Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN ANAK

“HYPOSPADIA DAN EPISPADIA ”

Dosen Pembimbing:

Ns. ZULHARMASWITA, M. Kep. Sp. Kep Anak

Oleh:

Kelompok 18 lokal 2A

1. Yessi chania
2. Yuli Kurniati

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D-III KEPERAWATAN SOLOK

TAHUN 2019

1
DAFTAR ISI

BAB I PEMBUKAAN ............................................................................................................... 3


A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................ 5
I. Hypospadia ..................................................................................................................... 5
A. Pengertian .................................................................................................................... 5
B. Etiologi ........................................................................................................................ 5
C. Gejala Klinis ................................................................................................................ 6
D. Patofisiologi ................................................................................................................ 6
E. Komplikasi .................................................................................................................. 7
II . Epispadia .......................................................................................................................... 7
A. Pengertian .................................................................................................................... 7
B. Etiologi ........................................................................................................................ 7
C. Gejala Klinis ................................................................................................................ 8
D. Patofisiologi ................................................................................................................ 8
E. Komplikasi .................................................................................................................. 8
III. Woc .................................................................................................................................. 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ................................................................ 10
A. Pengkajian ..................................................................................................................... 10
B. Analisa Data .................................................................................................................. 11
C. Diagnosa ....................................................................................................................... 11
D. Intervensi....................................................................................................................... 11
BAB IV STANDAR OPERASIONAL ................................................................................... 12
BAB V SATUAN ACARA PENYULUHAN ......................................................................... 15
BAB VI PENUTUP ................................................................................................................. 22
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23

2
BAB I
PEMBUKAAN

A. LATAR BELAKANG
Hipospadia terjadi pada 1 dari dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan
merupakan anormali penis yang paling sering. Perkembangan uretra in uretro di mulai
usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu. Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan
uretra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi
funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan lipatan uretra
yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan digaris tengah lipatan uretra tidak
lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral penis. Ada berbagai derajat
kelaianan letak ini seperti pada glandular (letak meatus yang salah pada glands),
korona(pada sulkus korona), penis(disepanjang batang penis), penosprotal(pada
pertemuan ventra penis dan skrotum), dan perineal(pada perineum). Prepusium tidak
ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutupi sisi dorsal glands. Pita
jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan
kuvatura (lengkungan) ventral dari penis
Epispadia adalah suatu anomalikongenital yaitu meatus uretra terletak pada
permukaan dorsal penis. Insiden eopispadia yang lengkap sekitar 1 dalam 120.000
laki-laki. Keadaan ini biasanya tidak terjadi sendirian, tetapi juga disertai anomali
saluran kemih. Inkontinensiaurine timbul pada epispadia penopubis (95%) dan penis
(75%) karena perkembangan yang salah dari spingter urinarius. Perbaikan dengan
pembedahan dilakukan untuk memperbaiki inkontinensia, memperluas uretra ke
glands. Prepusium digunakan dalam proses rekonstruksi, sehingga bayi baru lahir
dengan epispadia tidak boleh di sirkumsisi. Pada epispadia, meatus uretra tidak
meluas ke ujung penis karena tidak adanya dinding dorsal uretra. Pada kedua keadaan
tersebut, derajat rekonstruksi uretra yang dibutuhkan bergantung pada letak lubang
uretra di batang penis. Rekonstruksi uretra dapat dilakukan dengan menggunakan
selubung kulit yang di tanam, flap kulit, atau tandar bebas. Selama penyembuhan urin
biasanya di alihkan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari hipospadia/epispadia?


2. Apa saja etiologi pada kasus hipospadia/epispadia?
3. Apa saja gejala klinis pada kasus hipospadia/epispadia?
4. Seperti apa patofisiologis kasus hipospadia/epispadia?
5. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada kasus hipospadia/epispadia?
6. Seperti apa bentuk bagan WOC pada kasus hipospadia/epispadia?
7. Seperti apa asukan keperawatan yang tepat untuk kasus hipospadia/epispadia?

3
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa definisi dari hipospadia/epispadia?


2. Untuk mengetahui apa saja etiologi pada kasus hipospadia/epispadia?
3. Untuk mengetahui apa saja gejala klinis pada kasus hipospadia/epispadia?
4. Untuk mengetahui seperti apa patofisiologis kasus hipospadia/epispadia?
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada kasus
hipospadia/epispadia?
6. Untuk mengetahui seperti apa bentuk bagan WOC pada kasus
hipospadia/epispadia?
7. Untuk mengetahui seperti apa asukan keperawatan yang tepat untuk kasus
hipospadia/epispadia?

