Anda di halaman 1dari 48

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

MATA KULIAH : Metodologi Penelitian


HARI/TANGGAL : Sabtu, 16 November 2019
WAKTU : 16.00 – 18.30
KELAS : B2
DOSEN PENGUJI : Dra. Suprihatin, MSi.
NAMA MAHASISWA : Viktoriana Trivoni Parung
NM : 195401426040

Kerjakan soal berikut ini dengan ringkas, jelas dan benar!

Buatlah suatu ide proposal penelitian yang meliputi :


a. Judul penelitian
b. Latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian
c. Kerangka teori
d. Kerangka konsep dan hipotesis
f. Metode penelitian
g. Daftar pustaka (ditulis dengan benar)

catatan : Jenis penelitian ini adalah analitik, dengan menggunakan desain cross-
sectional atau case-control.

JAWABAN :

Judul penelitian : Hubungan Pengetahuan Akseptor Tentang Alat Kontrasepsi

IUD Dengan Minat Pemakaian Kontrasepsi IUD Di Klinik

Pratama Denpasar.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan KB nasional dari tahun ke tahun telah mencapai sebuah

keberhasilan yang cukup memuaskan, hal ini dilihat dari peran serta masyarakat

yang cukup aktif. Keberhasilan ini belum sepenuhnya merata, dimana kegiatan

keluarga berencana masih sangat kurang dalam pemilihan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) salah satunya yaitu kontrasepsi IUD. Kurangnya peminat

kontrasepsi IUD disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah

pengetahuan yang masih kurang dan rasa takut yang muncul menggunakan alat

kontrasepsi IUD ini (Rezi, 2016).

Keluarga berencana di Indonesia telah menjadi salah satu cara yang efektif

untuk meningkatkan keluarga yang sejahtera, kesehatan keluarga yang baik, dan

keselamatan ibu dan anak. Pelayanan KB adalah salah satu media informasi

pendidikan, dan perencanaan yang akan dilakukan oleh pasangan keluarga agar

dapat merencankan kapan akan memiliki anak, berapa jumlah anak, berapa jarak

anak, serta usia anak diantara anak lainnya dan kapan akan berhenti mempunyai

anak (Kemenkes RI, 2014).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang

Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan

Sistem Informasi Keluarga Menyebutkan bahwa program keluarga brencana (KB)

adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak

reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang bererkualitas (Kementerian

Kesehatan RI, 2014)

Berdasarkan data Kemenkes RI, 2016 diketahui presentase seluruh KB di

Indonesia sebesar 13,46%. Angka ini lebih rendah dibandingkan capaian tahun

2014 yang sebesar 16,51%. Tiga provinsi yang memiliki presentase tertinggi yaitu

Maluku Utara sebesar 57,85%, DKI Jakarta sebesar 31.14% dan Maluku sebeasar

25,07%. Sedangkan presentae yang terendah terdapat di Provisi Bali sebesar

9,45%, Jawa Timur sebesar 10.8% dan Banten sebesar 11,12% (Kemenks RI,

2016).

Berdasarkan laporan umpan balik BKKBN, pencapain peserta KB di

Provinsi Bali pada bulan Agustus 2013 sebanyak 13.291 peserta yang terdiri dari

3.769 peserta IUD (28,36%), akseptor MOW sebanyak 1.093 (8,22%). Peserta

MOP sebanyak 90 (0,68%), 1.398 yang memakai kondom (10,52%), 1.119

meggunakan implant (8,42%), suntikan sebanyak 4.632 (34,85%) dan peserta kb

pil sebanyak 1.190 (8,95). Peserta kontrasepsi pada bulan agustus tahun 2013 di

provinsi Bali ini paling banyak diminati adalah nonmetode kontrasepsi jangka

panjang (non MKJP) seperti suntik, sedangkan metode jangka panjang seperti

IUD masih rendah dibandingkan dengan suntik (BKKBN, 2013). Bedasarkan data

Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2014 diketahusi terdapat 6.932.05 pasangan usia

subur (PUS), dimana kontrasepsi yang digunakan yaitu akseptor IUD sebesar

248.020 (42,7%), suntikan 219.947 (37,6%), Pil 55.792 (9,6%), MOW 21.753
(3,7%), kondom 21.174 (3,5%), implant 12.420 (2,1%), MOP 3.347 (0,6%)

(Dinkes Prov, Bali 2014).

Berdasarkan laporan wilayah Denpasar Timur akhir 2016 jumlah KB aktif

6292 akseptor dan KB baru berjumlah 901 akseptor. Peserta KB NON MKJP

berjumlah (497) akseptor, kondom (143) ,MKJP (404), suntik (314), implant (39),

pil (40), IUD 365, MOW (0) (Profil Kes. Denpasar Timur, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yudasmara dengan judul

“Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Tipe Cu T 380 A Sebagai Resiko

Anemia Defisiensi Besi Dan Lesi Serviks Tahun 2015” telah mengatakan bahwa

tali IUD dapat menimbulkan perlukaan pada porsio uteri sehingga menimbulkan

ketidaknyamanan dan kurangnya minat akseptor menggunakan IUD. Hal ini

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya minat akseptor IUD

(Yudasmara,2015).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Suaryani tentang “Pemasangan

Kontrasepsi Pasca Plasenta” tahun 2016, telah dilakukan cara pemasangan IUD

dengan pemasang pasca plasenta yang diharapkan dapat meningkatkan aksepor

IUD Di Provinsi Bali. Hasil penelitian yaitu 6.268 akseptor yang menggunakan

IUD pasca persalinan dengan yang tertinggi di kabupaten Karangasem (29,2%)

dan kota Denpasar hanya mendapat (4,4%). Sedangkan pelayanan IUD pasca

plasenta ini telah dilakukan di kota Denpasar sejak tahun 2012 yaiitu di

Puskesmas Pembantu Dauh Puri, RSUD Wangaya, Puskesmas I Denpasar Timur,

dan Puskesmas IV Denpasar Selatan (Suaryani. 2016.)


