Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BERAT BADAN LAHIR


RENDAH DAN HIPERBILIRUBIN

DOSEN PEMBIMBING: Ns. ZULHARMASWITA, Sp. Kep An

Oleh
KELOMPOK 1:
1. SRI YULIA MUSTISA
2. TRI SUDARI

POLTEKKES KEMENKES PADANG


PRODI D III KEPERAWATAN SOLOK
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena masih
dilimpahi rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
asuhan keperawatan anak dengan berat badan lahir rendah dan hiperbilirubin ini sebagai
tugas dalam mata kuliah keperawatan anak.
Melalui penyusunan tugas ini diharapkan kita sebagai mahasiswa yang mengambil
mata kuliah keperawatan anak mempunyai bahan rujukan sebagai bahan acuan dalam
perkuliahan. Selain itu, penyusunan tugas ini semoga dapat digunakan dan dimanfaatkan
oleh semua pihak yang memerlukannya khususnya penulis.
Dalam pengerjaan tugas ini penulis selaku penyusun telah berusaha sebaik
mungkin, namun penulis menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan, sehingga
dengan segala kerendahan hati, penulis sangat terbuka untuk menerima saran dan kritik
guna kebaikan dan kemajuan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
penyusunan tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami selaku penyusun dan
umumnya bagi semua pihak yang telah membaca tugas mengenai asuhan keperawatan
anak dengan berat badan lahir rendah dan hiperbilirubin ini. Selain itu, dengan adanya
makalah ini penulis berharap dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam mata kuliah
keperawatan anak.

Solok, Februari 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Perumusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Sifat dan bahaya
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiologi
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan
B. Askep Teoritis
1. Pengkajian Teoritis
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.
Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi
kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang,
yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan.

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi,
maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003.
Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan
dengan negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran
bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan
7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi ( depkes RI 2005).

Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta kematian
neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian
adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan
terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir
semua terjadi di negara berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bayi berat badan lahir rendah?
2. Apa etiologi bayi berat badan lahir rendah?
3. Apa manifestasi klinis bayi berat badan lahir rendah?
4. Apa patofisiologi bayi berat badan lahir rendah
5. Apa pemeriksaan penunjang bayi berat badan lahir rendah
6. Apa web of caution bayi berat badan lahir rendah?
7. Apa asuhan keperawatan bayi berat badan lahir rendah?

C. Tujuan Perumusan
1. Untuk mengetahui pengertian bayi berat badan lahir rendah
2. Untuk mengetahui etiologi bayi berat badan lahir rendah
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis bayi berat badan lahir rendah
4. Untuk mengetahui patofisiologi bayi berat badan lahir rendah
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bayi berat badan lahir rendah
6. Untuk mengetahui web of caution bayi berat badan lahir rendah
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan bayi berat badan lahir rendah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi bblr dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu :

a. Prematuritas murni

Yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan

b. Dismaturitas

Yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi
yang kecil untuk masa kehamilannya.

2. Etiologi
Penyebab bayi lahir prematur :
a. Faktor Ibu
a) Faktor penyakit: (toksemia gravidarum, trauma fisik,dm,infeksi akut,
psikologis)
b) Umur: umur ibu dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dan pada multigravida
Jarak kelahian terlalu dekat.
c) Social ekonomi : Malnutrisi dan antenatal yang kurang
b. Faktor janin
Hydroamnion, Kehamilan multiple/ganda

Penyebab bayi lahir dismature :


a. Faktor ibu
a) penyakit jantung, penyakit ginjal kronis, hipertensi
b) Ibu DM berat
c) Hipoksia ibu (penyakit paru kronis, hemoglobinopat, tinggal di pegunungan)
d) Malnutrisi
e) Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )

b. Faktor uterus dan plasentak: kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat yang tidak
normal, sebagian plasenta lepas, infark plasenta.
c. Faktor janin: kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi dalam kandungan.
d. Faktor sosial ekonomi

