Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI NAN ALUIH SICINCIN


“DISFUNGSI KELUARGA”

DISUSUN OLEH : Kelompok 3


Lokal 3A

Ayu nelval sari


Ethika hosnety
Indah hasnika
Irfan zuldi putra
Lidiana afrianzah putri
Nia darma putri
Rahayu permata sari
Rozi safputra
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(ABD. GAFAR, S. Kep. MPH.) (ERNAL, S. ST. MM)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D.III KEPERAWATAN SOLOK
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Disfungsi Keluarga


Sub pokok bahasan : Meningkatkan fungsi keluarga
Sasaran : Lansia di Wisma Tandikek dan Antokan
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Jumat, 25 Oktober 2019
Tempat : Wisma Antokan
Penyuluh :Mahasiswa D-III Keperawatan Solok

1.1. Latar Belakang


Keluarga merupakan bagia yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.
Keluarga menjadi temoat pertama seseorang memulai kehidupannya. Keluarga
membentuk suatu hubungan yang erat antara ayah, ibu, dan anak. Hubungan tersebut
terjadi di mana sesame keluarga saling berinteraksi, interaksi tersebut menjadikan
suatu keakraban yang menjalin suatu hubungan dalam keluarga. Dalam keadaan yang
normal, maka lingkungan yang pertama yang berhubungan dengan anak orang tua,
saudara-saudaranya, serta kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan
itulah adanya proses sosialisi awal.
Pada lanjut usia akan terjadi perubahan peran dan hubungan yang disesuaikan
dengan perkembangan usia baik laki-laki maupun perempuan. Perubahan itu meliputi
pengunduran diri, merasa kehilangan misalnya perubahan posisi dalam rumah atau
kehilangan orang penting lainnya seperti suami atau istri yang meninggal. Semuanya
ini dapat menimbulkan potensial depresi diri pada lansia dan tidak ada rasa semangat
dalam diri lansia untuk beraktivitas.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh kelompok 3 di wisma
Tandikek dan Antokan, didapatkan data klien mengalami disfungsi keluarga tingkat
menengah. Dari data tersebut, didapatkan bahwa lansia yang ada di wisma Tandikek
dan Antokan merasa tidak dianggap oleh keluarganya. Selama berada di panti, tidak
ada keluarga yang menjenguk ke panti, sehingga lansia tersebut merasa malas
bersosialisai dengan lansia lain yang ada di wisma. Lansia tersebut juga sering
menyendiri dan banyak melamun.

1.2. Tujuan Intruksional Umum

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok, kelompok lansia di PSTW


Sicincin diharapkan dapat meningkatkan hubungan sosialisasi dengan keluarganya
maupun dengan lingkungan sekitarnya.

1.3. Tujuan Intuksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan satu kali diharapkan peserta penyuluhan
mampu:
1. Mampu mengingat keluargaa
2. Mampu mengenal masa lalau di keluarganya
3. Mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya.

1.4. Stategi Pelaksanaan


1. Metode
a. Ceramah dan tanya jawab
2. Media
a. Pamflet
b. Brosur
3. Waktu dan tempat
a. Jam 9.30 WIB tanggal 25 Oktober 2019 di Wisma Antokan
4. Garis besar materi
a. Pengertian keluarga
b. Fungsi Keluarga
c. Disfungsi keluarga
d. Kesimpulan.
1.5. Proses Pelaksanaan
No Kegiatan Respon masyarakat Waktu
1. Pendahuluan
a. Penyampaian salam a. Menjawab salam 10 menit
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan topic penyuluhan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan d. Memperhatikan
e. Menjelaskan waktu pelaksanaan e. Memperhatikan
2 Penyampaian materi 45 menit
1. Materi 1. Memperhatikan
a. Pengertian keluarga penjelasan dan
b Fungsi keluarga mencermati materi
c. Pengertian Disfungsi keluarga
d. Upaya meningkatkan fungsi
keluarag
e. Kesimpulan

2. Memberikan kesempatan untuk 2. Audience


bertanya bertanya
3. Menjawab pertanyaan peserta
3. Memperhatikan
jawaban
3 Penutup
a. Menyimpulkan hasil penyuluhan a. Memperhatikan 5 menit
b. Mengahiri dengan salam b. Menjawab salam
1.6. Setting Tempat