Berdasarkan data yan didapat dari bulan juni sampai agustus 2017 jumlah

jumlah aksepstor KB berjumlah 200 akseptor, yang terdiri dari IUD 20 akseptor,

Implant 16 akseptor, pil 14 akseptor, Kondom 38 akseptor, dan suntik 112

akseptor. Studi pendahuluan yang dilakukan di klinik Pratama Denpasar Timur

dilakukan kepada 15 akseptor yang berkunjung ke BPM pada bulan agustus

didapati berbagai alasan yang menyebabkan akseptor KB tidak ingin

menggunakan IUD diantaranya adalah 10 orang menjawab karena takut, dua

orang menjawab sering terjadi pendarahan dan tiga orang lagi mengatakan kurang

nyaman dalam berhubungan seksual.

Berdasarkan data yang telah didapat karena berkurangnya pengguna IUD

peneliti tertarik meneliti tentang “Bagaimana Hubungan Pengetahuan Akseptor

Tentang Alat Kontrasepsi IUD Dengan Minat Pemakaian Kontrasepsi IUD Di

Klinik Pratama Tahun 2019?”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan Akseptor

Tentang Alat Kontrasepsi IUD Dengan Minat Pemakaian Kontrasepsi IUD Di

Klinik Pratama Tahun 2019?”


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Akseptor Tentang Alat

Kontrasepsi IUD Dengan Minat Pemakaian Kontrasepsi IUD Di Klinik Pratama

Tahun 2019 “.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi IUD di

Klinik Pratama Tahun 2019.

b. Mengidentifikasi minat akseptor tentang kontrasepsi IUD di Klinik Pratama

Tahun 2019.

c. Menganalisa hubungan antara pengetahuan dan minat akseptor KB tentang

kontrasepsi IUD di Klinik Pratama Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk institusi pendidikan hasil

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur perpustakaan

Akedemi Kebidanan Kartini Bali dalam mengembangkan ilmu kebidanan

khususnya mengenai pengetahuan dan minat akseptor KB tentang

kontrasepsi IUD.
b. Untuk peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat dipakai sebagai bahan kajian bagi peneliti

selanjutnya dalam mengembangkan penelitian dengan menggunakan topik yang

sama tetapi dengan menggunakan variavel atau sampel yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk masyarakat

Untuk masyarakat terutama akseptor KB mendapatkan pemahaman

mengenai metode kontrasepsi IUD sehingga dapat meningkatkadalam pengunaan

metode kontrasepsi IUD.

b. Untuk tempat penelitian

Hasil peenelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi BPM dan

petugas kesehatan dalam meningkatkan pelayanan Kontraepsi IUD melalui

sosialisasi atau penyuluhan sehingga dapat meningkatkan partisipasi akseptor KB

dalam penggunaan metode IUD.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga, dan

sebagainya. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) tingkat pengetahuan dibagi dalam 6

tingkatan yaitu sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh

sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secarabenar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,

menyebutkan contoh dan lain-lain


c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat

mersencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang

telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan penilaian

terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.

Menurut Arikunto (2009) yang dikutip oleh Sutriani (2014) kategori penelitian

dapat dibagi menjadi:

1) Baik, bila pertanyaan dijawab benar oleh responden sebanyak 76-100%

2) Cukup, bila pertanyaan dijawab benar oleh responden sebanyak 56-75%

3) Kurang, bila pertanyaan dijawab benar oleh responden kurang dari 56%

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi

pengetauan meliputi:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan (Budiman dan Riyanto). Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami suatu informasi

sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tiggi (Sriningsih, 2011).

Tingkat pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2009, tingkat

pendidikan dibagi menjadi :

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau

bentuk lain yang sederajat.

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institut dan universitas.

b. Informasi/media massa

Informasi adalah adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapakan,

menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan

informasi dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh dari pendidikan formal

maupun informal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya

teknologi menyediakan bermacam-macam media masa sehingga dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan

seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka

akan m enambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak

sering menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

c. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah

yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang


dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

Sesorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya

akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan

kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan

karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka sesorang

tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan.

d. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi prosese masuknya pengetahuan kedalam

individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspons

sebagai engetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang

didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang

didapat juga akan kurang baik.

e. Umur

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin

membaik dan bertambah.

B. MINAT

1. Pengertian Minat

Minat adalah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat

merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang menimbulakn rasa suka
atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut.

Minat mempunyai hubungan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan

keinginan untuk berpatisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya.

Sesuatu yang sebelumnya diminati, dapat berubah menjadi sesuatu yang

diminati karena adanya masukan-masukan tertentu atau wawasan baru dan pola

pemikiran yang baru. Terdapat tiga karakteristik minat, yaitu sebagai berikut:

a. Minat menimbulkan sikap positif dari suatu sikap objek

b. Minat adalah sesuatu yang menyenangkan dan timbul dari suatu objek.

c. Minat mengandung unsur penghargaan, mngeakibatkan suatu keinginan,

dan kegairahan untuk mendapat sesuatu yang diinginkan.

2. Pengukuran Minat

Menurut Arkunto (2006) yang dikutip oleh savitri (2014) pengukuran

minat ada beberapa macam cara, yang pada garis besarnya dapat dibedakan secara

langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu secara langsung subjek

dimintai pendapat bagaimana minatnya terhadap sesuatu masalah atau hal yang

diharapkan kepadanya.dalam hal ini dapat dibedakan langsung yang tidak

berstruktur dan langsung berstuktur. Secara langsung yang tidak berstruktur

misalnya mengukur minat dan survey. Sedangkan secara langsung yang

berstruktur, yaitu pengukuran minat dengan menggunakan pernyataan-pernyataan

yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan

langsung dibedakan kepada subyek yang diteliti.


a) Pengukuran Minat Model Likert

Menurut likert dalam Savitri (2014) untuk dapat mengetahui minat

responden, peneliti melakukan modifikasi dari skala likert dengan dua alernatif

jawaban yang kemudian diberikan skor untuk dapat dihitung. Skor dihitung dan

dikelompokan kedalam dua kategori yaitu positif dan negatif.