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. HYPOSPADIA

A. PENGERTIAN
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
disebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Hipospadia terjadi pada 1-
3 per 1000 kelahiaran yang dan merupakan anomali penis yang paling sering.

Hipospadia adalah kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian
bawah dekat pangkal penis. Jika lubang kecil saja tidak memerlukan tindakan karena
akan dapat menutup sendiri. Tetapi jika lubang tersebut besar perlu tindakan bedah
dan menunggu anak sudah dalam usia remaja (epispadia, jika lubang uretra terletak
dipunggung penis).

Hipospadia adalah suatu kelainan kongenital genetalia eksterna lelaki akibat tidak
sempurna nya perkembangan uretra anterior, penis dan prefusium.

Hipospadia merupakan kelainan kongenital berupa adanya muara uretra yang


terletak proksimal di bandingkan lokasi yang seharusnya. Kelainan ini terjadi ketika
masa embrio dan dipengaruhi berbagai keadaan. Hipospadia patut diwaspadai karena
perkembangan prefalensinya di beberapa negara yang cukup pesat tanpa diketahui
penyebabnya.

B. ETIOLOGI
- Faktor genetik
Sebuah kencenderungan genetik telah disarankan oleh peningkatan 8 kali lipat
dalam kejadian hipospadia antara kembar monozigot dibandingkan dengan
tunggal. Pervalensi hipospadia pada anak laki-laki nenek moyang dengan
hipospadia telah dilaporkan sebesar 8% dan 14% dari anak saudara dengan
hipospadia juga terpengaruh.
- Faktor endokrin
Penurunan androgen atau ketidak mampuan untuk menggunakan androgen dapat
mengakibatkan hipospadia.
- Faktor lingkungan
Gangguan endokrin oleh agen lingkungan adalah mendapatkan popularitas
sebagai etiologi mungkin untuk hipospadia dan sebagai penjelasan atas kejadian
yang semakin meningkat. Lingkungan dengan aktivitas estrogenik signifikan
dimana-mana dalam masyarakat industri dan tertelan sebagai pestisida pada
buah-buahan dan sayuran, tanaman estrogen endogen, dalam susu dari sapi perah
laktasi hamil , dari lapisan plastik di kaleng logam, dan obat-obatan.

5
C. GEJALA KLINIS
Gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan derajat kelainan. Secara
umum jarang ditemukan adanya gangguan fungsi, namun cenderung berkaitan
dengan masalah kosmetik pada pemeriksaaan fisik ditemukan muara uretra
pada bagian ventral penis. Biasanya kulit luar dibagian ventral lebih tipis atau
bahkan tidak ada, dimana kulit luar dibagian dorsal menebal bahkan terkadang
membentuk seperti sebuah tudung. Pada hipospadia sering ditemukan adanya
chordea. Chordea adalah adanya pembengkokan menuju arah ventral dari
penis. Hal ini disebabkan oleh karena adanya atrofi dari chorpus spongiosum,
fibrosis dari tunicaalbuginea dan fasia diatas tunica, pengencangan kulit
ventral dan fasiabuck, perlengketan atar kulit penis ke struktur disekitarnya,
atau perlengketan antara uretral plate ke corpus cavernosa. Keluhan yang
mungkin ditimbulkan adalah adanya pancaran urin yang lemah ketika
berkemih, nyeri ketika ereksi dan gangguan dalam berhubungan seksual.
Hipospadia sangat sering ditemukan bersamaan dengan cryptorchismus dan
hernia inguinalis sehingga pemeriksaan adanya testis tidak boleh terlewatkan.
 Hipospadia
- Jika berkemih anak harus duduk
- Pembukaan uretra dilokasi selain ujung penis
- Penis tampak seperti berbalut karena adanya kelainan kulit
depan penis
- Penis melengkung kebawah
- Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada
dibawah atau didasar penis
- Semprotan air seni yang keluar abnormal