3. Manifestasi Klinis

a.Pembesaran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan


b.Pergerakan janin yang lebih lambat walaupun kehamilan agak berlanjut
c.Pertambahan berat badan ibu lambat
d.Sering terjadi perdarahan antepartum
e.Bayi lahir prematur
f. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin

4. Patofisiologi
Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu,
faktor janin, dan faktor lingkungan. Hal tersebut dapat menyebabkan bayi lahir prematur
atau dismatur dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi,
maka bayi dituntut untuk beradaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum organ dalam
tubuhnya berkembang secara optimal.
Semakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya yaitu menurunnya simpanan
zat gizi, meningkatnya kkal untuk bertumbuh,.

5. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan skor ballard
 Tes darah dan glukosa darah
 Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
 USG kepala
 Elektrolit darah
 Tes kocok/ shake test

6. Web Of Caution
PERBAIKAN:

7. Prinsip perawatan BBLR

Yaitu Developmental Care

1. Mengurangi Stimulasi
2. Memberikan Suplemen Stimulasi
3. Memberikan Contingen Care
4. Menghilangkan ketidaksesuaian stimulus

Developmental Care
Asuhan perkembangan ad.segala bentuk upaya yg dilakukan dlm rangka
meminimalkan stressor yang ditimbulkan lingkungan internal dan eksternal, serta
memfasilitasi lingkungan u. Mampu memberikan dukungan kpd kapasitas fungsional bayi
dalam beradaptasi terhadap lingkungan luar.

Pemberian asuhan perkembangan pada bayi dengan IUGR, RCT menggunakan 2


kelompok yakni kelompok intervensi DC kontrol dg perawatan biasa. Pada BBLR 30
minggu, (-) kel. kongenital, menggunakan ventilasi mekanik dalam 3 jam selama 3 hari,
Hasil: terdapat peningkatan yang sangat signifikan terhadap perkembangan otak dan neuro
developomental ( p<0,001)
8. Asuhan Keperawatan Teoritis

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Tanggal pengkajian : 03 Februari 2019


Tanggal masuk : 03 Februari 2019
Ruangan : Perinatologi
Diagnosa medis : Berat Badan Lahir Rendah

B. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien

Nama : By R

Tempat/tanggal lahir : Solok, 02 Februari 2019

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Umur :1 hari

Alamat : Solok

Diagnosa Medis : Berat Badan Lahir Rendah

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. D

Umur : 37 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hubungan : Ibu

Alamat : Solok
c. Riwayat keperawatan sekarang

Keluhan utama: bayi lahir prematur dengan bblr 2000 gram

d. Riwayat keperawatan sebelumnya


a) Prenatal: ibu eklamsi
b) Natal: Lahir melalui sectio caesaria
c) Post natal:
Bb: 2000 gram
Pb: 48 cm
Lk: 32 cm
Lla: 12 cm
e. Pola kesehatan
a) Nutrisi: Asi 12x25 cc
b) Eliminasi: Bab/bak biasa
c) Istirahat/tidur: Cukup (18 jam sehari)
d) Aktivitas/latihan: Lemah
f. Pemeriksaan fisik
a) Mata : Mengeluarkan sekret banyak, terutama mata kiri, berkedip
bila terpapar cahaya.
b) Telinga : Reflek terkejut positif.
c) Hidung : Dapat bersin
d) Mulut : Mukosa kering.
e) Tenggorokan : Tidak ada kelainan.
f) Leher : Tidak ada kelainan.
g) Dada : LD= 30 cm.
h) Genitalia : Jenis kelamin Perempuan
i) Ekstremitas : Gerak lemah
C. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit Nutrisi

Defisit nutrisi
Kategori : fisiologis
Subkategori : nutrisi dan cairan
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi
6. Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan)

Gejala dan tanda mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Gejala dan tanda minor


Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
b.Risiko Infeksi
RISIKO INFEKSI
Kategori : lingkungan
Subkategori : keamanan dan proteksi
Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