Berdasarkan data yan diperoleh kemudian dicari distribusi responden

dengan kategori positif dan negative sebagai berikut:

1. Jika skor ≥ median maka kategori minat positif

2. Jika skor < median maka kategori minat negatif

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Menurut Yayat (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang

antara lain :

a. Dorongan dari dalam individu

Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat

untuk melakukan sesuatu seperti membaca, belajar, menuntut imu, dan melakukan

hal-hal lain yang dianggap ingin dicoba.

b. Emosional

Minat mempunyai hubungan erat dengan emosi. Bila seseorang

mendapatkan kesuksesan pada aktivitas yang akan menmbulkan perasaan senang

dan hal tersebut akan memepekuat minat terhadap aktivitas tersebut. Sebaliknya

suatu kegagalan akan mengjilangkan minat terhadap hal tersebut.


c. Motif Sosial

Motif sosial ini dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk

melakukan sesuatu aktivitas ertentu. Misalnya minat untuk belajar atau menuntut

ilmu penetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat,

karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai)

mendapat kedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat.

C. Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah suatu program nansional yang dijalanknan

pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat melalui

pedewasaan perkawinan,pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan. Program ini dijalankan oleh pemerintah untuk

mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan populasi

penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa dalam pembatasan

keluarga.

Kb merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu

khususnya ibu dengan kondisi 4T : terlalu mudah melahirkan dibawaah usia 20

tahun, terlalu dekat jarak melahirkan anak, terlalu sering melahirkan, dan terlalu

tua melahirkan anak diatas usia 35 tahun. Salah satu tujuan kb adalah untuk

meningkatkan kualitas keluarga yang sejahtera dan kebahagiaan lahir batin

(Kemenkes RI, 2016).


2. Tujuan Keluarga Berencana

a. Tujuan umum

Tujuan umum keluarga berencana adalah memebentuk keluaga kecil yang

sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan

kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga yang bahagia dan sejahtera yang

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut (Suratun, 2008) tujuan dari

gerakan KB adalah pelayanan kontrasepsi yaitu : 1.) tujuan demografi yaitu dapat

mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan

penduduk (LPP); 2.) mengatur kehamilan dan menjarangkan kehamilan; 3.)

sebagai penasihat perkawinan bagi remaja yang akan menikah atau lebih sering

dikenal Married Conseling.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus keluarga berencana adalah memperbaiki kesehatan dan

kesejahteraan sehingga dapat mengurangi angka kelahiran dan dapat

meningkatkan taraf hidup rakyat, menciptakan keluarga yang sejahtera.

Tujuan lainnya adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan

pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka

kematian ibu,bayi dan anak serta penaggulangan masalah kesehatan reproduksi.

c. Sasaran KB

1.) Sasaran langsung yaitu Pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan yang

wanitanya berusia 15-49 tahun.

2.) Sasaran tidak langsung yaitu kelompok remaja antara 15-19 tahun,

organisasi, lembaga kemasyarakatan, institusi pemerintah maupun swasta, tokoh


masyarakat yang dihrapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan

NKKBS, dan wilayah-wilayah yang kurang pencapaian target KB (Suratun,

2008).

D. Akseptor Keluarga Berencana

1. Pengertian

Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana (family planning

participant) yaitu pasangan usia subur dimana salah seorang menggunakan salah

satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan penegahan kehamilan, baik melalui

program maupun non program (BKKBN, 2012).

2. Jenis-jenis Akseptor KB

a. Akseptor Aktif, yaitu akseptor yang ada pada saat ini menggunakan cara

atau alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

b. Akseptor Aktif Kembali, yaitu pasangan usia subur yang telah

menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu

kehamilan, dan kembai menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang

sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat kurang lebih tiga bukan

berturut-turut dan bukan karena hamil.

c. Akseptor Kb baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan

alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi

setelah melahirkan atau abortus.

d. Akseptor KB Dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara

konrasepsi dalam waktu dua minggu setelah melahirkan atau abortus.


e. Akseptor Langsung yaitu para istri yang memakai salah satu cara

kontrasepsi dalam waku 40 hari setelal melahirkan atau abortus.

f. Akseptor dropout adalah akseptor yang mengehentikan pemakain

kontrasepsi lebih dari tiga bukan (BKKBN, 2012).

E. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah taua melawan,

sedangkan konsepsi merupakan suatu peristiwa bertemunya sel telur(sel wanita)

dan sel sperma (sel laki-laki) yang akan mengakibatkan kehamilan. Dalam artian

lain kontrasepsi adalah salah satu cara untuk menghindari ataupun mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur dan sel sperma

baik itu yang bersifat sementara ataupun permanen. Tujuan kontraspsi adalah

mencegah terjadinya fertilisasi dengan mencegah implantasi sel telur yang sudah

dibuahi (Brooker, 2009).

Kontrasepsi merupakan usaha pencegahan kehamilaan dengan mencegah

terjadinya pembuahan. Berbagai jenis kontrasepsi diantaranya yaitu : yang

mengandung hormonal (pil, suntik, dan implant); dan kontrasepsi non-hormonal

yaitu (AKDR atau intrauterine device (IUD) dan kondom).

Metode kontrasepsi yang baik yaitu aman dan tidak berbahaya, dapat

diandalkan, murah, dapat dierima oleh banyak orang, dan pemakainnya dalam

jangka waktu yang lama atau (continuation rate). Sampai saat ini belum ada

kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal. Pilihan kontrasepsi masih dalam bentuk
cafeteria atau supermarket, dimana para calon akseptor akan memilih sendiri

metode kontrasepsi yang diinginkan (Hartano, 2004).