Keterangan :
: Terapis / leader : Perawat / fasilitator
: Observer : Pasien
: Co leader

1.7. Pengorganisasian
1. Pendahuluan
2. Penyampaian materi
3. Penutup

1.8. Kriteria Evaluasi


Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang:
1. Pengertian keluarga
2. Fungsi keluarga
3. Pengertian disfungsi keluarag
4. Upaya peningkatan fungsi keluarga

DISFUNGSI KELUARGA

2.1 Pengertian Keluarga


Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :
a. Reisner (1980) Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan
yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
b. Logan’s (1979) Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah
kumpulan beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain.
c. Gillis (1983) Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang
kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa
komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit
individu.
d. Duvall Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan
dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.
e. Bailon dan Maglaya Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya.
f. Johnson’s (1992) Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam
kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang
mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu
orang dengan orang yang lainnya.
2.2 Pengertian Struktur dan Fungsi keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kata fungsi berarti
kedudukan atau tugas, sedangkan disfungsi berarti Disfungsi diartikan sebagai
tidak dapat berfungsi dengan normal sebagaimana mestinya.
menurut Narwoko dan Suyanto (Lestari, 2004) Keluarga adalah lembaga
sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya
berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan
kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan
dalam kehidupan individu.
Melihat pengertian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwasanya
Fungsi keluarga yaitu sistem dimana setiap anggota keluarga mampu
menjalankan tugas dan kedudukannya di dalam keluarga.
1. . Fungsi Cinta Kasih (Afeksi)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang
atau rasa dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang
serius adalah salah satu ciri khas dari anak yang sama sekali tidak pernah
mendapatkan perhatian atau merasakan kasih sayang. Di sisi lain, ketiadaan
afeksi juga akan menggerogoti kemampuan seorang bayi untuk bertahan
hidup.

2. Fungsi Perlindungan (Proteksi)


Fungsi Perlindungan atau bisa disebut juga dengan dukungan emosi
atau perlindungan yaitu keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial
yang pertama bagi anak. Fungsi ini melindungi seluruh anggota keluarga dari
berbagai bahaya yang dialami oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara,
maka fungsi ini banyak diambil alih oleh instansi Interaksi yang terjadi
bersifta mendalam mengasuh dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa
aman pada anak. Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk melindungi
anggotanya yang sakit, menderita, dan tua. Fungsi perlindungan ini pada
setiap masyarakat berbeda-beda, tetapi sebagian masyarakat membebani
keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila
mereka tergantung pada masyarakat. Seiring dengan perkembangan
masyarakat yang makin modern dan kompleks, sebagian dari pelaksanaan
fungsi perlindungan ini mulai banyak diambil alih dan dilayani oleh lembaga-
lembaga masyarakat (instansi), misalnya rumah sakit, rumah-rumah yang
khusus melayani orang-orang jompo.
Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus
menerus berinteraksi satu sama lain.
Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat
mengganggu atau merusak fungsi keluarga.
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur:
a. Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang
sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)
b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong
kejujuran dan kebenaran (honesty and authenticity)
d. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan
e. Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan
(permisivenes)
f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar)
g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)

2.3 Pengertian Disfungsi Keluarga


Disfungsi Keluarga
1. Disfungsi Keluarga Biasa
Dalam kategori ini setiap gangguan keluarga yang dapat merupakan
komplikasi atau variasi dari perkembangan keluarga yang biasa:
a. Keluarga terputus karena terjadi perceraian antara kedua orang tua.
b. Keluarga tunggal sebagai akibat dari perceraian atau perpisahan suami dan
istri, masing-masing membentuk keluarga sendiri-sendiri (tidak kawin lagi),
sebagian anak ada yang ikut ayah dan sebagian lain ikut ibu.
Catatan: ada juga single parent family, yaitu ayah dan ibu yang tidak kawin,
namun mempunyai anak angkat (adopsi) atau anak yang diperolehnya bukan dari
perkawinan.
c. Keluarga baru, satu bentukkeluarga di mana masing-masing suami/istri
kawin kembali. Permasalahan dapat timbul karena hubungan dengan keluarga
yang lama, sebelum terjadi perceraian. Dalam bentuk keluarga ini diperlukan
kembali penyesuaian diri dari masing-masing pihak, suami/istri atau ayah/ibu dan
anak-anaknya.
d. Keluarga tidak stabil yang berkelanjutan. Ketidakstabilan yang terjadi karena
perpindahan, perpisahan, atau perceraian yang berulang kali.