D. PATOFISIOLOGI
Hipospadia merupakan suatu cacat bawaan yang diperkirakan terjadi pada
masa embrio selama pengembangan uretra, dari kehamilan 8-20 minggu.
Perkembangan terjadinya fusi dari garis tengah dari liptan uretra tidak lengkap
terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai
derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada
glans, kemudian di sepanjang batang penis hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi
dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi
ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
Chordee atau lengkungan ventral dari penis, sering dikaitkan dengan
hipospadia, terutama bentuk-bentuk yang lebih berat. Hal ini diduga akibat dari
perbedaan pertumbuhan antara punggung jaringan normal tubuh kopral dan uretra
ventral dilemahkan dan jaringan terkait. Pada kondisi yang lebih jarang , kegagalan
jaringan spongiosum dan pembentukan pasia pada bagian distal meatus uretra
dapat membentuk balutan berserat yang menarik meatus uretra sehingga

6
memberikan kontribusi untuk terbentuknya suatu korda (pembengkokan menuju
arah ventral dari penis).

E. KOMPLIKASI
- Ganguan akibat ejakulasi tidak normal
- Anak kesulitan untuk belajar buang air kecil ke kamar mandi
- Penis melengkung tidak normal saat ereksi
- Bentuk penis tidak normal
- Gangguan psikologis, karena penderita cendrung tidak percaya diri karena
kondisi alat vitalnya.
- Resiko hernia inguinal, Riwayat hipospdia dapat meningkatkan resiko
terjadinya hernia inguinal

II . EPISPADIA

A. PENGERTIAN
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan berupa tidak adanya dinding uretra
sebelah atas atau letak susunan dorsal pada meatus uretra. Sedangkan hipospadia
adalah merupakan konginetal anomali yang mana uretra bermuara pada sisi bawah
penis atau perineum.

Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang
uretra terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung tetapi
tebuka.

Epispadia adalah kelainan bawaan dari alat kelamin eksternal dan bawah
saluran kemih akibat perkembangan yang tidak lengkap dari permukaan dorsal penis
atau klitoris dan dinding atas dari uretra yang karena itu terbuka. Akibatnya, meatus
uretra eksternal memiliki lokasi yang tidak biasa di titik variabel antra leher kandung
kemih dan puncak kepala penis.

B. ETIOLOGI
- Penyebab yang jelas belum diketahui
- Dapat dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan atau pengaruh
hormonal
- Embriologi
- Adanya paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil diawal kehamilan
dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadi nya kasus ini
- Pada ibu hamil yang melakukan diet vegetarian diperkirakan terjadi
peningkatan resiko terjadinya hipospadia hal ini disebabkan adanya
kandungan yang tinggi dari fitoestrogen pada sayuran
- Kelejar endokrin, penurunan androgen yang tersedia atau tidak maupun untuk
menggunakan androgen yang tersedia secra tepat dapat menyebabkan
hipospadia.

7
C. GEJALA KLINIS
- Lubang uretra terdapat dipunggung penis
- Uretra terbuka pada saat lahir, posisi dorsal
- Penis melengkung ke arah dorsal, tampak jelas pada saat ereksi
- Terdapat chordae
- Terdapat lekukan pada ujung penis
- Inkontinensia urine timbul pada epispadia penopubis (95%) dan penis (75%)
karena perkembangan yang salah dari sfingter urinarius

D. PATOFISIOLOGI
- Hipospadia dan epispadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan
uretra dalam utero.
- Epispadia terbukanya uretra disebelah ventral. Kelainan ini dapat meliputi
leher kandung kemih (epispadia total) atau hanya uretra (epispadia parsial).
- Epispadia dimana lubang uretra terdapat pada permukaan dorsum penis dan
tampak sebagai celah atau alur tanpa tutup.
- Epispadia parsialis dimana muara uretra terdapat disebelah atas dan
dibelakang glands penis, permukaan dorsal penis biasanya terpakik sampai
ujungnya tetapi lubang uretra dapat berakhir pada corona atau disebelah
proksimalnya.
- Extrophy kandung kemih merupakan hasil dari kegagalan dinding, abdominal
untuk membentuk bagian bawah umbilikus atau dibagian simpisis pubis dan
struktur yang membatasi termasuk dinding ventral pada kandung kemih
(uretra menyatu dengan dinding simpisis pubis). Sehingga saluran perkemihan
bagian bawah terbuka dan tampak lubang uretra yang kemerahan melalui
dinding abdomen.