Faktor risiko
1. Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahana tubuh primer
1) Gangguan peristaltik
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi Ph
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
3.Intervensi Keperawatan

a. Defisit Nutrisi
NO NOC NIC
1. Level 1 Level 1
Domain II Kesehatan Fisiologi Domain I Fisiologis dasar
Outcomes yang menggambarkan Perawatan yang mendukung fungsi fisik
fungsi organ
Level 2
Level 2
Kelas IV Dukungan nutrisi
Kelas 7 Pencernaan dan nutrisi
Intervensi-intervensi untuk
Outcomes yang menggambarkan pola memodifikasi atau mempertahankan
pencernaan dan nutrisi individu status nutrisi
Level 3 Level 3
Outcomes 1020 Status nutrisi bayi Intervensi 1120 Terapi nutrisi
Defenisi: Jumlah nutrisi dicerna dan Defenisi: Pemberian makanan dan
diserap untuk memenuhi kebutuhan cairan untuk membantu proses
metabolisme serta meningkatkan metabolik pada pasien malnutrisi atau
pertumbuhan bayi pasien yang beresiko tinggi mengalami
malnutrisi
Indikator:
Aktivitas-aktivitas:
1.Intake nutrisi
1.Monitor intake makanan/cairan dan
2.Intake makanan lewat mulut
hitung masukan kalori perhari sesuai
3.Toleransi makanan kebutuhan

4.Intake kalori 2.Sediakan pasien makanan dan


minuman bernutrisi yang tinggi
5.Intake protein protein,kalori, sesuai kebutuhan
6.Intake karbohidrat 3.Berikan nutrisi enteral
7.Intake lemak 4.Motivasi klien untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman yang tinggi
kalium sesuai kebutuhan

b. Risiko Infeksi
NO NOC NIC
2. Level 1 Level 1
Domain II Kesehatan Fisiologi Domain IV Keamanan
Outcomes yang menggambarkan Perawatan yang mendukung perlindungan
fungsi organ terhadap ancaman
Level 2 Level 2
Kelas IV Respon imun Kelas II Manajemen risiko
Outcomes yang menggambarkan Intervensi intervensi yang dilakukan untuk
reaksi fisiologis individu terhadap menurunkan risiko dan memantau risiko
zat asing atau diinterpretasikan yang ada secara terus menerus sepanjang
oleh tubuh sebagai benda asing waktu
Level 3 Level 3
Outcomes 0708 Keparahan infeksi Intervensi 6540 Kontrol infeksi
baru lahir
Defenisi: Meminimalkan penerimaan dan
Defenisi: Keparahan tanda dan transmisi agen infeksi
gejala infeksi selama 28 hari
Aktivitas aktivitas:
kehidupan pertama
1.Ganti peralatan perawatan per pasien
Indikator:
2.Batasi jumlah pengunjung
1.Ketidakstabilan suhu
3.Ajarkan cara cuci tangan
2.Wajah pucat
4.Anjurkan pasien mengenai teknik
3.Muntah
mencuci tangan dengan tepat
4.Gelisah
5.Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
5.Menangis kuat digunakan untuk setiap pasien
6.Kulit kemerahan 6.Anjurkan pasien untuk meminum
antibiotik
7.Diare
7. Gunakan sabun antimikroba
8.Kulit lembab dan dingin
4. Implementasi Keperawatan
a..Defisit Nutrisi

a) Monitor intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari sesuai


kebutuhan
b) Sediakan pasien makanan dan minuman bernutrisi yang tinggi protein,kalori, sesuai
kebutuhan
c) Berikan nutrisi enteral
d) Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang tinggi kalium
sesuai kebutuhan

2.Risiko Infeksi

a) Ganti peralatan perawatan per pasien


b) Batasi jumlah pengunjung
c) Ajarkan cara cuci tangan
d) Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat
e) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
f) Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik
g) Gunakan sabun antimikroba]