2. Disfungsi Perkembangan Keluarga


Dilihat dari sudut perkembangan, maka berbagai gangguan atau disfungsi yang
dapat terjadi pada keluarga adalah:
a. Disfungsi keluarga primer. Terjadi disfungsi anggota pasangan suami istri
yang disebabkan oleh:
 Ketidakmampuan untuk membentuk hubungan yang rukun, cocok dan
harmonis.
 Kegagalan dalam mengadakan perjanjian dan tanggung jawab perkawinan.
 Menunjukkan suatu perkawinan yang neurotik (gangguan kejiwaan) karena
ada harapan-harapan yang menimbulkan konflik.
 Kesulitan untuk melepaskan diri dari keluarga asal.

b. Disfungsi keluarga sehubungan dengan kelahiran anak, ditandai dengan:


 Kesukaran karena perubahan peranan sebagai ayah atausebagai ibu.
 Harapan neurotik yang dihubungkan dengan anak yang dilahirkan.
c. Disfungsi keluarga sehubungan dengan pengasuhan anak yang ditandai
dengan:
 Kegagalan untuk menciptakan suasana psikologis yang sehat untuk keluarga
yang semakin besar.
 Kesukaran dalam mengorganisasi keluarga sebagai suatu kelompok.
 Kesukaran dalam menghadapi beberapa anak dengan usia yang berbeda-
beda.
 Kesukaran dalam menghadapi permasalahan kebersamaan dan perpisahan
dalam upaya mengatasi segi tiga antara ayah, ibu dan anak.
d. Disfungsi maturitas (kematangan) keluarga, di mana anak-anak sudah besar
dan ingin berdiri sendiri. Orang tua mungkin mempunyai kesulitan untuk
melepaskan diri dari anak-anaknya yang sudah dewasa dan untuk menegakkan
kembali keseimbangankembali perkawinan mereka.
e. Disfungsi keluarga karena berkurangnya anggota keluarga. Hal ini terjadi
manakala orang tua tidak siapuntuk berpisah dengan salah satu anggota
keluarganya. Keluarga dapat mengalami kesukaran penyesuaian diri kembali
setelah berpisah dengan salah seorang anggota keluarganya itu.

3. Disfungsi Antar Anggota Keluarga


Keluarga sebagai suatu subsistem (ayah, ibu dan anak-anak) dapat pula
mengalami berbagai gangguan di antara anggota keluarga. Termasuk dalam
kategori ini adalah gangguan hubungan suami istri (orang tua), antara orang tua
dan anak-anak, serta antara sesama anak.
Disfungsi subsistem suami istri terjadi karena perkawinan. Sebagai
individu, suami/istri dapat berfungsi dengan baik, namun dalam bentuk
perkawinan malah terbalik. Berdasarkan sifat hubungan suami istri, maka
berbagai disfungsi dapat disebutklan sebagai berikut:
a. Disfungsi perkawinan di mana suami istri merupakan pasangan yang saling
melengkapi. Kombinasi pasangan tersebut ialah:
 Dominan dan submisif (menerima).
 Emosional dingin dan sangat omesional (perasa).
 Obsesi-kompulsif dan hysterik (lembut dan kasar).
 Mandiri/serba kuasa dan serba ketergantungan.
 Sadis dan mosochis (sering dikasiari)
b. Disfungsi perkawinan penuh konflik di mana suami istri merupakan
kombinasi dua orang yang kedua-duanya mempunyai kecendrungan untuk
menguasai dan mengendalikan.
c. Disfungsi perkawinan di mana kedua suami istri saling menggantungkan diri,
merasa tidak berdaya dan secara emosional imatur (tidak dewasa).
d. Disfungsi perkawinan di mana hubungan suami istri menjadi berkurang dan
hubungan menjadi dingin. Perkawinan dipertahankan semata-mata karena alsan
agama dan sosial.
e. Disfungsi perkawinan di mana terajadi perbedaan tanaj antara suami istri.
Terdapat perbedaan besar dalm kepribadian, cara hidup, sistem nilai, usia,
pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
4. Disfungsi Hubungan Orang tua-Anak
Dalam hal ini permasalahan keluarga timbul karena terjadi gangguan interaksi
(hubungan) antara orang tua dan anak, yang dapat berupa:
a. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi psikopatologis (sakit
secara psikologis) pada ke dua orang tua.
b. Disfungsi keluarga terjadi karena adannya kondisi psikopatologis pada anak.
c. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi yang simbolik dan
bersamaan pada psikopatologi orang tua dan anak.
d. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan adanya konflik segitiga antara
ayah, ibu dan anak