Berikut adalah beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan

oleh Pasangan Usia Subur (PUS).

1. Metode Kontrasepsi Sederhana

a. Metode kalender

Berdasarkan (Everent, 2010) metode kalender yaitu metode yang

didasarkan pada perhitungan mundur siklus menstruasi wanita selama 6-12 bulan

siklus yang tercatat. Dimana cara perhitungannya yaitu dengan mengurangi 18

hari dari siklus haid terpendek agar bias menentukan masa subur dan mengurangi

11 hari dari siklus terpanjang untuk mengetahui akhir dari masa men situ sendiri.

b. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian air susu ibu (ASI). Kontrasepsi ini dikhususkan pada ibu yang

menyususi secara penuh, belum haid setelah melahirkan, dan umur bayi kurang

dari 6 bulan.

c. Metode Termal (Temperatur)

Pada metode ini dilakukan berdasarkan pengetahuan bahwa progesterone

mempunyai efek termogenik (efek menaikan suhu tubuh). Metode ini

mengharuskan wanita untuk mengecek suhu basalnya setiap pagi. Pada saat

ovulasi, progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum akan menyebabkan

kenaikan suhu tubuh sebesar 0,5ᵒC. kenaikan suhu ini akan bertahan hingga
korpus luteum mengalami degenerasi, yaitu beberapa hari sebelum dimulainya

masa haid.

d. Metode Mukus Serviks

Pada metode mucus serviks ini wanita diajarkan untuk mengamati mukus

serviksnya dengan melihat tekstur, warna, dan banyaknya. Dimana sebelum

ovulasi mukus serviks yang dipengaruhi oleh hormone estrogen mukus serviks

akan tampak seperti putih telur yang masih mentah, elastis, transparan, dan

mengkilat. Mukus serviiks akan mengental dan kering setelah proses ovulasi

dibawah pengaruh progesteron. Metode memiliki keuntungan karena tidak

memiiki efek samping.

e. Metode Simto-Termal

Metode ini merupakan gabungan dari ketiga metode yaitu metode

kalender, metode termal, danmetode mukus serviks, dan dianggap sebagai metode

yang paling aman. Pada metode ini klien akan diajarkan cara menentukan lokasi

serviksnya dan memeriksa posisi serviksnya setip hari,melihat kelunakannya dan

pembukaan ostium serviks, ketika klien hendak memasuki masa ovulasi, serviks

meninggi pada vagina dan hamper diluar jangkauan jarinya, serviks juga akan

menjadi lunak diserati sediktnya pembukaan ostium serviks (Everentt, 2010).

f. Senggama Terputus

Metode ini yaitu salah satu metode dengan cara menarik penis keluar dari

vagina sebelum mencapai orgasme. Metode ini kurang efektif karena apabila

terlmbat menarik penis maka akan erjadinya kehamilan Karena tertinggalnya

semen didalam vagina.


2. Metode Kontrasepsi Barier

a. Kondom

Kondom merupakan suatu karet tipis yang dipakai untuk menutupi penis

yang belum dimasukan ke vagina sehingga dapat mencegah masuknya sperma

agar tidak terjadinya pembuahan (fertilisasi). Selain itu kondom bertujuan untuk

mencegah terjadinya infeksi menuar seksual.

b. Diafragma

Kontrasepsi jenis diafragma atau yang sering dikenal dengan “cup” adalah

kontrasepsi yang meggunakan alat seperti mangkuk karet dan dimasukan ke

dalam vagina untuk menutupi mulut rahim. Jika diguakan dengan spermisida alat

ini cukup efektif dan keamanannya antara 92-96% dengan penggunaan yang

dilakukan secara hati-hati dan konsisten. Metode ini tidak dipengaruhi oleh

hormone apapun.

c. Spermisida

Metode ini adalah metode dengan membunuh sperma dan mengubah PH

vagina lingkungan didalam vagina sehingga tidak menuntungkan bagi sperma.

Spermisia ini tersedia dalam bentuk gel, krim, busa, dan seperti pesarium.

Spermisida efektif dalan penggunaan mencegah kehamilan.

d. Cap

Cap bentuknya hamper mirip seperti diafragma namun agak kecil. Cap

terbuat dari karet dan fungsinya juga sama yaitu mencegah terjadinya pembuahan

atau fertilsassi. Cap akan lebih optimal juka digunakan bersama


spermisida.Terdapat tiga jenis cap yang biasa digunakan yaitu: cervical cap, vault

cap, dan vimule cap.

e. Femidom

Femidom adalah alat berbentuk seperti kondom dengan pelumas non-

spermisida. Kondom tersebut memiliki dua ukuran seperti ciin kecil. Satu cincin

berfungsi untuk membantu insersi kedalam vagina seperti tampon dan satu cincin

lagi untuk menjaga agar kondom tetap pada tempatnya diluar arag genetailia.

Femidom bekerja untuk mencegah sperma membuahi ovum dan memiliki

efektvitas yang sama dengan kondom pria, yaitu sekitar 85%-98% dalam

mencegah kehamilan.

3. Metode Kontrasepsi Modern

a. Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi pil adaah salah satu kontrasepsi oral atau oral contraceptives

pill . jenis kontrasepsi ini harus diminum setiap hari untuk mengantalkan lender

serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma. Kontrasepsi pil merupakan jenis

kontrasepsi yang mengandung hormone yaitu hormone estrogen dan progesterone.

Pil brtujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan

menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya.

Kontrasepsi ini memiliki dua jenis yaitu : kontrasepsi kombinasi (pil

kombunasi)yang mengandung progesterone dan estrogen serta kontrasepsi pil

progestin (minipil ) yang hanya mengandung hormone progesterone.