5. Evaluasi Keperawatan
1.Defisit Nutrisi

S: Ibu mengatakan anaknya menyusui dengan teratur

O: Berat badan meningkat

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

2.Risiko Infeksi
S: Klien tampak nyaman
O: Imunitasnya baik
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap ibu yang telah melahirkan menginginkan anaknya lahir dalam keadaan sehat dan
tidak ada kelainan- kelainan pada bayi tersebut. Tetapi keinginan tersebut tidak akan
diperoleh oleh setiap ibu. Karena sebagian kecil ada yang lahir dalam keadaan abnormal.
Misalnya anak lahir dengan BBLR, ikterus, hidrosefalus, dan kelainan-kelainan lainnya.
Hal ini di sebabkan oleh banyak faktor pencetusnya, seperti kurang teraturnya antenatal
care ibu saat hamil, asupan gizi yang kurang baik pada ibu maupun pada janin yang di
kandung, atau penyakit yang diturunkan oleh ibu sendiri.

Kemudian kurangnya pengetahuan ibu untuk mengenali tanda-tanda kelainan yang


mungkin timbul pada bayi baru lahir. Seperti bayi dengan hiperbilirubin, dimana
kebanyakan ibu membawa bayinya ke Rumah Sakit dalam derajat yang tinggi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa ikterik itu terjadinya dimulai dari wajah. Di sini jelas
bahwa kurangnya pengetahuan ibu atau orang tua tentang hiperbilirubin tersebut,
kemudian kurangnya memperoleh pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1.Apa pengertian hiperbilirubin?

2.Apa etiologi hiperbilirubin?

3.Apa manifestasi klinis hiperbilirubin?

4.Apa patofisiologi hiperbilirubin?

5.Apa pemeriksaan penunjang hiperbilirubin?

6.Apa komplikasi hiperbilirubin?

7. Apa web of caution hiperbilirubin?

8.Apa asuhan keperawatan hiperbilirubin?


C. Tujuan Perumusan

1.Untuk mengetahui pengertian hiperbilirubin

2.Untuk mengetahui etiologi hiperbilirubin

3.Untuk mengetahui manifestasi klinis hiperbilirubin

4.Untuk mengetahui patofisiologi hiperbilirubin

5.Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hiperbilirubin

6.Untuk mengetahui komplikasi hiperbilirubin

7.Untuk mengetahui web of caution hiperbilirubin

8.Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiperbilirubin


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian

Hiperbilirubin merupakan kondisi ketika neonatus mengalami peningkatan


pemecahan sel darah merah yang melepas bilirubin. Hiperbilirubin ada 2 jenis :

a. Hiperbilirubin indirek
Yaitu sementara fisiologis atau ikterus menyusui.
b. Hiperbilirubin direk
Yaitu obstruksi empedu, kelainan metabolik dan sindrom hepatitis neonatal.

PERBAIKAN:

Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar


deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasar umur bayi atau besar dari persentil
90.

Ikterus neonatorum merupakan keadaan klinis yang ditandai oleh pewarnaan


ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang besar, klinis
akan tampak bila bilirubin darah 5-7mg/dl
2. Etiologi

Penyebab hiperbilirubin :
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
a. Inkompatibilitas darah rh, abo atau golongan lain
b. Infeksi intra uterin (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang-kadang bakteri)
c. Kadang-kadang disebabkan oleh defesiensi G-6-PD
2. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
a. Biasanya ikterus fisiologis
b. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau rh.
c. Polisitemia
d. Hipoksia
e. Dehidrasi asidosis
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama hingga akhir minggu pertama
a. Biasanya karena infeksi
b. Pengaruh obat
c. Dehidrasi asidosis
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
a. Infeksi
b. Neonatal hepatitis
c. Galaktosemia