5. Disfungsi Sesama Saudara/Anak


Terjadi permasalahan dalam keluarga karena adanya persaingan atau
perselisihan antara satu anak dengan anak yang lain. Perselisihan antara anak-
anak ini dapat melibatkan kedua orang tua ataupun keluarga lainnya.

6. Disfungsi Keluarga sebagai Kelompok Sosial


Berbagai permasalahan dapat timbul sehubungan dengan organisasi
keluarga itu sendiri, integrasi antar anggota, komunikasi, pembagian peran,
penyelesaian tugas, hubungan emosional, dan lain sebagainya. Termasuk dalam
kategori ini adalah sebagai berikut:
a. Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang imatur (tidak dewasa).
b. Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang perfeksionis (harus serba
sempurna).
c. Keluarga di mana antara sesama anggota keluarga tidak terdapat kepuasan
satu dengan lainnya.
d. Keluarga di mana terjadi kekacauan peran dan fungsi antar anggota keluarga.
e. Keluarga di mana terdapat keseimbangan yang patologis (sakit).
Dari uraian yang telah dikemukakan, maka dala melihat permasalahan bagi upaya
pembinaan kesejahteraan kehidupan keluarga, klasifikasi di atas dapat dipakai
sebagai pedoman.

2.4 Evaluasi
a) Menanyakan pengertian keluarga yang anda ketahui
b) Menanyakan struktur dan fungsi keluarga yang diketahui klien setelah
diberikan penyuluhan
c) Menanyakan pengertian disfungsi keluarga
d) Menanyakan perasaan klien setelah diberikan penyuluhan

2.5 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan
sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain.
Disfungsi keluarga, bisa karena berkurangnya anggota keluarga. Hal ini terjadi
manakala orang tua tidak siapuntuk berpisah dengan salah satu anggota keluarganya.
Keluarga dapat mengalami kesukaran penyesuaian diri kembali setelah berpisah
dengan salah seorang anggota keluarganya i
Padang, 25 Oktober 2019
Disetujui Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )
NIP. NIP.
LAMPIRAN

Disfungsi Sosialisasi Dalam Keluarga Sebagai Dampak Keberadaan


Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Studi pada TPA
Permata Hati di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri


Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Eko Setiyawan

08413241010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JURUSAN


PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
Disfungsi Keluarga

Pengertian Fungsi dan disfungsi Keluarga


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kata fungsi berarti kedudukan
atau tugas, sedangkan disfungsi berarti Disfungsi diartikan sebagai tidak dapat
berfungsi dengan normal sebagaimana mestinya.
menurut Narwoko dan Suyanto (Lestari, 2004) Keluarga adalah lembaga sosial dasar
dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat
mana pun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan
menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu.
Melihat pengertian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwasanya Fungsi
keluarga yaitu sistem dimana setiap anggota keluarga mampu menjalankan tugas dan
kedudukannya di dalam keluarga. Sedangkan Disfungsi keluarga dapat diartikan
sebagai sebuah sistem sosial terkecil dalam masyarakat dimana anggota-anggotanya
tidak atau telah gagal manjalankan fungsi-fungsi secara normal sebagaimana
mestinya. Hubungan yang terjalin di dalamnya tidak berjalan dengan harmonis,
seperti fungsi masing-masing anggota keluarga tidak jelas atau ikatan emosi antar
anggota keluarga kurang terjalin dengan baik (Siswanto, 2007).