Pil oral kombinasi bekerja dalam tiga cara, yaitu: mengehentikan ovulasi,

menebalkan mukus serviks untuk menghentikan sperma masuk uterus, dan


membantu mencegah terjadinya impantasi dengan mengubah endometrium.

Metode ini memiliki keefektivan yang cukup bagus.

b. Kontrasepsi Implant

Implant adalah kontrasepsi yang ditanam dibawah kulit, implant disebut

dengan susuk yaitu suatu alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung

levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon ( polydimethyl

siloxane ) yang berisi hormon golongan progesteron yang dimasukkan dibawah

kulit lengan kiri atas bagian dalam. Implant berfungsi untuk mencegah kehamilan

hingga jangka waktu 5 tahun dan ada yang 3 ahun.

Menurut BKKBN implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan

dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur)

panjangnya sedikit lebih pendek dari pada batang korek api dan dalam setiap

batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya

kehamiln (BKKBN, 2006). KB impant sangat aman digunakan pada ibu menyusui

dana dapat dipasang setelah 6 bulan pasca plasenta. Efek samping dari impant

adalah terjadinya perubahan pola haid dalam batas normal, pebdarahan ringan

diantara masa haid, kekuar flek-flek dan tidak haid serta sakit kepala.

c. Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap atau kontap adalah salah satu cara permanen yang

dilakukan pada pria (vasektomi) dan pada wanita yaitu (tubektomi). Vasektomi

adalah metode kontrasepsi yang melibatkan eksisi atau pengangkatan bagian vas

deferens beupa tuba yang membawa sperma dari testis ke penis. Sedangkan

tubektomi adalah suatu tindakan melakukan blok atau eksisi tuba falopi sehingga
mencegah terjadinya fertilisasi atau pembuahan. Keuntungan menggunakan

kontap ini yaitu tingkat keefektifannya tinggi, permanen, dan dapat berfungsi

secara efektif.

d. Kontrasepsi suntik

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan.

Konrasepsi ini mengandung hormone progesterone. Jenis-jenis kontrasepsi ini

adalah depo provera 150 mg, noristerat 200 mg, dan depo progestin 150 gram.

Kontrasepsi ini berfungsi untuk mempertebal mukus serviks sehingga mencegah

penetrasi sperma serta menyebabkan endometrium menjadi kurang

menguntungkan untuk implantasi.

F. IUD (INTRA UTERINE DEVICE)

1. Pengertian IUD ( Intra Uterine Device )

IUD merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif

lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Efektifitas

metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka kelangsungan pemakaian yang

tertinggi bila dibandingkan dengan metode lainnya (Anik, 2016).

IUD terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga

dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu

penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah

masuknya sprematozoa / sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan

pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau

bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak
boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Anik,

2016).

2. Jenis-jenis IUD

a. Non-hormonal

1. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian

vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini

mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.

2. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan

ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama

dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

3. Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan

kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6

cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau

375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu

standar, small, dan mini.

4. Lippes loop

IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S

bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes

loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya.
Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C

berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang

putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari

pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka

atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

b. Hormonal

1) Progestasert T atau Alza T

IUD ini memiliki panjang 36mm, lebar 32mm dan dengan dua lemabr

benang berwarna hitam pada bagian ekor. Progestasert T atau Alza T mengandung

38m progesterone dan barium sulfat, serta melepaskan 65mcg progesterone setiap

harinya. IUD jenis ini memiliki tabung insersi yang berbentuk lengkung dengan

daya kerja 18 bulan.

2) LNG-20 (Levonorgestrel-20)

IUD ini mengandung 46-60 mg levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg

setiap tahunnya. Pengehentian pemakaian IUD jenis ini oleh karena masalah-

masalah pendarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan jenis IUD yang lain,

karena 25% mengalami amenorea atau pendarahan haid yang sedikit (Handayani,

2010).

3. Cara Kerja IUD

Cara kerja dari IUD antara lain yaitu :

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.


c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit

masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk

fertilisasi.

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

4. Keuntungan dan Kelemahan IUD

a. Adapun keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni :

1) Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama

(1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).

2) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu

diganti).

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan sangat efektif karena tidak

perlu lagi mengingat-ingat.

5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

6) Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.

7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak

terjadi infeksi).

9) Dapat digunakan sampai menapouse ( 1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir).

10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.


b. Kelemahan dari penggunaan IUD yaitu :

Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid

(umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih

lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit.

1) Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila

pemasangan benar).

2) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

3) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering

berganti pasangan.

4) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai

IUD, PRP dapat memicu infertilitas.

5) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam

pemasangan IUD

6) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan

IUD. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari

7) Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau

bidan) yang terlatih.

8) Mungkin IUD keluar dari uterustanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD

dipasang segera setelah melahirkan)

9) Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.


5. Jangka Waktu Penggunaan IUD

a. Setiap waktu dalam siklus haid yang dapat dipastikan klien tidak hamil.

b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu

pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi

(MAL).

d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila

tidak ada gejala infeksi.

e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

6. Waktu Kontrol IUD

Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk

memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang

harus diperhatikan adalah :1 bulan pasca pemasangan, 3 bulan kemudian, setiap 6

bulan berikutnya, bila terlambat haid 1 minggu, perdarahan banyak atau keluhan

lainnya.

7. Prosedur Pemasangan IUD

a. Petugas harus siap ditempat.

b. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.

c. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.

d. Alat-alat yang tersedia : Gyn bed, timbangan berat badan, tensimeter dan

stetoskop, IUD set steril, Bengkok , Lampu, Kartu KB (kl, K IV) Buku-buku

administrasi dan registrasi KB, Meja dengan duk steril (Sym speculum, Sonde
rahim ,lidi kipas dan kapas first aid secukupnya, busi / dilatator hegar, kogel tang,

pincet dan gunting

e. Langkah-langkah :

1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek

samping dan cara menanggulangi efek samping.