E. KOMPLIKASI
- Infertilitas
- Infertilitas dapat terjadi karena penis yang bengkok menyebabkan penis susah
masuk ke dalam vagina saat copulas, cairan semen yang disemprotkan melalui
saluran uretra pada tempat abnormal
- Gangguan psikososial
- Gangguan psikososial dapat terjadi karena anak merasa malu akibat bentuk
penis yang berbeda dengan teman-teman nya

8
III. WOC

Genetik Endokrin lingkungan

Gangguan Perkembangan Embrio

Hipospadia Epispadia

 Muara uretra terletak di  Lubang uretra terdapat di


sebelah ventral penis dan punggung penis
sebelah proksimal ujung penis  Uretra terbuka diposisi
 Anak berkemih duduk dorsal
 Penis seperti berbalut  Penis melengkung ke arah
 Penis melengkung ke bawah dorsal
 Semprotan air seni yang  inkontinensia
keluar abnormal

Pembedahan

 Nyeri akut b.d pembedahan


 Ansietas b.d pembedahan
 Kurangnya pengetahuan orang tua b.d diagnosa prosedur pembedahan, dan
perawatan post-op
 Risiko infeksi b.d pemasangan kateter
 Risiko injury b.d pemasangan dan pengangkatan kateter

 Infertilitas
 Gangguan psikologi
 Gangguan psikososial
 Hernia inguina

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan
- riwayat kesehatan sekarang
keluhan yang terjadi pada anak dengan kasus hipospadia/epispadia antara
lain : anak tidak bisa mengarahkan aliran urinnya, anak tidak dapat
berkemih dengan posisi berdiri, meatus uretra terbuka .
- riwayat kesehatan dahulu
pada masa kehamilan minggu ke 10-14 terjadi hambatan penutupan uretra
penis yang mengakibatkan orivium uretra tertinggal disuatu tempat
dibagian ventral penis antara skrotum dan glands penis
- riwayat kesehatan keluarga
adanya anggota keluarga yang pernah mengalami kasus yang sama
b. pemeriksaan fisik
- pemeriksaan genetalia
saat dilakukan inspeksi bentuk penis lebih datar dan ada yang dangkal
dibagian bawah penis, preputium tidak ada dibagian bawah penis tatapi
menumpuk dibagian punggung penis, testis tidak turun ke kantung
skrotum.
- palpasi abdomen untuk melihat distensi baldder atau pembesaran pada
ginjal
- kaji fungsi perkemihan
- adanya lekukan pada ujung penis
- melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
- terbukanya urethral pada ventral (hypospadia) atau dorsal (epispadia)
c. pemeriksaan penunjang
- uretroscopy dan cystoscopy
pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan organ-oragan seks interna
terbentuk secara normal
- excretory urography
pemeriksaan ini dilakuakan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas
congenital pada ginjal dan ureter
- pemeriksaan penunjang laain yang cukup berguna meskipun jarang
dilakukan adalah pemeriksaan adalah meperiksaan radiologis ulgrafi (IVP,
sistouretrografi) untuk menilai gambaran saluran kemih secara
keseluruhan dengan bantuan kontras. Pemeriksaan ini biasanya baru
dilkukan bila penderita mengeluh sulit berkemih. Selain itu juga dilkukan
pemriksaan USG untuk mengetahui keadaan ginjal.

10
B. ANALISA DATA
- Anak tidak bisa mengerahkan aliran urinenya
- Anak tidak dapat berkemih dengan posisi berdiri
- Meatus uretra terbuka

C. DIAGNOSA
- Nyeri berhungan dengan pembedahan
- Kurangnya pengetahuan orang tua berhungan dengan diagnosa, prosedur
pembedahan, dan perwatan setelah operasi
- Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan
- Risiko injury berhungan dengan pemsangan kateter atau pengangkatan
kateter
- Risiko infeksi berhungan dengan pemsangan kateter