Fungsi Keluarga
1. Fungsi Pengaturan Seksual
Dalam masyarakat orang telah terbiasa dengan fakta bahwa kebutuhan seks
dapat dipuaskan tanpa adanya prekreasi (mendapatkan anak) dengan berbagai cara,
misalnya kontrasepsi, aborsi, dan teknik lainnya. Meskipun sebagian masyarakat
tidak membatasi kehidupan seks pada situasi perkawinan, tetapi semua masyarakat
setuju bahwa keluarga akan menjamin reproduksi. Karena fungsi reproduksi ini
merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan
sosial manusia dan bukan hanya sekadar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sosial, misalnya dapat melanjutkan
keturunan, dapat mewariskan harta kekayaan, serta pemeliharaan pada hari tuanya.
Pada umumnya masyarakat mengatakan bahwa perkawinan tanpa menghasilkan anak
merupakan suatu kemalangan karena dapat menimbulkan hal-hal yang negatif.

2. Fungsi Keagamaan
Fungsi keagamaan mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana
pembinaaan kehidupan ber Agama yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME..
Setiap langkah yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga hendaknya selalu
berpijak pada tuntunan agama yang dianutnya. Dalam menerapkan fungsi Agama,
yang tidak boleh diabaikan salah satunya adalah tolerasai ber-agama, mengingat
bahwa kita hidup di negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan mempunyai
kepercayaan dan agama yang sangat beragam.

3. Fungsi Sosial-Budaya
Fungsi sosial-budaya mempunyai makna bahwa keluarga adalah menjadi
pembinaan danpersemaian nilai-nilai budaya yang selama ini menjadi panutan dalam
tata kehidupan mereka. sehingga nilai yang selama ini sudah menjadi panutan dalam
kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara.

4. Fungsi Cinta Kasih (Afeksi)


Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau rasa
dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius adalah salah
satu ciri khas dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian atau
merasakan kasih sayang. Di sisi lain, ketiadaan afeksi juga akan menggerogoti
kemampuan seorang bayi untuk bertahan hidup.

5. Fungsi Perlindungan (Proteksi)


Fungsi Perlindungan atau bisa disebut juga dengan dukungan emosi atau
perlindungan yaitu keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial yang pertama
bagi anak. Fungsi ini melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai bahaya
yang dialami oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara, maka fungsi ini banyak
diambil alih oleh instansi Interaksi yang terjadi bersifta mendalam mengasuh dan
berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada anak. Keluarga pada dasarnya
berkewajiban untuk melindungi anggotanya yang sakit, menderita, dan tua. Fungsi
perlindungan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, tetapi sebagian masyarakat
membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila
mereka tergantung pada masyarakat. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang
makin modern dan kompleks, sebagian dari pelaksanaan fungsi perlindungan ini
mulai banyak diambil alih dan dilayani oleh lembaga-lembaga masyarakat (instansi),
misalnya rumah sakit, rumah-rumah yang khusus melayani orang-orang jompo.
6. Fungsi Reproduksi
Reproduksi, keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi yang ada
di dalam masyrakakat. keluarga merupakan tempat diterapkannya cara hidup sehat,
khususnya dalam kehidupan reproduksi. Diharapka setiap anggota keluarga harus
memahami cara hidup sehat dan mengerti tentang kesehatan reproduksinya.. misalnya
pengetahuan tentang Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi remaja.