2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.

3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur

tensimeter.

4) Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung kemih.

5) Siapkan alat-alat yang diperlukan.

6) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan

posisi Lithotomi.

7) Petugas cuci tangan dan pakai sarung tangan kanan dan kiri

8) Bersihkan vagina dengan kapas first aid dan melaksanakan pemeriksaan

dalam untuk menentukan keadaan posisi uterus.

9) Pasang speculum sym dan gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.

10) Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan

bentuk rahim.

11) Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam

rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam

inserter dikeluarkan.

12) Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm


13) Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut

rahim.

14) Pasien dipersilakan berbaring ± 5 menit

15) Alat-alat dibersihkandan petugas mencuci tangan

16) Memberi penjelasandan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin

terjadi dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontro ulang. \

f. Hal penting yang harus diperhatikan saat pemasangan IUD yaitu :

1) Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa

(hentikan) konsultasi dengan dokter. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila

fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan

konsultasikan ke dokter.

2) Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah

panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.

3) Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang.

8. Prosedur Pencabutan IUD

Tujuan umum : Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat

pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan khusus : Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping

dilepaskan AKDR.

Prosedur pelaksanaan:

a. Petugas harus siap ditempat

b. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.


c. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi. Alat-alat

yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan: Meja dengan

alas duk steril, sarung tangan kanan dan kiri, lidi kapas, kapas first aid

secukupnya, cocor bebek / speculum, tampon tang, tutup duk steril, bengkok,

lampu, timbangan berat badan, tensimeter dan stetoskop.

d. Langkah-langkah :

1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek

samping dan cara menanggulangi efek samping.

2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.

3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur

tensimeter.

4) Siapkan alat-alat yang diperlukan dan mempersilakan calon peserta untuk

berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.

5) Bersihkan vagina dengan lysol dan melaksanakan pemeriksaan dalam

untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.

6) Pasang speculum symndan mencari benang IUD kemudian dilepas dengan

tampon tang lalu seetelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.

7) Pasien dirapikan kembali dan memberi penjelasan kepada peserta gejala-

gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus

kontrol kembali.

8) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB

sebagai dokumentasi atau rekam medis pasien.


G. Hubungan Pengetahuan Dengan Minat

Menurut Notoatmojo, (2012), jenis penelitian ini adalah analitik dengan

studi kolerasi yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu

variabel independent dan variabel dependent. Metode pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dimana setiap

subjek penelitian hanya diteliti sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap

variabel subjek pada saat pemeriksaan. Populasi penelitian adalah semua akseptor

KB yang berkunjung ke BPM Ni Ketut Nuriasih, S.ST, MM. Penelitian ini akan

diambil 30 sampel.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mitha dengan judul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kontrasepsi IUD Dengan Minat

Pemakaian Kontrasepsi IUD di Desa Harjobinangun Kabupaten Purwowerjo

Tahun 2011” menyatakan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan minat

pemakaian alat kontrasepsi IUD. Dengan hasil uji hubungan minat menggunakan

anslisis korelasi Kendalls Tau diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,534(Aprox

sig 0,000<0,005) (Mitha,2011).

Penelitian serupa yang dilakukan Suharti dengan judul “Hubungan

Pengetahuan dan Minat Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Keluarga

Berencana Di Desa Pakembinangun” menyatakan terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan akseptor tentang KB dengan minat terhadap

pemakaian KB (Suharti,2012)

Pengetahuan merupakan dasar pembentukan minat seseorang, dimana

minat merupakan dasar timbulnya sikap. Dengan pengetahuan yang baik terhadap
suatu objek akan timbul minat yang baik pula terhadap objek tersebut sehingga

diharapkan akan tumbuh minat yang positif yang berakibat berakibat pada

peningkatan akseptor IUD. Pengetahuan dan minat yang tinggi akan semakin

menguatkan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas yang diinginkan, sehingga

dengan tingginya pengetahuan dan minat tersebut dihaharapkan akan

meningkatkan penggunaan kontrasepsi IUD (Yayat, 2012).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa

faktor yang dianggap penting untuk masalah.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Indenpedent Variabel Dependent

Pengetahuan Akseptor KB Minat Akseptor KB


Tentang Kontrasepsi IUD Tentang Kontrasepsi IUD

Faktor-faktor yang
Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat :
mempengaruhi pengetahuan:
- Dorongan dari
- Pendidikan
dalam diri individu
- Sumber informasi
- Motif sosial
- umur
Emosional

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Berdasarkan kerangka konsep diatas bahwa variable independent dari

penelitian ini adalah pengetahuan akeptor KB tentang kontrasepsi IUD antara lain

penddikan , sumber informasi, dan umur namun faktor-faktor tersebut tidak


diteliti dan variable Dependent adalah minat akseptor KB tentang kontrasepsi IUD

dimana faktor-faktor yang mempengaruhi minat antara lain dorongan dari dalam

indifidu, motif sosial, dan emosional namun faktor-faktor tersebut tidak diteliti.

Variabel Independent berhubungan dengan variabel Dependent sehingga

diperoleh analisis hubungan pengetahuan akseptor tetang kontrasepsi IUD dengan

minat penggunaan kontrasepsi IUD.

B. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Menurut Notoatmojo (2012), variabel merupakan ukuran atau ciri yang

dimilki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda yang dimiliki oleh

kelompok lain, sedangkan variabel penelitian adalah suatu yang digunakan

sebagai ciri, sifat dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian

tentang suatu konsep pengertian tertentu misalnya umur, jenis kemlamin,

pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan

lain sebagainya, dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

a. Variable Bebas (variabel independent) adalah satu atau lebih variabel yang

sengaja dipertanyakan pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Dalam

penelitian ini variabel independent adalah pengetahuan akseptor KB tentang

kontrasepsi IUD.

b. Variabel tergantung (variabel dependent) adala variabel yang

keberadaannya atau munculnya tergantung pada variabel independent.