Penyebab secara umum :

a. Produksi yang berlebihan


b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
c. Gangguan transportasi
d. Gangguan dalam ekskresi
PERBAIKAN:
1. Etiologi hiperbilirubinemia pada bayi dapat ASI
a. Asupan cairan kurang: kelaparan, frekuensi menyusu kurang, kehilangan berat
badan atau dehidrasi

b. Hambatan eksresi bilirubin hepatik: pregnandiol, lipase free fatty acids, unidentified
inhibitor

c. Intestinal reabsorption of Bil : pasase mekonium terlambat, pembentukan urobilin


bakteri B glukorinidase

2. Penyebab neonatal hiperbilirubin indirek


a. Peningkatan produksi bilirubin: inkomtabilitas darah fetomaternal (rh, abo)
b. Peningkatan penghancuran Hb: Defisiensi G6PD, galaktosemia, Perdarahan
tertutup (sefalhaematom, memar) sepsis
c. Peningkatan jumlah hemoglobin: Polisitemia (twin-to-twin tranfustion, SGA),
Keterlambatan klem tali pusat, Meconium plug syndrome, Puasa atau
keterlambatan minum, Ateresia atau stenosis intestinal
3. Sifat dan Bahaya Hiperbilirubin

a. Bilirubin inndirek

Mudah larut dalam lemak, bila kadar tinggi, tidak terikat albumin, sawar darah otak
rusak- melalui sawar darah-otak -terikat sel otak- kerniktrius

b. Bilirubin direk

Larut dalam air, bila ada atresia atau obstruksi di duktus biliaris- bertumpuk
dalam hati- serosis hepatis.

4. Manifestasi Klinis
a. Ikterus pertama kali dapat dilihat pada daerah kepala dan batang tubuh dan
berkembang kebagian bawah
b. Ikterus dapat dilihat pada sklera, kulit dan membran mukosa
c. Urin menjadi berwarna emas gelap sampai berwarna coklat
d. Kadar bilirubin menurun setelah 5 hari dan biasanya berada dalam batas normal
pada hari ke 10 kehidupan
5. Patofisiologi
Hiperbilirubinemia neonatal atau ikterus fisiologis suatu kadar bilirubin serum total
yang lebih dari 5 mg/dl disebabkan oleh predisposisi neonatal untuk memproduksi
bilirubin dan keterbatasan kemampuan untuk mengekskresikannya. Dari defenisinya tidak
ada ketidak normalan lain atau proses patologis yang mengakibatkan ikterus. Warna
kuning pada kulit dan membran mukosa adalah karena deposisi pigmen bilirubin tak
terkonjugasi. Pada neonatus, sel darah merah mengalami pergantian yang lebih tinggi dan
waktu hidup yang lebih pendek, yang meningkatkann kecepatan produksi bilirubin lebih
tinggi.

Bilirubin tak terkonjugasi atau indirek bersifat larut lemak dan mengikat albumin
plasma. Bilirubin kemudian diterima oleh hati, tempat konjugasinya. Bilirubin terkonjugasi
atau direk diekskresikan dalam bentuk empedu kedalam usus. Didalam usus, bakteri
mengubah bilirubin terkonjugasi menjadi urobilinogen. Mayoritas urobilinogen yang
sangat mampu larut diekskresikan kembali oleh hepar dan dieleminasikan kedalam feses,
ginjal mengekskresikan 5 % urobilinogen.

Peningkatan kerusakan sel darah merah dan ketidak matangan hepar tidak hanya
menambah peniangkatan kadar bilirubin, tetapi bakteri usus lain dapat mendekonjugasi
bilirubin, yang memungkinkannya direabsorbsi kedalam sirkulasi dan selanjutnya
meningkatkan kadar bilirubin.