D. INTERVENSI

NOC NIC
Level 1 : Domain : 4. Pengetahuan tentang Level 1 : Domain : 1. Perawatan yang
kesehatan & perilaku mendukung fungsi fisik
Outcomes yang menggambarkan sikap,
pemahaman, dan tindakan dengan Level 2 : kelas : E. Peningkatan kenyamanan
menghormati kesehtan dan penyakit. fisik
Intervensi untuk meningkatkan kenyamanan
Level 2 : Kelas : Q. Perilaku sehat dengan menggunakan teknik fisik
Outcomes yang menggambarkan tindakan
individu dalam meningkatkan atau Level 3 : intervensi : 1400. Manajemen nyeri
memperbaiki kesehatan.
Aktivitas :
Level 3 : outcomes : 1605. Kontrol nyeri 1. Kolaborasi dengan pasien, orang
Indikator : terdekat dan tim kesehtan lainya
1. Memonitor gejala dari waktu ke untuk memilih dan
waktu mengimplementasikan tindakan
2. Menggunakan tindakan pencegahan penurunan nyeri nonfarmakologi
3. Menggunakan tindakan (relaksasi nafas dalam), sesuai
pengurangan nyeri tanpa analgesik kebutuhan.
(relaksasi nafas dalam) 2. Gunakan tindakan pengeontrol nyeri
4. Melaporkan perubahan gejala nyeri sebelum nyeri bertambah berat
pada profesional kesehtan 3. Evaluasi keefektifa dari tindakan
pengontrol nyeri yang dipakai selama
pengkajian nyeri dilakukan
4. Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrol nyeri berdasarkan respon
pasien
5. Dukung isirahat/ tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri.

11
BAB IV
STANDAR OPERASIONAL

No. Aspek Prosedur Kajian Prosedur Pelaksanaan melatih nafas


Pelaksanaan melatih dalam
nafas dalam
1. Alat dan Bahan a. kertas tissue
b. sarung tangan
c. disinfektan
d. bengkok
e. sputum pot berisi disinfektan
f. air minum hangat
g. perlak/alas

2. Tujuan a. Membebaskan jalan nafas dari


akumulasi sektret
b. Mengeluarkan sputum untuk
pemeriksaan diagsnostik
c. Mengurangi sesak nafas akibat
akumulasi secret

3. Persiapan Pasien a. Memberikan salam terapiotik dan sapa


nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan atau
kesiapan pasien

a.Prosedur Pelaksanaan a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan


b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
pada pasien
c. Atur posisi nyaman bagi pasien dengan
posisi setengah duduk,miring di tempat
tidur
d. Merilekskan otot abdominal
e. Meminta pasien meletakan satu tangan di
dada dan satu lagi di abdomen tepat di
bawah tulang iga
f. Melatih pasien melakukan

12
nafasperut(menarik nafas dalam melalui
hidung hingga tiga hitungan,dengan
mulut tetap tertutup)
g. Kemudian anjurkan pasien
menghembuskan nafas malalui mulut
dengan bentuk bibir seperti orang meniup
(purse lips breating)
h. Memasang perlak/alas dan bengkok
(dipangkuan pasien bila duduk atau
didekat mulut pasien bila tidur miring)
i. Meminta pasien untuk melakukan nafas
dalam 2 kali,yang ke-3 : inspirasi,tahan
nafas dan batuk kan dengan kuat
j. Menapung sekret di dalam sputum pot
k. Memberikan air minum hangat
l. Merapikan pasien
m. Melakukan evaluasi tindakan
n. Berpamitan dengan pasien
o. Mencuci tangan
p. Mencatat kegiatan dalam lebar catatan
lebar keperawatan

13
14
BAB V
SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN

Hipospadia terjadi pada 1 dari dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan
merupakan anormali penis yang paling sering. Perkembangan uretra in uretro di mulai
usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu. Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan
uretra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi
funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan lipatan uretra
yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan digaris tengah lipatan uretra tidak
lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral penis. Ada berbagai derajat
kelaianan letak ini seperti pada glandular (letak meatus yang salah pada glands),
korona(pada sulkus korona), penis(disepanjang batang penis), penosprotal(pada
pertemuan ventra penis dan skrotum), dan perineal(pada perineum). Prepusium tidak
ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutupi sisi dorsal glands. Pita
jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan
kuvatura (lengkungan) ventral dari penis
Epispadia adalah suatu anomalikongenital yaitu meatus uretra terletak pada
permukaan dorsal penis. Insiden eopispadia yang lengkap sekitar 1 dalam 120.000
laki-laki. Keadaan ini biasanya tidak terjadi sendirian, tetapi juga disertai anomali
saluran kemih. Inkontinensiaurine timbul pada epispadia penopubis (95%) dan penis
(75%) karena perkembangan yang salah dari spingter urinarius. Perbaikan dengan
pembedahan dilakukan untuk memperbaiki inkontinensia, memperluas uretra ke
glands. Prepusium digunakan dalam proses rekonstruksi, sehingga bayi baru lahir
dengan epispadia tidak boleh di sirkumsisi. Pada epispadia, meatus uretra tidak
meluas ke ujung penis karena tidak adanya dinding dorsal uretra. Pada kedua keadaan
tersebut, derajat rekonstruksi uretra yang dibutuhkan bergantung pada letak lubang
uretra di batang penis. Rekonstruksi uretra dapat dilakukan dengan menggunakan
selubung kulit yang di tanam, flap kulit, atau tandar bebas. Selama penyembuhan urin
biasanya di alihkan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Gejala Klinis
4. Patofisiologi
5. Bagan WOC
6. Komplikasi

