Widayatun, 1999). konseling secara individual yang dapat
mempertahankan menyusui secara
3. Pengaruh Pemberian Pendidikan eksklusif 6 bulan penuh. Temuan ini
Kesehatan Terhadap didukung juga oleh hasil penelitian
Pengetahuan dan Perilaku Hoddinot (2006) yang dikutip dari
Menyusui Ibu Primipara. jurnal Winarsih (2006) mengatakan
Dari hasil pengolahan data bahwa pemberian pendidikan
peneliti, pengetahuan dan perilaku kesehatan secara individual
diketahui bahwa perbedaan antara dampaknya terhadap perubahan
hasil pre-test dan post-test adalah perilaku dan keterampilan sangat
signifikan, untuk pengetahuan signifikan dibandingkan dengan
didapatkan nilai t hitung (6,70) > t pendidikan kesehatan yang diberikan
table (2,045), dan untuk perilaku nilai t secara kelompok.
hitung (10,812) > t table (2, 045). Hal Hasil penelitian tersebut
ini menunjukkan adanya pengaruh didukung oleh penelitian Winarsih
pendidikan kesehatan tentang teknik (2006) yang menyatakan bahwa aspek
menyusui terhadap peningkatan pengetahuan merupakan aspek yang
pengetahuan dan perilaku menyusui berubah karena pengaruh pemberian
ibu primipara. pendidikan kesehatan baik dengan
Menurut Suliha, (2001) metoda partisipasif maupun dengan
mengatakan pendidikan kesehatan metoda ceramah. Pemberian
merupakan suatu proses belajar pada pendidikan kesehatan metoda
individu, kelompok, atau masyarakat partisipasif sangat bermakna
dari tidak tahu tentang nilai kesehatan mempengaruhi aspek sikap dan
menjadi tahu, dan dari tidak mampu keterampilan atau perilaku.
mengatasi masalah kesehatan sendiri Setelah dilakukan penyuluhan
menjadi mandiri. Dengan demikian, oleh petugas kesehatan hasilnya terjadi
pendidikan kesehatan merupakan peningkatan pengetahuan dan
usaha atau kegiatan untuk membantu keterampilan menyusui pada ibu
individu, kelompok, dan masyarakat primipara. Peran petugas kesehatan
dalam meningkatkan kemampuan baik tentang pendidikan kesehatan sangat
pengetahuan, sikap, maupun penting untuk meningkatkan
ketrampilan untuk mencapai hidup pengetahuan, wawasan dan perubahan
sehat. perilaku ibu menyusui. Apalagi
Hal ini sesuai dengan dengan kondisi ibu-ibu setempat yang
penelitian menurut Chapman (2004) kurang bisa menerima dan

 
 
menerapkan informasi dengan cepat, 4. Perilaku menyusui ibu primipara
pendidikan kesehatan yang berulang- setelah diberi pendidikan
ulang sangat diperlukan untuk kesehatan tentang teknik
menanamkan nilai-nilai kesehatan menyusui termasuk dalam
pada ibu-ibu menyusui. Bimbingan kategori “sesuai teknik” sebesar
secara terus-menerus dalam pemberian 30 responden (100%).
pendidikan kesehatan sangat 5. Setelah diberi pendidikan
berpengaruh terhadap perubahan kesehatan peningkatan
perilaku individu, dengan usaha pengetahuan sebesar 4,30 dan
pemberian pendidikan kesehatan yang perubahan perilaku sebesar 4,23
terus-menerus, diharapkan nilai-nilai Dengan demikian, pemberian
kesehatan tertanam dengan baik, pendidikan kesehatan tentang
derajat kesehatan menjadi baik dan teknik menyusui telah
akhirnya ibu mampu mandiri dalam meningkatkan pengetahuan dan
mengatasi masalah kesehatan keterampilan perilaku ibu
primipara dalam menyusui
KESIMPULAN DAN SARAN bayinya di BPS Kecamatan
Kalibawang Kulonprogo.
Berdasarkan hasil penelitian 6. Hasil analisis, untuk pengetahuan
yang telah dilakukan di BPS didapatkan nilai t hitung (6,70) >
Kecamatan Kalibawang Kulonprogo t tabel (2,045), dan untuk perilaku
maka peneliti memberikan kesimpulan nilai t hitung (10,812) > t tabel
sebagai berikut : (2,045) terbukti bahwa ada
1. Pengetahuan ibu primipara pengaruh yang signifikan antara
sebelum diberikan pendidikan pemberian pendidikan kesehatan
kesehatan tentang teknik tentang teknik menyusui terhadap
menyusui sebagian besar pengetahuan dan perilaku
termasuk dalam kategori “cukup “ menyusui ibu primipara.
sebesar 16 responden (53,3%)
2. Pengetahuan ibu primipara setelah Berdasarkan kesimpulan diatas
diberikan pendidikan kesehatan maka peneliti dapat memberikan saran
tentang teknik menyusui sebagian sebagai berikut:
besar termasuk dalam kategori 1. Bagi para ibu menyusui di BPS
“baik” sebesar 29 reponden Kecamatan Kalibawang
(96,7%). Kulonprogo.
3. Perilaku menyusui ibu primipara Para ibu-ibu menyusui
sebelum diberi pendidikan terutama ibu primipara perlu
kesehatan tentang teknik menambah pengetahuan dan
menyusui termasuk dalam wawasan lagi tentang ASI dan
kategori “tidak sesuai teknik” teknik menyusui yang benar,
sebesar 18 responden (60,0%). misalnya dengan banyak membaca
buku pengetahuan tentang ASI dan
teknik menyusui, mencari informasi