Dalam penelitian ini variabel dependent adalah minat askeptor KB dengan

kontrasepsi IUD.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang diteliti,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (notoatmodjo,

2012). Defenisi operasional akan dibuat dalam bentuk tabel, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Variabel Definisi Alat Skala Hasil Ukur


Operasional Pengump Ukur
ulan Data
1 2 3 4 5
Variabel Pengetahuan kuesioner Ordinal  Baik : 76%-
independent adalah Segala 100%
Pengetahuan sesuatu jawaban
akseptor KB pengetahuan atau benar
tentang pengalaman yang  Cukup: 56%-
kontrasepsi berhubungan 75% jawaban
IUD dengan IUD benar
yang dinilai dari:  Kurang:
 Pendidikan ≤56%
 Sumber jawaban
informasi benar
 umur

Varibel Respon (reaksi) Kuesioner Ordinal  Skor nilai


dependent positif atau positif jika
Minat negatif dari skor jawaban
akseptor KB akseptor KB ≥ median
menggunakan tentang minat  Skor nilai
konrasepsi menggunakan negative jika
IUD kontrasepsi IUD jawaban ≤
median
C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Hasil suatu

penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan.

Ho : tidak ada hubungan antara pengetahuan dan minat akseptor KB

menggunakan kontrasepsi IUD.

Ha : ada hubungan antara pengetahuan dan minat akseptor KB menggunakan

kontrasepsi IUD.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Notoatmodjo, (2012), jenis penelitian ini adalah analitik dengan

studi kolerasi yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu

variabel independent dengan variabel dependent. Metode pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu suatu penelitian

dimana setiap subjek penelitian hanya diteliti sekali saja dan pengukuran

dilakukan tehadap variabel subjek pada saat pemeriksaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Klinik Pratama Tahun 2019 Pemilihan

lokasi didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain: lokasi yang mudah

dijangkau karena dekat dengan kampus, banyaknya kunjungan akseptor K dan

mudahnya mencari data untuk kepentingan penelitian.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 8 oktober – 17 oktober 2019 di

Klinik Pratama Tahun 2019


C. Populasi dan Sampel Peneltian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian / objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang

dating ke Klinik Pratama Tahun 2019 dari bulan juli – agustus yaitu berjumlah

200 akseptor.

2. Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Unit analisi untuk penelitian ini adalah akseptor

KB yang dating ke Klinik Pratama Tahun 2019 pada kurun waktu penelitian

sedang berlangsung yang memenuhi kriteria inklusi.

3. Jumlah dan Besar Sampel

Sampel peneltian merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Besarnya sampel yang digunakan dengan

rumus dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana ditentukan dengan

rumus dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tesebut yang

menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan (Alimul, 2012).

Rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan

menggunakan rumus statistic sebagai berikut:

n = 15% x N
n = 15% x 200
n = 30
n : Besar Sample
N : Besar populasi
a. Kriteria Inklusi

Menurut Sastroasmoro (2009) yang dikutip Sutriani (2014) kriteria

inklusi adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi. Adapun kriteris inklusi dari penelitian ini adalah :

1.) Akseptor KB yang hadir saat penelitian

2.) Akseptor KB yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2008), diantaranya adalah :

1.) Bukan Akseptor KB

2.) Akseptor KB yang tidak bersedia menjadi responden

4. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutif

sampling yaitu cara pengambalian sampel yang memenui kriteria penelitian

sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah responden dapat terpenuhi

(Nursalam,2009) .

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data Yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpukan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh dari

register tentang jumlah akseptor KB dan data sekunder pada penelitian ini di ukur

menggunakan kuesioner pengetahuan tentang kontrasepsi IUD.


2. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui beberapa

tahap. Pertama peneliti mencari surat izin pengumpula data dari instansi

pemerintah terkait, kemudian menyerahkan ke tempat penelitian yaitu Klinik

Pratama Tahun 2019 selaku pemilik tempat penelitian. Setelah mendapat izin,

peneliti kemudian mengumpulkan data sekunder dan melakukan studi

pendahuluan. Pada saat penelitian, peneliti akan membagikan kuesioner pada

akseptor KB yang memenuhi kriteria inklusi setelah terlebih dulu memberikan

informed consert untuk permohonan dan persetujuan menjadi responden.

Apabila saat penelitian ada responden akan dibantu oleh peneliti dengan peneliti

membacakan pertanyaan yang akan diberikan sehingga responden hanya

menjawab saja.

3. Instrument Pengumpulan Data

Jenis instrument yang digunakan dalam pengumpulan data peneltian ini

adalah lembar kuesioner. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari dua macam yaitu :

a. Kuesioner untuk mengidentifikasi pengetahuan responden tentang

kontrasepsi IUD yang terdiri dari 15 butir pernyataan dalam kategori “benar dan

salah”.

b. Kuesioner untuk mengidentifikasi minat responden tentang kontrasepsi

IUD yang teridiri dari 15 butir pertanyaan yaitu sepuluh pertanyaan positif dan

lima pernyataan negatif.


E. Pengolahan dan Analisi Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan computer dengan

program system pengolahan data komputer (Notoatmodjo, 2012). Adapun

langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut :

a. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding yaitu pemberian kode pada masing-masing angket yang telah

terkumpul, serta jawaban responden diberi kode angka sesuai dengan buku kode

yang peneliti telah siapkan. Untuk pengetahuan diberi kode : B1, salah diberi kode

B2, untuk minat diberi kode M dengan MI : minat positif, M2: minat negatif.

c. Scoring

Memberikan penilaian tethadap item-item yang perlu diberi penilaian

atau skor. Penilaian pada pertanyaan pengetahuan dimana jika pertanyaan positif

dijawab “Benar” mendapat skor sau dan dijawab “Salah” mendapat skor nol.