6. Pemeriksaan penunjang
a. Hitung darah lengkap
b. Uji fungsi hati
c. Jenis darah
d. Tes coombs untu menentukan penyebabnya
e. Kadar bilirubin indirek

PERBAIKAN:
a. Pemeriksaan untuk ikterus patologik
a) Riwayat kehamilan dan persalinan: Adanya riwayat inkompabilitas, penyakit ibu
selama hamil, trauma lahir, asfiksia, penundaan makanan/pemberian ASI
b) Pemeriksaan fisik
c) Prematuritas
d) KMK: polisitemia
e) Trauma lahir
f) Pucat : hemolisis
g) Peteki
h) Hepatosplenomegali
i) sepsis
j) Pemeriksaan laboratorium:

- Bilirubin serum total dan direk/indirek

- Golongan darah dan rhesus ibu dan bayi

- Uji coombs

- Hematokrit

- Hapusan darah tepi

- Skreening sepsis

- Fungsi hati dan tiroid untuk ikterus lanjut

7. Penatalaksanaan
Pencegahan hiperbilirubinemia
a. Pemberian makanan lebih dini dan adekuat
b. Penurunan kadar bilirubin terapi sinar dan tranfusi tukar

Terapi Sinar Intensif


a. Sumber cahaya : cahaya alami siang hari, cahaya putih, cahaya biru, neon fuoresen
biru khusus, lampu halogen, selimut serabut optik, dioda yang memancarkan
cahaya galium nitrida

b. Perhatikan hidrasi

c. Dengan terapi sinar intensif, penurunan awal dapat mencapai 0,5 sampai 1,0 mg/dl
pada sampai 8 jam pertama kemudian menjadi lambat

d. Dengan terapi sinar standar, penurunan yang diharapkan adalah 6% sampai 20%
dari kadar bilirubin awal pada 24 jam pertama

Terapi Sinar Standar

a. Letakkan bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu dengan jarak 45 cm


b. Tutup mata

c. Setiap 2 jam bayi disusui

d. Ubah posisi bayi setiap selesai menyusui

e. Ukur suhu setiap hari

f. Timbang berat badan bayi

g. Periksa kadar bilirubin dalam 12 jam

h. Hentikan bila kadar < 10 mg/dl

Transfusi Tukar

a. Pilihan darah untuk tranfusi tukar

b. inkompabilitas ABO (darah gol O + ve dalam plasma AB)

c. Isoimunisasi rhesus ( darah gol O – ve atau darah golongan bayi yang rhesus
negatif
B. Asuhan Keperawatan Teoritis

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIPERBILIRUBIN

Tanggal pengkajian : 04 Februari 2019


Tanggal masuk : 04 Februari 2019
Ruangan : Perinatologi
Diagnosa medis : Hiperbilirubin

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien

Nama : By N

Tempat/tanggal lahir : Solok, 03 Februari 2019

Jenis Kelamin : Laki laki

Agama : Islam

Umur : 1hari

Alamat : Solok

Diagnosa Medis : Hiperbilirubin

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. S

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hubungan : Ibu

Alamat : Solok

c. Riwayat Kesehatan

Keluhan: badan bayi berwarna kuning

Keluhan saat dikaji: Bayi dalam keadaan lemah, tampak kuning dipermukaan tubuh
d. Riwayat persalinan

Bblr: 2600 gram

Pb: 49 cm

Lk: 34 cm

Lila: 12 cm

e. Pola kesehatan

Nutrisi: asi 310 cc/jam

Eliminasi: Bab/bak lancar

Aktivitas: Segala kebutuhan dipenuhi ortu dan perawat

Istirahat/tidur: Cukup

2.Diagnosa Keperawatan

a. Risiko Ketidakseimbangan Cairan

RISIKO KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN


Kategori : fisiologis
Subkategori : nutrisi/cairan

Definisi
Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dan
intravaskuler, interstisial dan intraselular.

Faktor risiko
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pankreas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar
9. Disfingsi intestinal

b.Risiko gangguan integritas kulit/jaringan

gangguan integritas kulit/jaringan


Kategori : lingkungan
Subkategori : keamanan dan proteksi

Definisi
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea,
fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).