 
 
pada petugas kesehatan terdekat Depkes, RI. 2001. Buku Panduan
dan lain-lain. Hal ini sangat penting Manajemen Laktasi. Diunduh
bagi ibu demi keberhasilan tanggal 11 Maret 2010.Jam
menyusui bayinya sehingga bayi 12.22 WIB. Dari
tercukupi kebutuhan nutrisi, http:wap.dechacare.com/Keung
imunitas dan psikologisnya. gulan-ASI-dan-Manfaat-
ASI.html.
2. Bagi tenaga kesehatan bidan di
BPS Kecamatan Kalibawang DINKES Propinsi DIY. 2007. Profil
Kulonprogo. Kesehatan
Peneliti mengharapkan agar Kabupaten/Kotamadya Tahun
bidan lebih berperan aktif dalam 2007. Yogyakarta: Dinkes
memberikan penyuluhan atau Yogyakarta.
informasi kesehatan terhadap ibu
menyusui primipara maupun DINKES Bantul. 2007. Profil
multipara terkait dengan Kesehatan Kabupaten Bantul
pengetahuan dan perilaku menyusui Tahun 2007. Yogyakarta:
ibu terhadap bayi, serta diadakan Dinkes Bantul.
tindak lanjut misalnya evaluasi
periodik, agar tujuan dari menyusui Ekowati, N. 2009.”Faktor-faktor yang
itu benar-benar tercapai. berhubungan dengan
Pemberian ASI Eksklusif”.
3. Bagi peneliti selanjutnya Skripsi. Program Study Gizi
Perlu penelitian lebih lanjut Kesehatan FK UGM :
untuk menggali faktor-faktor lain Yogyakarta.
yang mempengaruhi peningkatan
pengetahuan dan perubahan Gapmmelezy, E,. 2001. “Pengetahuan
perilaku teknik menyusui pada ibu Ibu Tentang Asi Hubungannya
primipara.  Dengan Pemberian Asi
  Eksklusif Di Puskesmas
Wonosari Kecamatan
DAFTAR PUSTAKA Wonosari Kabupaten Gunung
Kidul”. Karya Tulis Ilmiah.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Universitas Gajah Mada :
Penelitian Suatu Pendekatan Yogyakarta.
Praktik. Jakarta : PT Rineka
Cipta. Hegar, B.dkk. 2008. Bedah ASI. IDAI
Cabang DKI Jakarta : EGC.
Badan Pusat Statistik. 2005. Survey
Demografi dan
Kesehatan Indonesia.
Jakarta.

 
 
Hestiningrum, W. 2006. “Hubungan Purwanto. 2007. Instrumen penelitian
Sikap Ibu dengan Perilaku Sosial dan Pendidikan.
Menyusui pada ibu nifas Di Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Puskesmas Tegalrejo”. Karya
Tulis Ilmiah. Poltekes: Riyanto, dkk. 2008. Pemberian ASI
Yogyakarta. Eksklusif dan faktor yang
berhubungan di Kecamatan
Maimunah, S. 2005.Kamus Istilah Metro Selatan Kota Metro.
Kebidanan. Jakarta : Jurnal Kesehatan Metro Sai
EGC. Wawai, hal 45-49.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Riwidikdo, H. 2009. Statistik


Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kesehatan. Yogyakarta :
PT Rineka Cipta. Mitra Cendikia Press.

Notoatmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Riwidikdo, H.2009. Statistik untuk


Perilaku kesehatan. Jakarta : Penelitian Kesehatan dengan
PT Rineka Cipta. Aplikasi Program R dan SPSS.
Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Nurdin, Rika. A. (2006). “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan tentang Roesli, U. 2000. Mengenal ASI
Kanker Payudara dengan Ekslusif. Jakarta : Trubus
Metode Ceramah dan Leaflet Agriwidya.
terhadap Pengetahuan
Akseptor KB pil di Desa Jepitu, Rulina, S. 2004. Manajemen Laktasi.
Gunung Kidul”. Karya Tulis Jakarta : Perinasia.
Ilmiah. Poltekes : Yogyakarta
SDKI. 2005 – 2006. Pemberian ASI
Perinasia. 2004. Teknik Menyusui Ekslusif.
Yang Benar. Diunduh tanggal 3
Maret 2010.Jam 11.50 Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu
WIB.dari http://www. Pengantar. Jakarta :
creasoft.wordpress.com/teknik- Rajawali.
menyusui-yang-benar.html.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk
Pujiasih, E. 2009. “Gambaran Proses Penelitian. Jakarta :
Menyusui pada Ibu Postpartum Alfabeta.
Di bangsal Alamanda Rumah
Sakit Daerah Penembahan
Senopati Bantul”. Karya Tulis
Ilmiah. Poltekes : Yogyakarta.

 
 
Suliha, dkk. 2002. Pendidikan
Kesehatan dalam
Keperawatan. Jakarta : EGC.

Tanjung, B.dkk. 2007. Pedoman


Penulisan Karya Ilmiah.
Jakarta : Kencana.

WHO, UNICEF. 2002. Konseling


Menyusui : Pelatihan untuk
Tenaga Kesehatan. Jakarta :
Direktorat Gizi Masyarakat,
Depkes RI, dan BK.PP-ASI.

Widayatun, T.R., 1999. Ilmu Perilaku.


Jakarta : CV. Sagung
Seto. 
Winarsih, K, dkk. 2006. Pengaruh
Pemberian Pendidikan
Kesehatan Metoda Partisipatif
terhadap Perilaku Ibu
Primipara dalam Pemberian
ASI di Puskesmas Kecamatan
Matraman Jakarta Timur.
Jurnal Mady, hal 49-54.
 

 
 

Anda mungkin juga menyukai