Pertaanyaan yang negatif dijawab “Benar” mendapat skor nol dan dijawab

“Salah” mendapat skor satu. Skor untuk minat yaitu :

Skala Sangat setuju Setuju Tidak Sangat tidak


setuju setuju
Positif (+) 4 3 2 1
Negative (-) 1 2 3 4
d. Entering

Entering yaitu data yang telah divalidasi kemudian dimasukan kedalam

computer secara manual kemudian diolah dengan sistem komputerisasi dan

disimpan untuk memudahkan dalam pemgambilan data bila diperlukan.

e. Tabulating

Data yang sudah di entry dococokan dan diperiksa kembali dengan data

yang didapat pada kuesioner. Bila ada perubahan dan perbedaan hasil, segera

dilakukan pengecekan ulang.

2. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih mudah dan diinterpretasikan yang dinyatakan dalam bilangan presentasi

sebagai langkah awal dari keseluruhan analisis (Notoatmodjo, 2012).

a. Analisis univariat

Analisis univariat adalah proses menganalisis tiap-tiap variabel

penelitian yang ada secara deskriptif frekuensi dan persentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2012). Penelitian menggubakan analisis univariat berupa distribusi

frukuensi dari variabel-variabel yang diteliti untuk mendapatkan presentase subjek

menurut pengetahuan dengan sikap akseptor KB tentang kontrasepsi IUD.

1.) Tingkat Pengetahuan

Data tingkat pengetahuan dikelompokan dengan cara memberikan skor.


Presentase jawaban yang benar dari setiap sampel yang dihitung menggunakan
rumus
𝒇
𝒑= X 100%
𝒏
Keterangan :

P : presentase jawaban benar

f : frekuensi jawaban benar

n : jumlah pertanyaan

Nilai dari pengetahuan tersebut dikategorikan dalam tiga kelompok

menurut Notoatmodjo (2012) sebagai berikut :

a) Pengetahuan baik : 76-100 % jawaban benar

b) Pengetahuan cukup : 56-75 % jawaban benar

c) Pengetahuan kurang : <56 % jawaban benar

2.) Minat

Pemberian nilai pada minat, untuk pernyataan positif diberikan skor

tertinggi empat pada jawaban sangat setuju (SS), sedangkan pernyataan negatif

diberikan skor tertinggi satub pada jawaban sangat tidak setuju (STS), hasil

penelitian minat dideskripsikan sebagai berikut :

Cara Memperoleh Nilai Median :

Median = (Jumlah Soal X Nilai Tertinggi) + (Jumlah Nilai X Terendah)


2
= (15 x 4) + (15 x 1)
2
=60 + 15 =75 =37,5
2 2
a. Skor ≥ median di kategorikan sebagai sikap positif
b. Skor < median dikategorikan sebagai negatif
Selanjutnya presentase jawaban di interpretasikan dalam kalimat

kualitatif berdasarkan presentase frekuensi (Arikunto, 2014) :


a. Sebagian kecil : 1-25%

b. Hampir setengahnya : 26-49%

c. Setengahnya : 50%

d. Sebagian besar : 51-75 %

e. Hampir seluruhnya : 76-99%

f. Seluruhnya : 100%

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang berhubungan atau berkolerasi yaitu hubungan pengetahuan dengan sikap

akseptor KB tentang kontrasepsi IUD, data yang diperoleh dianalisis untuk

menguji hipotesis. Pengujian data antara dua variabel yang berhubungan

menggunakan analisis statistic non parametric, yaitu dengan menggunakan

korelasi Rank Spearman untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-

duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang (Sugiyono, 2009).

Dengan rumus Spearman Rank yaitu:

1 − 6Ʃ𝑑 2
𝑟𝑠𝑝𝑟 = 2
𝑛 −𝑛
Keterangan :

rspr = nilai korelasi sperman

Ʃd2 = jumlah selisi ranking

N = jumlah populasi

Perhitungan Rank Spreman akan menggunakan program spss versi 17.0.nilai

korelasi Rank Sperman (rspr)dapat diinterpretasikan pada tabel sebagai berikut:


Tabel 4.1 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi nilai rspr

NO Interval koefisien Tingkat Hubungan


1 2 3
2 0,80-1,00 Sangkat kuat
3 0,60-o,799 Kuat
4 0,20-0,399 Cukup
5 0,00-0,199 Sangat kuat

Hasil analisanya adalah hipotesis nol (Ho) ditolak jika p≥α sedangkan

Ha diterima jika p<α.

Pedoman pengambilan kesimpulan :

1) Jika Ho ditolak artinya ada hubungan antara variabel dependent dan

variabel independent.

2) Jika Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara variabel dependent dan

variabel independent.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, R., dkk (2013) Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Penelitian Kesehatan Dalam Penelitian Kkesehatan. Jakarta :
Salemba Medika

Arikunto, S. (2009) Manajemen Penelitian.Edisi Revisi.Jakarta:Rineka Cipta.

(2009).Prosedurpenelitian Suatu Pedekatan Penelitian. Jakarta:


Rineka Cipta

BKKBN. (2015) Keluarga Berencana (online), available :


http://www.bkkbn.go.id) (2019 october 10)

BKKBN. (2013) Program KB di Indonesia. (online,) available:


http://www.bkkbn.go.id (2017 october 11)

Broker. (2014) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta


:Penerbit : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2014) Data Tahunan Peserta KB Provinsi Bali

Handayani, S. (2010) Pelayanan Keluarga Berencana. Edisi Pertama. Jakarta.


Pustaka Rihana

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016) Profil Kesehatan Indonesia.


Jakarta. Pusat Data dan Informasi.

Maryunani,A. (2016) Manajemen Kebidanan Terlengkap. Edisi Pertama. Jakarta:


Trans Info Media.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta. Rineka Cipta

Nurul. (2014) faktor yang mempengaruhi akseptor IUD.

Anda mungkin juga menyukai