15
7. Upaya Pencegahan

a. Perbaiki gizi ibu saat kehamilan


b. Hindari pemakaian obat saat ibu hamil
c. Penuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil
d. Hindari trauma pada ibu saat kehamilan

8. Upaya Pengobatan dan Perawatan

Pada kasus epispadia dan hipospadia, dokter akan melakukan tindakan


berupa operasi rekonstruksi. Operasi tersebut dilakukan untuk mengembalikan
bentuk penis seperti pada umumnya. Operasi dilakukan juga agar penis dapat
tumbuh dengan normal.
Terdapat berbagai metode operasi rekonstruksi mulai dari yang satu
tahap hingga dua tahap. Tindakan operasi ini dianjurkan pada anak usia
prasekolah agar tidak mengganggu kegiatan belajar pada saat operasi.

B. Materi Penyuluhan
C. Leaflet
D. Daftar pustaka

BAB III SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Penyakit Hypospadia dan Epispadia


Waktu pertemuan : 20.00 s.d 21.00 WIB (60 Menit)
Hari/ Tanggal : Selasa/ 5 Januari 2019
Sasaran : Masyarakat Salayo, Kabupaten Solok

A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan selam 1 X 45 menit masyarakat dapat
memahami tentang penyakit Hypospadia dan Epispadia.
2. Tujuan instruksional khusus (TIK)
Setelah penyuluhan 1 X 45 menit, masyarakat mampu :
a. Menyebutkan pengertian hypospadia dan epispadia
b. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit hypospadia dan epispadia
c. Meneyebutkan penyebab penyakit hypospadia dan epispadia
d. Menyebutkan patofisologi hypospadia dan epispadia
e. Menyebutkan komplikasi penyakit hypospadia dan epispadia
f. Menyebutkan upaya pengobatan penyakit hypospadia dan epispadia
g. Menybutkan upaya perwatan penyakit hypospadia dan epispadia

16
B. Sub pokok bahasan
a. Menyebutkan pengertian hypospadia dan epispadia
b. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit hypospadia dan epispadia
c. Meneyebutkan penyebab penyakit hypospadia dan epispadia
d. Menyebutkan patofisologi hypospadia dan epispadia
e. Menyebutkan komplikasi penyakit hypospadia dan epispadia
f. Menyebutkan upaya pengobatan penyakit hypospadia dan epispadia
g. Menybutkan upaya perwatan penyakit hypospadia dan epispadia

C. Kegiatan penyuluhan

NO KEGIATAN KEGIATAN WAKTU


PENYULUH PESERTA
1. Pembukaan:
 Mengucapkan  Menjawab salam
salam
 Memperkenalkan  Mendengarkan
diri 5 menit
 Menjelaskan tema  Mendengarkan
penyuluhan
 Menjelaskan tujuan  mendengarkan
penyukuhan

2. Pelaksanaan :
 mengali  mengemukakan
pengetahuan pendapat
mahasiswa tentang
penyakit
hypospadia dan  mendengarkan
epispadia
 menjelaskan
tentang pengertian  mendengarkan
penyakit
hypospadia dan  mendengarkan
epispadia 45 menit
 menjelaskan  mendengarkan
tentang tanda dan
gejala hypospadia
dan epispadia
 menjelaskan  mendengarkan
penyebab
hypospadia dan
epispadia
 menjelaskan  mendengarkan
patofisiologi
penyakit
hypospadia dan
epispadia

17
 menjelaskan  mendengarkan
komplikasi
penyakit
hypospadia dan
epispadia
 memberikan  mengajukan
kesempatan untuk pertanyaan
bertanya
 memberi  menjawab
kesempatan peserta pertanyaan
lain untuk
menjawab
 menjawab  mendengarkan
pertanyaan