7. Fungsi Sosial dan Pendidikan


Fungsi sosial dan pendidikan (Sosialisasi dan edukasi) yaitu Keluarga
menjadi sarana untuk transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengethauan, keterampilan
dan teknik dari generasi sebelumnya ke generasi yang lebih muda. Fungsi ini untuk
mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk
kepribadian. Anak lahir tanpa bekal sosial, agar anak dapat berpartisipasi maka harus
disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Dengan kata lain, anak-anak harus belajar norma-norma mengenai apa yang layak
dan tidak layak dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus
memperoleh standar tentang nilai-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang
baik, yang indah, yang pantas dan sebagainya. Mereka harus dapat berkomunikasi
dengan anggota masyarakat lainnya dengan menguasai sarana-sarananya.
Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi utama dari
kepribadiannya, tingkah lakunya, budi pekertinya, sikapnya, dan reaksi
emosionalnya. Karena itulah keluarga merupakan perantara antara masyarakat luas
dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian seseorang itu diletakkan pada waktu
yang sangat muda dan yang berpengaruh besar terhadap kepribadian seseorang adalah
keluarga, khususnya peran seorang ibu.
8. Fungsi Pembinaan dan Pengembangan Lingkungan
Yang dimaksud dengan fungsi ini adalah kemampuan keluarga untuk
menempatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam yang
dinamis secara serasi, selaras dan seimbang. Guna mengaktualisasikan dan
menumbuhkembangkan pelaksanaan fungsi ini, orang tua harus memelopori dalam
kehidupan nyata sehingga setiap anggota keluarga tergugah kepeduliannya terhadap
lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alam. Upaya-upaya strategis yang
dapat ditempuh di antaranya:
a. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan intern keluarga.
b. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan ekstern hidup
berkeluarga.
c. Membina kesadaran sikap dan praktek pelestarian lingkungan hidup yang serasi,
selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan
hidupmasyarakat di sekitarnya.
d. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan hidup sebagai pola
hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Dalam fungsi pembinaan lingkungan terdapat empat nilai dasar yang mesti dipahami
dan ditanamkan dalam keluarga, yakni Sehat, Bersih, Produktif dan Disiplin.

Disfungsi Keluarga
1. Disfungsi Keluarga Biasa
Dalam kategori ini setiap gangguan keluarga yang dapat merupakan komplikasi
atau variasi dari perkembangan keluarga yang biasa:
a. Keluarga terputus karena terjadi perceraian antara kedua orang tua.
b. Keluarga tunggal sebagai akibat dari perceraian atau perpisahan suami dan istri,
masing-masing membentuk keluarga sendiri-sendiri (tidak kawin lagi), sebagian anak
ada yang ikut ayah dan sebagian lain ikut ibu.
Catatan: ada juga single parent family, yaitu ayah dan ibu yang tidak kawin, namun
mempunyai anak angkat (adopsi) atau anak yang diperolehnya bukan dari
perkawinan.
c. Keluarga baru, satu bentukkeluarga di mana masing-masing suami/istri kawin
kembali. Permasalahan dapat timbul karena hubungan dengan keluarga yang lama,
sebelum terjadi perceraian. Dalam bentuk keluarga ini diperlukan kembali
penyesuaian diri dari masing-masing pihak, suami/istri atau ayah/ibu dan anak-
anaknya.
d. Keluarga tidak stabil yang berkelanjutan. Ketidakstabilan yang terjadi karena
perpindahan, perpisahan, atau perceraian yang berulang kali.

2. Disfungsi Perkembangan Keluarga


Dilihat dari sudut perkembangan, maka berbagai gangguan atau disfungsi yang
dapat terjadi pada keluarga adalah:
a. Disfungsi keluarga primer. Terjadi disfungsi anggota pasangan suami istri yang
disebabkan oleh:
 Ketidakmampuan untuk membentuk hubungan yang rukun, cocok dan harmonis.
 Kegagalan dalam mengadakan perjanjian dan tanggung jawab perkawinan.
 Menunjukkan suatu perkawinan yang neurotik (gangguan kejiwaan) karena ada
harapan-harapan yang menimbulkan konflik.
 Kesulitan untuk melepaskan diri dari keluarga asal.

b. Disfungsi keluarga sehubungan dengan kelahiran anak, ditandai dengan:


 Kesukaran karena perubahan peranan sebagai ayah atausebagai ibu.
 Harapan neurotik yang dihubungkan dengan anak yang dilahirkan.
c. Disfungsi keluarga sehubungan dengan pengasuhan anak yang ditandai dengan:
 Kegagalan untuk menciptakan suasana psikologis yang sehat untuk keluarga yang
semakin besar.
 Kesukaran dalam mengorganisasi keluarga sebagai suatu kelompok.
 Kesukaran dalam menghadapi beberapa anak dengan usia yang berbeda-beda.
 Kesukaran dalam menghadapi permasalahan kebersamaan dan perpisahan dalam
upaya mengatasi segi tiga antara ayah, ibu dan anak.
d. Disfungsi maturitas (kematangan) keluarga, di mana anak-anak sudah besar dan ingin
berdiri sendiri. Orang tua mungkin mempunyai kesulitan untuk melepaskan diri dari
anak-anaknya yang sudah dewasa dan untuk menegakkan kembali
keseimbangankembali perkawinan mereka.
e. Disfungsi keluarga karena berkurangnya anggota keluarga. Hal ini terjadi manakala
orang tua tidak siapuntuk berpisah dengan salah satu anggota keluarganya. Keluarga
dapat mengalami kesukaran penyesuaian diri kembali setelah berpisah dengan salah
seorang anggota keluarganya itu.