Penyebab
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kekurangan/kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrem
7. Faktor mekanis (mis. Penekana pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8. Efek samping terapi radiasi
9. Kelembaban
10. Prosedur penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubahan hormonal
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas
jaringan.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

Gejala dan tanda minor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematuma

3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko ketidakseimbangan cairan

NO NOC NIC
1. Level 1 Level 1
Domain II Kesehatan fisiologis Domain II Fisiologis kompleks
Outcomes yang menggambarkan Perawatan yang mendukung regulasi
fungsi organ homeostasis
Level 2 Level 2
Kelas III Cairan dan elektrolit Kelas VIII Manajemen perfusi jaringan
Outcomes yang menggambarkan Intervensi intervensi untuk
status cairan dan elektrolit individu mengoptimalkan sirkulasi darah dan
cairan ke dalam jaringan
Level 3
Level 3
Outcomes 0601 Keseimbangan
cairan Intervensi 4120 Manajemen cairan
Defenisi: Keseimbangan cairan di Defenisi: Meningkatkan keseimbangan
dalam ruang intraselular dan cairan dan pencegahan komplikasi yang
ekstraselular tubuh dihasilkan dari tingkat cairan tida
normal atau tidak diinginkan
Indikator:
Aktivitas aktivitas:
1.Keseimbangan intake dan output
dalam 24 jam 1.Berikan cairan dengan tepat
2.Berat badan stabil 2.Tingkatan asupan oral
3.Kelembapan membran mukosa 3.Berikan diuretik yang diresepkan
4.Turgor kulit
5.Serum elektrolit

b.Risiko gangguan integritas kulit/jaringan

NO NOC NIC
2. Level 1 Level 1
Domain II Kesehatan fisiologi Domain II Fisiologis kompleks
Outcomes yang menggambarkan Perawatan yang mendukung regulasi
fungsi organ homeostasis
Level 2 Level 2
Kelas IX Integritas jarinagn Kelas VI Manajemen kulit/luka
Outcomes yang menggambarkan Intervensi intervensi untuk
kondisi dan fungsi jaringan tubuh mempertahankan atau mengembalikan
individu integritas jaringan
Level 3 Level 3
Outcomes 1101 Integritas jaringan: Intervensi 3590 Pengecekan kulit
kulit dan membran mukosa
Defenisi: Pengumpulan dan analisis
Defenisi: Keutuhan struktur dan data pasien untuk menjaga kulit dan
fungsi fisiologis ku;it dan selaput integritas membran mukosa
lendir secara normal
Aktivitas aktivitas:
Indikator:
1.Monitor kulit adanya kekeringan yang
1.Suhu kulit berlebihan dan kelembapan
2.Keringat 2.Amati warna, kehangatan, dan suhu
kulit
3.Tekstur
3.Monitor infeksi terutama dari daerah
edema
4.Ajarkan anggota keluarga pemberi
asuhan mengenai tanda tanda kerusakan
kulit dengan tepat
4. Implementasi Keperawatan
a.Risiko Ketidakseimbangan Cairan

a) Berikan cairan dengan tepat


b) Tingkatan asupan oral
c) Berikan diuretik yang diresepkan

b.Risiko gangguan integritas kulit/jaringan

a) Monitor kulit adanya kekeringan yang berlebihan dan kelembapan


b) Amati warna, kehangatan, dan suhu kulit
c) Monitor infeksi terutama dari daerah edema
d) Ajarkan anggota keluarga pemberi asuhan mengenai tanda tanda kerusakan kulit
dengan tepat
5. Evaluasi Keperawatan

a. Risiko Ketidakseimbangan Cairan

S: Ibu klien mengatakan suhu tubuh anak berkurang

O: Membran mukosa lembab, suhu normal

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

b.Risiko gangguan integritas kulit/jaringan


S: Ibu klien mengatakan kulit anak sudah normal
O: Kulit tidak terlihat kuning
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

Sedangkan hiperbilirubin merupakan kondisi ketika neonatus mengalami


peningkatan pemecahan sel darah merah yang melepas bilirubin.

B. Saran

Saran untuk penulisan makalah berikutnya agar sumber jurnal dan e-book lebih
diperbanyak lagi agar cakupan isi makalah lebih valid.

Anda mungkin juga menyukai