3. Penutup :
 menyimpulkan  mendengarkan
 mengucapkan  menjawab salam 10 menit
salam 10 e
n
i
t

D. Metode
Presentasi dan diskusi

E. Media/alat bantu
Labtop dan LCD

F. Setting tempat

18
Keterangan :

= penyaji

= penguji

= observator

= peserta perempuan

= peserta laki-laki

G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Moderator : Yuli Kurniati
Tugas : mengkoordinir jalan penyuluhannya
2. Presentator : Yessi Chania
Tugas : menyampaikan materi
3. Notulen/observer : Puja Oktafia
Tugas : mencatat setiap pertanyaan dan jawaban saat penyuluhan
4. Fasilitator : Silsi Dwi Wahyuni
Tugas : penyadia sarana dan prasarana selama penyuluhan

BAB IV LAPORAN HASIL KEGIATAN PENYULUHAN

A. Persiapan
Sebelum kegiatan dilakukan maka semua tempat dan peralatan dipersiapkan
terlebih dahulu. Kemudia mengadakan kontrak dengan masyarakat berkaitan dengan
tempat dan waktu akan dilaksanakannya penyuluhan. Sedangkan materi penyuluhan
sudah di persiapkan sebelum kegiatan dengan menggunakan laptop, infocus, dan LCD
yang akan diberikan sesudah diberikan kegiatan penyuluhan.

B. Pelaksanaan
1. Mengkonfirmasi kembali waktu pelaksanaan
2. Kegitan dimulai pada pukuk 20.00 WIB
3. Penyuluhan berlansung selama 60 menit yang disertai tanya jawab
4. Penyuluhan ditutup yang diawalai dengan evaluasi sekaligus kesimpulan
5. Peserta yang ikut adalah masyarakat salayo, kabupaten solok

19
C. Evaluasi
1. Struktur
a. Tempat pelaksanaan kegitan tersedia
b. Media dan alat tersedia
c. Peserta hadir pukul 19.45 WIB, acara dimulai pukul 20.00 WIB
d. Pelaksanaan berjalan sesuai dengan perencanaan kegiatan

2. Susunan anggota
a. Penyaji : Yessi Chania
b. Moderator : Yuli Kurniati
c. Observator : Puja Oktafia
d. Dokumentasi : Trisna Afdi Putri Y
e. Fasilitator : Silsi Dwi Wahyuni

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan
Hipospadia terjadi pada 1 dari dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan
merupakan anormali penis yang paling sering. Perkembangan uretra in uretro di mulai
usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu. Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan
uretra sepanjang permukaan ventral penis. Pada kasus ini gejala yang timbul adalah
lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
Penis melengkung ke bawah, penis tampak berkerudung karena adanya kelainan pada
kulit depan penis, jika berkemih anak harus duduk.

2. Evaluasi
Masyarakat mampu :
a. Menyebutkan pengertian hypospadia dan epispadia
b. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit hypospadia dan epispadia
c. Meneyebutkan penyebab penyakit hypospadia dan epispadia
d. Menyebutkan patofisologi hypospadia dan epispadia
e. Menyebutkan komplikasi penyakit hypospadia dan epispadia
f. Menyebutkan upaya pengobatan penyakit hypospadia dan epispadia
g. Menybutkan upaya perwatan penyakit hypospadia dan epispadia

3. Saran
Semoga penyuluhan ini dapat bermanfaat bagi pendengar dan peyaji
khususnya dalam menerapakan ilmu keparawatan dalam prakteknya dilapngan kelak.
Penyaji menyadari bahwa penyuluhan ini jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran
yang membangun dari penyuluhan ini kami demi perbaikan tugas kedepannya.

20
21
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipospadia terjadi pada 1 dari dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan
merupakan anormali penis yang paling sering. Perkembangan uretra in uretro di mulai
usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu. Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan
uretra sepanjang permukaan ventral penis. Pada kasus ini gejala yang timbul adalah
lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
Penis melengkung ke bawah, penis tampak berkerudung karena adanya kelainan pada
kulit depan penis, jika berkemih anak harus duduk.

B. SARAN
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
membutuhkan informasi tentang kasus hipospadia dan epispadia ini. Sehingga kasus
ini dapat dicegah sedini mungkin dan diatasi dengan benar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi Dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keprawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika.

Krisna, Daniel Mahendra, Dkk. 2017. Jurnal Hipospadia: Bagaimana Karakteristiknya Di


Indonesia. Volume 02.

Sue, Moorhead. Dkk. 2016. NOC. Singapore: Elsevier.

Bulechek, Gloria M Dkk. 2016. NOC. Singapore: Elsevier.

23

Anda mungkin juga menyukai