3. Disfungsi Antar Anggota Keluarga


Keluarga sebagai suatu subsistem (ayah, ibu dan anak-anak) dapat pula
mengalami berbagai gangguan di antara anggota keluarga. Termasuk dalam kategori
ini adalah gangguan hubungan suami istri (orang tua), antara orang tua dan anak-
anak, serta antara sesama anak.
Disfungsi subsistem suami istri terjadi karena perkawinan. Sebagai individu,
suami/istri dapat berfungsi dengan baik, namun dalam bentuk perkawinan malah
terbalik. Berdasarkan sifat hubungan suami istri, maka berbagai disfungsi dapat
disebutklan sebagai berikut:
a. Disfungsi perkawinan di mana suami istri merupakan pasangan yang saling
melengkapi. Kombinasi pasangan tersebut ialah:
 Dominan dan submisif (menerima).
 Emosional dingin dan sangat omesional (perasa).
 Obsesi-kompulsif dan hysterik (lembut dan kasar).
 Mandiri/serba kuasa dan serba ketergantungan.
 Sadis dan mosochis (sering dikasiari)
b. Disfungsi perkawinan penuh konflik di mana suami istri merupakan kombinasi dua
orang yang kedua-duanya mempunyai kecendrungan untuk menguasai dan
mengendalikan.
c. Disfungsi perkawinan di mana kedua suami istri saling menggantungkan diri, merasa
tidak berdaya dan secara emosional imatur (tidak dewasa).
d. Disfungsi perkawinan di mana hubungan suami istri menjadi berkurang dan
hubungan menjadi dingin. Perkawinan dipertahankan semata-mata karena alsan
agama dan sosial.
e. Disfungsi perkawinan di mana terajadi perbedaan tanaj antara suami istri. Terdapat
perbedaan besar dalm kepribadian, cara hidup, sistem nilai, usia, pendidikan,
pekerjaan dan sebagainya.
4. Disfungsi Hubungan Orang tua-Anak
Dalam hal ini permasalahan keluarga timbul karena terjadi gangguan interaksi
(hubungan) antara orang tua dan anak, yang dapat berupa:
a. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi psikopatologis (sakit secara
psikologis) pada ke dua orang tua.
b. Disfungsi keluarga terjadi karena adannya kondisi psikopatologis pada anak.
c. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi yang simbolik dan bersamaan
pada psikopatologi orang tua dan anak.
d. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan adanya konflik segitiga antara ayah,
ibu dan anak.

5. Disfungsi Sesama Saudara/Anak


Terjadi permasalahan dalam keluarga karena adanya persaingan atau
perselisihan antara satu anak dengan anak yang lain. Perselisihan antara anak-anak ini
dapat melibatkan kedua orang tua ataupun keluarga lainnya.
6. Disfungsi Keluarga sebagai Kelompok Sosial
Berbagai permasalahan dapat timbul sehubungan dengan organisasi keluarga
itu sendiri, integrasi antar anggota, komunikasi, pembagian peran, penyelesaian tugas,
hubungan emosional, dan lain sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah
sebagai berikut:
a. Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang imatur (tidak dewasa).
b. Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang perfeksionis (harus serba
sempurna).
c. Keluarga di mana antara sesama anggota keluarga tidak terdapat kepuasan satu
dengan lainnya.
d. Keluarga di mana terjadi kekacauan peran dan fungsi antar anggota keluarga.
e. Keluarga di mana terdapat keseimbangan yang patologis (sakit).
Dari uraian yang telah dikemukakan, maka dala melihat permasalahan bagi upaya
pembinaan kesejahteraan kehidupan keluarga, klasifikasi di atas dapat dipakai
sebagai pedoman.

Anda mungkin juga menyukai